Narkoba
Oleh
Nim :18010151
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang begitu pesat searah dengan
kemajuan zaman, yang dimana hal tersebut berbanding lurus dengan pola pikir dan tingkah laku
masyarakat itu sendiri, sehingga dengan perkembangan zaman tersebut maka masyarakat
memerlukan peraturan sebagai acuan atau pedoman untuk mengontrol perkembangan
masyarakat kearah yang positif, maka dalam hal ini hukum merupakan hal yang sangat berperan
penting. Dalam kenyataan sehari-hari, meskipun telah dibuatnya suatu peraturan hukum untuk
mengatur kehidupan masyarakat tetap saja ada beberapa orang atau sekelompok orang yang tidak
taat pada aturan hukum tersebut dan hal ini disebut sebagai tindak pidana, tindak pidana yang
paling mendapat sorotan dalam beberapa tahun belakangan di negara Indonesia adalah tindak
pidana penggunaan narkotika. Perkembangan tindak pidana narkotika di Indonesia semakin
menakutkan dalam kehidupan masyarakat, terbukti bahwa angka perkembangan kejahatan
narkotika dari tahun ke tahun bertumbuh dengan sangat pesat, sekalipun telah ada Undang-
Undang yang mengatur tentang narkotika,akan tetapi korban yang tanpa memandang umur dan
status sosial semakin banyakterjerat dalam lingkaran setan yang disebabkan oleh narkotika
seperti halnya mereka yang telah kecanduan narkotika, dan Ironisnya yang menjadi korban
mayoritas adalah kalangan remaja dan pemuda yang merupakan penerus bangsa.
Penyalahgunaan narkotika merupakan jenis kejahatan yang potensial terjadi dimana saja, baik
diperkotaan maupun di perdesaan.1
Tindakan rehabilitasi merupakan tindakan yang tepat sehingga dapat membantu pelaku
sekaligus korban penyalah guna narkotika tersebut untuk direhabilitasi sesuai haknya.
Rehabilitasi dapat memberikan kesempatan pada pelaku sekaligus korban untuk melanjutkan
cita-cita hidupnya sesuai haknya. Hal ini berkaitan dengan hak hidup seseorang dan sekaligus
pelaku atau korban tersebut merupakan generasi penerus bangsa yang harus dilindungi serta
mendapatkan perlakuan yang layak sekalipun mereka merupakan pelaku atau korban narkotika.
Selain untuk mendapatkan penyembuhan dalam masa rehabilitasi, juga sekaligus dapat
mengasah keterampilan mereka dalam bentuk pengarahan, daripada membiarkan korban atau
pelaku narkotika tersebut ke dalam proses dehumanisasi.6
2
Bambang Waluyo, Viktimologi Perlindungan Korban Dan Saksi, Sinar Grafika, Jakarta: 2011, hlm. 13.
3
Tina Afatin, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program Aji, Gadjah Mada University Press, hal 12
4
Ibid. 13
5
Akhmad Ali, 2008, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam Bidang Hukum, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, hal. 12.
6
Badan Narkotika Nasional, 2009, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Dini, Jakarta: BNN, hal. 4.
1. Bagaimana proses atau tahapan Rehabilitasi yang dilakukan panti rehabilitasi ini?
2. Apakah tantangan yang dihadapi dalam melakukan rehabilitas narkoba ini?
3. Cara apa yang dilakukan dalam melakukan pendampingan terhadap pasien
rehabilitasi narkoba?
Manfaat:
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tahap-Tahap Penyembuhan Rehabilitasi Sosial Pada saat pasien rehabilitasi telah
melewati tahap rehabilitasi medis, maka pasien di nyatakan dapat masuk ketahap rehabilitasi
sosial. Adapun kegiatan rehabilitasi sosial yang di lakukan yakni:7
o Morning Meeting Kegiatan ini di lakukan setiap pagi oleh para rehabilitan.
Bentuk kegiatan ini adalah forum untuk membangun nilai dan kehidupan yang
baru untuk para rehabilitan. Dalam kegiatan ini membacakan filosofi tertulis,
memberikan pernyataan pribadi, mengemukakan konsep hari ini, mendapatkan
nasehat atau peringatan, mendapatkan pengumuman yang berkaitan dengan
kepentingan bersama, dan juga menjalani permainan. Tujuan dari kegiatan ini
semua antara lain untuk mengembalikan kepercayaan diri, melatih kejujuran, dan
mengungkapkan perasaan.
o Enchounter Group Rehabilitan diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan marah, sedih, kecewa, dan perasaan lain. Setiap rehabilitan berhak
menuliskan perasaannya di atas secarik kertas yang di tunjukan kepada orang
tertentu. Kegiatan ini biasanya dilakukan satu kali dalam seminggu dengan durasi
2 jam dan di tutup dengan acara yang sifatnya rileks. Tujuannya agar membangun
komunitas yang sehat, berani mengungkapkan perasaan, meningkatkan tanggung
jawab dan membangun kedisiplinan.
o Static Group Kegiatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku pengguna dengan
cara membicarakan isu dalam kegiatan sehari-hari dan kehidupan yang sudah lalu
serta bertujuan untuk membangun kepercayaan diri dan kepercayaan antar sesama
rehabilitan serta mencari solusi dari permasalahan yang ada.
o PAGE (Peer Accountability Group Evaluation) Dalam kegiatan ini pasien
rehabilitasi mendapatkan kesempatan untuk dapat memberikan satu penilaian
positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari terhadap sesama rehabilitan serta
7
Khikmatus, Amaliyah, Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang, Tugas Akhir (S1) Universitas
Islam Negri, 2015, hlm 25.
meningkatkan kepekaan terhadap perilaku komunitas. Biasanya pasien di
kelompokan kedalam 10 hingga 15 orang dalam hal ini akan dibagas mengenai
perilaku sehingga rehabilitan dapat memberikan refleksi diri.
o Haircut Pasien rehabilitasi yang melakukan kesalahan secara berulang-ulang akan
di berikan sanksi berupa rasa kecewa uang di tunjukan oleh petugas dengan
menaikan volume suara serta menatap secara tajam.
o Weekend Wrap Up Pasien rehabilitasi diberikan kesempatan untuk membahas apa
saja yang di alami selama satu minggu dan terfokus pada rehabilitan yang
mendapat kelonggaran untuk keluar bersama keluarga maupun teman
angkatannya.
o Learning Experiences Ini adalah bentuk sanksi yang diberikan setelah menjalani
haircut, dan general meeting. Tujuan dari fase ini adalah agar rehabilitan bisa
belajar dari pengalaman sehingga mereka bisa mengubah perilaku.
Dalam upaya melindungi masyarakat dari pelayanan pengobatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, yang akan merugikan masyarakat diperlukan peningkatan mutu
pelayanan pengobatan yang diberikan, maka perlu ditetapkan persyaratan dalam
penyelenggaraan sarana pelayanan terapi medik korban penyalahgunaan Narkoba.8
Hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, gangguan komunikasi bisa terjadi pada semua
elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi
itu sendiri terjadi. Menurut Shannom dan Weaver gangguan komunikasi terjadi jika terdapat
intervensi yang menggangggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi pun
tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi disini dimaksudkan
ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana
harapan komunikator dan penerima.9
9
Hafid Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta :PT Raja GrafindoPersada, 2007), hlm. 153.
10
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 11.
komunikasi ini memang sering terjadi, tentu saja ini berarti lingkungan harus benar-benar
mendukung proses komunikasi agar hambatan ini tidak terjadi.
2.3
A. Pendekatan Behavior
11
Herri Zan Piester, Pengantar Komunikasi & Konseling Dalam Praktek Kebidanan, (Jakarta: Prenada Media
Group,2012), hlm. 32.
12
Muhammad Ali Equatora, Rehabilitasi Sosial Pengguna Narkoba (Jakarta: Bitread Publishing, 2017). 3-4
1. Pengertian Pendekatan Behavior Behavioral adalah merupakan salah satu aliran dalam
psikologi. Pendekatan Behavioral adalah pendekatan yang menekankan pada dimensi pada
kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan (action-
oriented) untuk membantumengambil langkah yang jelas dalam megubah tingkah laku
(Komalasari 2011). Sedangkan menurut Baraja, Pendekatan Behavioral memandang bahwa
masalah yang dihadapi individu dikarenakan individu salah dalam membuat keputusan atau
mengambil sikap untuk melakukan suatu tindakan. Oleh karena itu pendekatan ini (pendekatan
perilaku) di dalam konselingnya menekankan pada perilaku spesifiik, yaitu perilaku yang
memang berbenturan atau yang berlawanan dengan lingkungan dan diri klien sendiri (Baraja,
1996).
Behaviorisme memandang perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan luar dan
rekayasa atau conditioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini menganggap bahwa manusia
adalah netral, baik atau buruk perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami
oleh manusia tersebut. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmani,
dan mengabaikan aspek-aspek mental. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleksrefleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Pendekatan Behavioristik
bersandar pada konsep stimulus dan respon dimana seorang individu akan berperilaku sesuai
stimulus yang ia terima, mempelajarinya kemudian menentukan respon atas stimulus tersebut.
Behavioristik merupakan orientasi teoretis yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah
harus berdasarkan studi tingkah laku yang teramati (observasi behavior).13
3. Prosedur-prosedur konseling tidak statis, tetap atau di tentukan sebelumnya, tetapi dapat
secara khusus didisain untuk membantu memecahkan masalah khusus.15
Pelayanan konseling terhadap bagi kecanduan narkoba. Seseorang yang mengalami kecanduan
narkoba adalah orang yang memiliki ketergantungan obat-obatan yang terlarang. Narkoba
memiliki tiga jenis yaitu psikotropika, psikotropika dan adiktif. Ketiga jenis obat ini sangat
berbahaya jika di konsumsi secara terus menerus dan mengakibatkan kematian.
a. Faktor Kepribadian
b. Faktor Keluarga
Ketiga faktor tersebut menjadi sebab utama seseorang melakukan hal yang dilarang seperti
narkoba. Kepribadian karena adanya kurang pengendalian diri dalam seseorang dan terbiasa
hidup mewah. Faktor keluarga karena tidak ada control dari orang tua dan penerapan sikap
disiplin dan bertanggung jawab. Faktor lingkungan dan masyarakat misalnya pengaruh teman
atau kelompok juga berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Bagaimana Pelayanan yang
dapat dilakukan, bagi orang yang mengalami kecanduan narkoba. Layanan bagi anak pecandu
narkoba menggunakan Konseling Terpadu (KT). Guru memberikan bantuan dengan
menggunakan beragam pendekatan konseling dan memberdayakan klien terhadap lingkungan
social agar klien segera menjadi
anggota masyarakat yang normal dan bermoral. Ragam pendekatan konseling yang diterapkan
pada KT yaitu :
1. Konseling individual ini konselor membantu klien secara individual dengan mengutamakan
hubungan emosional, sehingga besar kepercayaan klien terhadap konselor.
2. Bimbingan Kelompok Pada layanan ini konselor memberi kesempatan kapada klien untuk
berpartisipasi dalam memberi ceramah dan diskusi dengan berbagai masyarakat. Klien
15
Singgih D Gunarsa, Konseling Dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 194
diharapkan mengalami peningkatan dalam hal kepercayaan diri untuk hidup normal sehingga
menjadi orang yang berguna.
3. Konseling Keluarga Dukungan dari keluarga terdekat sangat penting bagi pemulihan klien
narkoba. Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan pesertanya adalah klien,
orang tua, saudara, suami/istri, dan sebagainya. Dengan nuansa emosional yang akrab dan rasa
tanggung jawab.
Teknik terapi behavioristik dalam dua bagian, yaitu teknik-teknik tingkah laku umum dan
teknik-teknik spesifik. Uraiannya adalah sebagai berikut.
a) Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah
laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien.
b) Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru
secara bertahap. Konselor dapat membagi-bagi tingkah laku tingkah laku yang ingin
dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit-unit kecil.
c) Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku
maladaptif tidak berulang.
2) Teknik-teknik Spesifik
a) Desentisisasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini
diarahkah kepada klien untuk menampilkan respons yang tidak konsisten dengan
kecemasan. Teknik ini cocok untuk menangani kasus fobia, ketakutan secara umum,
kecemasan neurotik, impotensi, dan frigiditas seksual.
b) Pelatihan asertivitas. Teknik ini mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku
agresif, pasif, dan asertif. Prosedur yang digunakan adalah permainan peran. Teknik ini
dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri
di hadapan orang lain.
c) Time-Out merupakan teknik aversif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak
diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif.
d) Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan
situasi stimulus yang mengancam secara berulang-ulang.
Selain teknik-teknik yang telah dikemukakan di atas, Corey menambahkan beberapa teknik yang
juga diterapkan dalam terapi behavoristik. Di antaranya, adalah:
1) Penguatan positif, adalah teknik yang digunakan melalui pemberian ganjaran segera,
setelah tingkah laku yang diharapkan muncul.
2) Percontohan (modelling). Dalam teknik, klien dapat mengamati seseorang yang dijadikan
modelnya untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku sang
model.
3) Token Economy. Teknik ini dapat diberikan apabila persetujuan dan penguatan lainnya
tidak memberikan kemajuan pada tingkah laku klien. Metode ini menekankan penguatan
yang dapat dilihat dan disentuh oleh klien (misalnya kepingan logam) yang dapat ditukar
oleh klien dengan objek atau hak istimewa yang diinginkannya.16
2. Teknik Modelling
a. Pengertian Modelling Modelling merupakan salah satu teknik dalam terapi behavior yang
menekankan pada prosedur belajar. Pada prinsipnya terapi behavioral itu sendiri bertujuan untuk
memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku lama yang merusak diri dan memperkuat
serta mempertahankan perilaku yang diinginkan yang lebih sehat. Terapi ini memiliki prinsip
kerja yaitu: Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar konseli terdorong
untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup
kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku
konseli, yakni mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan,
memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya
kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengkondisikan pengubahan tingkah laku
melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung),
16
Namora Lumongga Lubis, Memahami dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Kencana 2011), hlm. 172-175
modeling (peniruan melalui penokohan) ini dikembangkan oleh Albert Bandura yang antara lain
terkenal dengan teori social-belajar (social-learning theory)17
Macam-macam Modelling
17
0 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), hlm. 220.
18
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), hlm. 222.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. Koesno. Diversi Tindak Pidana Narkotika Anak. Satara Press. Malang: 2014.
Waluyo Bambang. Viktimologi Perlindungan Korban Dan Saksi. Sinar Grafika, Jakarta: 2011.
Afatin. Tina. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program Aji. Gadjah Mada
University Press.
Ali. Akhmad 2008. Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam Bidang
Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Badan Narkotika Nasional, 2009, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Dini, Jakarta:
BNN, hal. 4.
Khikmatus, Amaliyah, Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang, Tugas
Akhir (S1) Universitas Islam Negri, 2015, hlm 25.
Hafid Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi(Jakarta :PT Raja GrafindoPersada, 2007), hlm. 153.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.
11.
Herri Zan Piester, Pengantar Komunikasi & Konseling Dalam Praktek Kebidanan, (Jakarta:
Prenada Media Group,2012), hlm. 32.
Muhammad Ali Equatora, Rehabilitasi Sosial Pengguna Narkoba (Jakarta: Bitread Publishing,
2017). 3-4
Yusuf Syamsu. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012).
Corey Gerald. Teori dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. (Bandung: PT Refika Aditama,
2013),
D Singgih Gunarsa. Konseling Dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007)
http://bimbingandankonseling07.blogspot.com/