Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RUTIN 4

NAMA : PANGONDIAN ULI TEACHER SIAGIAN


NIM : 5191121013
PRODI : PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
MATKUL : KEWIRAUSAHAAN

1.Peran kreatif kreatifitas dalam kewirausahaaan

Peranan Inovasi dan Kreativitas dalam Pengembangan Produk dan Jasa Inovasi memegang
peranan penting dalam mengembangkan produk dan jasa dalam bisnis. Berbagai kesuksesan
wirausaha di dunia disebabkan oleh kreativitas dalam mengembangkan produk. Persaingan
yang ketat dalam berwirausaha mendorong wirausaha untuk memiliki kreativitas yang tinggi.
Daya kreativitas tersebut harus dilandasi cara berpikir yang maju, gagasan-gagasan baru yang
berbeda dibandingkan produk-produk yang telah ada. Berbagai gagasan-gagasan yang kreatif
umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu dan memberikan terobosan-
terobosan baru dalam dunia usaha yang pada awalnya kelihatan mustahil.

Saat ini berbagai hasil inovasi yang didasarkan kreativitas wirausaha menjadi produk dan jasa
yang unggul. Wirausaha melalui proses kreatif dan inovatif menciptakan nilai tambah atas
barang dan jasa yang kemudian menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan
bersaing. Perusahaan seperti Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan contoh
perusahaan yang sukses dalam produknya karena memiliki kreativitas dan inovasi di bidang
teknologi.

2. Cara mengembangkan berfikir kreatif.


 Amatilah sesuatu yang dikenal. ...
 Membangun kreatifitas berarti mempertajam pikiran, dan itu berarti juga
meningkatkan kepekaan pengindraan pada diri kita.
 Jangan menunda pekerjaan. ...
 Ambil sudut pandang orang lain. ...
 Melakukan brainstorming. ...
 Belajar menjadi seorang inovator yang baik. ...
 Ubahlah kebiasaan dan citra diri.

3. ciri-ciri berpikir kreatif.

Menurut Mc. Kinnon (Yellon, 1977), orang-orang yang kreatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
 Memandang dirinya berbeda dan lebih sering melukiskan dari mereka sebagai
berdaya cipta, tak tergantung, bersifat individualis.
 Lebih terbuka dalam pengalaman dan perasaan.
 Secara relatif tidak tertarik pada detail kecil, tetapi lebih tertarik pada arti dan
implikasi, memiliki fleksibel kognitif, ketrampilan verbal, berminat untuk
berkomunikasi dengan orang lain, bertindak tepat, mempunyai keingintahuan
intelektual yang besar.
 Lebih tertarik secara mendalam menyerap pengalaman daripada mempertimbangkan.
 Lebih bersifat intuitif.
Mulyono Gandadipura (1983) merangkum hasil penelitian para ahli terhadap orang-orang
yang ahli berbagai bidang, antara lain : penulis, seniman, arsitek, ahli matematik, peneliti,
menyimpulkan bahwa orang-orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Bebas dalam berpikir dan bertindak.
 Tidak menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian).
 Tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila yakin bahwa pendapatnya benar.
 Kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis.
 Mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional).
 Mengakui hal-hal yang rumit dan baru.
 Mengakui humor dan memiliki good sense of humor.
 Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis.
Sedangkan S.C. Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif yang tinggi yaitu :
 Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.
 Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
 Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
 Bebas dalam menyatakan pendapat.
 Menonjol dalam salah satu bidang seni.
 Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.
 Tidak mudah terpengaruh orang lain.
 Daya imajinasi kuat.
 Memiliki tingkat orisionalitas yang tinggi.
 Dapat bekerja sendiri.
 Senang mencoba hal-hal yang baru

4. Hambatan berpikir kreatif


 Kurangnya tujuan dari diri anda dan orang lain. Kendala pertama dalam berpikir
kreatif adalah kurangnya tujuan dan sasaran yang ingin anda capai. ...
 Takut untuk gagal. ...
 Takut akan penolakan. ...
 Jangan Mengubah atau Beradaptasi dengan Situasi. ...
 Tidak Berpikir Proaktif. ...
 Terlalu rasional dan tidak improvisasi.

5. tahapan berpikir kreatif


Berdasarkan sejarah psikologi kognitif, Wallas (dalam Solso, 2008) menjelaskan bahwa ada 4
tahapan di dalam proses kreatif, yaitu:
1.Persiapan, Memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk
memecahkannya.
2.Inkubasi, Masa di mana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk
memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya.
3.Iluminasi, memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut.
4.Verifikasi, menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
Model 4 tahapan proses kreatif Wallas telah memberikan sebuah kerangka konseptual untuk
menganalisa kreativitas.
Tahapan pertama, yakni Persiapan dalam hal ini ialah dengan membuat formulasi suatu
masalah dan mencoba untuk memecahkannya.  Contohnya ialah saat kita dihadapkan pada
suatu masalah untuk menyebrangi sungai agak lebar dengan arus yang cukup deras, kita
memiliki beberapa pemecahan untuk menyebranginya. Kita mempunyai waktu untuk
menyebranginya dengan mencobakan dari apa yang kita fikirkan untuk jalan keluarnya.
Tahapan kedua, Inkubasi tahap ini mengapa ide-ide kreatif tidak muncul pada suatu periode
dimana kita juatru tidak memikirkan masalah tersebut? pada umumnya jawaban pragmatis
untuk pertanyaan tersebut adalah bahwa sebagian besar waktu yang kita milki dalam
kehidupan kita, kita habiskan dengan hal-hal yang kurang menuntut kita untuk berfikir kreatif
seperti jalan-jalan, menonton tv, berjemur.
Posner (1973) memberikan beberapa hipotesis mengenai tahap inkubasi . salah satu tahap
inkubasi. Salah satu pernyataan mengenai tahap inkubasi bahwa tahap ini dapat
membebaskan kita dari fikiran-fikiran melelahkan akibat proses pemecahan masalah.
Melupakan masalah yang berat dalam sementara waktu dapat membantu kita menemukan
ide-ide baru yang lebih sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. dapat kita ketahui yang
dinamakan “functional fixedness” (ketetapan fungsional) dapat menghambat proses
pemecahan masalah. Tahap inubasi juga membantu kita dalam proses kreatif, karena tahap ini
sebenarnya kita dpat memecahkan masalah tanpa kita sadari. Hal tersebut yang dikemukakan
oleh William James, yaitu “ kita belajar berenang pada musim dingin dan bermain ice-skate
pada musim panas”. Jadi, menghentikan proses pemecahan masalah untuk sementara waktu
dapat membantu kita untuk menyusun kembali pemikiran-pemikiran kita terhadap masalah
yang kita hadapi.
Tahap ketiga yakni tahap Iluminasi atau pencerahan, tahapan ini tidak memicu terjadinya
iluminasi. Pada saat iluminasi terjadi, jalan terang menuju permasalahan mulai terbuka.
Seseorang akan merasakan sensasi kegembiraan yang luar biasa, karena pemahaman
meningkat, semua ide muncul, dan ide-ide tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk
menyelesaikan suatu permasalahan, semua trobosan ide kreatif muncul pada tahap ini,
penemuan telepon, alur sebuah cerita dan lain-lain merupakan contoh bagaimana tahap
iluminasi memenuhi pikiran seseorang.
Tahapan akhir ialah tahap verifikasi, setelah sebuah ide/solusi diperoleh, maka ide atau solusi
tersebut harus diuji. Tahapan ini tahap untuk menguji sebuah produk hasil proses kreatif
untuk membuktikan legitimasinya. Tahap verifikasi pada umumnya lebih singkat daripada
tahapan sebelunya, karena tahap ini hanya menguji dan meninjau kembali hasil perhitungan
seseorang, atau dapat juga untuk melihat apakah penemuan berhasil. Tetapi dalam berbagai
kasus diperlukan waktu untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau peninjauan ulang.
(Solso, R.L. dkk, (2008). Psikologi kognitif. jakarta: erlangga)

6. cara pengukuran kreativitas


Pengukuran-pengukuran kreativitas dapat dibedakan atas pendekatan-pendekatan yang
digunakan untuk mengukurnya. Ada lima pendekatan yang lazim digunakan untuk mengukur
kreativitas, yaitu: 1) analisis obyektif terhadap perilaku kreatif, 2) pertimbangan subyektif, 3)
inventori kepribadian, 4) inventori biografis, dan 5) tes kreativitas. Analisis Obyektif
Pendekatan obyektif dimaksudkan untuk menilai secara langsung kreativitas suatu produk
berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat diobservasi wujud fisiknya. Metode ini
tidak cukup memadai untuk digunakan sebagai metode yang obyektif untuk mengukur
kreativitas (Amabile dalam Dedi Supriadi, 1994: 24), karena sangat sulit mendeskripsikan
kualitas produk-produk yang beragam secara matematis, untuk menilai kualitas instrinsiknya.
Kelebihan metode ini adalah secara langsung menilai kreativitas yang melekat pada
obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat digunakan terbatyas
pada produk-produk yang dapat diukur kualitas instrinsiknya secara statistik, dan tidak
mudah melukiskan kriteria suatu produk berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari
subyektivitas. Pertimbangan Subyektif Pendekatan ini dalam melakukan pengukurannya
diarahkan kepada orang atau produk kreatif. Cara pengukurannya menggunakan
pertimbangan-pertimbangan peneliti, seperti yang dikemukakan Francis Galton, Castle, Cox,
MacKinnon (Dedi Supriadi, 1994: 25). Prosedur pengukurannya ada yang menggunakan
catatan sejarah, biografi, antologi atau cara meminta pertimbangan sekelompok pakar. Dasar
epistemologis dari pendekatan ini, yaitu bahwa obyektivitas sesungguhnya adalah
intersubyektivitas; artinya meskipun prosedurnya subyektif hasilnya menggambarkan
obyektivitas, karena sesungguhnya subyektivitas adalah dasar dari obyektivitas. Prosedur lain
yang digunakan dalam pendekatan pertimbangan subyektif yaitu dengan menggunakan
kesepakatan umum, hal tersebut apabila jumlah subyeknya terbatas. Pendekatan ini
merupakan pendekatan yang praktis penggunaannya, dan dapat diterapkan pada berbagai
bidang kegiatan kreatif, juga dapat menjaring orang-orang, produk-produk yang sesuai
dengan kriteria kreativitas yang ditentukan oleh pengukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip
pada akhirnya kreativitas sesuatu atau seseorang ditentukan oleh apresiasi pengamat yang
ahli. Adapun kelemahannya yaitu setiap penimbang mempunyai persepsi yang berbeda-beda
terhadap yang disebut kreatif, dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Anda mungkin juga menyukai