Oleh:
Amelia Meylinda 15020190087/C5
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Farmakognosi 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt. Risda Waris., M.Sc,
selaku dosen mata kuliah Farmakognosi 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 4
3.2 Saran.................................................................................................................. 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
4. Bagaimana prinsip, penggunaan serta alat yang digunakan pada ekstraksi
dengan metode refluks?
5. Bagaimana prinsip, penggunaan serta alat yang digunakan pada ekstraksi
dengan metode soxhletasi?
6. Bagaimana prinsip, penggunaan serta alat yang digunakan pada ekstraksi
dengan metode destilasi uap?
7. Bagaimana prinsip, penggunaan serta alat yang digunakan pada ekstraksi
dengan metode infus?
8. Bagaimana prinsip, penggunaan serta alat yang digunakan pada ekstraksi
dengan metode ultrasonik?
3
BAB II PEMBAHASAN
4
dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-
senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil
asetat, kloroform. Pelarut nonpolar. Pelarut nonpolar, hampir sama sekali
tidak polar. Pelarut ini baik untukmengekstrak senyawa-senyawa yang
sama sekali tidak larut dalam pelarut polar.Senyawa ini baik untuk
mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana, eter Beberapa syarat-
syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi: Tidak toksik dan ramah
lingkungan,mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia, mudah
untuk dihilangkan dari ekstrak, tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa
dalam simplisia yang diekstrak, murah/ ekonomis, lama waktu ekstraksi.
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang
terambil. Ada waktu saat pelarut/ekstraktan jenuh sehingga tidak pasti
apakah semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang
didapatkan.
Metode ekstraksi serta suhu yang digunakan. Metode ekstraksi menentukan
proses saat ekstraksi yang akan menentukan hasilekstrak. Oleh karena itu,
untuk memperoleh hasil ekstraksi yang baik tentunya metodeyang digunakan
harus tepat karena tidak semua bahan aktif bisa diekstraksi dengansemua
metode ekstraksi. Untuk menentukan metode ekstraksi yang tepat, perlu
diketahuimengenai sifat dan karakteristik bahan aktif yang akan diekstrak
6
b) Reperkolasi
Tujuan: Untuk menghilangkan kehilangan minyak atrsiri, maka cara perkolasi
diganti dengan cara reperkolasi.
Reperkolasi dilakukan dengan cara : simplisia dibagi dalam beberapa
perkolator,hasil perkolator pertama dipisahkan menjadi perkolat I dan selanjutnya
disebut susulan II.Sususlan II digunakan untuk menyari perkolator II. Hasil
perkolator II dipisakan menjadi perkolat II dan sari selanjutnya disebut susulan
II.Pekerjaan tersebut diulang sampai mendapat perkolat yang diinginkan.
7
b) Gambar alat:
Rotary Evaporator pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu penukar
panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih lalu menguap),
dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam
kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya.
c) Cara pengerjaan: Larutan diuapkan pada suhu tinggi, kemudian didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Selanjutnya, larutan
disaring dengan menggunakan kain saring. Filtrat diuapkan menggunakan
rotary evaporator dan selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu
40oC, sehingga diperoleh ekstrak kering. Hal ini dilakukan agar pelarut yang
digunakan tidak tersisa sehingga pelarut tidak mempengaruhi efektifitas dari
sampel yang diuji. Selanjutnya ekstrak dikering didalam oven kurang lebih 5
hari untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada ekstrak. Rendemen yang
didapatkan berupa ekstrak kering
8
2.5. Metode Soxhletasi
a) Prinsip: ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan
dengan adanya pendingin balik. Digunakan petroleum spiritus karena
kelarutan lemak pada pelarut organik.
b) Alat:
c) Cara pengerjaan : awalnya dirancang untuk ekstraksi lipida dari bahan padat.
Soxhlet Extractor digunakan bila senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan
terbatas dalam pelarut, dan pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut.
Hal ini memungkinkan untuk operasi yang tidak terpantau dan tidak terkelola
sementara dengan efisien menuangkan sejumlah kecil pelarut untuk
melarutkan sejumlah besar bahan. Pelarut dipanaskan sampai refluks. Uap
pelarut bergerak ke atas lengan distilasi, dan membanjiri ruang yang
menampung bidik padat. Kondensor memastikan bahwa setiap uap pelarut
mendingin, dan menetes kembali ke dalam ruang yang menampung bahan
padat. Ruang yang berisi bahan padat perlahan terisi dengan pelarut hangat.
Beberapa senyawa yang diinginkan larut dalam pelarut hangat. Saat ruang
Soxhlet hampir penuh, biliknya dikosongkan dengan sifon. Pelarut
dikembalikan ke labu distilasi. The bidal memastikan bahwa gerak cepat
pelarut tidak mengangkut bahan padat ke pot yang masih tersisa. Siklus ini
dapat diulang berkali-kali, beberapa jam atau hari. Selama setiap siklus,
9
sebagian senyawa non-volatil larut dalam pelarut. Setelah banyak siklus
senyawa yang diinginkan terkonsentrasi di labu distilasi.
c) Cara pengerjaan:
Pembuatan ekstrak air daun sirih hijau dengan cara infusa
(Baheramsyah, 2009)
Sampel berupa daun sirih hijau segar dibersihkan dengan air mengalir
sebanyak tiga kali, ditiriskan pada nampan yang telah dialasi dengan
kertas, kemudian dirajang sekitar 1 cm. Lalu sampel ditimbang sebanyak
100 gram. Panaskan air hingga suhu 90oC dalam beaker glass,
kemudian masukan sampel. Penyarian dilakukan selama 15 menit.
Sambil sesekali
diaduk, lalu saring selagi panas melalui kain flanel sehingga diperoleh
konsentrasi ekstrak air daun sirih hijau 100%
11
Prinsip ekstraksi ultrasonik adalah dengan meningkatkan transfer massa
yang Disebabkan oleh naiknya penetrasi pelarut ke dalam jaringan tumbuhan
lewat efek kapiler.
b) Gambar alat
c) Cara pengerjaan:
Metode yang dipakai adalah preparasi sampel, rumput laut segar dicuci
dengan aqudest untuk menghilangkan kotoran, kemudian dikeringkan dengan
menggunakan oven pada suhu 55 0C selama 48 jam, dihaluskan dengan
menggunakan blender. Sebanyak 1 gram rumput laut kering dimasukan ke
dalam erlenmeyer, ditambahkan pelarut metanol dengan perbandingan 1:10
dan ditutup dengan alumunium foil. Selanjutnya diekstraksi dengan
12
menggunakan ultrasonik dengan variasi waktu 1, 2, 4, 6, 8, 10 menit dan
suhu 55 0C dan 60 0C. disaring dengan menggunakan kertas saring dan
filtrat disimpan pada suhu 0C untuk pengujian lebih lanjut
13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstraksi
merupakan proses pemisahan satu zat dari campuran dengan menggunakan
pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam simplisia akan
terlepas sehingga dapat dianalisis lebih lanjut mengenai sifat, karakteristik, dan
manfaatnya.
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain :Jumlah simplisia yang akan diekstraksi, derajat kehalusan simplisia, jenis
pelarut yang digunakan, lama waktu ekstraksi, metode ekstraksi serta suhu yang
digunakan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode
panas dan metode dingin. Metode panas antara lain adalah infus, refluks,
soxhletasi. Sedangkan metode dingin antara lain adalah maserasi, perkolasi.
3.2 Saran
Diharapkan para pembaca juga melihat dari beberapa referensi
menyangkut makalah ini, agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik.
Adapun kekurangan dari makalah ini dapat di kritik ataupun saran demi
perkembangan ke depan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta,
UI Press.
Azis, T., S. Febrizky, A. D. Mario. 2014. Pengaruh Jeni Pelarut terhadap Persen Yield
alkaloid Dari Daun Salam India (Murraya koenighii). Universitas Sriwijaya.
Palembang.
Cahayanti, I. A. P. A., N. M. Wartini, L. P. Wrasiati. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu
Ekstraksi terhadap Karakteristik.
Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI
Riwidikdo, Handoko.2012. Statistik Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Sineke.,dkk. 2016. Penentuan Kandungan Fenolik dan Sun Protection Factor (SPF) dari
Ekstrak Etanol Beberaoa Tongkol Jagung (Zea mays L.). PHARMACONJurnal
Ilmiah Farmasi Vol. 5 (1): 275-283. ISSN 2302 – 2493
Sulistyawati, Dewi. M. Sri. 2009. Uji Aktivitas Anti Jamur Infusa Daun Jambu Mete
(Anacardiumoccidentale, L) Terhadap Candida albicans. Jurnal Fakultas Biologi.
Universitas Setia Budi. Solo Vol 2 No 1.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan oleh
Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.
15