Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2

Sistem Ekonomi Indonesia

Nama : Indri Tiyanti

Nim : 043452545

1. Coba jelaskan (i) apakah yang menjadi kendala koperasi yang membuatnya sulit
berkembang hingga saat ini, dan (ii) apa usulan strategi pengembangan koperasi
agar menjadi lebih kompetitif.

i. Kendala Koperasi
Dalam perjalanan sejarah gerakan koperasi di Indonesia menghadapi
berbagai macam hal, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala-
kendala tersebut antara lain :
1. Rendahnya Kualitas Kelembagaan dan Organisasi Koperasi Sampai
dengan akhir tahun 2003, jumlah koperasi mencapai 123 ribu unit, dengan
jumlah anggota 27,3 juta orang (RPJM 2005-2009). Meskipun menurut
cukup besar dan terus meningkat, kinerja koperasi masih jauh dari
diharapkan. Sebagai contoh, jumlah koperasi yang aktif pada tahun 2003
hanya sebanyak 93,8 ribu unit atau hanya sekitar 76% dari koperasi yang
ada. Antara koperasi yang aktif tersebut hanya 44,7 ribu koperasi atau
kurang dari 48% yang menyelenggarakan rapat anggota tahunan (RAT),
salah satu perangkat organisasi yang merupakan forum pengambilan
keputusan tertinggi dalam organisasi koperasi. Selain itu, secara rata-rata
baru 27% koperasi yang memiliki koperasi manajer.
2. Tertinggalnya Kinerja Koperasi dan Kurang Baiknya Citra Koperasi
Kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang
memiliki struktur kelembagaan yang unik dibandingkan badan usaha
lainnya, serta kurang memasyarakatnya informasi tentang praktek-praktek
koperasi yang benar, telah memunculkan berbagai permasalahan
mendasar yang menjadi pendukung bagi kemajuan perkoperasian di
Indonesia. Pertama, banyak koperasi yang terbentuk tanpa didasari oleh
kepentingan ekonomi bersama dan prinsip kesukarelaan dari para
anggotanya, sehingga kehilangan jati dirinya sebagai koperasi sejati yang
otonom dan mandiri. Kedua, banyak koperasi yang tidak dikelola secara
profesional dengan menggunakan teknologi dan kaidah ekonomi modern
yang layaknya sebuah badan usaha. Ketiga, masih terdapat kebijakan
dan regulasi yang kurang mendukung kemajuan koperasi. Keempat,
koperasi yang sering dijadikan alat oleh sekelompok orang, baik di luar
maupun di dalam koperasi itu sendiri, untuk mewujudkan kepentingan
pribadi atau golongannya yang tidak sejalan atau bahkan bertentangan
dengan anggota koperasi yang peduli dan nilai-nilai luhur serta prinsip-
prinsip koperasi. Sebagai akibatnya: (1) kinerja dan kontribusi koperasi
dalam perekonomian relatif tertinggal dibandingkan badan usaha lainnya,
dan (2) citra koperasi di mata masyarakat kurang baik. Lebih lanjut,
kondisi tersebut mengakibatkan terkikisnya kepercayaan, kepedulian dan
dukungan masyarakat kenat koperasi.
3. Kurang Kondusifnya Iklim Usaha Koperasi (termasuk Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah-UMKM) pada umumnya juga masih menghadapi berbagai
masalah yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif, di
antaranya adalah: (a) ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur
perizinan yang mengakibatkan biaya yang mahal transaksi, panjangnya
proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi; (b)
praktek bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan (c) lemahnya
koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM. Di
samping itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat
tumbuhnya iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM, ternyata
belum menunjukkan kemajuan yang merata. Peraturan daerah telah
diidentifikasi peraturan-peraturan yang menghambat upaya mengurangi
dampak yang ditimbulkan dan bahkan telah meningkatkan pelayanan
koperasi mengembangkan pola satu atap. Namun masih terdapat daerah
lain yang memandang koperasi dan UMKM sebagai sumber pendapatan
asli daerah dengan kenaikan pungutan-pungutan baru yang tidak periu
sehingga biaya usaha koperasi dan UMKM meningkat. Demikian pula,
kesadaran tentang hak atas kekayaan intelektual (HaKI) dan pengelolaan
lingkungan masih belum berkembang dengan ketat seperti di sekitar di
sektor swasta dan BUMN, di posisi koperasi ditempatkar sebagai "pemain
pinggiran" dalam perekonomian Indonesia. Selama aktivitas koperasi
sebagai badan usaha yang memiliki misi mewujudkan masyarakat
sejahtera dengan dasar gotong-royong dan asas kekeluargaan sering
berhadapan dengan kenyataan bahwa kegiatan ekonomi yang berjalan
bersifat kapitalis. Berbagai peluang usaha yang sebenarnya banyak
menyentuh kepentingan koperasi seperti dibidang pertanian, industri dan
kerajinan, kurang berhasil dimanfaatkan oleh koperasi secara optimal.

ii. Usulan strategi pengembangan koperasi agar menjadi lebih kompetitif


Soeharto Prawirokusumo (2001) memperjelas peran pemerintah dalam
pengembangan operasional dalam bentuk berikut ini. koperasi dengan
mengemukakan langkah-langkah :

1. Meningkatkan Akses dan Pangsa Pasar


Hal itu dapat dilakukan antara lain dengan cara meningkatkan
keterkaitan usaha, peluang usaha, kepastian usaha, perluasan akses
informasi usaha, dan penyediaan sarana dan prasarana usaha yang
memadai serta penyederhanaan perizinan. Upaya ini harus didukung
dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang mendukung
koperasi.
2. Memperluas Akses Terhadap Sumber Permodalan
Hal itu dilakukan antara lain dengan cara memperkokoh struktur
permodalan dan meningkatkan kemampuan dalam pemanfaatan
permodalan. Secara lebih rinci program yang dapat dilaksanakan
termasuk: peningkatan jumlah pagu kredit, menciptakan berbagai
peningkatan untuk memperoleh pembiayaan usaha, pendayagunaan
sumber daya yang tersedia seperti dana BUMN, serta pengembangan
berbagai lembaga keuangan seperti lembaga jaminan kredit dan
asuransi.
3. Meningkatkan Kemampuan Organisasi dan Manajemen
Dalam hal ini dapat dicapai antara peningkatan kemampuan
kewirausahaan dan profesionalisme pengelola koperasi.
4. Meningkatkan Akses terhadap Teknologi
Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan penelitian dan
pengembangan, memanfaatkan hasil penelitian dan pengkajian yang
telah dihasilkan oleh berbagai lembaga yang telah ada, meningkatkan
kegiatan alih teknologi, dan berbagai manfaat untuk modernisasi
peralatan berikut pemanfaatannya.
5. Mengembangkan Kerja sama Usaha
Dalam hal ini dicapai melalui pengembangan kerja sama antar pelaku
ekonomi baik secara vertikal maupun horizontal. Dalam
pengembangan usaha sama ini terdapat muatan yang berwawasan
pembinaan dan berwawasan ekonomis yang bertujuan jangka panjang.
Manfaat kerja sama yang dibangun bukan saja bagi pelaku yang terlibat
langsung dalam kerja sama usaha tersebut, tetapi juga harus
bermanfaat secara keseluruhan dalam upaya memperbaiki struktur
ekonomi nasional untuk menghadapi persaingan.

2. Jelaskan apa yang menyebabkan kebijakan konglome-rasi gagal di Indonesia

Karena campur tangan pemerintah dalam rangka melaksanakan pembinaan


terhadap koperasi pada masa-masa itu sering terkesan dominan dan bersifat "top
down". Hal ini mungkin disebabkan karena pemerintah tidak dapat menunggu
terlalu lama pada munculnya partisipasi kuat dari anggota yang merupakan faktor
utama pendorong pertumbuhan koperasi dari dalam yang berakar dari sifat pada
diri anggota. Campur tangan pemerintah dalam koperasi, bahkan tampak pada
ketentuan daerah kerja koperasi yang mengikuti pembagian wilayah administrasi
pemerintahan. Hal ini membatasi gerak koperasi dalam pengembangan koperasi
dimana sangat memungkinkan adanya peluang usaha yang dapat dikembangkan
oleh koperasi, namun letaknya ada diluar daerah usahanya. Tantangan yang
amat berat dalam pengembangan koperasi adalah kemandirian koperasi yang
sampai saat ini belum terwujud, baik dalam hal kegiatan usaha maupun
permodalan. Masalah ini tentu tidak dapat terus-menerus berkelanjutan pada era
global sekarang ini. Lemahnya permodalan menyebabkan koperasi tidak akan
mampu memanfaatkan peluang usaha yang memiliki keunggulan komparatif
dipasar global.
Sumber Referensi :

BMP/ISIP4310/Sistem Ekonomi Indonesia/Modul 4/Hal 4.5 – 4.20

Anda mungkin juga menyukai