Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

Fraksinasi Ekstrak dari Simplisia Tumbuhan Obat

Asisten Laboratorium: Raisya Safitri R

Risma Merliana

Zahra Ganesya Citraloka 260110180158

Hari/Tanggal Praktikum: Senin/26 Oktober 2020

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020/2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Melakukan fraksinasi dari simplisia tumbuhan obat, yaitu yaitu pada
simplisia daun Sambiloto (Andrographis paniculata folium) dengan metode
ekstraksi cair-cair (ECC).

II. TEORI DASAR


Fraksinasi merupakan proses pemisahan zat cair dengan zat cair
lainnya. Fraksinasi bekerja berdasarkan tingkat kepolaran, dari non-polar,
semi polar dan polar. Hal itu disebut juga prinsip like dissolve like, senyawa
non-polar akan larut dalam pelarut non-polar, senyawa semi polar dalam
pelarut semi polar dan senyawa polar dalam pelarut polar (Harborne, 1987).
Fraksinasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode Ekstraksi
Cair-Cair (ECC) dan Kromatografi Cair Vakum. Fraksinasi ECC biasa
menggunakan corong pisah sebagai alatnya. Metode ECC menggunkan 2
pelarut yang memiliki kepolaran dan massa jenis berbeda. Pelarut yang
digunakan biasanya adalah n-heksan, etil asetat, dan kloroform. Etil asetat
akan menarik senyawa-senyawa semi polar. Sedangkan klorofom dan n-
heksan dapat menarik senyawa non polar (Widyaningrum, 2011).
Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas terutama dalam
bidang biokimia, farmasi, klinis, farmakognosi, baik untuk analisis kualitatif
maupun analisis kuantitatif. Tujuan penggunaan KLT diantaranya : sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif, dan
untuk mencari sistem pelarut yang akan dipakai dalam kromatografi kolom.
Dalam KLT, sebagai fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben
(penyerap) dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan larutan
pengembang (Marjoni, 2016).
Pada penelitian Eka dan Tuti, 2016, ditemukan bahwa sambiloto
memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan tersebut berkorelasi
dengan fraksi etil asetat ekstrak sambiloto yang mengandung flavonoid.
Penemuan senyawa flavonoid pada fraksi etil asetat dilakukan dengan
metode KLT dengan pembanding flavonoid standar (Eka dan Tuti, 2016)
Selain aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat, sambiloto juga
memiliki anktivitas antibakteri terhadap E. coli. Hal tersebut dibuktikan
pada penelitian Septian dkk 2016, di mana fraksi etil asetat ekstrak
sambiloto memiliki konsentrasi hambat minimum 26% terhadap bakteri
Eschericia coli (Septian et al, 2016).
Fraksi n-heksan telah diteliti memiliki aktivitas sebagai
immunostimulator melalui aktivitas fagositosis makrofag. Di mana fraksi
yang mengandung golongan senyawa terpenoid, steroid, dan flavonoid
(Rahayu, 2014).

III. ALAT DAN BAHAN


3. 1. Alat
 Bejana KLT
 Lampu UV

 Corong pisah  Pipa kapiler

 Pipet tetes
 Kertas saring  Silica gel

3. 2. Bahan
 Andrografolid  Etil Asetat
standar  Kloroform
 Aquades  N-heksan
 Ekstrak sambiloto
 Etanol

IV. PROSEDUR KERJA


4. 1. Ekstraksi Cair-Cair

Timbang 50 gram ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan


Metode refluks.

Larutkan dalam ±50 mL etanol dan tambahkan 450 mL aquades


(ekstrak ditambahkan sedikit demi sedikit aquades sampai ekstrak
tercampur homogen)

Masukkan larutan ekstrak ke dalam corong pisah dan tambahkan


pelarut kedua (n-heksana) sama banyak dengan pelarut pertama
(500 mL).
Kocok larutan dalam corong pisah dengan seksama sambil sesekali
udara dalam corong dikeluarkan

Diamkan larutan dalam corong pisah sampai kedua pelarut terpisah


sempurna dan pisahkan lapisan n-heksana.

Ulangi proses pengocokan sampai diperoleh fraksi n-heksana yang


hampir tidak berwarna (3x pengocokan)

Lapisan air dalam corong pisah dikocok kembali dengan pelarut etil
asetat dengan cara yang sama

4. 2. Analisis KLT Ekstrak dan Fraksi-Fraksi

Buat larutan uji dengan konsentrasi 5% dalam etanol (ekstrak, fraksi


n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi aquades)

Buat larutan pembanding andrografolid 0,1% dalam etanol P.

Jenuhkan chamber dengan fasa gerak berupa kloroform : methanol


dengan perbandingan 9:1

Totolkan larutan uji dan pembanding, masing-masing sebanyak 2


µL pada silica gel 60 F254
Masukkan silica gel ke dalam chamber dan biarkan hingga terelusi
sempurna

Deteksi noda hasil KLT pada sinar UV 366 nm

V. HASIL

(dikosongkan)
DAFTAR PUSTAKA

Eka, P. N. R., dan Tuti, S. S. 2016. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi
Herba Sambiloto (Andrographis paniculata). Media Pharmaceutica
Indonesiana. Vol 1 (2): 100-105.
Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB-Press
Marjoni, M. R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta
: CV. Trans Info Media.
Rahayu, M. P. 2014. Aktivitas Fagositosis Makrofag dari Fraksi n-Heksan Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata, (Burm.F) Nees) Terhadap Mencit
yang Diinduksi Vaksin Hepatitis B. Pharmacy, Vol 11 (2): 181-199.
Septian, A. F., Mulqie L., dan Hazar, S. 2016. Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil
Asetat Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f) Wallich ex
Nees ) terhadap Bakteri Escherichia coli. Prosiding Farmasi, Vol 2 (2):
337-342.
Widyaningrum, H. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta :
Medpress

Anda mungkin juga menyukai