Anda di halaman 1dari 10

ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DI MALUKU1

(Studi Etnoarkeologi)

TRADITIONAL ARCHITECTURE HOUSE IN MOLLUCAS


(Etnoarchaeology Study)

Lucas Wattimena
Balai Arkeologi Ambon
lucas.wattimena@yahoo.com

ABSTRACT
South Ceram coastal communities consist of several groups, among others: Noa
nea, Simalouw, Yalatan and Rohua. Each group has a hallmark of culture, as the
identity of each society. It is manifestated - among other - in the traditional architecture.
The meaning of traditional architecture here is the traditional house, where the
traditional house on the south coast of Ceram Island, is not merely seen as a physical
building but also has the structure (roles, functions and position) in the development of
the society.it could be seen in the pattern of traditional houses. The research showed
that the traditional houses had different structure (roles, functions and positions), but
on the other those variety of function are then adapted to their roles according to the
southtern coastal communities of Ceram island (Noa Nea, Rohua, Yalatan) traditional
houses can be grouped into traditional houses and big houses.

Keywords: Grouping, Traditional House, Society.

ABSTRAK
Masyarakat pesisir selatan Pulau Seram terdiri dari beberapa kelompok
masyarakat, antara lain: Noa nea, Simalouw, Yalatan dan Rohua. Masing-masing
kelompok memiliki ciri khas kebudayaan, sebagai identitas kelompok masyarakat
manusia. Salah satu bentuk implimentasinya adalah arsitektur tradisional. Arsitektur
tradisional dimaksudkan disini adalah Rumah Adat, dimana rumah adat di pesisir
selatan Pulau Seram, bukan hanya sebagai suatu bangunan fisik tetapi memiliki
struktur (peran, fungsi dan kedudukan) terhadap perkembangan masyarakat itu sendiri.
Hal mana dapat dilihat pada pola pengelompokan rumah adat mereka. Dari hasil
penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, arsitektur tradisional Rumah
Adat memiliki beberapa struktur (peran,fungsi dan kedudukan) yang berbeda antara
satu rumah adat dengan rumah adat lainnya, tetapi dilain pihak multifungsi bangunan
rumah adat disesuaikan dengan perannya. Menurut pemahaman masyarakat pesisir
selatan pulau seram (Noa Nea, Rohua, Yalatan) rumah tradisional adalah wujud rumah
Fam/Marga/Matarumah, rumah adat, rumah besar.

Kata Kunci: Pengelompokan, Rumah Adat, Masyarakat

Tanggal masuk : 30 September 2013


Tanggal diterima : 24 November 2013

1
Makalah disampaikan dalam Evaluasi Tahunan Hasil Penelitian Arkeologi Balai Arkeologi Ambon
tahun 2012 di Amaris Hotel Kota Ambon - Maluku, 13 Februari 2013.

Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013 201


PENDAHULUAN bahasa dan arsitektur tradisional.
Sebagai penduduk pesisir, masyarakat
Maluku adalah salah satu adat di selatan Pulau Seram, terbagi ke
propinsi Kepulauan di Timur Indonesia dalam beberapa kelompok/komunitas,
yang memiliki beranekaragam diantaranya yaitu Noanea, sekarang
sumberdaya budaya. Keanekaragaman status negeri pemerintahan,
kebudayaan itu merupakan khasanah dusun/kampung Yalatan, dan
ciri dan identitas. Wilayah kebudayaan dusun/kampung Rohua.
masyarakat Maluku dapat dibagi Yalatan, Rohua dan Noanea
menjadi 3 (tiga) culture area besar yaitu masih menjaga, merawat serta
(Sihasale 2005, 67) : melestarikan arsitektur tradisional
1. Culture area Bagian Utara (Pulau mereka hingga sekarang ini. Bagi
Ternate, Tidore, Halmahera, dan mereka arsitektur tradisional rumah
pulau-pulau kecil di sekitarnya) adat bukan saja sebagai bangunan
2. Culture area Bagian Tengah (Pulau semata tetapi juga merupakan struktur
Seram, Buru, Ambon dan Pulau- identitas kelompok/ komunitas/
pulau Lease) masyarakat tertentu. Eksistensi
3. Culture area Bagian Tenggara identitas mereka sebagai kelompok/
(Pulau-pulau Tenggara, Pulau- komunitas/ masyarakat adat dilihat dari
pulau Tenggara Barat dan nilai sosial budaya arsitektur tradisional.
Kepulauan Aru). Arsitektur tradisional yang berkembang
Culture area bagian tengah menurut sistem kepercayaan turun
khususnya Pulau Seram, terbagi atas temurun mempercayai bahwa
beberapa culture Area lagi, antara lain kehidupan yang ideal harus memiliki
Seram Bagian Barat, Seram Tengah keselarasan dengan alam. Segala
(termasuk Utara dan selatan) dan sesuatu yang menyangkut kehidupan,
Seram Timur. Deodatus (2001, 36) seperti pola hidup, bentuk hunian,
menyatakan bahwa penduduk Pulau material atau bahan, pola permukiman,
Seram terbagi atas beberapa tata bangunan, orientasi dan
kelompok, pembedaan masyarakat sebagainya juga sangat ditentukan oleh
atas dua atau lebih kelompok juga sistem kepercayaan atau kosmologi
terdapat pada suku-suku lain di Maluku. masyarakat tertentu (Nuraini 2004, 14).
Secara garis besar penduduk Pulau Arsitektur tradisional yang
Seram dapat dibagi atas 2 (dua) difokuskan peneliti adalah Rumah Adat,
kelompok besar, yaitu kelompok oleh sebab dipandang sebagai
penduduk pesisir dan kelompok kontraksi sosial budaya dari sesuatu
penduduk pegunungan. Pesisir selatan hasil karya cipta, karsa manusia
Pulau Seram (Seram tengah bagian masyarakat dari zaman dulu hingga
selatan) secara administratif sekarang ini dengan kata lain
pemerintahan terbagi atas 2 (dua) Kebudayaan Tangiable 3 . Pondasi
wilayah, yakni pemerintahan Seram kepercayaan dan kosmologi mereka
Bagian Barat dan Maluku Tengah. terhadap rumah adat dilihat dari
Masyarakat Pesisir Selatan Pulau berbagai segi nilai sosial budaya, yaitu
Seram (Seram Tengah Bagian Selatan) salah satunya adalah struktur peran,
secara eksistensi sosial budaya adat fungsi dan kedudukan rumah adat.
istiadat mereka masih hidup dan Arsitektur Rumah Adat mempengaruhi
berkembang secara kesinambungan intensitas sebagai masyarakat adat
hingga sampai saat ini. Hal mana dapat yang berada di Pesisir Selatan Pulau
dilihat dari berbagai faktor sosial Seram, yaitu Yalatan, Noanea dan
budaya, misalnya tradisi inisiasi 2 , Rohua. Berdasarkan uraian hal
struktur sosial, tarian, kesenian, sistem dimaksud maka fokus penelitian adalah
mata pencaharian, sistem teknologi, Bagaimana Pola Pengelompokan

2 3
Upacara adat Pendewasaan bagi laki-laki maupun Sesuatu yang dapat dilihat, diraba, dirasakan atau dengan
perempuan. kata lain nyata berupa sesuatu benda.

202 Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013


Rumah adat masyarakat Adat di Pesisir suatu antropologi yang berorientasi
Selatan Pulau Seram. Tujuan dari pada teori, yakni diktum metodologis
penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa kita harus mengeksplorasi ciri
dan memahami pola pengelompokan sistemik budaya. Artinya, kita harus
rumah adat masyarakat adat di pesisir mengetahui bagaimana perkaitan
selatan Pulau Seram. antara institusi-institusi atau struktur-
Kajian etnoarkeologi (Tanudirjo struktur suatu masyarakat sehingga
2009, 3-4) dibagi menjadi tiga membentuk suatu sistem yang bulat.
kelompok; Pertama, disebutkan kajian Kemungkinan lain ialah memandang
etnografi yang secara informal budaya sebagai sehimpun ciri yang
memberikan informasi kepada ahli berdiri sendiri, khas dan tanpa kaitan,
arkeologi. Disebut etnoarkeologi yang muncul di sana sini karena
informal kalau pengamatan etnografi kebetulan historis (Kaplan 2002, 76).
dilakukan hanya sekilas saja tetapi Masyarakat merupakan
dimaksudkan untuk kepentingan sekelompok manusia yang bergaul dan
arkeologi. Kedua, etnoarkeologi yang berinteraksi melalui prasarana dan
mengkaji secara khusus salah satu potensi-potensi social budaya yang
aspek tertentu dari budaya yang masih ada. Sebagai satuan kehidupan,
hidup, misalnya matapencaharian, sebuah masyarakat biasanya
teknologi, atau religi. Ketiga, menempati sebuah wilayah menjadi
etnoarkeologi yang menelaah secara tempat hidupnya dan lestarinya
mendalam seluruh budaya masyarakat masyarakat tersebut. Mac Iver dan
yang masih hidup sebagai konteks Page (Ranjabar 2006, 10-11)
penciptaan budaya bendawi. Ahli mengatakan bahwa masyarakat ialah
lainnya Schiffer (Tanudirjo 2009, 3) suatu sistem dari kebiasaan dan tata
menyatakan “etnoarkeologi adalah cara, dari wewenang dan kerjasama
kajian tentang budaya bendawi dalam antara berbagai kelompok dan
sistem budaya yang masih ada untuk penggolongan, dari pengawasan
mendapatkan informasi, khusus tingkah laku serta kebebasan-
maupun umum, yang dapat berguna kebebasan manusia.
bagi penelitian arkeologi”. Radcliffe Brown dalam
Etnoarkeologi menelisik hubungan Koentjaraningrat (1987, 172-184)
antara tindakan manusia dan budaya menyatakan bahwa struktur sosial
bendawi di masa kini untuk adalah hubungan-hubungan antara
menyediakan prinsip-prinsip yang individu satu dengan yang lain. Bentuk
dibutuhkan dalam kajian tentangmasa struktur adalah abstraksi yang lebih
lampau. tinggi, yaitu posisi-posisi yang
Antropolog biasanya bekerja ditempati. Hubungan fungsional adalah
dengan menggunakan asumsi yang bagian dari organisasi sosial yang
tersirat, yakni mengenai batasan unit memungkinkan struktur sosial bekerja.
yang sedang diamati (desa, Roger K Lewis dalam Budiarjo (2010,
pendukuhan, suku, komunitas). 219) secara eksplisit mengingatkan
Seorang tokoh Robert Merton (Kaplan bahwa architecture is a building which
2002, 79) menyebut-nyebut asumsi is poetic In conception, aesthetically
tersirat itu sebagai : 1) Postulat inspiring, structurally firm,
keutuhan fungsional masyarakat, yakni environmentally sensitive, and
bahwa segala sesuatu berhubungan meticuolosy crafted.
fungsional dengan segala sesuatu yang Shrode dan Voich (Ranjabar
lain. 2) Postulat fungsionalisme 2006, 8) merumuskan pengertian
universal, yaitu bahwa segala unsur sistem setelah menalaah beberapa
budaya melaksanakan sesuatu fungsi, definisi sistem dari beberapa pakar,
dan tidak ada satu pun unsur lain yang sistem itu adalah 1) himpunan bagian-
mampu melaksanakan fungsi yang bagian, 2) bagian-bagian itu saling
sama itu. Dalam fungsionalisme ada berkaitan, 3) masing-masing bagian
kaidah yang bersifat mendasar bagi secara mandiri dan bersama-sama,

Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013 203


satu sama lain saling mendukung, 4) lingkungan sekitarnya oleh batas
semuanya itu ditujukan pada tertentu. Organisme jelas merupakan
pencapaian tujuan bersama atau tujuan contoh sebuah sistem, begitu pula
sistem, 5) terjadi di dalam lingkungan molekul, bangunan, planet, dan galaksi.
yang rumit atau kompleks. Menurut Guna memberikan kemudahan
Sztompka (2008, 2) Pemikiran tentang memahami dan mengerti substansi
sistem merupakan satu kesatuan yang penulisan karya ilmiah ini, alur
kompleks, terdir dari berbagai antar kerangka pemikiran penulis dapat
hubungan dan dipisahkan dari dilihat pada gambar 1.

Permasalahan?
Bagaimana Pola Pengelompokkan Rumah adat
masyarakat Adat di Pesisir Selatan Pulau Seram.

Lokasi Penelitian Noanea


Rohua
Yalatan

Perspektif Masyarakat Pengelompokkan Tataran konsep/teori


Adat Pesisir Selatan Rumah Tradisional
Pulau Seram Terhadap
Rumah Tradisional Struktural – Fungsional

1. Pengelompokkan Sistem sosial budaya


1. Apa itu rumah tradisional? permukiman berdasarkan
2. Struktur rumah tradisional? struktur rumah tradisional
2. Pengelompokkan rumah Masyarakat &
tradisional secara berpola
kebudayaan

Interprestasi/analisa/pembahasan

Gambar 1. Skema kerangka pikir penelitian rumah tradisional Maluku

METODE PENELITIAN Dusun Yalatan, Desa/Negeri Noa Nea,


Dusun Rohua.
Bogdan dan Taylor (Moleong Penelitian ini memakai beberapa
2006, 4) pendekatan kualitatif sebagai anggota masyarakat yang dianggap
prosedur penelitian yang menghasilkan mampu merepresentasikan informasi.
data deskritif berupa kata-kata tertulis Informan kunci terdiri dari tokoh adat,
atau lisan dari orang-orang dan prilaku tokoh masyarakat, tokoh pemerintahan
yang dapat diamati. Lokasi penelitian di dan tokoh perempuan. Adapun proses
wilayah pesisir selatan Pulau Seram pengumpulan data menggunakan 1)
secara administratif termasuk wilayah wawancara dilakukan terhadap
Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan beberapa orang sebagai informan kunci
Amahai, Propinsi Maluku, yang meliputi yang dianggap dapat memberikan

204 Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013


informasi yang berkaitan dengan topik PERSPEKTIF MASYARAKAT ADAT
penelitian. 2)Observasi dilakukan PESISIR SELATAN PULAU SERAM
secara langsung, peneliti terlibat TERHADAP RUMAH TRADISIONAL
langsung dengan objek yang diteliti. 3)
Survei adalah pengamatan tinggalan Apa itu Rumah Tradisional?
arkeologi disertai dengan analisis yang
dalam. Selain itu juga, survei dapat Rumah bagi masyarakat adalah
dilakukan dengan cara mencari sebuah hunian untuk menghindari
informasi dari penduduk (Sukendar, dkk berbagai ancaman dari alam,
1999, 22). Dengan kata lain melakukan lingkungan sekitar maupun dari
pengamatan pada lokasi penelitian manusia sendiri. Menurut
untuk melengkapi data lapangan interkasionisme simbolik secara singkat
(arkeologi) dalam menjawab didasarkan premis-premis sebagai
pertanyaan permasalahan penelitian. 4) berikut; pertama individu merespons
Studi Kepustakaandilakukan untuk suatu situasi simbolik, mereka
meningkatkan berbagai teori maupun merespon lingkungan, termasuk objek
konsep guna menelaah permasalahan fisik (benda) dan objek sosial (perailaku
yang diteliti secara teoritis. manusia) berdasarkan makna yang
Data yang dikumpulkan akan dikandung komponen-komponen
dihimpun kemudian dianalisa dengan lingkungan tersebut bagi mereka.
pola-pola dan kriteria khusus secara Kedua makna adalah produk interaksi
kualitatif. Teknik analisa data ini sosial, karena itu makna tidak melekat
menggunakan pendekatan Seiddel pada objek, melainkan dinegosisasikan
(Moleong 2006, 248) dan analisa data melalui penggunana bahasa. Ketiga
kualitatif prosesnya berjalan sebagai makna yang diinterprestasikan individu
berikut : dapat berubah dari waktu ke waktu,
1. Mencatat yang menghasilkan sejalan dengan perubahan siatuasi
catatan lapangan, dengan hal yang ditemukan dalam interaksi sosial.
itu diberi kode agar sumber Secara eksplisit domain masyarakat
datanya tetap dapat ditelusuri. Noanea, Rohua dan Yalatan memiliki
2. Mengumpulkan, memilah- beberapa pandangan mengenai rumah,
milah, mengklasifikasikan, yang diinterprestasikan dalam berbagai
mensintesiskan, membuat latar belakang yang berbeda-beda,
ikhtisar dan membuat indeks. namun pada prinsip strukturnya adalah
3. Berpikir, dengan jalan sama. Pemahaman rumah bagi
membuat agar kategori data masyarakat pesisir selatan Pulau
itu mempunyai makna, Seram (Noanea, Rohua dan Yalatan)
mencari dan menemukan pola adalah rumah besar, atau rumah adat
dan hubungan-hubungan, dan atau rumah marga/fam atau rumah
membuat temuan-temuan tinggal. Berbagai pemahaman makna
umum. rumah tidak terlepaspisahkan atas
struktur fungsi, peran dan kedudukan
bagi tiap bangunan rumah tradisional.

Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013 205


Rumah
Tradisional

Pemaknaan menurut
masyarakat di pesisir
selatan pulau seram

Rumah Rumah Rumah


fam/matarumah/klen
besar adat

Gambar 2. Proses Pemaknaan Rumah Tradisional


(Sumber: hasil penelitian)

Masyarakat pesisir selatan pulau


Seram (Rohua, Noanea, Yalatan) Struktur Sistem Sosial Budaya
memiliki emosi sosial budaya (social Rumah Tradisional
culture emotion) terhadap nilai dari
suatu rumah, karena seantero Struktural-fungsionalisme
bangunan rumah implikasi terhadap Malinowski, seorang tokoh antropologi
kehidupan mereka keseharian, serta prinsip dasarnya adalah sebuah
adat istiadat mereka. Rumah adat organisme, di mana keseimbangan
digunakan untuk berbagai kegiatan antara tiap sistim dan sub-sub sistem
adat maupun kekerabatan, mulai dari menjadi bagian penting dalam stabilitas
siklus kehidupan dari lahir, bertumbuh keseimbangan suatu sistim.
menjadi anak, kemudian memasuki Masyarakat Yalatan, Noanea dan
dewasa sampai menikah bahkan Rohua merupakan satu kesatuan
sampai kematian.Hal tersebut oleh sistem dalam perspektif masyarakat
Blumer (Mulyana 2010, 68) esensi adat di pesisir Selatan Pulau Seram
interkasi simbolik adalah suatu aktivitas berdasarkan siklus pengelompokan
yang merupakan ciri khas manusia, arsitektur tradisional, terstruktur secara
yakni komunikasi atau pertukaran territorial. Untuk lebih memudahkan
simbol yang diberi makna. Oleh sebab pembaca maka dibawah ini dapat
itu substansi pemaknaan rumah dilihat gambar struktur sistem sosial
tradisional bagi masyarakat pesisir budaya rumah tradisional pesisir
selatan Pulau Seram adalah selatan pulau seram berdasarkan
tempat/sarana proses interaksi antara teritorial :
manusia dan manusia, manusia dan
alam.

206 Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013


Noanea

Simalouw Rohu
a

Yalatan Struktur rumah tradisional

Sistem sosial budaya rumah tradisional

Yalatan
yalatan
Rohua
Rohua Permukiman Pesisir
Selatan Pulau Seram
Simalouw
simalouw
Noanea
Noane
a

Gambar 3. Struktur Sistem Sosial Budaya Rumah Tradisional Pesisir Selatan Pulau Seram Berdasarkan
Territorial.
(Sumber: hasil penelitian)

Masing-masing kelompok Soumori berada pada utara timur


memiliki struktur sistem sosial budaya rumah sounawe dan soumori.
rumah tradisional sesuai pemahaman Kosmologi posisi tiap rumah adat di
dan pemaknaan lingkungan menetap. dasarkan atas kepercayaan mereka
Dusun Rohua memiliki 5 (lima) rumah sebagai suatu
tradisional merepresentasikan 5 (lima) kelompok/komunitas/masyarakat adat.
fam/marga/matarumah 4 yang ada di posisi tiap matarumah/fam/marga
Rohua. Masing-masing rumah bukan hanya semata sebuah posisi,
tradisional ditempati oleh tiap tetapi memiliki pemaknaan kosmologi
matarumah/fam/marga yang ada. atas struktur rumah adat berserta nilai
Misalnya rumah adat matoke ditempati sosial budaya yang terkandung di
oleh keturunan/klen Matoke¸ rumah dalamnya.
adat Peirisa ditempati oleh
keturunan/klen peirisa. Struktur klen PENGELOMPOKAN RUMAH
pun disesuaikan. Dusun Rohua dari 5 TRADISIONAL
(lima) fam/marga/matarumah 2 (dua) di
antaranya adalah Kapitan5 yaitu Leipai Pengelompokan Rumah Tradisional
dengan posisi rumah adat berada pada
bagian utara barat dari rumah adat Di dalam klasifikasi kelompok-
matoke dan peirisa, sedangkan Kapitan kelompok sosial, pembedaan yang luas
dan fundamental adalah pembedaan
4
antara kelompok-kelompok kecil
Rumatau
atau lumatau (matarumah) merupakan ciri umum yang dimana hubungan antara anggota-
dapat dijumpai pada setiap lingkungan masyarakat negeri anggotanya rapat sekali di satu pihak,
(adat) di Maluku. Dalam Rumatau atau lumatau dengan kelompok-kelompok yang lebih
(matarumah) terdapat keluarga sebagai unit terkecil dalam
masyarakat, sehingga dapat dikatakan sebagai struktur besar di lain pihak. Layaknya arsitektur,
sosial dasar (Pelupessy 2012 : 71). Rumatau atau lumatau pengelompokan pun terjadi dari hasil
merupakan salah satu komponen dasar masyarakat Maluku
bagian Tengah yang terbentuk dari penggabungan beberapa
implementasi pengelompokan
klen inti/keluarga inti yang diperluas, tetapi berasal dari satu masyarakat manusia atas rumah
garis keturunan atau marga klen dan memiliki sifat dasar tradisional (bangunan/arsitektur).
yaitu genealogis (Sihasale : 2005 : 71) .
5
Seseorang yang memiliki ilmu keahlian berperang .

Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013 207


Noanea Yalatan
Noanea Yalatan

Simalouw Rohua

Rohua

Gambar 4. Skema pola pengelompokan rumah tradisional Pesisir Selatan Pulau Seram
(Sumber: hasil penelitian)

Dari gambar 4, tampak bahwa pemaknaan emosional identitas


masyarakat peisisir Selatan Pulau penguasaan dan pemilikan suatu
Seram (Noa Nea, Yalatan dan Rohua) bangunan tradisional. Oleh Zuhdi
memiliki pola-pola pengelompokan (2010, 402) identitas atau karakter
rumah tradisional secara terstruktur. merupakan konsep yang dipelajari
Skema di atas menjelaskan bahwa dalam ranah psikologis dan antropologi.
setiap rumah tradisional Dari sudut antropologi karakter atau
merepresentasikan beberapa identitas lebih ditekankan kepada suatu
rumatau/matarumah/fam. Setiap rumah komunitas.
tradisional di pesisir Selatan Pulau
Seram struktur otonom; misalnya Pengelompokan Permukiman
rumah untuk kapitan; hanya ditempati
oleh kapitan dan keturunannya, perlu Levi-Strauss mengatakan bahwa
untuk diketahui bahwa sistem budaya pada hakikatnya adalah suatu
kekerabatan mereka adalah patrilineal, sistem simbolik atau konfigurasi sistem
sehingga struktur pola pengelompokan perlambangan (Kaplan 2002, 239).
dapat dilihat secara substansi tiap Lebih lanjut, untuk memahami sesuatu
matarumah/fam/marga berdasarkan perangkat lambang budaya tertentu,
garis keturunan laki-laki (ayah). Rumah orang harus lebih dulu melihatnya
untuk tuan tanah ditempati oleh tuan dalam kaitan dengan sistem
tanah dan keturunannya. Dengan kata keseluruhan tempat sistem
lain tiap bangunan merepresentasikan perlambangan itu menjadi bagian. Akan
tiap individu berserta kerabatnya. tetapi ketika Levi-Strauss berbicara
Menurut masyarakat setempat tiap tentang fenomena kultural sebagai
rumah tidak bisa di tempati bebas oleh sesuatu yang bersifat simbolik, dia tidak
yang bukan keluarga yang berasal dari memasalahkan referen atau arti
rumah tersebut. menurut mereka akan lambang secara empirik. Yang ia
berakibatkan sikap dan tindakan kurang perhatikan adalah pola-pola formal,
baik, misalnya cacat bahkan sampai bagaimana unsur-unsur simbol saling
pada kematian. Emosional identitas berkait secara logis untuk membentuk
sosial budaya kekerabatan adalah sistem keseluruhan.
salah satu faktor pengelompokan
rumah adat pada masyarakat pesisir
selatan Pulau Seram. jika dipandang
dari 2 sisi pemaknaan akan identitas
rumah adat adalah suatu absolut
culture. Yaitu pemahaman dan

208 Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013


(Nuraini 2005 : 14) arsitektur tidak
hanya sekedar penyediaan wadah bagi
aktivitas manusia, tetapi juga
menciptakan ruang-ruang yang
memiliki makna sosial dan simbolik.
Masyarakat menerjemahkan ruang-
ruang yang berkaitan dengan fungsi
publik dan ritual ke dalam lingkungan
huniannya dengan cara yang berbeda
dan membentuk variasi-variasi tertentu
sehingga terbentuk pola yang beragam.

Foto 1. Suasana permukiman di Desa/Negeri PENUTUP


Noa Nea (Sumber: hasil penelitian)
Arsitektur tradisional yang
Pemahaman dasar di atas adalah berkembang di masyarakat pesisir
tidak lain unsur struktural selatan Pulau Seram, Noanea, Yalatan
fungsionalisme dalam suatu dan Rohua memiliki pemaknaan
keseluruhan sistem. Setiap sistem dan tersendiri atas substansi pola
sub sistem bekerja bersama dalam pengelompokan arsitektur tradisional.
mewujudkan keselurah kebudayaa. Dari hasil penelitian bahwa arsitektur
Untuk itu pengelompokan permukiman tradisional Rumah Adat memiliki
masyarakat pesisir selatan Pulau beberapa struktur (peran,fungsi dan
Seram inheren dengan pola-pola kedudukan) yang berbeda antara satu
pengaturan adat istiadat setempat. rumah adat dengan rumah adat
Masyarakat Noanea berada di daerah lainnya, tetapi dilain pihak multifungsi
dataran rendah memiliki jarak kurang bangunan rumah adat disesuaikan
lebih 3 kilometer masuk dari jalan dengan perannya. Hal tersebut dimana,
utama trans seram masohi (kilo 12). menurut pemahaman masyarakat
Pemilihan tempat permukiman bukan pesisir selatan pulau seram (Noa Nea,
semata hanya pemilihan saja, tetapi Rohua, Yalatan) mengelompokkan
banyak faktor pendorong, mulai dari Rumah Tradisional adalah wujud
latar belakang sejarah, sosial budaya, Rumah Fam/marga/matarumah,
dan lain sebagainya. Secara arkeologis Rumah Adat, Rumah Besar. Setiap
pemilihan lokasi mereka karena dekat rumah dapat berwujud struktur apapun
dengan tempat untuk mencari bahan tergantung sifat pelaksanaan pada
makanan, air dan lain sebagainya. waktu itu. Selain itu juga pola
Masyarakat Rohua memilih lokasi pengelompokan rumah adat di wilayah
permukiman yang dekat dengan jalan pesisir Selatan Pulau Seram, Noanea,
trans hanya berjarak 2 meter dengan Rohua dan Yalatan memiliki sistem
jalan. Permukiman tidak terlalu besar pola pengelompokan
hanya posisi berjejer memanjang dari matarumah/fam/marga. Hal tersebut
arah barat ke timur. Masyarakat dapat dilihat atas pengelompokan
Yalatan pun demikian dekat dengan masyarakat mereka yang
jalan permukimannya, tetapi ada dinterprestasikan lewat arsitektur
bagian-bagian dari permukiman mereka tradisional Rumah Adat.
yang harus seperti itu (kosong tidak
boleh ada halangan dalam bentuk
apapun;kendaraan, rumah dan lain
sebagainya). Permukiman bagi mereka
adalah bagian kosmos mereka,
sehingga ada bangunan-bangunan
yang diinterprestasikan mereka boleh
orang luar masuk dan sebaliknya. Hal
senada juga dikatakan oleh Waterson

Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013 209


DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Eko. 2010. Tinjauan Budaya Dalam Arsitektur dan Kota dalam Endang
Hardiati dan Rr. Triwurjani (ed.) Pentas Ilmu di Ranah Budaya. Denpasar:
Pustaka Larasan. Hlm. 218-223.

Deodatus, Taurn O. 2001. Patasiwa dan Patalima – Pulau Seram dan Penduduknya:
Sebuah Sumbangan Untuk Ilmu Bangsa-Bangsa Maluku (diterjemahankan oleh
T. Hermelin). Ambon: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Ambon.

Kaplan, David & Roberts A Manners. 2002. Teori Budaya. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI Press.

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI Press.

Moleong, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja


Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nuraini, Cut. 2004. Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada.

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Sihasale, Wem R. 2005. “Pola Pengelompokan Masyarakat Adat dan Sistem


Pemerintahan Adat Di Maluku” dalam Maluku Menyambut Masa Depan. Ambon:
Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku. Hlm. 67-88.

Sukendar, dkk. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional.

Sztompka, Pioter. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Tanudirjo, Daud. 2009. “Memikirkan Kembali Etnoarkeologi” dalam Jurnal Penelitian


Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol. 1 No. 2 / November 2009. Jayapura: Balai
Arkeologi Papua. Hlm 1-15.

Zuhdi, Susanto. 2010. “Identitas Bangsa, Sejarah, dan Pendidikan Sejarah Di


Indonesia” dalam Endang Hardiati dan Rr. Triwurjani (ed.) Pentas Ilmu di Ranah
Budaya. Denpasar: Pustaka Larasan. Hlm. 399-412.

210 Berkala Arkeologi Vol.33 Edisi No.2/November 2013

Anda mungkin juga menyukai