BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
Komponen yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronika daya pada umumnya sama
dengan aplikasi elektronika biasa. Perbedaan utama adalah pada kapasitas dayanya saja yaitu
arus, tegangan dan daya yang digunakan. Komponen semikonduktor yang biasa digunakan
pada aplikasi elektronika daya terdiri atasDioda Power, Transistor Daya, SCR (Silicon
Control Rectifier) atau dikenal dengan nama Thyristor, Diac dan Triac. Ada juga beberapa
komponen semikonduktor yang didesain untuk keperluan khusus diantaranya yaitu GTO
(Gate turn off switch), IGBT (Insulated Gate Bipolar Junction Transistor), SUS (Silicon
Unilateral Switch), SCS (Silicon Controlled Switch), SBS (Silicon Biilateral Switch), LASCR
(Light Activated SCR), LASCS (Light Activated SCS), PUT (Programmable Unijunction
Transistor), RCT (Reverse Conducting Thyristor) dan komponen-komponen lainnya.
Komponen semikonduktor utama Transistor (UJT), Transistor Efek Medan (FET), SCR atau
Thyristor, Triac dan Diac yang akan dibahas pada materi ini adalah Dioda Power, Transistor
BJT, Uni Junction. Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu komponen
semikonduktor yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronika daya. Komponen ini terdiri
atas 3 (tiga) terminal yang digunakan untuk mengatur arus yang melalui suatu beban. SCR
dapat digunakan untuk mengatur tegangan dan arus pada suatu rangkaian elektronika daya.
Kelebihan SCR dibanding dengan komponen lainnya adalah kemampuannya dalam
mengalirkan arus yang cukup besar melalui Anoda-Katoda hanya dengan arus yang kecil dari
Gate-nya. Beberapa aplikasi yang menggunakan SCR mempunyai daya arus bolak-balik (AC)
hingga 100 MW dengan rating arus sebesar 2000 A pada tegangan ribuan Volt. Daerah kerja
dari SCR dapat mencapai frekuensi 50 KHz. Beberapa SCR didesain khusus untuk bekerja
pada suhu yang sangat tinggi sehingga mampu digunakan untuk pengaturan berbagai
peralatan industri yang mempunyai suhu kerja sangat tinggi seperti pemanas, motor listrik,
konveyor, lift, eskalator, dan lain sebagainya. Prinsip kerja SCR adalah dengan memberikan
bias maju dari anoda ke katoda melebihi tegangan minimalnya. Karakteristik tambahan dari
komponen ini adalah diperlukan arus trigger yang cukup kecil untuk memulai menghidupkan
SCR yang biasa dikenal dengan istilah penyulutan. SCR akan tetap on atau bekerja selama
arus mengalir pada Anoda-Katoda dan arus Gate dapat dihilangkan setelah penyulutan.
Sebagai salah satu komponen semikonduktor, struktur SCR tidak berbeda jauh dengan
transistor. Struktur SCR secara sederhana dapat dipandang sebagai dua transistor N-P-N dan
P-N-P yang dihubungkan membentuk pasangan feedback regenerative P-N-P-N. Kelebihan
SCR dibanding dengan komponen semikonduktor lainnya seperti transistor BJT dan FET
yaitu dapat mendapatkan masukan baik listrik AC maupun DC. Kelebihan SCR jika
dibanding dengan Dioda adalah, kemampuannya untuk dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
dengan mengatur sudut penyulutan di terminal gate. Dengan kelebihan-kelebihan ini, SCR
dapat digunakan di berbagai rangkaian elektronika daya seperti rangkaian pengubah AC ke
DC, AC ke AC, maupun pengubah dari DC ke AC. SCR bekerja dengan mengalirkan arus
hanya pada satu arah yaitu pada saat dipanjar maju atau tegangan anoda (VA) lebih besar dari
tegangan katoda (VK). Selanjutnya dengan memberikan arus gate dengan nilai tertentu maka
akan menjadikan SCR ON. Pemberian arus gate dinamakan dengan penyulutan yang dapat
diatur kapan SCR akan ON sehingga dapat dipakai untuk pengaturan. Karakteristik SCR tidak
berbeda jauh dari komponen semikonduktor daya lainnya. Diac merupakan komponen
semikonduktor yang paling sederhana dari keluarga thyristor. Diac terdiri atastiga lapisan
dengan struktur seperti pada transistor PNP. Jika lapisan Negatif (N) pada transistor dibuat
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR
sangat tipis sehingga elektron dapat dengan mudah menyeberang dan menembus lapisan ini,
sedangkan pada Diac, lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron mengalami kesulitan
untuk menembusnya. Struktur Diac dapat dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP,
sehingga dalam beberapa literatur Diac digolongkan sebagai dioda dan disimbolkan sebagai
dua dioda yang dipasang secara berkebalikan. Lapisan N yang cukup tebal pada Diac,
menjadikan impedansinya cukup tinggi sehingga diperlukan tegangan yang cukup untuk
melewati breakover arah mundurnya. Biasanya tegangan panjar atau bias untuk Diac antara
28 sampai 36 volt untuk mencapai breakover tergantung pada tipe dan jenisnya. Untuk
memahami prinsip kerja Diac dapat diperhatikan gambar 2.21. yang menjelaskan tentang
karakteristiknya. Diac mempunyai karakteristik seperti dua buah thyristor yang dihubungkan
saling bertolak belakang. Oleh karena itu, Diac mempunyai dua buah tegangan penyalaan.
Tegangan penyalaan pertama berada pada tegangan maju (+Vbo) sedangkan yang kedua ada
pada tegangan baliknya (-Vbo). Kurva di atas menjelaskan bahwa Diac selalu mempunyai
karakteristik tahanan negatif yang secara terus-menerus pada saat arus lebih besar daripada
arus breakovernya. Dlam aplikasinya, Diac banyak digunakan sebagai pemicu rangkaian
pengendali daya yang menggunakan Triac seperti yang ditunjukkan pada gambar rangkaian
dibawah ini
dihubungkan dengan sumber positif dan Anoda dihubungkan sumber negatif) dan terminal
gate diberi arus negatif.
Triac akan OFF jika Gate tidak diberi arus listrik (IG = 0) baik dipanjar maju atau dipanjar
mundur. Pada kondisi OFF maka tegangan antara Anoda dan Katoda (VAK) akan sama
dengan tegangan sumber dan tidak mengalir arus dari Anoda ke Katoda (IA = 0). (Ali,2018)
Pada saat ini penyearah adalah sumber utama harmonisa. Dari sisi pengendalian,
secara garis besar ada tiga jenis penyearah, yairu: (1) penyearah tak terkendah (dengan dioda):
(2) penyearah terkendali (dengan thyristor); (3) penycarah Pwer ids Madalani (PWM) atau
Modulasi Lebar Pulsa (dengan transistor). Penycarah pertama dan kedua merupakan penghasil
harmonisa dalam jumlah besar, sedangkan penyearah ketiga tidak menimbulkan banyak
harmonisa d Sutanto, 20013). Metoxde pengendalian PWM pertama kali dikembangkan dan
diaplikasikan pada konverter transistor untuk mengurangi arus puncak olch A.B Plunkerr
(1979) Kemudian David (1985), telah mengembangkan sistem invener PWM-VSt dengan
pengeontrol arus. Sistem ini mengrunakan kontrol perbandingan kesalahan arus dengan
gclombang segitiga untuk menghasilkan signal pengapian pada inverer. Namun demikian
penelitian yang tclah dilakukan olch A.B. Plunkett (1979) dan Darid (1985) tidak menberikan
informasi mengenai Taul Dutertioer Hammni (THD) yang dihasilkan pada input tegangan dan
faktor kerja yang digunakan olch konverter. Selanjutmya J. Sutanto mengatakan bahwa
penyearah kedua menghasilkan harmonisa, juga memiliki faktor daya yang sangat rendah.
Walaupun bertbapai metode teknik komutasi telah dikembangkan untuk meningkatkan power
faktor daya masukan dan level harmonisa pada penyearah terkendali, seperti komutasi paksa,
kontrol sudut pengapian, dan kontrol sudur simeris. Akan tetupi, semua teknik ini hanya akan
menghasilkan satu pulsa per seengah siklus dlari arus masukan konverter, dan akibanya
harmonisa dengan onle terenstah aclalah harmonisa ketig. Dalan praktek sanugat sulit uintuk
melakukan pessaqsisan arus hatmonia orde rendah (Rashit,19%9. Sementara pula penelitian
sebelumnya, Sri Kurniari, 2006) relah berhasil membuat rancangan filter hilbrid. pada
penyearah terkendali tiga phasa untuk meredam harmonisa dan meningkatkan faktor kerja
penyearah. Hasil penelitan ini diperoleh adanya peningkatan kinerja penyearah dengan
merecdam harmonik yang timbul pada input regangan sebesar 25,91% Dengan demikian
cfisiensi penyearah naik menjadi 99,9% dengan faktor kerja 0,95. Akan tetapi penelitian yang
telah dilakukan ini hanya ini menggunakan beban statis (resistor) sebesar 11 Ω. Olch karena
itu, dalam penclitian ini akan menggunakan beban motor dalam keadaan dinamis dan
membandingkannya dengan penyearah PwM. Hal ini dimaksudkan untuk menganalisis
kestabilan sistem tenaga listrik yang dipengaruhi olch harmonisa Karena selama ini, beban
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR
dimodelkan dalam keadaan statis schingga memberikan hasil yang kurang akurat untuk
analisis kinerja penycarah dan kestabilan suatu sistem tenaga. Menurut Sulistiawati. LB, dan
ketidakstabilan yang terjadi pada sistem ril pada kondisi berbctan berbeda dengan prediksi
yang dilakukan di dalam studi simulasi. Salah satu penyebabnya adalah masih
direpresentasikannya beban scbagai mode statis. Hal yang demikian juga telah dilakukan oleh
Aswadi, dkk (1999) dalam penelitiannya mengenai simulasi konverer DC dengan beban
motor yang menggunakan program PSPICE. Dalam penclitian ini motor dimodelkan dalam
kondisi statis, karena hanya komponen tahanan jangkar (Ra) dan induktansi jangkar (la) saja
yang dimodelkan. Sementara untuk memodelkan motor DC dalam kondisi dinamis harus
memasukkan semua parameter/konstanta motor yang ada, seperti nilai momen inersia,
konstanta friksi (B), konstanta motor (Km), dan konstanta rotor (Kb). Dengan menggunakan
beban motor dalam keadaan dinamis, maka dapat dilakukan suatu perbandingan kinerja
penyearah terkendali tiga phasa dan analisis kestabilan sistem tenaga listrik pada input
tegangan dengan menggunakan penyearah filter hibrid dan penyearah PWM. (Amad, 2019)
Arus langsung (dc) motor telah digunakan dalam berbagai kecepatan kendaraan untuk
waktu yang lama. The serbaguna kontrol karakteristik de motors telah berkontribusi untuk
penggunaan yang luas dalam industri. De motors dapat menyediakan torques mulai yang
tinggi. Yang diperlukan untuk traksi drive. Kendali atas kisaran kecepatan besar baik di
bawah maupun di atas kecepatan yang diperkirakan dapat dengan mudah dicapai. Metode
kontrol lebih sederhana dan lebih murah daripada motor arus bolak-balik (ac). Meskipun
komuter melarang penggunaan mereka dalam penggunaan tertentu, seperti kendaraan
berkecepatan tinggi dan operasi di atmosfer yang berbahaya, de motors berperan penting
dalam banyak kendaraan industri. Teknologi pengendalian kecepatan de drive telah berevolusi
jauh keadaan seni de motor drves yang sekarang jauh lebih maju dibandingkan dengan apa itu
hanya seperempat abad yang lalu. Sebuah sejarah singkat tentang evolusi de drive disajikan
dalam bagian berikut. Selama abad yang lalu, pasokan listrik yang tersedia secara konstan
berupa arus langsung, dan penggunaan tenaga listrik hingga taraf tertentu terbatas di kota-kota
yang lebih besar. Pada pabrik industri, yang terletak di daerah perkotaan, motor digunakan
untuk menggerakkan mesin. De motors dioperasikan dengan bus bertegangan konstan.
Perubahan kecepatan dilakukan hanya dengan penyesuaian medan motor. Hal ini selanjutnya
menghasilkan problem-problem berat seperti commutator memicu dan himitation yang
diakibatkannya terhadap kehidupan sikat dan komuter. Sebenarnya, fenomena commutasi
tidak dapat dibantah pada saat itu. Hasilnya, sebagian besar drive adalah drive kecepatan
konstan. Apa pun drive kecepatan bervariasi, yang dicapai dengan mengubah aliran medan.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR
Menggunakan motor kuat tahan lama yang umumnya memiliki konstanta mekanis dan listrik
yang buruk untuk waktu yang kosntan. Pengembangan sistem Ward-Leonard, yang
diperkenalkan masuk Tahun 1890-an, adalah langkah penting dalam evolusi de drive. Sistem
ini menggunakan Generator motor (M-G) diset untuk menghidupkan motor de drive. The
motor dari Set M-G berjalan dengan kecepatan konstan. Dengan memvariasikan pemutusan
medan generator Tegangan generator diubah, yang, pada gilirannya, dapat memberikan
kontraksi berkelanjutan Dari kecepatan motor drive lebih dari berbagai jangkauan. Dengan
metode kecepatan ini Kontrol oleh kontrol tegangan armature, aliran medan dari penggerak
motor disimpan Terus-menerus, sehingga menghindari masalah petugas dari komuter motor
miskin Berhentimemperlihatkan diagram skema dasar dari Ward-Leonard Sistem kontrol
kecepatan. Sistem Ward-Leonard memberikan torsi konstan Serta dorongan konstan tenaga
kuda seperti yang ditunjukkan dalam ara. 1.3. Dalam konstan Modus torsi, aliran medan dari
penggerak motor tetap konstan dan Tegangan armature dikendalikan. Dengan mode konstan
tenaga kuda, arma Tegangan tur dipegang konstan pada nilai nilai dan arus medan
Dikendalikan. Sistem ini adalah yang pertama untuk memberikan kesejahteraan yang lebih
baik dengan sukses Mance dalam hal meningkatkan jarak kecepatan, perbaikan commutasi,
dan tepat Kontrol kecepatan. Sementara itu, pengembangan sistem ac untuk generasi,
transmisi, dan Distribusi berlanjut. Ac motors dikembangkan dan menjadi menarik Karena
kesederhanaan dan keseimbangannya. Dalam memperluas tanaman, di daerah ac Sistem tion
dipasang ketika tanaman kehabisan daya. Dan motor ac. Digunakan untuk sistem pendorong
kecepatan konstan. Dalam tanaman baru hanya distribusi ac Sistem dipasang. Bahkan pada
elektronika digantikan oleh sistem ac. Mesin yang menggunakan drive kecepatan bervariasi
Ketersediaan para thyristor berkekuatan tinggi pada carly tahun 1960-an menyebabkan
munculnya revolusi kecil dalam peralatan kontrol industri dan sistem penggerak bagi mance.
Selama dekade 1960-an, perhatian para insinyur yang merancang sistem suplai de voltase
tingkat tinggi dialihkan dari pembangkit listrik menggunakan M-G untuk mengubah daya
dengan thyristors. Gambar 1.8a menunjukkan diagram blok dari penggerak de yang
dikendalikan thynistor. Hampir semua variabel kecepatan baru de drive menggunakan
converter thyristor (SCR). Set M-G yang digunakan dalam variasi-speed de drive selama lebih
dari 50 tahun telah banyak diganti oleh para konverter thyristor. Gambar 1.8b menunjukkan
sebuah thyristor-dikendalikan de drive dan yang M-G ditetapkan pendahulunya. Sebuah
gambar close-up dari modul tenaga thyristor ditampilkan dalam ara. 1.8c. thyristor drive
memiliki keuntungan berikut:
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR
1. modul tenaga listrik thrystor menghapus batas waktu yang bersih dari medan generator dan
dewasa. Oleh karena itu, respons waktu lebih cepat, hanya dibatasi oleh kemampuan de motor
yang dapat memampatkan dan kemantapan drive.
2. operasi dasar itu sederhana dan dapat diandalkan.
3. Sedikit perawatan diperlukan.
4. Operasi efisiensi tinggi, di atas 95%.
5. ukuran kecil, berat lebih sedikit, dan pengemasan fleksibilitas hasil dalam dikurangi
kebutuhan ruang, biaya awal yang lebih rendah, dan biaya operasi yang lebih rendah.
Drive thyristor memiliki kerugian berikut :
1. Kandungan limeber dalam keluaran konverter menambah masalah panas mesin dan
commutasi. Penambahan sebuah reaktor di sirkuit armature mungkin diperlukan untuk
menghaluskan arus riak
2. dalam kondisi operasi tertentu, faktor kekuatan dalam persediaan ac sangat rendah. Dalam
sistem M-G, jika motor sinkron digunakan, faktor kekuatan pasokan dapat dipertahankan
tinggi dengan menyesuaikan eksitasi lapangan dari motor sinkron.
3. kemampuan yang kelebihan beban itu lebih rendah daripada perlengkapan M-G yang
sebanding.
4. distorsi dari tegangan ac dan gangguan telepon dapat dihasilkan karena penggantian
tindakan not SCRs
5. satu set mg dapat meregenerasi secara otomatis. Di thyristor converter.
Sirkuit kontrol kompleks diulang untuk mencapai regenerasi. Entah sebuah konverter ganda
(dua jembatan back-to-back) atau konverter tunggal bersama dengan switch membalikkan
dari beberapa jenis adalah reguired untuk mencapai regenerasi kedua metode yang lengkap
dan mahal. (Clarke, 1978)