Oleh :
NURFIANA SAPUTRI
Nim. 18.028
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan kebutuhan rasa aman (Ernawati, 2012 di kutip dalam Herlina, 2017).
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa
juga keadaan aman dan tentram (Potter & Perry, 2008 dikutip dalam Kasiati
gangguan kebutuhan rasa aman yang sering terjadi pada manusia adalah
paru dan gangguan pertukaran gas setempat dan sering di jumpai dengan
gejala awal batuk, dispnea, demam (Sudoyo, 2010 dikutip dalam Anggraeni,
2017).
loffller), jamur dan benda asing. Masuk melalui saluran nafas atas dan dapat
1
menyebabkan infeksi saluran napas bagian bawah sehingga menyebabkan
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada
muntah dan diare dan biasanya terjadi pada permulaan penyakit tidak
ditemukan, tapi setelah beberapa hari, mula- mula kering, kemudian menjadi
hangat, meningkatkan intake cairan dan nutrisi dan memonitor suhu sesering
mungkin, monitor intake dan output, beri minum sesering mungkin, monitor
warna dan suhu kulit dan lain-lain (Nurarif & Kusuma, 2015).
Seruni Rumah Sakit Umum Daerah Jombang dengan hasil bahwa selama 3 x
2
24 jam pada klien menunjukkan hasil yaitu adanya penurunan suhu tubuh,
keadaan umum yang mulai baik, tidak ada perubahan warna kulit dengan
ruang Perawatan Anak jumlah kunjungan anak usia toodler (1-3 tahun)
Dari data dan penelitian sebelumnya di atas, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
Konawe.
4
D. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
bronchopneumonia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapakan karena
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misalnya: penyakit, nyeri,
kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman (Asmadi, 2005 di kutip
6
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman
penglihatan.
7
k. Jenis kelamin secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara
disebabkan oleh penggunaan alat (Potter & Perry, 2005 di kutip dalam
a. Keselamatan fisik
perlindungan.
8
klien (Potter & Perry, 2005, di kutip dalam Kasiati & Rosmalawati,
2016 ).
b. Keselamatan psikologis
yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang
pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal (Potter & Perry, 2005 di
yang sakit atau cacat lebih renta untuk terancam kesejahteraan fisik
tidak tampak nyata namun memberi dampak yang kurang baik bila
tidak diperhatikan (Potter & Perry, 2005 di kutip dalam Kasiati &
Rosmalawati, 2016)
9
klien. Di sini menyangkut kebutuhan fisiologis juga. Teman-teman pasti
masih ingat kebutuhan fisiologis kita, itu yang terdiri dari kebutuhan
Rosmalawati, 2016).
a. Di rumah
c. Cahaya
d. Kebisingan
e. Cedera
f. Kesalahan prosedur
h. Kebersihan lantai
i. Prosedur tindakan.
10
B. Hipertermi Pada Pasien Bronchopneumonia
1. Pengertian
peningkatan suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5oC. Peningkatan suhu tubuh
dengan cepat dan berkeringat banyak, nyeri dada, takipneu dan dispnea,
2. Klasifikasi Hipertermi
1) Hipertermi maligna
11
suhu dihipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak
bermanfaat.
Hipertermi jenis ini dapat terjadi pada anak besar/ remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang
1) Hipertermi neonatal
a) Dehidrasi
12
cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermi
prematur/resiko infeksi.
b) Overheating
c) Trauma lahir
pada 24% dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan
dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39oC
mencapai 37oC.
d) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40.5oC atau
13
susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
14
DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang
edema serebri.
15
tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS
3. Fungsi Fisiologis
tubuh.
dan testosterone).
atau lebih rendah sampai 37,4oC pada sore hari atau 36,5oC. Lebih lanjut
16
dijelaskan, suhu tubuh rata-rata orang sehat 36,8oC. dengan titik terendah
pada jam 6 pagi sampai titik tertinggi jam 16.00. Suhu normal maksimum
(oral) pada jam 06.00 adalah 37,2oC dan suhu maksimum pada jam 16.00
adalah 37,7oC. Dengan demikian suhu tubuh > 37,2oC pada pagi hari dan >
37,7oC pada sore hari disebut demam (Gelfand,et al, 2009). Sebaliknya
bennet dan plum (2008) mengatakan demam atau hipertermi bila suhu
>37,2oC. Walaupun tidak ada batasan yang tegas, namun dikatakan apabila
terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 1-1,5oC adalah abnormal.
Pada fase ini dimuali dari proses menggigil telah lenyap. Pada fase
ini penderita akan merasakan kulit terasa hangat/ panas, merasa tidak
17
haus, dehidrasi ringan sampai berat, mengantuk, delerium/ kejang
akibat iritasi sel saraf, lesi mulut herpetic, kehilangan nafsu makan,
protein.
juga peningkatan kadar sisa metabolisme. Selain itu, pada keadaan tertentu
5. Etiologi
a. Dehidrasi
18
f. Pengobatan/anesthesia
Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan
a. Usia
b. Irama sirkadian
pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00
dan 04.00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai
sekitar pukul 18.00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
19
c. Olahraga
d. Kadar hormone
e. Gangguan organ
Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat
f. Peradangan
Menururt PPNI, (2016) Hipertermia terdiri dari dua gejala yakni tanda
Suhu tubuh diatas normal yaitu > 37,8 0C (1000F) per oral atau
20
b. Gejala dan tanda minor
8. Penatalaksanaan Keperawatan
bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk
penatalaksanaan demam :
berlebihan. Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah
21
9. Penatalaksanaan Medis
sebagai berikut:
atau rektal).
intravenous.
d. Cara lain yang bisa digunakan : kumbah lambung dengan air dingin,
infus cairan dingin, enema dengan air dingin atau humidifier oksigen
22
e. Penurunan suhu tubuh yang cepat dapat terjadi refleks vasokonstriksi
dapat diberi :
hipotensi.
1. Pengkajian Keperawatan
adalah Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak ada nafsu makan, epistaksis,
penurunan kesadaran.
23
Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien,
muncul.
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
e. Riwayat psikososial
g. Pemeriksaan fisik
24
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur
2. Diagnosa Keperawatan
interaksi aktual/ potensial) dari individu atau kelompok tempat anda secara
adalah :
3. Rencana Keperawatan
25
Keperawatan Hasil
Hipertermi NOC : NIC :
Definisi : Thermoregulation Fever treatment
peningkatan suhu Kriteria Hasil : 1) Monitor suhu sesering mngkin
tubuh di atas kisaran 1) Suhu tubuh dalam 2) Monitor warna dan suhu kulit
normal rentang normal 3) Monitor TD, nadi dan RR
Batasan 2) Nadi dan RR 4) Monitor penurunan tingkat
karakteristik : dalam rentang kesadaran
1) Konvulsi normal 5) Monitor intake dan output
2) Kulit kemerahan 3) Tidak ada 6) Berikan anti piretik
3) Peningkatan suhu perubahan warna 7) Berikan pengobatan untuk
tubuh di atas kulit dan tidak ada mengatasi penyebab demam
kisaran normal pusing 8) Selimuti pasien
4) Kejang 9) Kolaborasi pemberian cairan
5) Takikardi intravena
6) Takipnea 10) Kompres pasien pada lipat paha
7) Kulit terasa dan aksila
hangat 11) Tingkatkan sirkulasi udara
Faktor yang 12) Berikan pengobatan untuk
berhubungan : mencegah terjadinya menggigil
1) Anastesia Temperature regulation
2) Penurunan 1) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
respirasi 2) Monitor TD, nadi, dan RR
3) Dehidrasi 3) Monitor warna dan suhu kulit
4) Pemajanan 4) Monitor tanda-tanda hiipertermi
lingkungan Yang dan hipotermi
panas 5) Tingkatkan intake cairan dan
5) Penyakit nutrisi
6) Pemakaian 6) Selimuti pasien untuk mencegah
pakaian yang hilangnya kehangatan tubuuh
tidak sesuai 7) Ajarkan pada pasien cara
dengan suhu mencegah keletihan akibat panas
lingkungan 8) Diskusikan tentang pentingnya
7) Peningkatan laju pengaturan suhu dan kemungkinan
metabolism efek negatif dari kedinginan
8) Medikasi 9) Berikan anti piretik jika perlu
9) Infeksi
10) Trauma Vital sign monitorin
11) Aktivitas 1) Monitor TD, nadi, suhu dan RR
berlebihan 2) Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3) Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk, atau berdiri
4) Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR, selama,
dan setelah aktivitas
6) Monitor kualitas dari nadi
7) Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor suara pernapasan
abnormal
10) Monitor suhu,warna, dan
kelembaban kulit
11) Monitor sianosis perifer
12) Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
26
4. Implementasi Keperawatan
yang dilakukan secara kolaboratif dengan penyedia asuhan lain dan tindakan
5. Evaluasi Keperawatan
Rodsdahl, 2014).
27
a. S (Subyektif), yaitu data subjek klien yang biasanya berupa kutipan
c. A (Assessment) atau analisi, yaitu kesimpulan yang didapat dari data yang
klien.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subyek Penelitian
1. Kriteria Inklusi :
BLUD RS Konawe
2. Kriteria Ekslusi :
29
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek
C. Fokus Studi
rasa aman dengan masalah hipertermi klien dapat teratasi setelah diberikan
asuhan keperawatan.
E. Definisi Operasional
reaksi dan respon unik individu pada suatu kelompok dan perseorangan
dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram.
suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5oC. Peningkatan suhu tubuh tersebut
30
F. Instrumen Penelitian
1. Pengumpulan data
hipertermi.
31
7) Mengimplementasikan dan melakukan observasi keadaan pasien
perawatan.
I. Etika Penelitian
yang dituju oleh peneliti, setelah mendapat persetujuan, barulah peneliti dapat
dilengkapi dengan judul penelitian. Bila subjek menolak, maka tidak boleh
32
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencamtumkan nama
3. Confidentiality (kerahasiaan)
33
34