Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA SMA

Tentang

Kompetensi-Kompetensi Pembelajaran Matematika SMA

oleh:
Liza Alta Manira 1814040050

Pance Saputra 1814040052

Triyola Monika 1814040061

Delvita Ermanda 1814040064

Vira Hasmaedy Putri 1814040069

Dosen Pembimbing:

Christina Khaidir M.Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA-B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT., Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada saya dan kita semua sehingga bias menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta beriringkan salam marilah kita hadiahkan kepada junjungan umat sedunia
yakni Nabi Muhammad SAW., dengan mengucapkan “allahummashalli „alasayyidina
Muhammad wa „aalaaalisayyidina Muhammad”.

Harapan saya semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan kita semua, terutama mengenai Kompetensi Pembelajaran Matematika SMA.
Selanjutnya tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Telaah kurikulum Matematika SMA Ibuk Christina Khaidir M.Pd yang telah memberi arahan
untuk menyusun makalah ini, sekaligus terima kasih kepada teman-teman yang telah
berpatisipasi dalam menyusun makalah ini.

Payakumbuh, 11 Maret 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................2

C. Tujuan ..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Aplikasi Konsep ...............................................................................................................3

B. Algoritma Penalaran .........................................................................................................5

C. Manipulasi Matematika ....................................................................................................8

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 11

A. Kesimpilan ..................................................................................................................... 11

B. Saran .............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun
sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Selain itu
dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan
simbol, tabel, diagram, dan media lain. Untuk itu pada kesempatan kali ini pemakalah
akan menyajikan makalah yang membahas tentang kompetensi-kompetensi pembelajaran
matematika SMA.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Aplikasi Konsep dalam pembelajaran matematika SMA?
2. Bagiamana Algoritma penalaran dalam pembelajaran matematika SMA?
3. Apa dan Bagiamana Manipulasi Matematika dalam pembelajaran matematika SMA ?

1
C. TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami kompetensi-kompetensi Pembelajaran
Matematika SMA dan memenuhi tugas mata kuliah “ Telaah Kurikulum Matematika”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. APLIKASI KONSEP
Matematika selalu identik dengan konsep dan siswa akan selalu dituntut untuk
memahami konsep-konsep yang ada pada matematika. Secara umum, konsep dapat
didefenisikan sebagai satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri
yang sama. Cucu (2010) menyatakan bahwa konsep adalah ide atau gagasan yang
dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang
cocok. Nasution (2008) mengartikan bahwa apabila seseorang dapat menghadapi benda
atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori maka orang
tersebut sudah belajar konsep. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pengertian
konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dalam matematika, konsep
merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu
objek atau kejadian.

Konsep dapat dibedakan atas konsep kongkret dan konsep yang didefenisikan.
Konsep kongkret dapat berupa meja, kursi, dan papan tulis. Di dalam matematika, kita
lebih banyak membicarakan konsep yang didefinsikan. Konsep segitiga, misalnya, dapat
didefinsikan sebagai suatu bangun datar yang dibatasi tiga buah garis lurus yang saling
berpotongan.

A B

Segitiga ABC dibatasi oleh tiga garis yang saling berpotongan, yaitu garis AB,
garis BC, dan garis AC. Garis AB memotong garis AC di titik A, dan memotong garis
BC di titik B. Sementara garis AC memotong garis BC di titik C. Titik-titik A, B, dan C

3
disebut titik-titik sudut segitiga, sedangkan segmen garis AB, BC, dan AC disebut sisi-
sisi segitiga. Jadi di dalam konsep segitiga termuat sekaligus konsep titik sudut, sisi, dan
sudut.

Di dalam matematika, konsep-konsep itu tersusun secara hirarkis. Misalkan ada


empat buah konsep, namakan A, B, C, dan D. Sering terjadi konsep A dan B mendasari
konsep C, sementara konsep C mendasari konsep D. Dalam hal demikian, maka konsep C
tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A dan B dipelajari dan dipahami terlebih
dahulu. Demikian pula konsep D baru dapat dipelajari bila konsep C sudah dikuasai
dengan baik. Karena konsep-konsep matematika itu tersusun secara hirarkies, maka
belajar matematika harus dilakukan secara kontinu. Apabila belajar matematika itu
terputus-putus, maka hal itu akan menyulitkan siswa.

Penguasaan konsep dalam matematika diperlukan untuk memecahkan masalah


dalam matematika sebagai wujud aplikasi dari konsep tersebut. Pemecahan masalah
adalah bagian yang sering dirasa sulit oleh siswa karena diperlukan keterampilan
berhitung, penguasaan konsep yang matang, kemampuan menginterpretasikan bahasa
yang baik, dan lain-lain supaya siswa tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam
mengerjakan soal matematika.

Jenis-jenis kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan


soal-soal matematika menurut Subanji dan Mulyoto yang diungkapkan Rosita (2007)
antara lain kesalahan interpretasi bahasa, siswa seringkali melakukan kesalahan dalam
menyatakan bahasa sehari-hari dalam bahasa matematika. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya simbol-simbol, grafik dan tabel sehingga membuat siswa melakukan
kesalahan tersebut; kesalahan teknis, dalam aspek ini siswa sering melakukan kesalahan-
kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal; kesalahan konsep,
seringkali siswa melakukan kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk
menjawab suatu masalah. Siswa juga melakukan kesalahan dalam memasukkan data ke
variabel dan menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah;
kesalahan penarikan kesimpulan, hal ini menjadi suatu kesalahan karena dalam
mengambil kesimpulan tanpa didasari alasan pendukung yang benar dan sering tidak
sesuai dengan penalaran logika; kesalahan imajinasi merupakan kesalahan dan kekeliruan

4
siswa dalam imajinasi ruang (spasial) dalam dimensi-dimensi tiga yang berakibat salah
dalam mengerjakan soal-soal matematika; kesalahan prasyarat merupakan kesalahan dan
kekeliruan siswa dalam mengerjakan soal matematika karena bahan pelajaran yang
sedang dipelajari siswa belum dikuasai, dan kesalahan tanggapan yaitu kekeliruan dalam
penafsiran atau tanggapan siswa terhadap konsepsi, rumus-rumus dan dalil-dalil
matematika dalam mengerjakan soal matematika (Rosita, 2007).

Kesalahan yang lebih sering terjadi pada siswa saat mengerjakan soal adalah
kesalahan pada konsep atau biasa disebut miskonsepsi. Fowler (dalam Suparno, 2005)
memandang “miskonsepsi sebagai suatu pengertian yang tidak akurat terhadap konsep,
penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-
konsep yang berbeda, dan hubungan konsep-konsep yang tidak benar”. Konsep awal
yang tidak dapat diterima siswa dengan baik dapat mengakibatkan miskonsepsi yang
berlanjut. Jika miskonsepsi siswa tidak segera ditangani maka akan membuat siswa
mengalami kesulitan-kesulitan belajar dan bermuara pada rendahnya prestasi belajar
siswa.

B. ALGORITMA PENALARAN
Menurut Abu Ja‟far Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (ahli matematika
dari Uzbekistan), pengertian algoritma adalah suatu metode khusus yang digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan. Menurut Donald Ervin Knuth, definisi algoritma
adalah sekumpulan aturan-aturan berhingga yang memberikan sederetan operasi-operasi
untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Pengertian algoritma adalah suatu urutan
dari beberapa langkah logis dan sistematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
tertentu. Pendapat lain mengatakan definisi algoritma adalah proses atau serangkaian
aturan yang harus diikuti dalam perhitungan atau operasi pemecahan masalah lainnya,
terutama oleh komputer. Dengan kata lain, semua susunan logis yang diurutkan
berdasarkan sistematika tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu masalah dapat
disebut dengan algoritma.

Jadi, kesimpulan dari pengertian algoritma adalah suatu urutan dari beberapa
langkah yang logis guna menyelesaikan masalah. Pada saat kita memiliki masalah, maka

5
kita harus dapat untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan langkah-
langkah yang logis. Contoh dari algoritma sederhana dalam kehidupan nyata adalah pada
saat memasak air. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memasak air seperti berikut :
siapkan panci, masukkan air secukupnya ke dalam panci, tutup panci tersebut, letakkan
panci tersebut di atas kompor, hidupkan kompor dengan api sedang, apabila air sudah
mendidih, matikan kompor, setelah itu angkat panci tersebut dari kompor. Langkah-
langkah untuk memasak air tersebut merupakan algoritma memasak air. Sehingga
memiliki urutan langkah-langkah yang logis.

Menurut Depdiknas, penalaran adalah cara (perihal) menggunakan nalar;


pemikiran atau cara berpikir logis, proses mental dalam mengembangkan pikiran dari
beberapa fakta atau prinsip. Sedangkan ilmiah berpendapat bahwa penalaran merupakan
cara berpikir spesifik untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, sehingga
tidak semuaberpikir adalah bernalar. Kegiatan berpikir yang bukan bernalar misalnya
mengingat-ngingat sesuatu dan melamun.

Beberapa keterampilan matematika yang harus dimiliki dan dicapai oleh siswa
diantaranya adalah penalaran dan komunikasi. Penalaran dan komunikasi sangat dekat
dengan karakteristik matematika. Penalaran (reasoning) adalah suatu proses yang
dilakukan untuk mencapai kesimpulan yang logis berdasarkan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan fakta serta berbagai sumber yang relevan. Aktivitas bernalar harus
dilakukan oleh para siswa, jika mereka tidak melakukan aktivitas berpikir ketika belajar
maka apa yang mereka peroleh hanya sekedar hafalan dan tidak memahami inti ataupun
konsep dari materi yang telah dipelajari. Dengan adanya aktivitas penalaran ketika
belajar, maka siswa akan mendapatkan suatu kesimpulan yang benar mengenai materi
yang dipelajari karena sudah melalui proses berpikir yang logis ketika belajar.

Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran adalah suatu
proses berpikir dengan menggunakan landasan logika untuk menarik kesimpulan
berdasarkan fakta (premis) yang telah dianggap benar.

6
Jadi, kesimpulan dari pengertian algoritma penalaran adalah suatu proses berpikir
untuk menarik kesimpulan dengan urutan langkah yang logis untuk menyelesaikan suatu
masalah.
Penalaran digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus.
Contoh:
Premis mayor : Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti
pelajaran sosiologi.
Premis minor : Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi
2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1: logam 1 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2: logam 2 apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3: logam 3 apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam apabila dipanaskan akan memuai.

Menurut Suriasumantri (1999 : 43) sebagai suatu kegiatan berpikir maka


penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu sebagai berikut :
1. Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika. Kegiatan
penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis
diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut suatu pola tertentu.
2. Sifat analitik dari proses berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu
analisis. Analisis pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu.

7
C. MANIPULASI MATMATIKA
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) menyatakan bahwa
standar proses pembelajaran matematika terdiri dari pemecahan masalah, penalaran dan
pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi. Selanjutnya menurut Peraturan
Dirjen Didasmen No. 506/C/PP/2004 (Depdiknas, 2004) tentang Petunjuk Pengisian
Rapor, disebut bahwa indikator penalaran bagi siswa yang memiliki kemampuan dalam
penalaran matematika adalah :
1. menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram
2. mengajukan dugaan
3. melakukan manipulasi matematika
4. menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap
kebenaran solusi
5. menarik kesimpulan dari pernyataan
6. memeriksa kesahihan suatu argument
7. menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Dari pernyataan di atas salah satu dari tujuan pembelajaran matematika adalah
mengembangkan penalaran (reasoning) dimana salah satu indikator dari penalaran adalah
kemampuan melakukan manipulasi matematis. Dalam KBBI definisi manipulasi adalah
mengatur (mengerjakan) dengan cara yang pandai sehingga dapat mencapai tujuan yang
dikehendaki, sedangkan matematis adalah bersangkutan dengan matematika.

Jadi, kesimpulan dari pengertian Kemampuan manipulasi matematika sendiri


merupakan kemampuan siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu
permasalahan matematika dengan menggunakan cara tertentu sehingga tercapai tujuan
yang dikehendaki.
Kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan indikator melakukan
manipulasi matematis termasuk dalam hasil yang baik karena hampir semua siswa
memiliki kemampuan manipulasi dalam menghadapi soal. Kesalahan yang dialami siswa
dalam prosesnya adalah tidak memahami konsep materi, lupa rumus yang digunakan,
kesalahan dalam operasi hitung dan kesalahan dalam penulisan.
Contoh soal :

8
Sebuah pengki (alat pengumpul sampah) berbentuk seperti prisma tegak segitiga dengan
ukuran yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Apabila pengki (tanpa pegangan) itu dibuat dari bahan plastic, tentukanlah luas bahan
plastik yang dibutuhkan untuk membuat pengki!

Penyelesaian :

Diketahui: Pengki (berbentuk prisma)

Alas berbentuk segitiga siku-siku

segitiga = 15 cm

segitiga = 8 cm

prisma = 20 cm

Ditanya: Luas bahan plastik yang diperlukan

Jawab:

Sebuah pengki terdiri dari dua buah bidang segitiga kongruen serta dua buah bidang
persegi panjang.

L = 2 x L. Segitiga + L. Persegi panjang + L.Persegi panjang

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

9
Jadi, luas bahan plastik yang diperlukan untuk membuat pengki adalah 580

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Matematika selalu identik dengan konsep dan siswa akan selalu dituntut untuk
memahami konsep-konsep yang ada pada matematika. Secara umum, konsep dapat
didefenisikan sebagai satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri
yang sama. Cucu (2010) menyatakan bahwa konsep adalah ide atau gagasan yang
dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang
cocok. Penguasaan konsep dalam matematika diperlukan untuk memecahkan masalah
dalam matematika sebagai wujud aplikasi dari konsep tersebut.
Menurut Abu Ja‟far Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi (ahli matematika
dari Uzbekistan), pengertian algoritma adalah suatu metode khusus yang digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan. Jadi pengertian algoritma adalah suatu urutan dari
beberapa langkah yang logis guna menyelesaikan masalah. Sedangkan pengertian
algoritma penalaran adalah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan dengan
urutan langkah yang logis untuk menyelesaikan suatu masalah. Penalaran digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu deduktif dan induktif.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) menyatakan bahwa
standar proses pembelajaran matematika terdiri dari pemecahan masalah, penalaran dan
pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi. Jadi, kesimpulan dari pengertian
Kemampuan manipulasi matematika sendiri merupakan kemampuan siswa dalam
mengerjakan atau menyelesaikan suatu permasalahan matematika dengan menggunakan
cara tertentu sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.

B. SARAN
Kami menyadari di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan.
Hal ini karena kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu
kami sebagai pemakalah berharap akan kritik dan saran yang berguna bisa menjadikan
perbaikan makalah mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Edy soeryo utomo, Modul Telaah Kurikulum Sekolah Menengah. Program studi
pendidikan matematika STKIP PGRI jombang tahun pelajaran 2015/2016

Jennei Kautami Nugraha dan Shafira Isma Amalia. 2019. Makalah Telaah Kurikulum
Matematika “Kompetensi-Kompetensi Pembelajaran Matematika, Aplikasi
Konsep, Algoritma Penalaran, Manipulasi Matematika”. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indraprasta PGRI

Nasrullah Pemu. 2017. Konsep dalam Kegiatan Pembelajaran Matematika.


https://www.researchgate.net/publication/325922751_KONSEP_DALAM_KEGIA
TAN_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA_ diakses tanggal 11 Maret 2021

Soetopo dan Soemanto. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum


SebagaiSubstansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sri wardhani. 2008. Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGP Matematika. Yogyakarta


: pusat pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan tenagan keoendidikan
matematika

12

Anda mungkin juga menyukai