Anda di halaman 1dari 40

JOURNAL READING

LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN


SPOTTING DAN AMENORRHEA DI PMB DARMIATI NGEMPLAK
BOYOLALI

Disusun oleh :
DINA ALVIONITA
P05140420002

Pembimbing

LUSI ANDRIANI, SST,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN


PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020/2021HALAMAN PENGESAHAN

JOURNAL READING

“LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN


SPOTTING DAN AMENORRHEA DI PMB DARMIATI NGEMPLAK
BOYOLALI”

Oleh:

Dina Alvionita

P05140420002

Menyetujui,26 Februari 2021


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Lusi Andriani, SST,M.Kes Satiarmi, SST


NIP. 19800192002122002 NIP.197005301989112001

i
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Journal

Reading ini dengan judul “Lama Penggunaan Kb Suntik 3 Bulan Dengan

Kejadian Spotting Dan Amenorrhea Di Pmb Darmiati Ngemplak Boyolali”.

Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk

kepentingan proses belajar. Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih

kepada dosen saya yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan Journal

Reading ini. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan

memohon permakluman bila mana isi Journal Reading ini ada kekurangan dan ada

tulisan yang kami buat kurang tepat.Dalam penyusunan Journal Reading ini tentu

jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan

demi perbaikan dan penyempurnaan Journal Reading ini dan untuk pelajaran bagi

kita semua dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas

ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu

pengetahuan.

Bengkulu, 26 Februari 2021

 Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv

BAB I ISI JURNAL

A. Judul Jurnal...........................................................................................1
B. Abstrak..................................................................................................1
C. Pendahuluan/ Latar Belakang/ Tujuan..................................................2
D. Metode Penelitian.................................................................................6
E. Hasil Penelitian.....................................................................................7
F. Pembahasan .........................................................................................8
G. Kesimpulan...........................................................................................12

BAB II TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal ..........................................................................................14


B. Abstrak .................................................................................................14
C. Pendahuluan / Latar Belakang/ Tujuan.................................................14
D. Metode Penelitian.................................................................................15
E. Hasil Penelitian.....................................................................................15
F. Pembahasan .........................................................................................15

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kontrasepsi (KB)..........................................................18


B. KB Suntik.............................................................................................22

BAB IV PENUTUP.........................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35

iii
BAB I
ISI JURNAL

LAMA PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN


SPOTTING DAN AMENORRHEA DI PMB DARMIATI NGEMPLAK
BOYOLALI

Catur Setyorini1 , Anita Dewi Lieskusumastuti2 STIKESMamba’ul ‘Ulum


Surakarta (catur.ririn@yahoo.co.id)

A. Judul Jurnal

Lama Penggunaan Kb Suntik 3 Bulan Dengan Kejadian Spotting Dan

Amenorrhea Di PMB Darmiati Ngemplak Boyolali

B. Abstrak

Latar Belakang : Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di

Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif,

pemakaiannya yang praktis, harganya relative murah dan aman. Namun

pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid

seperti siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak

atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan

tidak haid sama sekali (amenorrhea), dimana gangguan haid ini biasanya

bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui lama penggunaan KB suntik 3 bulan

dengan kejadian spotting dan amenorrhea di PMB Darmiati Ngemplak

Boyolali Tahun 2019.

1
1

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional,

dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Darmiati Ngemplak Boyolali

pada Bulan Juli-Agustus 2019. Teknik pengambilan sampel dengan

Accidental Sampling, sehingga sampelnya adalah akseptor KB suntik 3

bulan yang ditemui saat penelitian di PMB Darmiati Ngemplak Boyolali

bulan Juli-Agustus 2019 sejumlah 50 responden. Metode pengumpulan

data menggunakan data primer dan sekunder, sedangkan analisis data

menggunakan uji statistik Chi Square.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berusia

20-35 tahun sebanyak 25 responden (50%), mayoritas responden

berpendidikan dasar (SD,SMP) sebanyak 42 responden (84%), mayoritas

responden adalah multipara sebanyak 44 responden (88%), mayoritas

responden menggunakan KB suntik 3 bulan ≥ 12 bulan sebanyak 41

responden (82%). Hasil uji statistic lama penggunaan KB suntik 3 bulan

dengan kejadian spotting melalui uji chi square diketahui X2 hitung 9,374

dengan p-value 0,002 dan hasil uji statistic lama penggunaan KB suntik 3

bulan dengan kejadian amenorrhea melalui uji chi square diketahui X2

hitung 4,730 dengan pvalue 0,03. Dimana nilai p<0,05, yang berarti

semakin lama akseptor menggunakan KB suntik 3 bulan maka kejadian

spotting berkurang dan semakin lama akseptor menggunakan KB suntik 3

bulan akan meningkatkan kejadian amenorrhea.

C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa

program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. (Dinas Kesehatan Jateng, 2017)

KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu

khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di

bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak

melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu,

program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar

dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik

dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. (Dinas

Kesehatan Jateng, 2017)

KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,

serta perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi,

pendidikan, dan caracara bagi keluarga untuk dapat merencanakan kapan

akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara

anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. (Dinas Kesehatan

Jateng, 2017)
3

Metode kontrasepsi juga mengalami perkembangan yang cukup

banyak. Metode kontrasepsi tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (Longterm Contraseptive

Method), yang termasuk metode ini adalah AKDR, implan, vasektomi dan

tubektomi, sedangkan metode bukan jangka panjang (Non Long

ContraseptiveMethod), yang termasuk metode ini adalah suntik, pil

kontrasepsi dan kondom, dan metode KB alami yang mengikuti siklus

haid. (Manuaba, 2010)

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya

kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis

KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya

yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relative murah dan

aman. Kontrasepsi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan

dari kontrasepsi suntik adalah sering ditemukannya gangguan haid seperti

siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau

sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) maupun

tidak haid sama sekali, terlambatnya kembali kesuburan setelah

penghentian pemakaian, peningkatan berat badan, tidak menjamin

perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus

atau infeksi virus HIV. (Yetty, 2012)

Kontrasepsi suntik progestin menyebabkan ketidakseimbangan

hormon, Dengan penggunaan suntik progestin membuat dinding

endometrium yang semakin menipis. Karena hormon estrogen ditekan


4

oleh hormon progestin sehingga kondisi tersebut seperti layaknya orang

hamil sehingga tidak mendapat haid. Efek pada pola haid tergantung pada

lama pemakaian. jumlah kasus yang mengalami amenorrhea makin banyak

dengan makin lamanya pemakaian (Hidayatun, 2017).

Data BKKBN tahun 2018, menyebutkan bahwa sebagian besar

peserta KB aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan

sangat dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya yaitu metode

suntikan (63,71%) dan pil (17,24%). Di Jawa Tengah cakupan peserta KB

tahun 2017 juga menunjukkan bahwa sebagian besar Peserta KB Baru

maupun Peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat

kontrasepsi, metode suntik (57,1&) dan pil (12%). Padahal suntikan dan

pil termasuk dalam metode kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat

efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih rendah

dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya. (Kemenkes RI, 2018)

Meskipun banyak akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik

3 bulan karena keefektifannya tetapi ada beberapa efek samping yang akan

terjadi pada akseptor. Efek samping yang terjadi diantaranyagangguan haid

yaitu amenorrhea 48 responden (49,5%), spotting 23 responden (23,7%),

metrorargia 14 responden (14,4%) dan menorargia 12 responden (12,4%),

kenaikan berat badan sebanyak 83 responden (85,6%), mengalami cloasma

38 responden (39,2%). (Dewi, 2018)

Hasil penelitian Lina Wahyu Susanti (2015) juga menunjukkan

hasil ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi


5

suntik 3 bulan dengan kejadian spotting dan amenorrhea. Semakin lama

akseptor menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan maka tidak akan

mengalami spotting lagi tetapi akan cenderung tidak akan mengalami

menstruasi.

Hasil studi pendahuluan di PMB Darmiati Ngempak Boyolali

bulan Maret 2019 didapatkan peserta KB suntik sebanyak 25 akseptor, pil

KB 4 akseptor, AKDR 2 akseptor dan AKBK 1 akseptor. Berdasarkan latar

belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai lama

penggunaan KB suntik 3 bulan dengan kejadian spotting dan amenorrhea.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

akseptor KB suntik 3 bulan di Praktik Mandiri Bidan Darmiati Ngemplak

Boyolali pada Bulan Juli-Agustus 2019. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah Accidental Sampling, sehingga sampel dalam penelitian

ini adalah semua akseptor KB suntik 3 bulan yang ditemui saat penelitian

di Praktik Mandiri Bidan Darmiati Ngemplak Boyolali bulan Juli-Agustus

2019 sejumlah 50 responden.

Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

master tabel yang berisi nama, umur, pendidikan terakhir, paritas, lama

pemakaian KB suntik 3 bulan, kejadian spotting dan amenorrhea. Metode

pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah data primer dan sekunder,

data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada akseptor KB suntik 3


6

bulan yang datang di Praktik Mandiri Bidan Darmiati Ngemplak Boyolali

pada bulan Juli-Agustus 2019, sedangkan data sekunder adalah data

akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan yang diperoleh dari buku register KB

bidan.

Dalam penelitian ini menggunakan analisaunivariat dan bivariat.

Analisis univariat untuk mengkategorikan karakteristik responden meliputi

umur (35tahun), Pendidikan (Pendidikan Dasar SD dan SMP, pendidikan

menengah SMA/SMK, pendidikan tinggi yaitu D3 atau S1)dan Paritas

(primipara, multipara, grandemultipara), serta distribusi lama pemakaian

suntik KB (<12 bulan dan ≥12 bulan) serta kejadian spotting (mengalami

dan tidak mengalami) dan kejadian amenorrhea (mengalami dan tidak men

alami) yang disajikan dalam bentuk prosentase. sedangkan analisis

bivariatdengan uji statistik Chi Square (p ≤0,05).

E. Hasil Penelitian

Berdasarkan tabel diatas, terlihat dari 9 responden yang

menggunakan suntik KB 3 bulan <12 bulan, terdapat 7 responden (14%)

mengalami spotting dan dari 41 responden yang menggunakan suntik KB

3 bulan ≥12 bulan, terdapat 31 responden (62%) tidak mengalami spotting.

Berdasarkan tabel diatas, terlihat dari 9 responden yang

menggunakan suntik KB 3 bulan <12 bulan, terdapat 6 responden (12%)

mengalami amonorrhea dan dari 41 responden yang menggunakan suntik

KB 3 bulan ≥12 bulan, terdapat 38 responden (76%) mengalami

amenorrhea.
7

F. Pembahasan

Hasil penelitian berdasarkan tabel 1 karakteristik akseptor KB

suntik 3 bulan di PMB Darmiatimayoritas berumur 20-35 tahun sebanyak

25responden (50%), dan umur >35 tahun sebanyak 24 responden (48%).

Pasangan usia subur menggunakan alat kontrasepsi untuk mengatur jumlah

anak dan jarak kelahiran. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Lieskusumastuti (2019) bahwa sebagian besar responden

berumur 21-35 tahun, berpendidikan sedang dan rendah, bekerja,

menggunakan metode kontrasepsi Non MKJP yakni Suntikan kontrasepsi

serta hasil penelitian Setyorini (2017) bahwa akseptor KB suntik

mayoritas berusia > 35 tahun.

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,

dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun. Suntikan KB tidak

mengganggu kelancaran air susu ibu, kecuali Cyclofem. Suntikan KB

mungkin dapat melindungi ibu dari anemia (kurang darah), memberi

perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker

bagian dalam rahim. Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang

sangat kecil dan tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. (Yetty,

2012)

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden

berpendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 42 responden (84%), menengah

sebanyak 6responden (12%) dan berpendidikan tinggi sebanyak2


8

responden (4%). Pendidikan bukanlah faktor yang mempengaruhi akseptor

dalam pemakaian kontrasepsi yang diinginkan. Seseorang dengan

pendidikan tinggi belum tentu mengetahui dan memahami semua metode

kontrasepsi yang ada. Untuk itu apabila seseorang ingin menggunakan alat

kontrasepsi harus benar-benar memahami jenis kontrasepsi, manfaat,

indikasi, kontra indikasi dan efek samping dari alat kontrasepsi yang akan

digunakan. (Susila, 2015)

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden

multipara dengan anak 2-4 sebanyak 44 responden (88%) dan primipara

sebanyak 6 responden (12%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya bahwa mayoritas pengguna KB suntik

adalah ibu dengan multipara (Setyorini, 2019). Paritas adalah jumlah anak

yang pernah dilahirkan dan masih hidup pada saat penelitian berlangsung.

Berdasarkan tabel 4 lama pemakaian mayoritas responden

menggunakan KB suntik 3 bulan ≥12 bulan sebanyak 41 responden (82%),

dan sebanyak 9 responden (18%) menggunakan KB suntik ≥12 bulan,

sebanyak 41 responden (82%), dan sebanyak 9 responden (18%)

menggunakan KB suntik <12 bulan. Pemakaian kontrasepsi merupakan

upaya mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara,

dapat pula bersifat permanen, penggunaan kontrasepsi merupakan salah

satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Affandi,2015). Banyaknya

responden yang telah memakai kontrasepsi suntik dalam jangka waktu

yang lama (≥12 bulan) menunjukkan bahwa kontrasepsi suntik telah lama
9

diminati masyarakat khususnya akseptor KB suntik 3 bulan di PMB

Darmiati. Akseptor merasa cocok dengan kontrasepsi suntik karena efektif

menunda, menjarangkan, maupun menghentikan kehamilan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden KB suntik 3 bulan,

didapatkan 33 responden (66%) mengalami spotting dan 17 responden

(34%) tidak mengalami spotting, dan dari 50 responden didapatkan hasil

44 responden (88%) mengalami amenorrhea dan 6 responden (12%) tidak

mengalami amenorrhea. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

Affandi (2015), penggunaan suntikan progestin sering menimbulkan

gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau memanjang,

perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau

perdarahan bercak (spotting), dan tidak haid sama sekali. Gangguan haid

ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan

(Sulistyawati, 2011).

Dalam penelitian sebelumnya (Setyorini, 2017) juga didapatkan

bahwa jenis gangguan haid pada akseptor KB suntik mayoritas

amenorrhea sebanyak 14 responden (25,93%) dan spotting 13 responden

(24,07%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018)

bahwa berdasarkan gangguan haid yang terjadi pada akseptor KB suntik

adalah amenorrhea 48 responden (49,5%), spotting 23 responden (23,7%),

metrorargia 14 responden (14,4%) dan menorargia 12 responden (12,4%),

kenaikan berat badan sebanyak 83 responden (85,6%), dan mengalami

cloasma 38 responden (39,2%).


10

Tabel 7 hasil distribusi silang menunjukkan bahwa ada

kecenderungan semakin lama responden (> 12 bulan) menggunakan

kontrasepsi suntik 3 bulan maka kejadian spotting berkurang. Hasil

perhitungan statistik uji chi square diketahui X2 hitung 9,374 dengan p-

value 0,002. Dimana nilai p <0,05 yang berarti Ho ditolak artinya ada

hubungan lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan kejadian spotting.

Kejadian spoting lebih banyak terjadi pada awal penggunaan DMPA dan

semakin lama penggunaan DMPA maka kejadian spotting menurun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susanti (2015) bahwa

ada hubungan yang signifikan antara lama penggunaan kontrasepsi suntik

3 bulan dengan kejadian spotting. Sejalan pula dengan hasil penelitian

Putri dkk (2013) bahwa mayoritas akseptor kontrasepsi 3 bulan mengalami

amenorrhea yaitu sebanyak 35 orang (81,4%), sisanya sebanyak 8

responden (18,6%) mengalami perdarahan bukan haid/perdarahan sela,

olighomenorrhea dan hipomenorrhea dengan bentuk gambaran darah

berupa flek (spotting).

Tabel 8 hasil distribusi silang menunjukkan bahwa ada

kecenderungan semakin lama responden (≥12 bulan) menggunakan

kontrasepsi suntik 3 bulan maka kejadian amenorrhea meningkat. Hasil

perhitungan statistik uji chi square diketahui X2 hitung 4,730 dengan p-

value 0,03. Dimana nilai p< 0,05 yang berarti Ho ditolak artinya ada

hubungan lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan kejadian

amenorrhea. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ningtyas dan


11

Suesti (2010) yang menyebutkan bahwa lama pemakaian KB Suntik

DepoProgestin berhubungan secara signifikan dengan kejadian

amenorrhea di BPS Sri Utami Sruwuhrejo Purworejo.

Gangguan menstruasi berupa amenorea pada akseptor KB suntik

DMPA menurut Glasier dalam Dewi (2018) dapat disebabkan karena

progesteron dalam komponen DMPA menekan LH sehingga endometrium

menjadi lebih dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak

aktif. Pada umumnya amenore tidak perlu diobati secara rutin.

Hormon progesterone yang ada didalam kontrasepsi suntik 3 bulan

terhadap endometrium menyebabkan sekretorik, hal inilah yang

menyebabkan terjadinya spotting pada akseptor kontrasepsi suntik 3 bulan.

Semakin lama akseptor menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan maka

tidak akan mengalami spotting lagi tetapi akan cenderung tidak akan

mengalami menstruasi. (Susanti, 2015). Meskipun hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan lama pemakaian KB suntik 3 bulan

dengan kejadian spotting dan amenorrhea, akan tetapi gangguan haid juga

bisa dipengaruhi beberapa faktor antara lain gizi, penyakit, umur,

psikologi, dan penggunaan obat-obatan tertentu.

G. Kesimpulan

Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berusia 20-35

tahun sebanyak 25 responden (50%), mayoritas responden berpendidikan

dasar (SD,SMP) sebanyak 42 responden (84%), mayoritas responden

adalah multipara sebanyak 44 responden (88%), mayoritas responden


12

menggunakan KB suntik 3 bulan ≥ 12 bulan sebanyak 41 responden

(82%). Hasil uji statistic lama penggunaan KB suntik 3 bulan dengan

kejadian spotting melalui uji chi square diketahui X2 hitung 9,374 dengan

p-value 0,002 dan hasil uji statistic lama penggunaan KB suntik 3 bulan

dengan amenorrhea melalui uji chi square diketahui X2 hitung 4,730

dengan p-value 0,03. Dimana nilai p < 0,05 yang berarti semakin lama

akseptor menggunakan KB suntik 3 bulan maka kejadian spotting

berkurang dan semakin lama akseptor menggunakan KB suntik 3 bulan

akan meningkatkan kejadian amenorrhea.


BAB II

TELAAH JURNAL
A. Judul Jurnal

Judul jurnal sudah sesuai dengan syarat penulisan judul jurnal yang

baik yaitu relevan dengan tema yang dikaji. Judul jurnal sudah

menggambarkan isi dari penelitisn. Judul sudah ditulis secara ringkas,

padat dan jelas.

B. Abstrak

Isi abstrak dari jurnal ini sudah mencakup latar belakang, metode

penelitian, hasil dan kesimpulan. Kemudian kaidah penulisan juga sudah

sesuai. Abstrak sudah mewakili inti penelitian. Bahasanya mudah

dimengerti dan dipahami, sehingga pembaca tidak salah tafsir.

C. Pendahuluan

Pada pendahuluan sudah menjelaskan secara rinci apa saja yang

melatarbelakangi penelitian dilakukan yaitu membahas tentang tujuan KB

yaitu untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,

tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan

kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. (Dinas Kesehatan Jateng,

2017).

Program KB salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu

khususnya ibu dengan kondisi 4T yaitu Terlalu muda melahirkan (di

bawah usia 20 tahun), Terlalu sering melahirkan, Terlalu dekat jarak

melahirkan, dan Terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).

1
2

D. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan sudah sesuai tujuan penelitian yaitu

dilakukan dengan menggunakan penelitian analitik observasional, dengan

pendekatan cross sectional.

E. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang di dapatkan di jurnal tersebugt sudah sesuai

dengan tujuan dan metode penelitian yang di pakai dalam penelitian

ini, dimana terdapat karakteristik responden berdasarkan variabel yang

di teliti, serta terdapat olahan hasil dari hubungan lama penggunaan

KB suntik 3 bulan dengan kejadian spotting dan amenorrhea. Akan

tetapi hasil yang disebutkan dalam jurnal ini masih sulit dipahami.

F. Pembahasan

Isi dari jurnal ini sudah membahas sesuai dengan pendahuluan

jurnal. Isi dijabarkan dengan lengkap dan akurat, dengan bahasa yang

lugas tidak ambigu. Pembahasan juga sudah menggunakan referensi dari

banyak jurnal pendukung, sehingga menggunakan teori dari berbagai

sumber. Bahasanya juga jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.

Hasil penelitian Setyorini & Dewi (2020) menyatakan bahwa, dari

50 responden KB suntik 3 bulan, didapatkan 33 responden (66%)

mengalami spotting dan 17 responden (34%) tidak mengalami spotting,

dan dari 50 responden didapatkan hasil 44 responden (88%) mengalami

amenorrhea dan 6 responden (12%) tidak mengalami amenorrhea. Hal ini


3

sesuai dengan teori yang dikemukakan Affandi (2015), penggunaan

suntikan progestin sering menimbulkan gangguan haid seperti siklus haid

yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,

perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting), dan tidak

haid sama sekali. Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan

sedikit sekali mengganggu kesehatan (Sulistyawati, 2011).

Hasil penelitian Devita & Dewi (2018) menyatakan bahwa

distribusi frekuensi Efek Samping Penggunaan KB suntik Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA) berdasarkan Gangguan Haid, yang mengalami

gangguan haid sebagai berikut respoonden yang mengalami amenorhe

yaitu 48 orang (49,5%), Spotting 23 orang (23,7%), Metroragia 14 orang

(14,4%), dan Menorargia (12,3%).

Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin menurut Siswosudarmo

(2007). menyebabkan ketidak seimbangan hormon, dengan Penggunaan

Suntik Hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang semakin

menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan. Efek pada pola haid

tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan

perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian

amenore bertambah besar. Perdarahan bercak merupakan keluhan

terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian tetapi

sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenorea makin banyak dengan

makin lamanya pemakaian (Devita & Dewi, 2018)


4

Selain spooting dan amenorrhea Kb suntik juga memiliki beberapa

efek samping yaitu, kenaikan berat badan dan closma, dimana menurut

penelitian Devita & Dewi (2018), distribusi frekuensi Efek Samping

Penggunaan KB suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

berdasarkan Gangguan Kenaikan Berat Badan 83 orang (85,6%) dan yang

tidak mengalami kenaikan berat badan sebanyak 14 orang (14,4%).

Sedangkan data distribusi frekuensi Efek Samping Penggunaan KB suntik

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) berdasarkan Cloasma/bercak

hitam pada wajah dari 97 responden yang mengalami cloasma sebanyak

38 oraang (39,2%), dan yang tidak mengalami cloasma sebanyak 59 orang

(60,8%).

Hasil penelitian Rachma & Widatiningsih (2016) Responden yang

mengalami penambahan berat badan adalah sebanyak 73,9 %. Hal ini

dapat diambil kesimpulan bahwa pada suntik 3 bulan yang mengalami

penambahn berat badan lebih banyak dari pada yang tidak mengalami

penambahan berat badan yang hanya 26,1 % saja.


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kontrasepsi (KB)

1. Pengertian

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,

upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat

permanen.Penggunaan kontrasepsi berupa salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas. Syarat dan kontrasepsi adalah aman

pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek samping yang merugikan tidak

ada, lama kerjanya dapat diatur sesuai keinginan, tidak mengganggu

hubungan persetubuhan, tidak memerlukan kontrol yang tepat, sederhana

dan murah dan dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 2019).

2. Tujuan Kontrasepsi

Tujuan gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil

bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang

sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk

Indonesia (Prawirahardjo, 2019).

Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN adalah :

a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta

keluarga dan bangsa pada umumnya.

b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan

angka kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi

kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.

1
1

3. Macam-Macam Kontrasepsi

Ada dua jenis metoda kontrasepsi yaitu metoda cara kontrasepsi sederhana

dan cara modern.

a. Cara Metode Kontrasepsi Sederhana

Maksudnya adalah cara mencegah kehamilan dengan alat dan juga

bisa tanpa alat. Tanpa alat ini bisa dilakukan dengan cara senggama

terputus dan juga sistem kalender. Sedangkan bila menggunakan alat

bisa dilakukan dengan kondom, cream atau jelly.

b. Cara Kontrasepsi Modern/ Metode Efektif

Cara ini pun dibedakan dengan cara yang permanen atau pun tidak

permanen. Alat kontrasepsi permanen adalah dengan jalan operasi

steril baik pada laki-laki atau pun wanita. Kontrasepsi permanen laki-

laki disebut dengan vasektomi (sterilisasi pada pria) dan pada wanita

disebut dengan tubektomi (sterilisasi pada wanita). Pada umumnya kita

kenal dengan sebutan istilah KB steril. Sedangkan jenis KB non

permanen adalah dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim),

suntikan, dan norplant.

Berikut beberapa macam alat kontrasepsi yang sering digunakan dalam

masyarakat kita yaitu :

a. Kondom

Kondom ini adalah alat pencegah kehamilan yang sudah cukup


2

popular bahkan dijual bebas di toko apotik. Kondom ini bahkan

menjadi kampanye kondom kontroversial yang pernah diutarakan oleh

Menteri Kesehatan. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya

terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang

berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom

sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat

mencegah penularan penyakit seksual, termasuk adalah penyakit

HIV/AIDS (Prawirahardjo, 2019).

b. Obat Pil KB.

Pil KB adalah salah satu mencegah terjadinya kehamilan. Pil KB

ini diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara

pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum

secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera setelah menstruasi, atau

pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya.

Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil

ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih

menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan

yang lain (Prawirahardjo, 2019).

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

Biasa kita kenal dengan IUD (Intra Uterine Device).Alat ini

sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil.

Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,

kelancaran ataupun kadar produksi air susu ibu (ASI). Namun, ada
3

wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi

ini.Karena itu, setiap calon pemakai IUD ini perlu memperoleh

informasi yang lengkap tentang seluk-beluk jenis alat kontrasepsi yang

satu ini (Prawirahardjo, 2019).

d. Injeksi (Suntik KB).

Metoda alat kontrasepsi suntikan ini adalah merupakan bagian dari

obat pencegah kehamilan yang penggunaannya dilakukan dengan jalan

menyuntikkan obat tersebut pada wanita subur.Obat ini berisi Depo

Medorxi Progesterone Acetate (DMPA).Penyuntikan dilakukan pada

otot (intra muskuler) di pantat (gluteus) yang dalam atau pada pangkal

lengan (deltoid).Dan ini masuk dalam jenis alat kontrasepsi yang juga

biasa dipergunakan (Prawirahardjo, 2019).

e. Norplant (Susuk).

Norplant sama artinya dengan implant. Susuk atau implant ini

adalah merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa

digunakan untuk waktu 5 tahun. Norplant biasanya dipasang di bawah

kulit, di atas daging pada lengan atas wanita. Alat tersebut terdiri dari

enam kapsul lentur seukuran korek api yang terbuat dari bahan karet

silastik. Masing-masing kapsul mengandung progestin levonogestrel

sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil KB.Hormon ini

lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul sampai kapsul

diambil dari lengan pemakai.Kapsul-kapsul ini bisa terasa dan


4

kadangkala terlihat seperti benjolan atau garis-garis (Prawirahardjo,

2019).

f. IUD

Adalah alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa digunakan untuk

jangka waktu 10 tahun yang dimasukkan melalui saluran serviks dan

dipasang dalam uterus (Prawirahardjo, 2019).

g. Tubektomi (Sterilisasi Wanita)

Alat kontrasepsi yang dilakukan dengan cara eksisi atau

menghambat tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus

dengan cara melakukan pemotongan atau pengikatan dengan teknik

yang disebut kauter, atau dengan pemasangan klep atau cincin silastik.

Kontrasepsi ini merupakan satu-satunya kontrasepsi wanita yang

bersifat permanen (Prawirahardjo, 2019).

h. Vasektomi (Sterilisasi Pria)

Adalah pemotongan atau penyumbatan vas deferens untuk mencegah

lewatnya sperma (Prawirahardjo, 2019).

B. KB Suntik

1. Pengertian

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang hanya

berisi berupa hormone progesterone disuntikkan ke dalam tubuh wanita

secara periodic (Prawirahardjo, 2019).

Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan ke dalam

tubuh dalam jangka wkatu tertentu kemudian masuk ke dalam pembuluh


5

darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk

mencegah kemungkinan timbulnya kehamilan (Bazad, 2018).

2. Jenis KB suntik

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik

a. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Asetat / Depo Provera)

Diberikan sekali dalam 3 bulan dengan dosis 150 mg dengan cara di

suntikan I. Komposisi Suspensi steril depo medroxy progesterone

acetat (DMPA) dalam air yaitu Tiap vial berisi 3 ml suspensi (150

mg medroxy progesterone acetate) dan Tiap vial berisi 1 ml

suspensi (150 ml medroxy progesterone acetate). Efektifitas tinggi

dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tidap tahan asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur.

Keuntungan DMPA yaitu Lebih mudah digunakan, tidak perlu

setiap hari seperti menelan pil, Tidak mengandung esterogen

sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan

gangguan pembekuan darah, Sangat efektif, Tidak memiliki

pengaruh terhadap ASI, Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih

dari 35 tahun sampai pre menopause, Membantu mencegah kanker

endometrium dan kehamilan ektopik, Tidak menggangu hubungan

seksual, mengurangi rasa nyeri dan haid, Tidak di dapat pengaruh

sampingan dari pemakaian esterogen


6

b. Cyclofem

Mengandung progesteron sebanyak 50 mg dan estrogen.

Cyclofem diberikan atau disuntikan setiap bulan dan diharapkan

terrjadi menstruasi setiap bulan karena komponen estrogennya.

Cyclofem merupakan suntikan kombinasi yang berisi hormon

progesteron dan hormon estrogen. Kadar puncak dalam darah

tercapai setelah 7-11 hari. Setelah suntikan tunggal cyclofem

menunjukkan efek yaitu penghambatan pematangan folikel,

penebalan lendir servik sehingga sperma tidak bisa menembus lendir

servik dan tidak akan bisa bertemu ovum akibatnya pembuahan tidak

akan terjadi dan efektivitas kerja cyclofem akan menurun dan

sampai tidak terdeteksi sampai 30 hari (Siswosudarmo dkk, 2018).

Keuntungan cyclofem yaitu Resiko terhadap kesehatan kecil,

tidak berpengaruh pada hubungan sex, tidak diperlukan pemeriksaan

dalam, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat

suntik.

Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi yaitu suntikan

pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid ,bila

disuntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid klien

tidak boleh berhubungan sex selama 7 hari / menggunakan

kontrasepsi lain untuk 7 hari, bila klien pasca persalinan 6 bulan,

menyusui serta belum haid suntikan pertama dapat diberikan

sutnikan kombinasi, pasca keguguran suntikan kombinasi dapat


7

segera diberikan / dalam waktu 7 hari, bila sebelumnya juga

kontrasepsi hormonal dan ingin ganti suntikan pertama dapat segera

diberikan asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tanpa perlu

menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid,

metode kontrsepsi lain tidak diperlukan, Ibu sebelumnya

menggunakan AKDR Suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus

haid cabut segera AKDR.

c. Depo noretisteron enantat (Depo Noristerat)

Mengandung 200mg noretindron, diberikan setiap 2 bulan dengan

cara disuntikkan secara intramuskular (Manuaba, 1998). NET-EN

merupakan derivatif 19-nore-tisteron yang dibuat dalam larutan

minyak. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah lima hari, untuk

kemudian menurun dan tidak lagi dapat dideteksi setelah 70 hari.

Maka dari itu pemberian NET-EN adalah setiap 2 bulan. Dengan

interval setiap 2 bulan atau 8 minggu maka angka kegagalan lebih

kecil tetapi angka drop out nya lebih besar karena efek pendarahan,

terlalu seringnya suntikan dan mahalnya biaya.

3. Mekanisme Kerja

a. Primer : masalah ovulasi

Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi setakan LH (LH

Surge) respon kelenjar hipofise terhadap gonadotropin releasing

hormone eksogenneus tidak berubah, sehingga memberi kesan

proses terjadi di hipotalamus dari pada kelenjar hipofise,


8

(menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi

ovulasi).

b. Sekunder

1) Mengentalkan lendir dan menjadi sedikit sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma

2) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi

3) Menghambat trasportasi gamet dan tuba

4) Mengubah endrometrium menjadi tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi

4. Indikasi

KB suntik diberikan kepada wanita yang mengiginkan kontrasepsi

jangka panjang (wanita yang telah mempunyai cukup anak, telah anggan

/ tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.Ini juga diberikan kepada wqanita

yang mempunyai kontra indikasi estrogen / menunjukkan efek samping

diberikan kepada ibu menyusui dan pada wanita yang mendekati

menopause.

5. Kontraindikasi

Ada 2 macam yaitu :

a. Kontra indikasi secara mutlak

1) Terdapat tromboflebitis / riwayat tromboflebitis

2) Kelainan serebro vaskuler

3) Fungsi hati tidak / kurang baik

4) Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan aklat reproduksi


9

5) Varices berat

6) Adanya kehamilan

b. Kontra indikasi secara relatif

1) Hipertensi

2) Diabetes

3) Perdarahan abnoermal / pervaginam

4) Fibromioma uterus

5) Penyakit jantung dan ginjal

6. Efek Samping KB Suntik

a. Gangguan Haid

Keluhan terbanyak para pemakai KB suntik adalah gangguan

perdarahan.Hampir 40% kasus mengeluh ganguan haid sampai akhir

tahun pertama suntikan DMPA. Perdarahan bercak merupakan

keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya

pemakaian, tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami

pendarahan makin banyak dengan makin lamanya pemakaian

(Siswosudarmo, 2019).

Terdapat beberapa istilah gangguan Haid, Amenorea adalah

tidak datangnya haid selama akseptor mengikuti suntikan KB selama

3 bulan berturut-turut atau lebih. Spooting adalah bercak-bercak

perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB

suntik. Metrorhagie adalah perdarahan yang berlebihan di luar

siklus haid. Menometorhagie adalah datangnya haid yang berlebihan


10

jumlahnya tetapi masih dalam siklus haid, semua keluhan ini dapat

terjadi selama menjadi akseptor suntik KB (Suratun, 2019).

Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena terjadinya

atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun dan progesteron

meningkat sehingga tidak menimbulkan efek yang berlekuk – lekuk

di endometrium (Wiknjosastro, 2019). Gangguan pola haid spotting

disebabkan karena menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau

terjadinya gangguan hormon (Hartanto, 2018), gangguan pola haid

metroraghia disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron

yang tidak sesuai dengan kondisi dinding uterus (endometrium)

untuk mengatur volume darah menstruasi dan dapat disebabkan oleh

kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan fungsional,

gangguan pola haid menorragia disebabkan karena

ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron sehingga

menimbulkan endometrium menghasilkan volume yang lebih

banyak (Suratun, 2019).

Penatalaksanaan untuk amenorea, yakinkan ibu bahwa hal itu

adalah bisa, bukan merupakan efek samping yang serius, evaluasi

untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi

amenorea setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui

masalah, jangan berupaya untuk merangsang pendarahan dengan

kontrasepsi oral kombinasi (Handayani, 2018).


11

Perdarahan ringan atau spooting, sering terjadi dan tidak

berbahaya.Bila spooting terus berlanjut, atau haid telah berhenti

tetapi kemudian terjadi perdarahan, maka perlu di cari penyebab

perdarahan tersebut kemudian di lakukan penanganan yang

tepat.Bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas, Tanya

klien apakah masing ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti

dengan jenis kontrasepsi lain.

Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih

banyak dari perdarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan

kepada klien bahwa haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa

hal itu biasa terjadi pada bulan pertama suntikan. Bila klien tidak

dapat menerima keadaan tersebut, atau perdarahan yang terjadi

mengancam kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti metode

kontrasepsi lain. Untuk mencegah anemia pada klien, perlu di

berikan preparat besi dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung zat besi (Pinem, 2018).

b. Perubahan berat Badan

Berat badan bertambah atau turun beberapa kilogram dalam

beberapa bulan setelah pemakaian suntikan KB (Suratun,

2019). Perubahan BB kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak, sehingga lemak banyak yang bertumpuk di bawah kulit dan

bukan merupakan karena retensi (penimbunan) cairan tubuh, selain


12

itu juga DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di

hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan lebih banyak

dari biasanya. Akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan

berat badan bertambah (Hanafi, 2018).

Efek samping utama yang lain bagi beberapa waktu ialah

kenaikan berat badan. Bukti kenaikan berat badan selama

penggunaan DMPA masih perdebatan. Sebuah penelitian melaporkan

kenaikan berat badan lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama dan

selanjutnya meningkat secara bertahap sehingga mencapai 7,5 kg

selama 6 tahun. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tidak

ada masalah berkaitan dengan berat badan. Seorang wanita yang

mulai menggunakan Depo Provera harus mendapat saran tentang

kemungkinan peningkatan berat badan dan mendapat konseling

tentang penatalaksanaan berat badan sesuai dengan gaya hidup sehat

(Varney, 2018).

Penanggulanganya, jelaskan kepada akseptor bahwa kenaikan

penurunan BB adalah efek samping dari pemakaian suntikan, akan

tetapi tidak selalu perubahan berat tersebut diakibatkan dari

pemakaian suntikan KB. Kenaikan dapat disebabkan oleh hal-hal

lain, namun dapat pula terjadi penurunan BB. Hal ini pun tidaklah

selalu disebabkan oleh suntikan KB dan perlu diteliti lebih

seksama.Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama. Dianjurkan

untuk melaksanakan diet rendah kalori disertai olahraga seperti olah


13

raga yang teratur dan sebagainya. Bila terlalu kurus dianjurkan untuk

diet tinggi kalori, bila tidak berhasil, dianjurkan untuk ganti cara ke

kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2019).

c. Pusing dan Sakit Kepala

Rasa berputar/sakit di kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi

atau kedua sisi atau seluruh bagian kepala biasanya bersifat

sementara.pusing dan sakit kepala disebabkan karena reaksi tubuh

terhadap progestreon sehingga hormon estrogen fluktuatif

(mengalami penekanan) dan progesteron dapat mengikat air

sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami perubahan sehingga

terjadi penekanan pada syaraf otak (Suratun, 2019).

Hingga saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa

dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan akan menyebabkan

perasaan sakit kepala atau pusing yang menetap. Penelitian yang

dilakukan oleh Chrad (2018) menyebutkan bahwa sakit kepala yang

dirasakan oleh pengguna kontrasepsi suntik 3 bulan kemungkinan

disebabkan oleh penyakit bawaan yang pernah akseptor derita

seperti migrain. Seorang wanita yang mulai menggunakan Depo

Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan sakit kepala

(Varney, 2018).

Penanggulanganya, jelaskan secara jujur kepada calon akseptor

bahwa kemungkinan tersebut mungkin ada, tetapi jarang terjadi.

Biasanya bersifat sementara. Pemberian anti prostaglandin atau obat


14

mengurangi keluhan misalnya asetol 500mg 3x1 tablet/hari atau

paracetamol 500mg 3x1. Bila tidak ada perubahan ganti dengan cara

kontrasepsi non hormonal (Suratun, 2019).

Penanganan lain yang dapat dilakukan yaitu

melakukan penilaian berupa periksa tekanan darah, bila perlu

lakukan pemeriksaan neurologis yang lengkap, anamnese meliputi

pertanyaan tentang berat ringannya sakit kepala, lamanya stress,

lokasi sakitnya, hubungan dari sakit kepala dengan minum pil oral,

adakah riwayat keluarga dengan migrain. Dan bila sakit kepalanya

jelas disebabkan oleh kontrasepsi suntik 3 bualn, hentikan

kontrasepsi suntik 3 bulan/ganti preparer lain yang aktifitasnya

estrogen dan progesteron lebih rendah, sakit kepala pada akseptor

kontrasepsi suntik harus ditanggapi dengan serius karena dapat

merupakan tanda bahaya utama yang mendahului CFA.

d. Keputihan

Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari liang

senggama dan terasa mengganggu. Ini jarang terjadi pada peserta

suntik, tidak berbahaya kecuali bila berbau, panas, atau terasa gatal

sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lengkap untuk mengetahui

adanya infeksi, jamur, atau candida. Keputihan atau Fluor

Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.Keputihan

yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di

dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering


15

menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau

juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan

ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si

penderita buang air kecil.

Gejala keputihan antara lain keluarnya cairan berwarna putih

kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat

encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini

merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita

tertentu. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang

menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan

rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu

lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan

tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari

vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.


Penanggulanganya, jelaskan bahwa peserta suntik jarang terjadi

keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus di cari penyebabnya dan diberikan

pengobatannya. Konseling sebaiknya dilakukan sebelum peserta ikut KB

suntik.Anjurkan untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam agar

tetap bersih dan kering. Bila keputihan sangat menganggu sebaiknya di rujuk

untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Suratun, 2019).BAB IV

PENUTUP

Secara keseluruhan jurnal ini sudah bagus, topik bahasan yang menarik dan

bahasa yang mudah dipahami. Hasil penelitian dibahas secara detail dan

mendalam. Referensi yang digunakan pun banyak, sehingga sudah bisa menjadi

jurnal sebagai sumber informasi yang akurat.

1
DAFTAR PUSTAKA.

Devita, A., & Dewi, C. (2018). Volume 2 , Agustus 2018 Ayu Devita Citra Dewi
GAMBARAN EFEK SAMPING KB SUNTIK DEPO MEDROKSI
PROGESTERON ASETAT PADA AKSEPTOR DI BIDAN PRAKTIK
MANDIRI ( BPM ) WILAYAH KERJA KELURAHAN SAKO PALEMBANG
TAHUN 2017 Ayu Devita Citra Dewi STIK Bina Husada Palemban. 2, 38–
46.

Rachma, A., & Widatiningsih, S. (2016). Perbedaan Penambahan Berat Badan


Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan 1 Bulan Di Kelurahan
Karang Kidul Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang. Jurnal
Kebidanan, 5(10), 38–46.

Setyorini, C., & Dewi, A. (2020). Lama penggunaan kb suntik 3 bulan dengan
kejadian. 11(1), 124–133.

Bagus Gde Manuaba.Prof dr. Ida.2017. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan,


dan KB.Jakarta: EGC

Burns, August, dkk.2018. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan.


Yogyakarta: Andi

BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2019. Survei Demografi


Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF
International.

Friedman. 2018. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Handayani, Sri. 2018. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama.

Hartanto, Hanafi. 2018. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan.

Pillitteri, Adele. 2018. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
EGC.

Saifuddin, A.B. 2019. Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi, Pk-54-


PK58. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika.


2013.

1
2

Suratun, dkk. 2019. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai