Anda di halaman 1dari 12

Ana/isis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena ...................... .................................

(RozeffPramana)

Analisis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena Triple Band


Dibandingkan dengan Antena Wcdma yang Diintegrasi
dengan Antena Gsm

Rozeff Pramana
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Batam, Kepulauan Riau
Email : rozeff@umrah.ac.id

ABSTRAK
Operator telepon seluler saat ini memisahkan pemakaian antena 2G (GSM) Dual Band dan antena 3G (WCDMA)
yang ditempatkan pada site yang sam a. Hal inijelas tidak ekonomis karena horus membangun sistem kobel
feeder dan antena terpisah dari dua sstem
i tersebut. Wa/aupun menggunakan toweryang sama, investasi yang
dibutuhkan tetap besar. Dalam studi ini akan dibalzas penggunaan antena Triple Band yang digunakan secara
bersama antara sistem 2G dan 3G pada suatu site guna menekan biaya investasi pembangunan tower kedua
sistem tersebut. Antena Triple Band adalah antena yang range frekuensinya antara 800 MHz - 2200 MHz
(Kathrein, 2006). Dari rangefrekuensinya ini antena Triple Band dapat bekerja pada sistem 2G maupun 3G
Membangun sistem 3G yang ditempatkan pada suatu site yang sama dengan sistem 2G dengan memanfaatkan
antena Triple Band, maka pelanggan yang menggunakan sistem 2G maupun sistem 3G pada area tersebut
dapat dilayani sekaligus dengan satu antena tersebut. Bila operator ingin menambahkan sistem 3Gpada suatu
site/tower BTS 2G, maka operator tidak perlu lagi membangun antena 3G, karena horus memasang line kabel
feeder baru dan memasang anlena 3G Dengan menggunakan antena Triple Band, cukup menggantikan antena
GSMyang ada pada site/tower tersebut dengan antena Triple Band kemudian mengkonekneksikon RBS 2G
yang telah ada sebelumnya dengan RBS 3G yang baru dipasang dengan menggunakon line kabel feeder yang
sebelumnya untuk antena GSM Hila satu RBS 2G dan RBS 3G dibangun secara terpisah pada suatu site, setiap
sistem tersebut optimal masing-masing memerlukon 3 antena. Maka untuk satu site/tower diperlukan minimal
6 antena. Dengan menggunakan antena Triple Band kedua sistem lersebut akan diintegrasikan pada antena
yang sama. Sehingga pada satu site/tower antena yang diperlukan untuk kedua sistem tersebut adalah 3 antena.

1. PENDAHULUAN
Kehadiran telepon seluler merupakan suatu lompatan besar dalam sejarah telekomunikasi manusia.
Tuntutan peningkatan layanan dan adanya penambahan layanan-layanan baru semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya mobilitas manusia. Teknologi seluler 2G dirasakan masih kurang.
Hal ini mendorong industri wireless meningkatkan teknologi yangtelah ada, sehingga lahir teknologi
seluler baru yang dikenal dengan 3G (Third Generation).
Teknologi seluler generasi ketiga (3G) dengan bit rate yang tinggi mencapai 2 Mbps memberikan
banyak layanan-layanan baru dan peningkatan layanan dari teknologi sebelwnnya (Salonen dan
Toskala, 2001). Salah satu layanan primadonanya adalah video call, dimana dua orang pengguna
bisa berbicara sambil menatap wajah lawan bicara di layar ponsel. Namun demikian, sulit bagi
operator di Indonesia untuk beralih ke teknologi ini karena perlu investasi yang besar untuk pembelian
perangkat-perangkat baru, mereka hanya memanfaatkan 3G pada sebagian kecil daerah layanannya.
Walaupun arsitektur network pada 3G (WCDMA) memiliki kemiripan dengan 2G(GSM),
namun tidak semua elemen-elemen network 2G dapat dipergunakan pada network 3G Salah satu
elemen yang menjadi perhatian adalah antena. Antena yang dipergunakan pada 2G berbeda dengan

47
JuRNAL SusTAINABLE- Vol. I, Nomor 1, November 2010

3G Hal ini karena alokasi frekuensi dimana untuk 2G frekuensinya adalah 900 MHz dan 1 800
MH:z;, sedangkan untuk 3G frekuensinya 1920 MHz- 2170 MHz (Budianto, 1 999).
· Surjati, Kurnia dan Septiana (2008) melakukan penelitan mengenai analisis perhitungan
link budget indoor enetration Wideband Code Division MultipleAcces (WCDMA) dan High Speed
Download PacketAcces (HSPDA). Pada penelitian ini dianalisis perhitungan perencanaanjaringan
yang didalamnya terdapat rugi - rugi (loss). Loss perhitungan link budget ini dapat dilihat dari
spesifikasi material yang digunakan.

2. STUDI LITERATUR

2.1 Sistem Jaringan dan Antena GSM


Generasi pertama dari sistem telekomunikasi seluler muncul pada tahun 1980-an. Teknologi
yang digunakan saat itu adalah FDMA (Frequency Division Multiple Access) yang bekerja pada
band frekuensi 800 Mhz dan merupakan sistem analog. Generasi pertama atau yang lebih dikenal
dengan 1 G (first generation) dianggap sebagai cikal bakal perkembangan sistem telekomunikasi
seluler dunia.
Karena tuntutan pasar dan kebutuhan akan kualitas yang semakin baik, lahirlah teknologi
generasi kedua atau 2G (second generation). Teknologi 2G sudah menggunakan sistem digital
dengan dua basis multiplexing yaitu TDMA (Time Division Multiple Access) dan CDMA (Code
Division Multiple Access). CDMA One atau juga dikenal dengan IS 95A adalah contoh sistem
CDMA generasi kedua. 2G selain digunakan untuk komunikasi suara, juga bisa untuk SMS dan
transfer data. Standar teknologi 2G yang paling banyak digunakan saat ini adalah GSM (Global
System for Mobile) yang diperkenalkan pertama kali di Eropa pada awal tahun 1990. GSM bisa
beroperasi pada frekuensi 900, 1800 dan 1900 MHz. Layanan yang terkenal pada GSM adalah
SMS (Short Message Service) yaitu layanan dua arah untuk mengirim pesan pendek. GSM juga
mendukung komunikasi data berkecepatan 14,4 kbps. (Smith dan Collins,2002).
Pada GSM berkembang layanan data bergerak (mobile data service) yang dapat mentrasfer
data dari satu titik ke titik yang lain. Dari jalur GSM lahir teknologi GPRS (General Packet Radio
Services) yang memungkinkan seseorang mengirimkan gambar dan suara (MMS: multimedia
services), atau mengakses situs WAP (wireless aplication protocol). GPRS merupakan teknologi
yang disisipkan di atas jaringan GSM untuk menangani komunikasi data pada jaringan. GPRS
memiliki kecepatan koneksi maksimal sekitar 1 1 5 kbps. Karena kecepatan transfer data yang
dirasakan masih kurang, maka muncul teknologi EDGE (Enhanced Data Ratesfor GSMEvolution).
Secara teori EDGE mampu menghasilkan data rate sampai 236.8 kbps. Kedua teknologi ini dikenal
dengan generasi 2 5 G (Smith dan Collins, 2002).
,

Generasi yang paling populer dan mutakhir saat ini adalah generasi 3G (third generation).
Pada generasi ini semua fasilitas yang tersedia pada generasi-generasi sebelumnya dapat diakses
ditambah dengan keunggulan-keunggulan tertentu dari sistem generasi ke-3 ini, antara lain layanan
multimedia seperti internet, video telephony, video streaming, dan teleconference. Kelebihan
·
lainnya yaitu kecepatan transfer data yang mencapai 384 kbps di luar ruangan dan 2 Mbps untuk
aplikasi indoor.
Sistem 3G yang dikembangkan pada jalur GSM disebut WCDMA( Wideband - Code Division
Multiple Access), dan yang dikembangkan darijalur CDMAadalah CDMA2000-1x EVDO/EVDV
(Code Division Multiple Access2000-1x Evolution Data Only/Evolution Data Video). Kedua sistem
ini memiliki keunggulan yang hampir sama. (Rappaport, 2002).
Menurut Rappaport, 2002; teknologi wireless yang utama setiap generasi dikelompokkan seperti
tabel berikut :

48
Ana/isis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00 0 0 00 0 Oo 0 0 0 0 00 00 0 0 0 0 oo .. oo 00 0 0 0 0 0 00 0 0 0 00 (Roze.ffPramana)

Tabel l o Pengelompokan Teknologi Wireless

Primarily voice with SMS

Primarily voice with


packet data services being
introduced

(3G) CDMA2000- services Design for high Europe (UMTS-WCDMA)


lxHV-(DO/DV) speed multimedia data America(UMTS/CDMA2000)
and voice True 3G Asia(UMTS/COMA2000)
platforms expecled 2003 - Overlay approach for existing
2005 operators of 2/2,5G networks

Pada jaringan GSM network-nya dapat dibagi dalam tiga subsistem utama, yaitu Network
Switching subsystem (NSS), Base Station Subsystem (BSS), dan Network Management Subsystem
(NMS)o Network Switching Subsystem, atau NSS, adalah komponen dari sistem GSM yang memiliki
fungsi switching dan mengatur komunjkasi antara mobilephone dengan Public Switched Telephone
Network (PSTN) Base Station Subsystem (BSS) merupakan bagian dari jaringan GSM yang memiliki
0

fungsi sebagai pengkontrol alur radio, BTS (Base Transceiver Station) dan TRC (Transcoder
Controller), sinkronisasi danAirinterfaceo Sedangkan fungsi dari NMS adalah memonitor berbagai
macam fungsi dan elemen pada jaringano Tugas ini merupakan bagian dari Operation and
Maintenance Centre (OMC)o

ass

---0- Signaing ......,..


--- � lnd tigNIIng l1bmllion

Gambar l o Arsitektur sistem GSM (Ericsson)

49
JuRNAL SusTAINABLE- Vol. /, Nomor 1, November 2010

2.2 Pembangunan BTS (2G)


BTS (Base Transceiver Station) biasanya terdiri atas perangkat pemancar dan penerima sinyal radio
(TRX), perangkat encrypsi dan decrypsi yang menghubungkan dengan BSC (Base Station
Controller), dan antena. Jenis BTS yang dibangun oleh operator dapat dibagi atas dua kategori,
yaitu BTS indoor dan BTS outdoor. BTS indoor biasanya dibangun didalam gedung dan
diperuntukkan untuk meng-coverage pelanggan-pelanggan yang ada didalam gedung tersebut agar
selalu terkoneksi dengan jaringan.
BTS outdoor digunakan untuk meng-coverage pelanggan-pelanggan yang berada di area
terbuka. BTS outdoor dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu rooftop dan greenfield. BTS jenis
rooftop adalah BTS yang site-nya ditempatkan pada bagian teratas suatu gedung bertingkat. BTS
jenis ini biasanya dibangun pada area-area perkantoran yang banyak berdiri gedung-gedung
bertingkat. Equipment room (shelter) untuk menempatkan RBS dan perangkat penunjang lainnya
ditempatkan disalah satu ruangan dalam gedung tersebut. Sedangkan BTS j enis greenfield adalah
BTS yang site-nya ditempatkan pada suatu lahan terbuka. (sumber: site BTS indosat)
2.3 Sistem Jaringan dan Antena WCDMA (3G)
J aringan WCDMA yang utama terdiri dari RAN (Radio Access Network), CN (Core Network) dan
SN (Service Network). Fungsi utama Radio Access Network (RAN) pada WCDMA adalah untuk
menyediakan suatu koneksi antara User Equipment (UE) dengan Core Network (CN). Mengatur
mobilitas serta handover pada RAN Core Network berfungsi untuk menangani pennintaan­
.

pennintaan panggilan yang diberikan logic control untuk membuat koneksi antara radio access,
service network atau external network. Service Network adalah suatu cara yang memungkinkan
sebuah network server mengirimkan layanannya diantara layanan-layanan dan aplikasi-aplikasi
yang berbeda, metode access dan perangkat-perangkat user yang berdasarkan teknologi IP (Holma
dan Toskala,2001)

Gambar 2. ArsitekturJaringan WCDMA

50
Ana/isis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena ..................... .................................. (RozeffPramana)

2.4 Pembangunan Node B (3G)


BTS pada teknologi 3G dikenal dengan sebutan Node B. Node B memiliki peranan yang sama
seperti halnya BTS pada GSM. Node B menangani frekuensi radio dan sel-sel pada RAN WCDMA.

Anlcla GSM dual b>ncl

c:onncclor

Antcno WCDMA (lGI

Jumper

- ---- -

I
I
Tower Antcna I
I
I
I
I I
L-----------------J
ROS &[�""""
WCDMA 1900

Gambar 3. Insta/asi Node B pada site BTS (BTS Indosat)

Hubungan antara satu Node B dengan Node B lainnya terkoneksi melalui mini link. Mini link
berfungsi agar suatu Node B dapat terhubung dengan sinyal jaringan operator. Sinyal jaringan dari
Node B ini biasanya didapat dari Node B lain yang terdekat. Koneksi mini link ini dilakukan melalui
suatu antena parabola. Jarak yang dapat diakses antara satu Node B dengan Node B lainnya dengan
antena parabola mini link tersebut berkisar antara 4 Km hingga 1 5 Km. Suatu Node B tidak akan
bisa diakses oleh pelan'ggan bila belurn terkoneksi dengan sinyal jaringan. (sumber: site BTS indosat).
Pembangunan suatu Node B bergantung pada kondisi masing-masing site dan kebutuhannya.
Node B dapat ditempatkan pada bagian teratas suatu gedung yang bertingkat (rooftop) atau dengan
membangun tower pada suatu lahan yang terbuka (Greenfield). Bentuk fisik suatu site Node B
tidak berbeda dengan site BTS pada GSM. Sistem antena danfeeder, perangkat-perangakat utama
RBS serta perangkat penunjang, dan bentuk fisik bangunan site diantara keduanya adalah sama.
Perbedaannya hanya terdapat pada perangkat utama maupun perangkat penunjang yang dipakai
harus disesuaikan dengan sistem 2G atau 3G Dengan demikian selain RBS dan perangkat penunjang

51
·-�.

JuRNAL SusTAINABLE- Vol. I. Nomor 1, November 2010

3G lainnya bisa ditempatkan sendiri pada suatu site Node B , namun memungkinkan pula bagi
operator untuk menempatkan RBS WCDMA (3G) dan perangkat penunjang tersebut pada site
yang sama dengan RBS GSM (2G) yang sebelumnya telah dibangun.
Gambar 3 dibawah ini memperlihatkan instalasi Node B yang ditempatkan pada suatu BTS.
Dengan solusi ini maka operator tidak perlu mencari laban baru, membangun tower, instalasi jaringan
PLN dan pembangunan fisik Iainnya seperti saat membangun site baru. Operator cukup memasang
antena WCDMApada toweryang sama yang digunakan untuk menempatkan antena GSM, kemudian
membangun tiga line kabel feeder barn dan m�nginstalasi RBS WCJ?.MA. RBS WCDMA (3G) ,,
dan perangkat penunjangnya bisajuga ditempatkM pad!l eq�iprmmt room (shelter) yfUlg sama ge!!g�
I'
RBS GSM (2G) bila ruang masih mencukupi, atau bis@. pul� mttmQ'W8lUl �quipm�nt room baru '!
disekitar tower pada site yang sama. (sumber: site BTS Indosat).

2.5 Antena Triple Band Untuk GSM dan WCDMA


Pada suatu BTS 2G (GSM), operator biasanya menyediakan tiga sel antena untuk melayani pelanggan
disekitar BTS tersebut. Antena yang dipergunakan adalah antena yang frekuensinya sama dengan
sistem GSM itu sendiri yaitu 900 MHz dan 1800 MHz, atau yang mencakup keduanya yang dikenal
dengan antena Dual Band. Bila operator tersebut kemudian menerapkan sistem 3G (WCDMA)
untuk layanan bagi pelanggannya, maka perlu dibangun kembali Node B pada site yang sama
dengan tiga sel antena yang baru. Ini jelas tidak efisien karena operator harus membangun
infrastruktur line antena yang baru pula.
Untuk hal tersebut diatas, antena Triple Band bisa memberikan solusi bagi operator untuk
mengefisiensikan biaya investasi pembangunan Node B. Dengan menggantikan antena Dual Band
dengan antena Triple Band dan kemudian memanfaatkan tiga line kabel feeder yang ada untuk
diintegrasikan pada RBS WCDMA sebagai equipment baru bersama RBS GSM yang telah ada,
maka layanan 2G dan 3G secara bersama bisa diakses oleh pelanggan. Operator tidak perlu
membangun line kabelfeeder untuk antena baru tersebut. (sumber: site BTS indosat).
Antena Triple Band memiliki fungsi yang sama dengan antena pada 2G dan 3G yaitu sebagai
pemancar dan penerima sinyal yang menghubungkan mobile station dengan BTS/Node B sehingga
bisa terkoneksi dengan pelanggan lainnya. Antena Triple Band termasuk antena directional dimana
bentuk fisik, instalasi antena dan perangkat penunjangnya tidakjauh berbeda dengan antena seluler
lainnya. Antena Triple Band merniliki range frekuensi antara 800 MHz - 2200 MHz yang jauh
lebih Iebar dari antena GSM Dual Band maupun antena WCDMA, sehingga antena ini dapat
digunakan pada sistem 2G dan 3G ka.rena alokasi frekuensi pada kedua sistem tersebut termasuk
dalam range frekuensi antena ini. Power untuk satu antena Triple Band adalah sekitar 250 Watt
dengan penguatan (gain) berkisar antara 15 dBi - 1 8 dBi dan impedansi antena adalah 50 0
(Kathrein, 2006).

a. Mekanisme Pembangunan Antena Triple Band Untuk GSM dan WCDMA


Untuk mengintegrasikan antena Triple Band pada RBS GSM dan RBS W�DMA pada suatu site
BTS outdoor greenfield, ada beberapa equipment utama yang perlu ditukar dan ditambahkan
(sumber: site BTS indosat). Equipment tersebut yaitu antena Triple Band, jumper dan Triplexer.
Dalam implementasinya ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu :
1. Menempatkan dan menginstalasi RBS WCDMA serta perangkat penunjangnya pada site BTS
yang sarna.
2. Mengganti antena GSM Dual Band yang dipakai sebelumnya dengan antena Triple Bane/.
3. Mengintegrasikan ke tiga antena Triple Band tersebut pada masing-masing RBS GSM dan
RBS WCDMA dengan menggunakan Triplexer.

52
Ana/isis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena .................... ................................... (RozeffPramana)

RBS WCDMA yang akan dibangun bisa ditempatkan pada equipment room (shelter) yang sama
dengan RBS-RBS GSM yang telah ada. Bila RBS WCDMA telah ditempatkan dan diinstalasi
bersama perangkat penunjang lainnya, langkah selanjutnya adalah menggantikan ketiga antena
GSM (Dual Band) yang telah ada sebelumnya pada BTS tersebut dengan tiga antena Triple Band.
Operator tidak perlu mengganti line kabelfeeder yang terpasang pada tower BTS tersebut, karena
line kabelfeeder yang telah ada bisa dipergunakan untuk koneksi ketiga antena Triple Band tersebut
tanpa perubahan instalasi yang berarti.
Bila satu RBS GSM menggunakan 3 antena maka untuk dua RBS GSM terdapat 12 line kabel
feeder. Yang dipergunakan untuk koneksi antara RBS-RBS dan antena Triple Band hanya 6 line.
Sehingga operator memiliki 6 line kabel feeder yang tidak terpakai. Instalasi antena Triple Band
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Triple Onnd
:�ntena
Feeder

Tower Amena

Jurupcr

TX
R3S RBS RBS
RX
GSM 900 (iS�1 1800 WCDMA I900

Gambar 4. Instalasi antena Triple Band pada RBS GSM dan RBS WCDMA

Untuk mengintegrasikan ketiga antena Triple Band tersebut pada RBS-RBS GSM dan RBS
WCDMA yang baru, maka diperlukan Triplexer. Trip/exer merupakan perangkat penunjang yang
penting untuk mengkoneksi masing-masing RBS dengan antena melalui kabel feeder. Triplexer
berfungsi sebagai penghubung beberapa saluran informasi pada saat yang bersamaan dengan satu
saluran bersama, sehingga perangkat ini dapat mengurangijumlah sambungan atau line kabelfeeder .

Triplexer biasanya ditempatkan didalam equipment room bersama perangkat utama lainnya (sumber:
site BTS indosat).
Untuk satu line kabelfeeder diperlukan 2 buah Triplexer, 1 Triplexer untuk TX (transmitter)
dan l Triplexer untuk RX (receiver). Sehingga untuk tiga line kabelfeeder bagi tiga antena Triple
Band diperlukan 6 buah Trip/exer. Masing-masing input Triplexer akan dihubungkan dengan ketiga
RBS, yaitu RBS GSM 900, RBS GSM 1 800 dan RBS WCDMA 1 900. Koneksitas antara Triplexer

53
JuRNAL SUSTA!NABLE - Vol. /, Nomor 1, November 2010

dengan RBS GSM maupun RBS WCDMA akan dihubungkan melalui kabeljumper. Selanjutnya
pada output Triplexer akan dihubungkan dengan line kabel feeder dengan menggunakan kabel
Jumper.

Jumper

Con11ector jwnfler
pada RBS

RBS equipment

Gambar 5. Instalasi kabel Jumper pada RBS WCDMA (BTS indosat)

Hal ini perlu karena kabelfeeder berukuran cukup besar yaitu 1 5/8", sehingga diperlukankan
connector dan kabeljumper. Selanjutnya ketiga line kabelfeeder tersebut akan dihubungkan ke

antena Triple Band dengan menggunakan kabeljumper dan connector yang biasajuga diterapkan
pada antena GSM Dual Band. Gambar berikuti ini memperlihatkan instalasi kabel jumper pada
suatu RBS WCDMA.

3. METODELOGI
Metodologi yang digunakan pada studi ini adalah dengan membaca literature-literatur yang ada
dan melakukan peninjauan langsung ke lapangan yaitu ke site-site BTS dan Node B milik lndosat
yang berada di sekitar area Jakarta. Kernudian rnelakukan interview dengan engineer-engineer yang
terkait seperti RBS, Transrnisi dan antena.
Studi yang diamati dilapangan adalah mengamati waktu implementasi dan biaya investasi
pembangunan antenna antara antenna Triple Band dengan antenna WCDMA dimana masing-masing
antenna tersebut diintegrasikan dengan system GSM. Objek utama yang menjadi pengamatan adalah
antenna, kabel feeder, jumper, connector dan feeder clamp. Hasil studi yang dilaporkan pada paper
ini adalah untuk satu site BTS saja, karena untuk site BTS yang lain dapat dilakukan dengan hal
yang sama.
Hasil yang diperoleh dari masing-masing pembangunan kedua antena tersebut kemudian
dibandingkan diantara keduanya. Maka efisiensinya akan terlihat dari hasil tersebut. Sernakin banyak
site BTS sistem 2G yang diintegrasikan dcngan sistem 3G menggunakan antenna Triple Band ini,
maka semakin terlihat penghematan yang diperoleh operator.

4. HASIL

4.1 Efisiensi Waktu Pembangunan Antena Triple Band


Pembangunan antena Triple Band yang diimplementasikan pada suatu site untuk pemakaian GSM
dan WCDMAmemiliki scope pekerjaan yang lebih sedikit dan tidak rumit seperti membangun line

54
Ana/isis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena ....................................................... (Roze.ffPramana)

antena baru. Line kabelfeeder yang telah ada bisa dipergunakan kernbali sehingga tingkat kesulitan
dalam pembangunan antena Triple Band lebih kecil dan waktu pengerjaannya menjadi lebih singkat.
Tabel berikut ini memperlihatkan waktu implementasi yang dibutuhkan untuk pembangunan
antena Triple Band dan instalasi Triplexer pada suatu site.
Tabel 2. Waktu lmplementasi Pembangunan Antena Triple Band

Implementation
No Description Brand Unit Qty
(Day)
1 Antenna Triple Band Kathrein unit 3 1
2 Triplexer unit 6 1
Fabricated Jumper
3 7/18" RFS unit 18 0
Total Waktu 2

4.2 Biaya Investasi Pembangunao Antena Triple Band


Pembangunan antena Triple Band pada site BTS yang telah ada tidak. perlu membuat line kabel
feeder yang baru, kabelfeederyang ada bisa dipergunak.an kembali. Perangkat lain yang dibutuhkan
adalah Trplexer
i dan kabel jumper serta perangkat penunjang antena lainnya. Tabel berikut ini
memperlihatkan biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan antena Triple Band pada
suatu site.
Tabel 3. Biaya lnvestasi Pembangunan Antena Triple Band

Unit Total
No Description Brand Unit Qty Price
Price Price
(IDR) (IDR) (JDR)
1 Antenna Triple Band Kathr ein unit 3 8,583,600 25,750,800
2 Triplexer unit 6 2,760,000 16,560,000
Fabricated Jumper
3 RFS unit 18 506,000 9,108,000
7/18"
Total .Price 51,418,800

4.3 Komparasi waktu implementasi Auten a WCDMA dan Antena Triple Band
Pembangunan sistem antena pada suatu BTS maupun Node B terbagi atas beberapa tahap yang
tidak jauh berbeda dan memerlukan waktu dalam pembangunannya. Tabel berikut ini
memperlihatkan waktu implementasi pembangunan antena WCDMA.
Tabel 4. Waktu Implementasi Pembangunan Antena WCDMA

Impl e m entation
No Description Brand Unit Qty
(Day)
Antenna Outdoor
1 K.athrein unit 3 ]
WCDMA 1900

2 Feeder 1 5/8" RFS m 300 3


Fabricated Jumper
3
7/18" RFS unit 12 1

4 Connector 1 5/8" RFS unit 12 l

5 Feeder Clamp unit 50 0


Total Waktu 6

55
JURNAL SUSTAINABLE- Vol. L Nomor I, November 2010

Bila tabel diatas kita bandingkan dengan waktu implementasi pembangunan antena Triple
Band (lihat tabel 2), maka pembangunan antena Triple Band waktu implementasinya lebih cepat
dengan selisih 4 hari. Hal ini dikarenakan untuk pembangunan antena Triple Band pada suatu site
tidak diperlukan lagi membangun line kabeifeeder yang baru.

Waktu lmplementasi Antena

4
Waktu
3
(hari)
2

Ia Antena WCDMA • Antena Triple band

Gambar 6. Diagram Komparasi Waktu ImplementasiAntena Triple Band dengan


Antena WCDMA

4.4 Komparasi biaya implementasi Antena WCDMA dan Antena Triple Band
Pembangunan antena WCDMA dan antena Triple Band berbeda antara satu sama lain. Perbedaan
yang mencolok pada pembangunan kedua antena ini adalah instalasi line kabelfeeder. Tabel berikut
memperlihatkan biaya investasi pembangunan 3 sel/sektor antena WCDMA.
Bila tabel diatas kita bandingkan dengan biaya investasi pembangunan antena Triple Band
(lihat tabel 3), maka pembangunan antena WCDMA memerlukan biaya investasi yang lebih besar
dari pada pembangunan antena Triple Band. Ini karena pembangw1an antena WCDMAmemerlukan
line kabel feeder baru untuk tiga sel antena.
Sedangkan antena Triple Band cukup memanfaatkan 6 dari 1 2 line kabelfeeder antena GSM
Dual Band yang ada. Efisiensi yang diperoleh operator dengan menggunakan antena Triple Band
ini adalah sekitar 48,8%.

Tabel 5. Biaya lnvestasi Pembangunan Antena WCDMA

Unit Total
No Description Brand Unit Qty Price Price
Price

l_IDR
j_ j_IDR) aDR}
Antenna Outdoor
1 Kathrein unit 3 8,123,600 24,370,800
WCDMA 1900
2 Feeder 1 5/8" RFS m 300 2 1 1 ,600 63,480,000
Fabricated
3
Jumper 7/18"
RFS wlit 12 506,000 6,072,000

4 Connector 1 5/8" RFS Wlit 12 230,000 2,760,000


5 Feeder Clamp unit so 73,600 3,680,000
Total Price 100,362,800

56
Ana/isis Penghematan Biaya Pembangunan 3 Antena ....................................................... (RozeffPramana)

Biaya lnvestasl (Rp)

120,000,000
100,000,000
80,000,000
60,000,000
40,000,000
20,000,000
0

c Antena WCDMA • Antena Triple band

Gambar 7. Diagram Komparasi Biaya Investasi Antena Triple Band dengan Antena WCDMA

5. KESIMPULAN
Antena triple band tepat digunakan untuk mengintegrasikan sistem GSM dan WCDMA secara
bersama dalam satu site �anpa terjadi interferensi dikedua sistem tersebut. Hal ini akan memberikan
nilai efisiensi bagi operator dalam memperluas daerah coverage-nya Waktu yang dibutuhkan untuk
mengimplementasi antena triple band adalah 2 hari, lebih cepat dari pada mcmbangun sis tern antena
baru. Hal ini karena line kabelfeeder yang ada bisa dimanfaatkan dan tidak perlu membangun line
kabelfeeder yang baru.
Biaya investasi yang dibutuhkan untuk mengimplem�tasikan antena triple band pada GSM
dan WCDMA lebih rendah dari pada membangun sistem antena WCDMA baru. Efisiensi yang
bisa dicapai dengan membangun antenatriple band ini adalah 48,8 %. Penggunaan antena triple
band untuk jaringan GSM dan WCDMA pada satu site BTS akan menyebabkan beberapa line
kabelfeeder dan antena GSM dual band tidak terpakai pada BTS tersebut. Kedua perangakat ini
bisa dimanfaatkan kernbali seperti untuk pembangunan BTS-BTS baru.

6. DAFIAR PUSTAKA

Harri, Holma danAntti, Toskala, 2001, "WCDMA forUMTS: Radio Access for Third Generation
Mobile Communications", 3rd Ed. John Wiley & Son.
Kathrein, 2006, "790 - 6000 MHz Base Station Antem1as For Mobile Communications", http://
www.kathrein.de/en/mcs/index.htm
Rappaport, Theodore S, 2002, "Wireless Communications", Second edition, Prentice Hall. Smith,
Client, dan Collins, Daniel, 2002, "3G Wireless NetworR', McGraw Hill.
Setyo, Budianto, 1999, "Sistem Telekomunikasi Selular Abad 21 ", Elektro Indonesia, Nomor 27,
Tahun VI.
Salonen dan Toskala, 2001, "System Telecommunications Seluler".
Sujarti, Indra., Ningsih, Kurnia., dan Septiana, Hendri, 2008, Analisis Perhitungan Link Budget
Indoor Enetration Wideband Code Division Multiple Acces (WCDMA) dan High Speed
Download Packet Acces (HSPDA) Pada Area Pondok Indah, JETri, Volwne 7, Nomor 2,
Februari 2008, Halaman 1 - 20
. Wibowo,Tony., 2007, lndosat Tbk.

57
JuRNAL SuswNABLE- Vol. /, Nomor 1, November 2010

Biografi
RozeffPramana dilahirkan di Bengkalis 1 Apri1 1978, menyelesaikan pendidikan S 1 Teknik Elektro
di Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta dengan peminatan telekomunikasi, dan
menyelesaikan MagisterTeknik Elektro di Universitas Trisakti Jakarta Saat ini sebagai dosen tetap
Teknik Elektro di Fakultas Teknik Universitas Maritim Raja Ali Haji Kepulauan Riau.

58

Anda mungkin juga menyukai