LAPORAN AKHIR
Disusun Oleh :
NIM : 4100190024
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : 4100190024
( ) ( )
NIK : 19730339
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena hanya
oleh Rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan
demikian penyusun dapat menyelesaikan laporan akhir Praktikum
Endapan Mineral ini.
II
DAFTAR ISI
III
2.3.3 Tipe Endapan Epitermal Intermediate Sulfidation...............25
BAB IV PENUTUP.......................................................................................29
4.2 SARAN.........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................30
IV
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1......................................................................................................... 9
Gambar 2......................................................................................................... 10
Gambar 3......................................................................................................... 10
Gambar 4..........................................................................................................11
Gambar 5..........................................................................................................12
Gambar 6..........................................................................................................13
Gambar 7.........................................................................................................14
Gambar 8.........................................................................................................16
Gambar 9.........................................................................................................16
Gambar 10.......................................................................................................17
Gambar 11.......................................................................................................17
Gambar 12.......................................................................................................21
Gambar 13.......................................................................................................23
Gambar 14.......................................................................................................24
Gambar 15.......................................................................................................27
V
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ............................................................................................................18
Tabel 2 ............................................................................................................20
Tabel 3 ............................................................................................................27
VI
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
3. Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung (Guilbert dan
4. Konsentrasi.
Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida
hidrotermal (Corbett dan Leach, 1996, dalam Sutarto, 2004 ). Henley dan Ellis
(1983, dalam Sutarto, 2004), mempercayai bahwa alterasi hidrotermal pada system
epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan dinding, akan tetapi
lebih dikontrol oleh kelulusan batuan, tempertatur, dan komposisi fluida. Batuan
2
dinding (wall rock/country rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang melingkupi
urat, umumnya mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya proses alterasi
akan menyebabkan perbedaan intensitas alterasi dan derajat alterasi (terkait dengan
stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang mengalami alterasi sering
membentuk pola alterasi (style of alteration) pada batuan (Pirajno, 1992, dalam
Sutarto, 2004). Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan
menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal sebagai himpunan mineral
(mineral assemblage) (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004). Setiap
himpunan mineral akan mencerminkan tipe alterasi (type of alteration). Satu
mineral dengan mineral tertentu seringkali dijumpai bersama (asosiasi mineral),
walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang berbeda, sebagai contoh
klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit. Area yang memperlihatkan
penyebaran kesamaan himpunan mineral yang hadir dapat disatukan sebagai satu
zona alterasi. Host rock adalah batuan yang mengandung endapan bijih atau suatu
batuan yang dapat dilewati larutan, dimana suatu endapan bijih terbentuk. Intrusi
maupun batuan dinding dapat bertindak sebagai host rock.
2.1.1 Potasik
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam
suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih
dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan
berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite.
Pembentukkan biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara
mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang
kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun piroksen. Dicirikan oleh
melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit
sering hadir sebagai asesoris, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene)
atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang
dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300°C),
salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik yang kuat. Selain biotisasi
tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini.
3
Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin,
hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral
piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan
menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara
mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk
klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.
Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona
potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang
terjadi pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan
magma sisa (larutan hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya
berdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan. Berikut ini ciri – ciri salah
satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu Aktinolit
Sifat Fisik
Sifat fisik dari mineral ini ditunjukkan dengan warna hijau sampai hijau
kehitaman, Hal ini dikarenakan komposisi kimia yang terkandung pada
mineral ini, densitas pada mineral ini sebesar 3.03 – 3.24 g/cm3 kekerasan
mineral ini adalah 5 – 6 skala mohs, dengan cerat berwarna agak putih
terang, kilap mineral ini termasuk kilap kaca sampai sutera, Karena
komposisi serta tekstur dan sistem mineral pada mineral maka mineral ini
dapat ditembus oleh cahaya hal itu sejalan dengan partikel partikel
pembentuk mineral ini yang mudah dilalui oleh cahaya, relief permukaan
4
sedang/lembut. Sesuai dengan lingkungan pembentukanya yaitu pada
daerah metamorfosa dan terbentuk di dalam sekis kristalin dimana
temperatur suhu sangat berpengaruh dalam pembentukan mineral ini, maka
mineral ini banyak ditemukan berasosiasi dengan mineral magnetit dan
hematit.
Sifat Kimia
Sifat Optik
2.1.2 Filik
Zona alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona
alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang
pada intrusi. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit dan kuarsa sebagai
mineral utama dengan mineral pirit yang melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral
serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari
alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan
teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+, menjadi mineral
phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-
pirit, yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral lempung atau alkali
feldspar. Kadang mengandung sedikit anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. Terbentuk
pada temperatur sedang-tinggi (230°- 400°C), fluida asam-netral, salinitas
beragam, pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat. Dominasi endapan
dalam bentuk veinlet dibandingkan dengan endapan yang berbentuk hamburan
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya pengaruh metasomatik yang lebih
mengarah keproses hidrotermal. Hal ini disebabkan karena zona ini semakin
menjauh dari pusat intrusi serta berkurangnya kedalaman sehingga interaksi
5
membesar dan juga diakibatkan oleh banyaknya rekahan pada batuan sehingga
larutan dengan mudah mengisinya dan mengkristal pada rekahan tersebut,
mineralisasi yang intensif dijumpai pada vein kuarsa adalah logam sulfida berupa
pirit, kalkopirit dan galena. Berikut ini ciri – ciri salah satu contoh mineral ubahan
pada zona potasik yaitu Serisit.
Sifat Fisik
Tidak berwarna – putih; kekerasan 5.5 – 6 skala mohs; kilap kaca; dapat
ditembus oleh cahaya; pecahan conchoidal; cerat putih. Umumnya berasosiasi
dengan mineral kuarsa, Pemodelan Sostem panasbumi Berdasarkan Data
Geologi,Magnetotelurik da Alterasi Hidrotermal Daerah Ulumbu,NTT, Giovanni
Claudia 63 muskovit, dan mineral-mineral bijih seperti pirit, kalkopirit, galena, dan
lainya. Rumus kimia Ca[Al2Si4O12].2H2O.
Sifat Optik
Sistem kristal monoclinic dengan kelas kristal prismatic, surface relief sedang,
optic nα = 1.498 nγ = 1.502.
2.1.3 Propilitik
Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit,
kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°-300°C pada pH
mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang
mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004),
terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik,
yaitu :
Klorit-kalsit-kaolinit.
Klorit-kalsit-talk.
Klorit-epidot-kalsit.
Klorit-epidot
6
2.1.4 Argilik
7
2.2.1 Tekstur Dan Struktur
Tubuh bijih tabulat mempunyai ukuran pada dua sisi yang memanjang, tetapi sisi
ketiga relative pendek. Bentuk tubuh bijih tabular, umumnya membentuk vein
(urat) atau fissure -veins. Vein pada umumnya mempunyai kedudukan miring,
seperti pada sesar, pada bagian bawah dikenal sebagai footwall, sedangkan bagian
atasnya dikenal sebagai hangingwall.
8
Gambar 1. Kiri, memperlihatkan urat yang terbentuk pada sesar normal, dengan struktur pinch-
and-swell. Kanan, memperlihakan stadia pembentukan urat yang relative vertical dan horizontal.
Struktur berperan sebelum dan sesudah mineralisasi (dari Evans, 1993).
Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur pinch and swell yang
membentuk urat. Ketiga pada rekahan tersebut membentuk sesar normal, maka
akan terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang memungkinkan fluida
pembawa bijih masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Vein pada umumnya
terbentuk pada sistem rekahan yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun
kemiringan.
Tubuh bijih ini, relative pendek pada dua dimensi , tetapi panjang pada sisi
ketiganya. Pada posisi vertical atau sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa
(pipes) atau chimneys, sedangkan pada posisi horizontal sering digunakan istilah
“mantos”. Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya disebabkan oleh
pelarutan batuan induknya (host rocks), serta bijih yang berupa breksiasi. Beberapa
tubuh bijih seringkali tidak menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut
pod (pod-shaped orebodies).
9
Gambar 2. Memperlihatkan kenampakan breksi hidrotermal. Foto kiri, kenampakan breksi
hidrotermal pada endapan skarn Big Gossan. Foto kanan, tekstur pengisian diantara fragmen
breksi yang membentuk tekstur ockade pada endapan epitermal Ciemas.
Pada endapan sebaran (diseminasi) bijih tersebar pada tubuh batuan, seperti pada
pembentukan mineral asesori pada batuan beku. Pada kenyataannya bijih ini sering
sebagai mieral asesori pada batuan beku.
Endapan bijih diseminasi juga banyak terbentuk pada sebagian besar perpotongan
jaringan uraturat halus (veinlets), yang dikenal sebagai stockwork, juga di sepanjang
urat halus atau pada pori batuan. Stockwork sebagian besar terbentuk pada tubuh
intrusi berkomposisi intermediet sampai asam, tetapi juga dapat menerus hingga
pada batuan sampingnya.
10
Gambar 4. Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan. Kanan
Kenampakan tekstur stockwork pada endapan Cu-porfiri Grasberg, Tembaga Pura.
11
Gambar 5. Memperlihatkan tubuh bijih diskordan, yang
dikontrol oleh stratigrafi dan struktur geologi (dari
Evans, 1993).
Pada batuan vulkanik, endapan dapat terbentuk mengisi vesikuler pada tubuh lava
basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada endapan volcanogenic
massive sulphide. Endapan massive sulphide merupakan endapan yang penting dan
lebih signifikan. Pada tubuh intrusi plutonik, juga sering membentuk lapisan-
lapisan mineral ekonomik seperti magnetit-ilmenit atau kromit. Pembentukan ini
disebabkan oleh gravitational settling atau liquid immicibility.
Tekstur Bijih
Tekstur bijih dapat bercerita banyak tentang genesa atau sejarah pembentukan
bijih. Interpretasi genesa mineral dari tekstur sangat sulit dan haruslah hati-hati.
Ada tiga tekstur yang dikenal, yaitu tekstur open space filling (infilling), tekstur
replacement, serta exolution.
Proses pengisian umumnya terbentuk pada batuan yang getas, pada daerah
dimana tekanan pada umumnya relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar
cenderung bertahan. Tekstur pengisian dapat mencerminkan bentuk asli dari pori
serta daerah tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi struktur
12
geologi yang mengontrolnya. Mineral-mineral yang terbentuk dapat memberikan
informasi tentang komposisi fluida hidrotermal, maupun temperatur
pembentukannya. Pengisian dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat
(magma) juga dapat terbentuk dari presipitasi fluida hidrotermal. Kriteria tekstur
pengisian dapat dikenali dari kenampakan:
• Adanya vug atau cavities, sebagi rongga sisa karena pengisian yang tidak
selesai
Adanya struktur zoning pada mineral, sebagai indikasi adanya proses pengisia,
seperti mineral andradit-grosularit. Struktur zoning pada mineral sulit dikenali
dengan pengamatan megaskopis.
• Tekstur berlapis. Fuida akan sering akan membentuk kristal-kristal halus,
mulai dari dinding rongga, secara berulang-ulang, yang dikenal sebagai
crustiform atau colloform. Lapisan crustiform yang menyelimuti fragmen
dikenal sebagai tekstur cockade. Apabila terjadi pengintian kristal yang
besar maka akan terbentuk comb structure. Pada umumnya perlapisan yang
dibentuk oleh pengisian akan membentuk perlapisan yang simetri.
13
Gambar 7. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur pengisian. A) Vuggy
atau rongga sisa pengisian, b). Kristal euhedral, c). Kristal zoning, d). Gradasi ukuran Kristal,
e).Tekstur crutiform, f). Tekstur cockade, g).Tekstur triangular, h).Comb structure, i).Pelapisan
simetris
• Kenampakan tekstur berlapis juga dapat terbentuk karena proses penggantian
(oolitik, konkresi, pisolitik pada karbonat) atau proses evaporasi
(bandedironstone), tetapi sebagain besar tekstur berlapis terbentuk karena
proses pengisian.
• Tekstur triangular terbentuk apabila fluida mengenap pada pori diantara fragmen
batuan yang terbreksikan. Kalau pengisian tidak penuh, akan mudah untuk
mengenalinya. Pada banyak kasus, fluida hidrotermal juga mengubah fragmen
batuan secarara menyeluruh. Problem-nya apabila mineral hasil pengisian antar
fragmen sama dengan mineral hasil ubahan pada fragmen (contoh paling banyak
adalah silika pengisian dibarengi silika penggantian). Walau demikian, pada
tekstur pengisian umumnya memperlihatkan kenampakan berlapis (tekstur
cockade).
14
Untuk mengenali tekstur pengendapan, dibutuhkan pemahaman geologi terkait
dengan ditempat mana fokus kita diarahkan. Hal yang utama adalah memperkirakan
akses fluida dalam suatu batuan dinding yang terubah. Fluida akan bergerak melalui
daerah yang mempunyai permeabilitas yang besar yang biasanya sebagai ruang
terbuka. Dalam konteks ini dapat diartikan bahwa perhatian pada tekstur pengisian
sebaiknya difokuskan pada daerah yang mempunyai ubahan maksimum.
• Adanya mineral yang tumbuh secara tidak teratur pada batas mineral lain
15
Gambar.8 Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur
penggantian (Guilbert dan Park, 1986). Berturut-turut dari kiri:
• Pseudomorf, bementit mengganti sebagian Kristal karbonat
• Bornit mengganti pada bagian tepid an rekahan kalkopirit
• Digenit yang mengganti kovelit dan kalkopirit, memperlihatkan lebar yang
berbeda
16
Gambar 10. Kanan: Memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis tekstur penggantian mineral
kovelit pada bagian tepi mineral kalkopirit. Kiri: memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis
tekstur exolution mineral kalkopirit pada tubuh sfalerit (perbesaran 40x. Lok. Ciemas).
17
Tabel 1 Beberapa contoh tekstur exolution mineral kalkopirit – stannit – sfalerit
temperatur pembentukannya (Evans, 1993)
18
2.2.2 Pengenalan Mineral Bijih (Mineral Sulfida)
Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di alam
dalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakan sulfida dalam jumlah besar
dapat menjadi bahan galian ekonomis yang layak ditambang. Mineral sulfida
berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di alam dalam kadar dan
dimensi kecil sampai besar. Cebakan sulfida dalam jumlah besar dapat menjadi
bahan galian ekonomis yang layak ditambang.
Dispersi logam berat beracun berbahaya dapat terjadi secara alami, berasal dari
tubuh bijih sulfida yang tersingkap atau berada dekat permukaan. Unsur logam dari
bijih sulfida terbawa bersama aliran air tanah da air permukaan menyebar ke
lingkungan sekitarnya membentuk rona awal dengan sebaran kandungan logam
yang tinggi.
Proses penambangan dengan membongkar dan memindahkan bahan galian
mengandung sulfida menyebabkan terbukanya sulfida terhadap udara bebas. Pada
kondisi terpapar pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan
membentuk air asam tambang. Air asam tambang berpotensi melarutkan logam
yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya
yang akan menurunkan kualitas lingkungan.
Pembentukan air asam cenderung lebih intensif terjadi pada daerah
penambangan. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan
mengandung sulfida pada udara bebas. Penanganan air asam tambang dapat
dilakukan dengan menetralisir menggunakan bahan penetral atau mengolahnya
agar memenuhi batas baku mutu.
Cebakan mineral sulfida dalam dimensi/ kadar besar sangat potensial
untuk dimanfaatkan bagi usaha pertambangan. Cebakan ekonomis yang terdiri
dari bijih sulfida dapat mempunyai sebaran secara lateral maupun vertikal
beberapa puluh meter sampai dengan ratusan meter, jumlah cadangan bijih
beberapa puluh juta ton sampai dengan ribuan juta ton (Gambar
1). Pemanfaatan cebakan mineral sulfida dengan mengekstrak bijih menjadi
komponen bernilai ekonomi yang dapat terdiri dari logam, bahan kimia serta
19
bahan baku untuk industri lain. Jenis komoditas yang dihasilkan tergantung
pada tipe cebakannya
Tabel 2
20
2.3 Tipe Endapan
1. Endapan Porfiri
2. Endapan Epitermal High Sulfidation
3. Endapan Epitermal Intermediate Sulfidation
4. Endapan Epitermal Low Sulfidation
5. Endapan Skarn
Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi
yang bersifat intermedier-asam, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan
samping yang mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri bersifat epigenetik.
Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan
breksi intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan
stockwork mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif
akibat dari fluida hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri
mempunyai tonnase yang besar dan grade yang kecil.
Gambar 12
21
Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari
50 %. Endapan porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya
pada lingkar Pasifik. Contoh endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg,
Selogiri-Wonosari
Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan
asosiasi mineralnya, yaitu
Potassic Zone – selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar
sekunder, biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.
Phyllic Zone – tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein
quartz, sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-
spar and biotite.
Argillic Zone – tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral
lempung kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit.
Plagioclase teralterasi kuat, K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami
kloritisasi.
Propylitic Zone – selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit
dan minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas
sedikt terubah.
Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa
zona, yaitu:
22
• Outer Zone – hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan
mineralisasi copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai,
tapi biasanya sub-ore grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein
epithermal).
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar
secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-
2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High
Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi
magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal
menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-
3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang
tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
23
Gambar 14 Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)
24
2.3.3 Tipe Endapan Epitermal Intermediate Sulfidation
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang
bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi
kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya
perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh
terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan
induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit
atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan
vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran
(dilatational jog).
25
b. Genesa dan Karakteristik
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan
sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air
meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,
dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral
bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk
pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan
proses boiling akan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam
urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan
pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan
proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan
pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan
pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia.
Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai
adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat
bijih sistem sulfidasi rendah
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa–
adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari
sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar
garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi.
Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan
temperatur sedang (150°-300° C) dan didominasi oleh air permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering
hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi.
Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open
space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi
(Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah
26
berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy (Corbett
dan Leach, 1996),
Tabel 3 Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah
(Corbett dan Leach, 1996).
Tipe endapan Sinter breccia, stockwork
Posisi tektonik Subduction, collision, dan rift
Tekstur Colloform atau crusstiform
Asosiasi mineral Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida
Mineral bijih Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit
Contoh endapan Pongkor, Hishikari dan Golden Cross
c. Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari
sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S
27
rendah berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif
dekat permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal
dari campuran air magmatik dengan air meteorit
28
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah praktikum pendukung mata kuliah
teori kelas Endapan Mineral. Materi yang diberikan pada matakuliah ini meliputi:
1. Alterasi Hidrotermal
Potasik
Filik
Propilitik
Argilik
Advance Argilik ( Argilik Lanjut)
4.2 SARAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Putri, D. F., Ritonga, H. M., Murdiati, V., & Zainul, R. (2018). A REVIEW WHAT IS
HYDROTHERMAL?.
Ariansyah, M. R., Anas, N. A., Sari, N. R., & Pahlevi, M. R. (2019). Karakteristik
dan Genesa Sampel Mineral di Daerah Sapaya Menggunakan Metode Megaskopis. Jurnal
Geocelebes, 3(1), 38-41.
Corbett, G. (2002). Epithermal gold for explorationists. AIG News, 67, 1-8.
Heald, P., Foley, N. K., & Hayba, D. O. (1987). Comparative anatomy of volcanic-
hosted epithermal deposits; acid-sulfate and adularia-sericite types. Economic
geology, 82(1), 1-26.
Andini, D. E., & Gautama, R. S. (2019, October). Prediction Potential Acid Mine
Drainage of Epithermal High Sulfidation Deposits using Static Test. In IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science (Vol. 353, No. 1, p. 012023). IOP Publishing.
30