Anda di halaman 1dari 16

Muslim.Or.

Id
FIQH DAN MUAMALAH
Sujud Sahwi (2): Sebab Adanya Sujud Sahwi
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. 1
Sebab Adanya Sujud Sahwi
Pertama: Karena adanya kekurangan.
Rincian 1: Meninggalkan rukun shalat[1] sepert
lupa ruku’ dan sujud.
Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan
lupa, kemudian ia mengingatnya sebelum
memulai membaca Al Fathah pada raka’at
berikutnya, maka hendaklah ia mengulangi rukun
yang ia tnggalkan tadi, dilanjutkan melakukan
rukun yang setelahnya. Kemudian hendaklah ia
melakukan sujud sahwi di akhir shalat.
Jika meninggalkan rukun shalat dalam keadaan
lupa, kemudian ia mengingatnya setelah memulai
membaca Al Fathah pada raka’at berikutnya,
maka raka’at sebelumnya yang terdapat
kekurangan rukun tadi jadi batal. Ketka itu, ia
membatalkan raka’at yang terdapat kekurangan
rukunnya tadi dan ia kembali menyempurnakan
shalatnya. Kemudian hendaklah ia melakukan
sujud sahwi di akhir shalat.
Jika lupa melakukan melakukan satu raka’at atau
lebih (misalnya baru melakukan dua raka’at
shalat Zhuhur, namun sudah salam ketka itu),
maka hendaklah ia tambah kekurangan raka’at
ketka ia ingat. Kemudian hendaklah ia melakukan
sujud sahwi sesudah salam.[2]
Rincian 2: Meninggalkan wajib shalat[3] sepert
tasyahud awwal.
Jika meninggalkan wajib shalat, lalu mampu
untuk kembali melakukannya dan ia belum
beranjak dari tempatnya, maka hendaklah ia
melakukan wajib shalat tersebut. Pada saat ini
tdak ada kewajiban sujud sahwi.
Jika meninggalkan wajib shalat, lalu
mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya,
namun belum sampai pada rukun selanjutnya,
maka hendaklah ia kembali melakukan wajib
shalat tadi. Pada saat ini juga tdak ada sujud
sahwi.
Jika ia meninggalkan wajib shalat, ia
mengingatnya setelah beranjak dari tempatnya
dan setelah sampai pada rukun sesudahnya,
maka ia tdak perlu kembali melakukan wajib
shalat tadi, ia terus melanjutkan shalatnya. Pada
saat ini, ia tutup kekurangan tadi dengan sujud
sahwi.
Keadaan tentang wajib shalat ini diterangkan
dalam hadits Al Mughirah bin Syu’bah. Ia
mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َ ‫إذ َا قَا‬
ِ‫سهْو‬
َ ‫ى ال‬
ِ َ ‫جدَت‬
ْ ‫س‬
َ ْ ‫جد‬
ُ ‫س‬
ْ َ ‫ِس وَي‬ ْ َ ‫ما فَل َ ي‬
ْ ‫جل‬ ً ِ‫م قَائ‬ ْ ‫ِس فَإِذ َا ا‬
َ َ ‫ستَت‬ ْ َ ‫ما فَلْي‬
ْ ‫جل‬ ً ِ‫م قَائ‬
َ ِ‫ستَت‬ ْ َ ‫ن فَل‬
ْ َ‫م ي‬ ِ ْ ‫الركْعَتَي‬
َ ‫ن‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫حدُك‬
ِ ‫م‬ َ ‫مأ‬َ ِ

“Jika salah seorang dari kalian berdiri dari raka’at


kedua (lupa tasyahud awwal) dan belum tegak
berdirinya, maka hendaknya ia duduk. Tetapi jika
telah tegak, maka janganlah ia duduk (kembali).
Namun hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali
sujud.” (HR. Ibnu Majah no. 1208 dan Ahmad
4/253)
Rincian 3: Meninggalkan sunnah shalat[4].
Dalam keadaan semacam ini tdak perlu sujud
sahwi, karena perkara sunnah tdak mengapa
ditnggalkan.
Kedua: Karena adanya penambahan.
Jika seseorang lupa sehingga menambah satu
raka’at atau lebih, lalu ia mengingatnya di
tengah-tengah tambahan raka’at tadi, hendaklah
ia langsung duduk, lalu tasyahud akhir, kemudian
salam. Kemudian setelah itu, ia melakukan sujud
sahwi sesudah salam.
Jika ia ingat adanya tambahan raka’at setelah
selesai salam (setelah shalat selesai), maka ia
sujud ketka ia ingat, kemudian ia salam.
Pembahasan ini dijelaskan dalam hadits Ibnu
Mas’ud,

.‫س ا‬
ً ‫م‬
ْ ‫خ‬ ‫صلَي ْ َا‬
َ ‫ت‬ َ ‫ل‬ ‫م ا ذ َا َا‬
‫ قَا َا‬. »‫ك‬ ‫الصلَةِا فَقَا َا‬
َ َ‫ل« و‬ َ ‫ها أَزِيدَا فِىا‬
ُ َ‫ل ل‬
‫س ا فَقِي َا‬
ً ‫م‬ َ ‫صلَىا الظُهْ َار‬
ْ ‫خ‬ َ –‫ل اللَهِا– صلىا اللها عليها وسلما‬ ‫سو َا‬ُ ‫ن َر‬
َ
َ ‫أ‬
َ َ ‫سل‬
‫م‬ َ ‫ما‬
َ َ ‫ن بَعْد‬
ِ ْ ‫جدَتَي‬
ْ ‫س‬ َ َ ‫جد‬ َ َ‫ف‬
َ ‫س‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah


melakukan shalat Zhuhur lima raka’at. Lalu ada
menanyakan kepada beliau, “Apakah engkau
menambah dalam shalat?” Beliau pun menjawab,
“Memangnya apa yang terjadi?” Orang tadi
berkata, “Engkau shalat lima raka’at.” Setelah itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud dua kali
setelah ia salam tadi.” (HR. Bukhari no. 1226 dan
Muslim no. 572)
Ketga: Karena adanya keraguan.
Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tga
atau empat raka’at-, kemudian ia mengingat dan
bisa menguatkan di antara keragu-raguan tadi,
maka ia pilih yang ia anggap yakin. Kemudian ia
nantnya akan melakukan sujud sahwi sesudah
salam.
Jika ia ragu-ragu –semisal ragu telah shalat tga
atau empat raka’at-, dan saat itu ia tdak bisa
menguatkan di antara keragu-raguan tadi, maka
ia pilih yang ia yakin (yaitu yang paling sedikit).
Kemudian ia nantnya akan melakukan sujud
sahwi sebelum salam.
Mengenai permasalahan ini sudah dibahas pada
hadits Abu Sa’id Al Khudri yang telah lewat. Juga
terdapat dalam hadits ‘Abdurahman bin ‘Auf, ia
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ْ ِ ‫نفَإ‬
‫ن‬ ‫صلَىا أَوْا ثَلَثًا فَلْيَب ْ ِا‬
‫ن عَلَىا ثِنْتَي ْ ِا‬ َ ‫ن‬ ‫ن ل َ ْا‬
‫م يَدْرِا ث ِنْتَي ْ ِا‬ ‫حدَةٍا فَإ ِ ْا‬ِ ‫ن عَلَىا وَا‬ ‫صلَىا أَوْا ث ِنْتَي ْ ِا‬
‫ن فَلْيَب ْ ِا‬ َ ‫حدَةًا‬ ِ ‫م يَدْرِا وَا‬ ‫صلَتِهِا فَل َ ْا‬َ ‫م فِىا‬ ‫حدُك ُ ْا‬ َ
َ ‫سهَ ا أ‬ َ ‫إِذ َا‬
ِ َ ْ َ ْ َ َ َ
‫م‬ ‫ل‬‫س‬
َ َ ُ ْ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫أ‬ َ
‫ل‬ ‫ب‬ َ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ت‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬
ْ ِ ََْ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ٍ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫و‬‫ث‬َ ‫ثَل‬ ‫ى‬ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫ن‬
ِ َْ‫ب‬‫ي‬ ‫ل‬َ ‫ف‬ ‫ا‬‫ع‬ ‫ب‬ ‫ر‬
ًَ ْ ْ ‫أ‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ى‬ ‫ل‬‫ص‬َ ‫ثًا‬َ ‫َل‬ ‫ث‬ ْ َ‫ل‬
ِ ْ ‫م يَد‬
‫ر‬

“Jika salah seorang dari kalian merasa ragu dalam


shalatnya hingga tdak tahu satu rakaat atau dua
rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaknya ia
hitung satu rakaat. Jika tdak tahu dua atau tga
rakaat yang telah ia kerjakan, maka hendaklah ia
hitung dua rakaat. Dan jika tdak tahu tga atau
empat rakaat yang telah ia kerjakan, maka
hendaklah ia hitung tga rakaat. Setelah itu sujud
dua kali sebelum salam.” (HR. Tirmidzi no. 398
dan Ibnu Majah no. 1209. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih
sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no.
1356)
Yang perlu diperhatkan: Seseorang tdak perlu
memperhatkan keragu-raguan dalam ibadah
pada tga keadaan:
Jika hanya sekedar was-was yang tdak ada
hakikatnya.
Jika seseorang melakukan suatu ibadah selalu
dilingkupi keragu-raguan, maka pada saat ini
keragu-raguannya tdak perlu ia perhatkan.
Jika keraguan-raguannya setelah selesai ibadah,
maka tdak perlu diperhatkan selama itu bukan
sesuatu yang yakin.
Demikian serial pertama mengenai sujud sahwi
dari muslim.or.id. Adapun mengenai tatacara
sujud sahwi, bacaan di dalamnya dan
permasalahan-permasalahn seputar sujud sahwi,
akan kami bahas pada kesempatan selanjutnya
insya Allah. Semoga Allah mudahkan.
bersambung insya Allah-
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artkel Muslim.Or.Id
[1] Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah
setap perkataan atau perbuatan yang akan
membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun
ini tdak ada, maka shalat pun tdak teranggap
secara syar’i dan juga tdak bisa digant dengan
sujud sahwi.
Meninggalkan rukun shalat ada dua bentuk.
Pertama: Meninggalkannya dengan sengaja.
Dalam kondisi sepert ini shalatnya batal dan
tdak sah dengan kesepakatan para ulama.
Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tdak
tahu. Di sini ada tga rincian,
– Jika mampu untuk mendapat rukun tersebut
lagi, maka wajib untuk melakukannya kembali.
Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama.
– Jika tdak mampu mendapatnya lagi, maka
shalatnya batal menurut ulama-ulama Hanafyah.
Sedangkan jumhur ulama (mayoritas ulama)
berpendapat bahwa raka’at yang ketnggalan
rukun tadi menjadi hilang.
– Jika yang ditnggalkan adalah takbiratul ihram,
maka shalatnya harus diulangi dari awal lagi
karena ia tdak memasuki shalat dengan benar.
(Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/313-314)
[2] Keadaan semacam ini sudah dijelaskan dalam
hadits Abu Hurairah tentang Dzul Yadain yang
telah lewat.
[3] Yang dimaksud wajib shalat adalah perkataan
atau perbuatan yang diwajibkan dalam shalat.
Jika wajib shalat ini lupa dikerjakan, bisa ditutup
dengan sujud sahwi. Namun jika wajib shalat ini
ditnggalkan dengan sengaja, shalatnya batal jika
memang diketahui wajibnya. (Lihat Shahih Fiqh
Sunnah, 1/328)
[4] Yang dimaksud sunnah shalat adalah
perkataan atau perbuatan yang dianjurkan untuk
dilakukan dalam shalat dan yang melakukannya
akan mendapatkan pahala. Jika sunnah shalat ini
ditnggalkan tdak membatalkan shalat walaupun
dengan sengaja ditnggalkan dan ketka itu pun
tdak diharuskan sujud sahwi. (Lihat Shahih Fiqh
Sunnah, 1/336)
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami.
Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini.
Jazakallahu khaira

� Bayarlah Upah Sebelum Keringat Kering,


Orang Suf, Kumpulan Ceramah Tentang
Pernikahan, Khutbah Jumat Tentang Keutamaan
Shalat Jum At, Bumi Itu Al Quran
Print Friendly, PDF & Email
TOPICS: HUKUM, SAHWI, SEBAB, SUJUD,
TILAWAH
PREVIOUS
Sujud Sahwi (1): Hukum Sujud Sahwi
NEXT
Sujud Sahwi (3): Tata Cara Sujud Sahwi
ABOUT AUTHOR
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc.
Pengasuh Rumaysho.Com dan RemajaIslam.Com.
Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta (2003-2005).
S1 Teknik Kimia UGM (2002-2007). S2 Chemical
Engineering (Spesialis Polymer Engineering), King
Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013). Murid
Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al
Fauzan, Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy Syatsriy,
Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al Barrak, Syaikh
Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan
ulama lainnya. Sekarang memiliki pesantren di
desa yang membina masyarakat, Pesantren
Darush Sholihin di Panggang, Gunungkidul.
View all posts by Muhammad Abduh Tuasikal,
MSc. «
ARTIKEL TERKAIT
Khusyu Dalam Sholat
Mereka adalah Orang-Orang yang Khusyu’ dalam
Shalat (Bag. 1)
Was-Was dalam Sholat
Menolak Was-Was dalam Shalat
Fiqh Zakat
Serial Fiqh Zakat (Bag. 10): Penggunaan Kalender
Masehi dalam Penetapan Haul Zakat
Boleh Membunuh Hewan Yang Mengganggu Atau
Membahayakan
Boleh Membunuh Hewan Yang Mengganggu Atau
Membahayakan
Hukum Oral Seks
Fiqh Zakat
Serial Fiqh Zakat (Bag. 9): Zakat Uang Kartal
Bacaan Tasyahud yang Paling Minimal dalam
Shalat
Hukum zakat profesi
Zakat Profesi Dipotong Setap Bulan adalah Tidak
Tepat
Wakaf: Amalan Para Sahabat radhiyallahu‘anhum
(Bag. 4)
Fiqh Zakat
Serial Fiqh Zakat (Bag. 8): Nishab Zakat Emas dan
Perak

7 ARTIKEL TERBARU
Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu (Bag. 11):
Menjaga Marwah Ilmu
Mereka adalah Orang-Orang yang Khusyu’ dalam
Shalat (Bag. 1)
Hukum Shaf Shalat Pria yang Sejajar dengan Shaf
Wanita
Sedekah adalah Bukt Keimanan
Wahai Suami, Segeralah Pulang ke Rumah
Menolak Was-Was dalam Shalat
Dibuka Pendafaran Wisma Muslim Gelombang
ke 2 Angkatan 2020/2021
CARI TENTANG APA?

PENTING DIKETAHUI!
Makna Tauhid
Memahami Makna Syirik
Mari Mengenal Manhaj Salaf
Meneladani Sahabat Nabi, Jalan Kebenaran
Tidak Semua Pendapat Dalam Khilafyah
Ditoleransi
Penyimpangan Terhadap Al Asma Al Husna
Bid’ah dan Bahayanya
Menjelaskan Bid’ah Bukan Berart Memvonis
Neraka
Ada Apa dengan Wahabi?

Bolehkah Wanita Memakai Parfum?


karakter seorang wanita
Beberapa Karakter Terbaik dan Terburuk Seorang
Wanita
Para Wanita Perindu Surga
suci dari haid
Jika Suci dari Haid di Waktu Ashar, Apakah juga
Harus Shalat Dzuhur?

Anda mungkin juga menyukai