KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta lindungan-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Ikatan Antar Molekul”.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, meskipun belum dapat memberikan
informasi yang lebih lengkap, kami tetap berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.
Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikana
manfaat yang baik untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Pengertian Gaya Antar Molekul.................................................................2
B. Pengertian Ikatan van der Waals................................................................2
C. Gaya yang Mempengaruhi Ikatan van der Waals.......................................4
D. Gaya van Der Waals berdasarkan Kepolaran.............................................6
E. Asal Mula Gaya Dispersi Van der Waals...................................................8
F. Pengaruh Bentuk molekul terhadap kekuatan gaya dispersi....................10
G. Gaya van der Waals: Interaksi Dipol - Dipol...........................................11
H. Gaya London............................................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................22
A. Kesimpulan...............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gaya antar molekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang
menimbulkan tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada
suhu tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas,
cair, atau padat.
Agar dapat memahami gaya antar molekul dengan baik. kita harus
memahami terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan dipol dalam
suatu molekul.
Dipol
Dipol adalah singkatan dari di polar, yang artinya dua kutub. Senyawa
yang memiliki dipol adalah senyawa yang memiliki kutub positif (δ+) di satu
sisi, dan kutub negatif (δ-) di sisi yang lain. Senyawa yang memiliki dipol biasa
disebut sebagai senyawa polar. Senyawa polar terbentuk melalui ikatan
kovalen polar. Perlu diperhatikan bahwa dipol berbeda dengan ion. Kekuatan
listrik yang dimiliki dipol lebih lemah dibanding kekuatan listrik ion. Kita pasti
ingat, bahwa ion terdapat pada senyawa ionik, dimana molekul terbagi menjadi
dua , yaitu ion positif/kation (+) dan ion negatif/anion (-).
B. Pengertian Ikatan van der Waals
Ikatan van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan
kumpulan kimia yang berdekatan. Dipol seketika ke dipol terimbas, atau gaya
van der Waals, adalah ikatan yang paling lemah, namun sering dijumpai di
antara semua zat-zat kimia. Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia,
yang amat stabil dan cenderung tak berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya
gas mulia untuk mengembun. Tetapi, makin besar ukuran atom gas mulia
(makin banyak elektronnya) makin mudah gas tersebut berubah menjadi cairan.
Misalnya atom helium, pada satu titik waktu, awan elektronnya akan terlihat
tidak seimbang dengan salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Hal ini
disebut sebagai dipol seketika (dwikutub seketika). Dipol ini dapat menarik
maupun menolak elektron-elektron helium lainnya, dan menyebabkan dipol
lainnya. Kedua atom akan seketika saling menarik sebelum muatannya
diseimbangkan kembali untuk kemudian berpisah.
Gaya van der Waals juga disebut London Dispersion Forces. Gaya
van der Waals dapat ditemukan pada molekul non-polar, seperti gas hidrogen
(H2), karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan gas (He, Ne, Ar, Kr, dll).
Ikatan van der Waals ini ada dalam semua atom atau molekul, baik
atom atau molekul tersebut sudah membentuk ikatan atau belum. Energi
ikatannya sangat kecil, yaitu berkisar antara 1-10 kkal/mol. Ikatan ini adalah
satu-satunya ikatan dalam gas mulia yang cair atau padat. Ikatan ini tidak
mempunyai arah.
Pada kasus hidrogen daya tarik sangat lemah yang mana molekul
membutuhkan pendinginan sampai 21 K (-252°C) sebelum daya tarik cukup
kuat untuk mengkondensasi hidrogen menjadi cairan. Daya tarik
antarmolekul yang dimiliki oleh helium lebih lemah molekul tidak ingin
tetap bersama untuk membentuk cairan sampai temperatur menurun sampai 4
K (-269°C).
Interaksi dari setiap untaian rantai merupakan ikatan van der Waals.
Hal ini diketahui dari pengamatan terhadap polietilen, polietilen memiliki pola
yang sama dengan gas mulia, etilen berbentuk gas menjadi cairan dan
mengkristal atau memadat sesuai dengan pertambahan jumlah atom atau rantai
molekulnya. Dispersi muatan terjadi dari sebuah molekul etilen (C2H4)yang
menyebabkan terjadinya dipol temporer serta terjadi interaksi van der Waals.
Dalam kasus ini molekul H2C=CH2, selanjutnya melepaskan satu pasangan
elektronnya dan terjadi ikatan yang membentuk rantai panjang atau polietilen.
Pembentukan rantai yang panjang dari molekul sederhana dikenal dengan
istilah polimerisasi.
Van der Waals juga mengamati ikatan yang terjadi pada molekul yang
bersifat polar, dimana molekul tersebut memiliki momen dipol yang permanen,
perbedaan muatan yang terjadi menyebabkan terjadinya interaksi antar
molekul. Gaya yang bekerja disebut juga dengan gaya tarik dipol-dipol dan
jauh lebih kuat dibandingkan dengan interaksi molekul non polar.
Gaya Imbas
Gaya imbas terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen
berantaraksi dengan molekul dengan dipol sesaat. Adanya molekul-molekul
polar dengan dipol permanen akan menyebabkan imbasan dari kutub molekul
polar kepada kutub molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul
nonpolar tersebut mengumpul pada salah satu sisi molekul (terdorong atau
tertarik), yang menimbulkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar
tersebut.
Gaya Tolakan
Gaya yang keempat adalah gaya yang nilainya besar dan tergolong
gaya tolak, menjadi efektif jika awan elektron terisi pada atom atau molekul
yang berantaraksi mulai bertumpangtindih. Hal ini erat kaitannya dengan
prinsip pengecualian Pauli dan merupakan gaya yang sama seperti gaya di
dalam kristal ion yang mengimbangkan tarikan elektrostatik pada jarak
kesetimbangan antar ion.
Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup kuat. Contoh :
NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar), AgBr (senyawa
ion) dapat larut dalam NH3 (pelarutpolar).
Akan tetapi elektron terus bergerak, serta merta dan pada suatu waktu
elektron tersebut mungkin akan ditemukan di bagian ujung molekul,
membentuk ujung. Pada ujung yang lain sementara akan kekurangan elaktron
dan menjadi +.
Jika kedua elektron helium berada pada salah satu sisi secara
bersamaan, inti tidak terlindungi oleh elektron sebagaimana mestinya untuk
saat itu.
Pada kondisi yang terakhir elektron pada bagian kiri molekul dapat
bergerak ke ujung yg lain. Pada saat terjadi hal ini, molekul akan menolak
elektron pada bagian kanan yang satunya.
Molekul yang panjang kurus juga dapat lebih dekat satu sama lain.
Daya tarik molekul lebih efektif jika molekul-molekulnya benar-benar
tertutup. Sebagai contoh, molekul hidrokarbon butana dan 2-metilpropana,
keduanya memiliki rumus molekul C4H10 tetapi atom-atom disusun berbeda.
Pada butana atom karbon disusun pada rantai tunggal, sedangkan 2-
metilpropan memiliki rantai yang lebih pendek dengan sebuah cabang.
Butana memiliki titik didih yang lebih tinggi karena gaya dispersinya
lebih besar. Molekul yang lebih panjang (dan juga menghasilkan dipol
sementara yang lebih besar) dapat lebih berdekatan dibandingkan molekul yang
lebih pendek dan lebih gemuk (2 metilpropana).
Gambar 6. Struktur Neopentana (a) dan Normal Pentana (b)
Tidak seperti halnya bola, sebuah atom tidak memiliki jari-jari yang
tetap. Jari-jari atom hanya bisa didapat dengan mengukur setengah dari jarak
antara dua buah atom yang berapitan.
Dalam waktu yang sangat singkat momen dipol sesaat ini akan hialang
tetapi kemudian timbul kembali. Timbul dan hilangnya momen dipol sesaat ini
dianggap terjadi secara terus menerus dan bergantian. Apabila didekatnya ada
molekul nonpolar sejenis atau berbeda maka molekul dengan dipol sesaat ini
akan menginduksi (mengimbas) molekul tersebut sehingga terjadi dipol
induksian (induced dipol) atau dipol imbasan. setelah dua molekul tersebut
membentuk dipol sesaat dan dipol induksian, maka keduanya terjadi gaya
tarik elektromagnetik yang disebut gaya London.
Kebolehpolaran
Secara umum dapat dinyatakan bahwa titik lebur dan titik didih
senyawa-senyawa yang berantai lurus lebih tinggi daripada titik lebur dan titik
didih senyawa-senyawa bercabang isomernya, sebagaimana terlihat pada
contoh dalam tabel berikut
Pada suhu rendah, gas nitrogen berwujud cair dan pada suhu tinggi
berwujud gas. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah, atom-atom N pada
molekul N2 berikatan kovalen (intramolekul) yang sangat kuat dan gaya
antarmolekulnya lemah, sehingga berbentuk cair. Namun pada suhu tinggi,
gaya antarmolekul N2 tidak mampu mempertahankan jarak sehingga
merenggang dan mengubahnya menjadi gas.
4. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Kekentalan Cairan
Gaya antar molekul adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang saling
berdekatan. Gaya antar molekul berbeda dengan ikatan kimia. Ada tiga
macam gaya antar molekul, yaitu:
Gaya Van der Waals adalah gaya tarik antar dipol pada molekul polar
memiliki ujung-ujung yang muatannya berlawanan
Gaya antarmolekul yang dihasilkan mempengaruhi sifat fisis senyawa,
diantaranya titik didih dan titik leleh, wujud zat, kekentalan, kelarutan
dan berntuk permukaan cairan.
Ikatan van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan
kumpulan kimia yang berdekatan.
Gaya van der Walls adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi
molekul menjadi dipol. Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol
tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas (gaya Debye) serta
pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
Gaya yang mempengaruhi ikatan van der Waals yaitu Gaya Orientasi,
Gaya Imbas dan Gaya Dispersi (Gaya London) dan Gaya Tolakan.
Gaya van der Waals dibagi berdasarkan jenis kepolaran partikelnya yaitu
Interaksi Ion- Dipol (Molekul Polar), Interaksi Dipol-Dipol, Interaksi
Ion-Dipol Terinduksi, Interaksi Dipol-Dipol Terinduksi dan Antar Aksi
Dipol Terinduksi-Dipol Terinduksi (Gaya London).
Faktor yang mempengaruhi gaya Van Der Waals ialah: Jumlah Elektron
dalam atom atau molekul, Bentuk Molekul, Kepolaran Molekul dan Titik
Didih.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, Jim. 2007. Ikatan Antar Molekul-Gaya Van Der Waals. Diakses dari
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/struktur_atom_dan_ikatan/ikatan_kimia/ikatan_an
tarmolekul_ga ya_van_der_waals/ pada tanggal tanggal 26 Oktober
2019.
Pangganti, Esdi. 2010. Ikatan Hidrogen dan Ikatan Van der Waals. Diakses
dari http://esdikimia.wordpress.com/2010/08/13/ikatan-hidrogen-dan-
ikatan-van-der- waals/ pada tanggal tanggal 26 Oktober 2019