NIM : 041727377
UPBJJ : 45/YOGYAKARTA
B. Berdasarkan Bentuknya
1. Hukum tertulis : hukum yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan.
Hukum tertulis ada yang tersusun dalam bentuk kodifikasi da nada yang tidak dikodifikasikan.
2. Hukum tidak tertulis : yang berupa hukum kebiasaan dan hukum adat, hukum perjanjian,
hukum doktrin, dan hukum revolusi (revolusi yang berhasil)
C. Berdasarkan Sifatnya
1. Hukum yang bersifat mengatur atau fakultatif : hukum yang dalam keadaan konkrit dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat para pihak. Hukum yang bersifat mengatur
sering disebut juga hukum pelengkap (aancullendrecht) di karenakan ketentuan hukum ini
baru berlaku apabila dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak ada sesuatu hal yang
tidak diatur.
2. Hukum yang bersifat memaksa atau imperatif ( dwingendrecht), yaitu hukum yang dalam
keadaan konkrit tidak dapat dikesampingkan oelh perjanjian yang dibuat oleh para pihak,
berarti kaedah hukumnya bersifat mengikat dan memaksa, tidak memberi wewenang lain,
selain apa ang telah ditentukan dalam undang-undang.
D. Berdasarkan Luas Berlakunya
1. Hukum umum (ius generale) : peraturan hukum yang berlaku umum atau berlaku bagi setia
orang
2. Hukum khusus : hukum khusus masih dibagi lagi menjadi dua yaitu hukum khusus yang
berlakunya khusus untuk suatu tempat tertentu, jadi kekhususannya bertalian tempat (ius
particulare) dan hukum khusus yang berlakunya khusus untuk hal-hal tertentu saja atau yang
bertalian dengan segi tertentu dari kehidupan masyarakat (ius special)
E. Berdasarkan Fungsinya
1. Hukum materiil : peraturan hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan hukum. Peraturan hukum yang menentukan hak dan kewajiban, memerintahkan
dan melarang berbagai perbuatan kepada orang-orang dalam masyarakat. Contohnya : hukum
perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum tata usaha negara.
2. Hukum formil : peraturan hkum yang mengatur bagaimana menjamin ditaatinya atau
ditegakkannya hukum materiil. Hukum ini sering disebut hukum acara, hukum ini baru
diperlukan jika sudah terjadi pelanggaran terhadap hukum materiil, sehingga ada pihak yang
dirugikan atau ketertiban dan keamanan terganggu. Contohnya hukum acara perdata, hukum
acara pidana, hukum acara peradilan tata usaha negara.
F. Berdasarkan Isinya
1. Hukum Publik (publiek recht) : peraturan hukum yang objeknya kepentingan umum, atau
dapat juga dikatakan sebagai peraturan hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan warga negaranya, atau hubungan antara negara dengan alat perlengkapnya atau
hubungan antara alat perlengkap yang satu dengan alat perlengkap yang lain. Contoh :
hukum tata negara, hukum tata usaha negara, hukum pidana, hukum acara perdata, hukum
acara pidana, hukum acara peradilan, tata usaha negara, hukum internasional.
2. Hukum privat (privaat recht) atau hukum sipil (civiel recht) atau hukum perdata, yaitu
peraturan hukum yang objeknya kepentingan khusus atau kepentingan perseorangan, atau
dapat juga dikatakan sebagai peraturan hukum yang mengatur hubungan perseorangan,
hubungan antara orang satu dengan dengan orang lain, baik dalam hubungan keluarga
maupun dalam pergaulan masyarakat.
2. Jelaskan mazhab-mazhab hukum dan mazhab manakah yang menurut saudara relevan dengan
hukum positif Indonesia
Mazhab-mazhab hukum :
A. Mazhab Hukum Alam.
Hukum alam adalah hukum yang ditemukan pada alam dimana hukum itu sesuai dan bersinergi
dengan alam. Hukum Alam sendiri sebenarnya bukan merupakan jenis hukum, tetapi itu
merupakan penamaan seragam un tuk banyak ide yang dikelompokan dalam satu nama, yaitu
hukum alam. ini berarti dalam hukum alam sendiri terdapat beberapa teori hukum yang memiliki
persamaan dan perbedaan. dalam teori hukum alam terdapat ke khasan yaitu tidak dipisahkannya
secara tegas antara hukum dan moral. penganut aliran ini memandang hukum dan moral sebagai
pencerminan dan pengaturan secara internal dan eksternal kehidupan manusia dan hubungan
sesama manusia.
Sumber hukum Alam :
1. Hukum Alam Bersumber dari Tuhan (Teori hukum alam yang irasional).
Sumber hukum alam adalah kitab suci, manusia dikuasai oleh hukum alam dan adat
kebiasaan. hukum alam adalah hukum yang lahir bersamaan dengan terciptanya manusia dan
tidak berubah sepanjang zaman (kodrat) hukum alam adalah hukum yang tertinggi (Tokoh dari
pencetus teori ini adalah Thomas Acquinas).
Klasifikasi Hukum Menurut Thomas Aquinas:
Lex Aeterna (Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia)
maksudnya ini merupakan hukum Tuhan. Hukum Tuhan yang tidak dapat diterima oleh
pikiran secara rasional, melainkan hanya dapat diresapi dan diyakini secara Irasional
sebagai bentuk Keyakinan pada Hukum-hukum Tuhan.
Lex Divina (Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap panca indera manusia).
Lex Naturalis (Hukum alam merupakan penjelamaan lex aeterna ke dalam rasio manusia)
maksudnya manusia dapat menangkap adanya ketentuan Hukum Tuhan dengan
mengamati ciptaannya berupa alam kehidupan dan lain sebagainya.
Lex Positivis (Hukum Alam yang diterapkan ke dalam kehidupan manusia di dunia) yaitu
hukum alam dituangkan kedalam bentuk wujud yang lebih kongkret (nyata) dalam
kehidupan manusia seperti membentuk undang-undang.
2. Hukum Alam Yang bersumber dari Rasio Manusia.
Menurut pendapat kelompok ini, hukum yang universal dan abasi itu berasal dari rasio
manusia. hukum alam muncul dari pikiran manusia tentang apa yang baik, benar atau buruk
diserahkan kepada moral alam. (tokoh utama aliran ini adalah Hogo de Groot (Grotius).
B. Positivisme Hukum.
Aliran positivisme hukum lahir atas reaksi berkembangnya aliran (Mazhab) hukum alam. ciri
positivisme menurut H.L.A. Hart : “hukum tidak perlu dikaitkan moral, hukum itu sebagaimana
adanya (law as is it) bukan hukum sebagaimana yang seharusnya (Law as ought to be)” “studi
tentang hukum harus dilepaskan dari studi sejarah, sosiologis, moral, dan tujuan sosial, dan fungsi
sosial.
Ciri-ciri Positivisme Hukum
1. Sistem hukum adalah sistem tertutup yang logis (masuk akal)
2. Pertimbangan secara moral tidak dipertahankan, kecuali dengan argumen rasional, fakta-
fakta, atau bukti.
3. Sanski pidana harus spesifik untuk setiap kejahatan selain itu kerasnya sanksi tidak boleh
melebihi daya preventifnya (pencegahannya).
4. Tujuan utamanya adalah keteriban semata.
Salah seorang penganut positivisme hukum John Austin menyatakan bahwa:
1. Satu-satunya sumber hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara, sedangkan
sumber-sumber lain hanyalah sebagai sumber yang lebih rendah. Sumber hukum itu adalah
pembuatnya langsung, yaitu pihak yang berdaulat atau badan perundang-undangan yang
tertinggi, dan semua hukum dialirkan dari sumber yang sama itu. Hukum yang bersumber dari
situ harus ditaati tanpa syarat, sekalipun dirasakan tidak adil.
2. Hukum terlepas dari soal keadilan dan dari soal baik dan buruk. Karena itu ilmu hukum
tugasnya hanyalah menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam sistem hukum
modern. Ilmu hukum hanya berurusan dengan hukum positif, yaitu hukum yang diterima tanpa
memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah perintah dari kekuasaan politik
yang berdaulat dalam suatu negara.
D. Mazhab Sejarah
Dalam mazhab ini terdapat suatu pendapat yaitu, hukum itu ditemukan bukan dibuat oleh manusia.
ditemukan darimana ?, yaitu ditemukan dari sejarah manusia (Masyarakat) itu sendiri. Mazhab ini
juga berpendapat bahwa hukum harus terus berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan undang-undang tidak berlaku secara universal, setiap masyarakat memiliki hukum
kebiasaan sendiri. Tokoh Friedrich Carl von Savigny
Pendapat mazhab ini berpangkal pada kenyataan bahwa manusia di dunia ini terdiri atas berbagai
bangsa (rakyat) dan tiap-tiap bangsa mempunyai semangat bangsa (volksgeist) nya sendiri, yang
berbeda-beda menurut tempat dan waktu. Pokok-pokok pendapat von Savigny dan mazhab
sejarahnya adalah sebagai berikut:
Hukum tidak dibuat (hasil penggunaan rasio), tetapi ditemukan (didapatkan).
Masyarakat dunia terbagi dalam banyak masyarakat, yang masing-masing mempunyai
volksgeist sendiri, yaitu suatu adat istiadat sendiri. Sumber hukum satu-satunya adalah
kesadaran hukum rakyat. Kesadaran hukum rakyat ini menjadi dasar (hukum) kebiasaan
maupun (hukum) undang-undang. Maka dari itu, hukum kebiasaan dan undang-undang
kedudukannya sederajat.
Yang menjadi sumber satu-satunya dari hukum ialah kesadaran hukum rakyat. Kebiasaan dan
undang-undang sebenarnya bukan sumber dari hukum, melainkan hanya suatu “kenbron”
(sumber pengenal hukum) yang membuktikan adanya hukum itu. Orang yang hidup dalam
suatu masyarakat luas, tidak dapat menyatakan hukum sendiri. Menyatakan hukum itu
menjadi pekerjaan para sarjana hukum. Sarjana hukum menjadi alat (organ) kesadaran hukum
rakyat dan bertugas menyatakannya sehingga dapat diketahui dan dijalankan. Apa yang
ditemukan oleh sarjana hukum kemudian dicantumkan dalam undang-undang atau menjadi
hukum kebiasaan. Sebetulnya undang-undang bukan lagi merupakan “kebiasaan yang
dicatat”.