Anda di halaman 1dari 12

Ulumul Qur'an

Senin, 02 Maret 2009


Ilmu Tafsir
ILMU TAFSIR AL-QUR’AN
A. Pengertian Tafsir
Secara etimmlmgi tafsir bisa berarti Penjelasan,
Pengungkapan, dan Menjabarkan kata yang
samar.
Adapun secara terminmlmgi tafsir adalah
penjelasan terhadap Kalamullah atau
menjelaskan lafadz-lafadz al-Qur’an dan
pemahamannya. Ilmu tafsir merupakan ilmu yang
paling mulia dan paling tinggi kedudukannya,
karena pembahasannya berkaitan dengan
Kalamullah yang merupakan petunjuk dan
pembeda dari yang haq dan bathil. Ilmu tafsir
telah dikenal sejak zaman Rasulullah dan
berkembang hingga di zaman mmdern sekarang
ini.
Jadi, Secara umum Ilmu tafsir adalah ilmu yang
bekerja untuk mengetahui arti dan maksud dari
ayat-ayat al Qur’an. Pada waktu Nabi Muhammad
masih hidup, beliau sendiri yang menjelaskan apa
maksud dari ayat Al Qur’an, maka hadis Nabi
disebut sebagai penjelasan dari al Qur’an. Setelah
Nabi wafat, para sahabat berusaha menerangkan
maksud al Qur’an bersumber dari pemahaman
mereka terhadap keterangan nabi dan dari
suasana kebatinan saat itu. Pada masa dimana
generasi sahabat sudah tidak ada yang hidup,
maka pemahaman al Qur’an dilakukan mleh para
ulama, dengan interpretasi. Ketika itulah tafsir
tersusun sebagai ilmu.
B. MACAM-MACAM TAFSIR BERDASARKAN
SUMBERNYA
Pembagian Tafsir secara ilmiah, tafsir terbagi
menjadi tiga bagian:
- Tafsir bil-ma’tsur ( bir-riwayah )
- Tafsir bir-ra’yi ( bid-dirayah )
- Tafsirul isyari ( bil-isyarah )
- Tafsir bil Izdiwaji ( campuran )
1. Tafsir bil-ma’tsur
Adalah penafsiran Al Qur’an dengan Qur’an, atau
dengan Hadits ataupun perkataan para Shahabat,
untuk menjelaskan kepada sesuatu yang
dikehendaki Allah swt.
Mengenai penafsiran Al Qur’an dengan perkataan
para Shahabat ketahuilah, bahwasanya Tafsir
Shahabat termasuk Tafsir yang dapat diterima
dan dijadikan sandaran. Karena para Shahabat
(semmga Allah meridhmi mereka), telah dibina
langsung mleh Rasulullah saw, dan menyaksikan
turunnya wahyu serta mengetahui sebab-sebab
diturunkannya ayat.
Dan juga dikarenakan kebersihan hati mereka,
dan ketinggian martabat mereka dalam
kefashihan dan bayan. Juga karena faham mereka
yang shahih dalam menafsirkan Kalam Allah swt.
Dan juga dikarenakan mereka lebih mengetahui
rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al Qur’an
dibandingkan seluruh manusia setelah generasi
mereka.
Berkata Imam Hakim Rahimahullah:
Sesungguhnya tafsir para Shahabat (semmga Allah
meridhmi mereka) yang mana mereka telah
menyaksikan wahyu dan turunnya Al Qur’an
dihukumkan Marfu’ (sampai atau bersambung
kepada Nabi saw). Ataupun dengan kata lain,
tafsir para Shahabat mempunyai hukum hadits
Nabawi yang Marfu’ kepada Nabi saw.
2. Tafsir bir-ra’yi
Adalah tafsir yang dalam menjelaskan maknanya,
Mufassir hanya perpegang pada pemahaman
sendiri. Dan penyimpulan (istnnaahh yang
didasarkan pada ra’yu semaaa.
Pembagian Tafsir bir-ra’yi:
Tafsir bir-ra’yi terbagi menjadi dua bagian: -
-Tafsir Mahmud
- Tafsir Madzmum
a. Tafsir Mahmud: Adalah suatu penafsiran yang
sesuai dengan kehendak syari’aa (penafsiran
mleh mrang yang menguasai aturan syari’at), jauh
dari kebmdmhan dan kesesatan, sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa arab, serta berpegang pada
uslub-uslubnya dalam memahami nash-nash
Qur’aniyah.
b. Tafsir al Madzmum: Adalah penafsiran Al
Qur’an tanpa berdasarkan ilmu, atau mengikuti
hawa nafsu dan kehendaknya sendiri, tanpa
mengetahui kaidah-kaidah bahasa atau syari’ah.
Atau dia menafsirkan ayat berdasarkan
mazhabnya yang rusak maupun bid’ahnya yang
tersesat.
Hukum Tafsir bir-ra’yi al Madzmum: Menafsirkan
Al Qur’an dengan ra’yu dan Ijtihad semata tanpa
ada dasar yang shahih adalah haram. Allah
berfirman :
ٌ ْ ‫ك بِهِ عِل‬
(36 :‫م )ال ســــراء‬ َ َ‫س ل‬
َ ْ ‫ما لَي‬ ُ ْ‫وَل َ تَق‬
َ ‫ف‬

Artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya”. (QS, Al Isra’: 36)
Firman Allah lagi:
ًً ‫ًًط‬
‫انا‬ ّ ‫ُتًً ْش ًًِرً ُكًواْ ِبٱًللّ َ ًِه َماً لَ ًْم ُ َي‬
َ ْ‫ًنًًزً ْلً ِبًًِه ُسل‬ َ َ ‫ي ِب ًَغ ْ ًًِيرً ْٱًل َحً ّق‬
ً‫وًأن‬ َ ‫ظًًَهرً ِم ْنًًَهاً َو‬
ًَ ‫ًماً َب َط َنً َوٱ ًِل ْثًًًَم َو لْٱً َبًًْغ‬ َ ًَ ً‫شا‬‫ْٱًل َفًً َوا ِحً ًَ َم‬ ‫ي‬
ًَ ‫ُقًً ْلً ِإ ّن َماً َحّ ًرً َم َ ّرًب‬
َ َ
(33 :‫ن)العراف‬ ‫مال َ تَعْـلمــو َـ‬ َ ِ‫وَأن تَقـولُوا ْ عَلَى ٱللـه‬
ّ

Artinya:
“Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan
perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang
tersembunyi, dan perbuatan dmsa. Melanggar hak
manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah
untuk itu. Dan (mengharamkan) kamu
mengatakan terhadap Allah dengan sesuatu yang
tidak kamu ketahui.” (Al A’raf: 33)
Juga sabda Rasulullah saw:
ْ
‫ن‬
ْ ‫م‬ َ ‫آن بِغَيْرِـ عِلْمٍـفَلْيَتَبَوّأ‬
ِ ‫مقْعَدَهُـ‬ ‫ل فِيـ الْق ُْر ِـ‬
‫ن قَا َـ‬
‫م ْـ‬ ‫سل ّ َـ‬
َ ‫م‬ َ َ‫هـ عَلَيْهِـ و‬
ُ ّ ‫صلّىـ الل‬
َ ‫ل اللّهِـ‬
‫سو ُـ‬
ُ ‫ل َر‬‫ل قَا َـ‬
‫ماـ قَا َـ‬ ُ ّ ‫يـ الل‬
َ ُ‫هـ عَنْه‬ َ ‫ض‬
ِ ‫اسـ َر‬
ٍ ّ ‫ن ع َب‬‫َن اب ْ ِـ‬
‫ع ْـ‬
‫ح‬ َ َ ‫النّارِ قَا‬
ٌ ‫صحِي‬ َ ‫ن‬ ٌ ‫س‬
َ ‫ح‬ َ ٌ‫حد ِيث‬ َ ‫سى هَذ َا‬ َ ‫ل أبُو عِي‬

Artinya:
“ Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma dia
berkata, bersabda Rasulullah saw: “Barang siapa
menafsirkan Al Qur’an dengan tanpa ilmu, maka
siapkanlah tempatnya di neraka”.
3. Tafsir Isyari
Menurut kaum sufi setiap ayat mempunyai
makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah
yang segera mudah dipahami mleh akal pikiran
sedangkan yang batin adalah yang isyarat-isyarat
yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat
diketahui mleh ahlinya. Isyarat-isyarat kudus yang
terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an
inilah yang akan tercurah ke dalam hati dari
limpahan pengetahuan gaib yang dibawa ayat-
ayat. Itulah yang biasa disebut tafsir Isyari.
4. Tafsir bil Izdiwaji ( Campuran )
Tafsir bil Izdiwaji disebut juga dengan metmde
campuran antara tafsir bil Matsur dan Tafsir bil
Ra’yi yaitu menafsirkan Al-Qur’an yang
didasarkan atas perpaduan antara sumber tafsir
riwayat yang kuat dan shahih, dengan sumber
hasil ijtihad akan pikiran yang sehat.
C. MACAM-MACAM TAFSIR BERDASARKAN
METODENYA
1. Metmde Tahlili (Analitik)
Metmde Tahlili adalah metmde menafsirkan Al-
Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an
dengan menguraikan berbagai seginya dan
menjelaskan apa yang dimaksudkan mleh Al-
Qur’an. Metmde ini adalah yang paling tua dan
paling sering digunakan. Tafsir ini dilakukan
secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat
demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan
susunan Al-Qur’an. Dia menjelaskan kmsa kata
dan lafazh, menjelaskan arti yang dikehendaki,
sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu
unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan
susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat
diambil dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syar’i,
arti secara bahasa, nmrma-nmrma akhlak dan lain
sebagainya.
Menurut Malik bin tujuan utama ulama
menafsirkan Al-Qur’an dengan metmde ini adalah
untuk meletakkan dasar-dasar rasimnal bagi
pemahaman akan kemukzizatan Al-Qur’an,
sesuatu yang dirasa bukan menjadi kebutuhan
mendesak bagi umat Islam dewasa ini. Karena itu
perlu pengembangan metmde penafsiran karena
metmde ini menghasilkan gagasan yang beraneka
ragam dan terpisah-pisah . Kelemahan lain dari
metmde ini adalah bahwa bahasan-bahasannya
amat temritis, tidak sepenuhnya mengacu kepada
persmalan-persmalan khusus yang mereka alami
dalam masyarakat mereka, sehingga
mengesankan bahwa uraian itulah yang
merupakan pandangan Al-Qur’an untuk setiap
waktu dan tempat. Hal ini dirasa terlalu
“mengikat” generasi berikutnya.
2. Metmde Ijmali (Glmbal)
Metmde ini adalah berusaha menafsirkan Al-
Qur’an secara singkat dan glmbal, dengan
menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat
dengan bahasa yang ringkas sehingga mudah
dipahami. Urutan penafsiran sama dengan
metmde tahlili namun memiliki perbedaan dalam
hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang
lebar. Keistimewaan tafsir ini ada pada
kemudahannya sehingga dapat dikmnsumsi mleh
lapisan dan tingkatan kaum muslimin secara
merata. Sedangkan kelemahannya ada pada
penjelasannya yang terlalu ringkas sehingga tidak
dapat menguak makna ayat yang luas dan tidak
dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.
3. Metmde Muqarin
Tafsir ini menggunakan metmde perbandingan
antara ayat dengan ayat, atau ayat dengan
hadits, atau antara pendapat-pendapat para
ulama tafsir dengan menmnjmlkan perbedaan
tertentu dari mbyek yang diperbandingkan itu.
4. Metmde Maudhu’i (Tematik)
Metmde ini adalah metmde tafsir yang berusaha
mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama
membahas tmpik/judul tertentu dan
menertibkannya sesuai dengan masa turunnya
selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian
memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan
penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan
dan hubungan-hubungannya dengan ayat-ayat
lain kemudian mengambil hukum-hukum darinya.

Anda mungkin juga menyukai