Anda di halaman 1dari 27

Makalah Ikatan Kimia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta lindungan-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Ikatan Antar Molekul”.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih ada


banyak kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan
serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Dalam hal ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

 Tuhan Yang Maha Esa; dan


 Guru pembimbing

Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, meskipun belum dapat memberikan
informasi yang lebih lengkap, kami tetap berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.

Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikana
manfaat yang baik untuk pembaca.

Pasuruan, 2 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. Pengertian Gaya Antar Molekul.................................................................2
B. Pengertian Ikatan van der Waals................................................................2
C. Gaya yang Mempengaruhi Ikatan van der Waals.......................................4
D. Gaya van Der Waals berdasarkan Kepolaran.............................................6
E. Asal Mula Gaya Dispersi Van der Waals...................................................8
F. Pengaruh Bentuk molekul terhadap kekuatan gaya dispersi....................10
G. Gaya van der Waals: Interaksi Dipol - Dipol...........................................11
H. Gaya London............................................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................22
A. Kesimpulan...............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gaya antar molekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang
menimbulkan tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada
suhu tertentu, kekuatan tarikan antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas,
cair, atau padat.

Kekuatan gaya antar molekul lebih lemah dibandingkan ikatan


kovalen maupun ikatan ion. Ikatan kimia dan gaya antarmolekul memiliki
perbedaan. Ikatan kimia merupakan gaya tarik menarik di antara atom-atom
yang berikatan, sedangkan gaya antar molekul merupakan gaya tarik menarik
di antara molekul.

Ada tiga jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya


London, dan ikatan hidrogen. Gaya dipol-dipol dan gaya London dapat
dianggap sebagai satu jenis gaya, yaitu gaya van der Waals.

Gaya antarmolekul yang dihasilkan mempengaruhi sifat fisis senyawa,


diantaranya titik didih dan titik leleh, wujud zat, kekentalan, kelarutan dan
berntuk permukaan cairan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan gaya antar molekul ?
2. Apa saja macam-macam gaya antar molekul?
3. Apakah pengaruh gaya antar molekul terhadap sifat fisis
suatu zat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari gaya antar
molekul.
2. Untuk mengetahui seluruh jenis-jenis gaya antar molekul.
3. Untuk mengetahui dan memahami proses pengaruh gaya antar
molekul terhadap sifat fisis suatu zat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gaya Antar Molekul
Gaya antar molekul adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang
saling berdekatan. Gaya antar molekul berbeda dengan ikatan kimia. Ikatan
kimia, seperti ikatan ionik, kovalen, dan logam, semuanya adalah ikatan antar
atom dalam membentuk molekul. Sedangkan gaya antar molekul adalah gaya
tarik antar molekul. Kita akan mempelajari tiga macam gaya antar molekul,
yaitu:

 Gaya Van der Waals


 Ikatan Hidrogen
 Gaya London

Agar dapat memahami gaya antar molekul dengan baik. kita harus
memahami terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan dipol dalam
suatu molekul.

 Dipol

Dipol adalah singkatan dari di polar, yang artinya dua kutub. Senyawa
yang memiliki dipol adalah senyawa yang memiliki kutub positif (δ+) di satu
sisi, dan kutub negatif (δ-) di sisi yang lain. Senyawa yang memiliki dipol biasa
disebut sebagai senyawa polar. Senyawa polar terbentuk melalui ikatan
kovalen polar. Perlu diperhatikan bahwa dipol berbeda dengan ion. Kekuatan
listrik yang dimiliki dipol lebih lemah dibanding kekuatan listrik ion. Kita pasti
ingat, bahwa ion terdapat pada senyawa ionik, dimana molekul terbagi menjadi
dua , yaitu ion positif/kation (+) dan ion negatif/anion (-).
B. Pengertian Ikatan van der Waals
Ikatan van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan
kumpulan kimia yang berdekatan. Dipol seketika ke dipol terimbas, atau gaya
van der Waals, adalah ikatan yang paling lemah, namun sering dijumpai di
antara semua zat-zat kimia. Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia,
yang amat stabil dan cenderung tak berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya
gas mulia untuk mengembun. Tetapi, makin besar ukuran atom gas mulia
(makin banyak elektronnya) makin mudah gas tersebut berubah menjadi cairan.
Misalnya atom helium, pada satu titik waktu, awan elektronnya akan terlihat
tidak seimbang dengan salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Hal ini
disebut sebagai dipol seketika (dwikutub seketika). Dipol ini dapat menarik
maupun menolak elektron-elektron helium lainnya, dan menyebabkan dipol
lainnya. Kedua atom akan seketika saling menarik sebelum muatannya
diseimbangkan kembali untuk kemudian berpisah.

Gaya van der Waals juga disebut London Dispersion Forces. Gaya
van der Waals dapat ditemukan pada molekul non-polar, seperti gas hidrogen
(H2), karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan gas (He, Ne, Ar, Kr, dll).

Ikatan van der Waals ini ada dalam semua atom atau molekul, baik
atom atau molekul tersebut sudah membentuk ikatan atau belum. Energi
ikatannya sangat kecil, yaitu berkisar antara 1-10 kkal/mol. Ikatan ini adalah
satu-satunya ikatan dalam gas mulia yang cair atau padat. Ikatan ini tidak
mempunyai arah.

Pada kasus hidrogen daya tarik sangat lemah yang mana molekul
membutuhkan pendinginan sampai 21 K (-252°C) sebelum daya tarik cukup
kuat untuk mengkondensasi hidrogen menjadi cairan. Daya tarik
antarmolekul yang dimiliki oleh helium lebih lemah molekul tidak ingin
tetap bersama untuk membentuk cairan sampai temperatur menurun sampai 4
K (-269°C).

Interaksi dari setiap untaian rantai merupakan ikatan van der Waals.
Hal ini diketahui dari pengamatan terhadap polietilen, polietilen memiliki pola
yang sama dengan gas mulia, etilen berbentuk gas menjadi cairan dan
mengkristal atau memadat sesuai dengan pertambahan jumlah atom atau rantai
molekulnya. Dispersi muatan terjadi dari sebuah molekul etilen (C2H4)yang
menyebabkan terjadinya dipol temporer serta terjadi interaksi van der Waals.
Dalam kasus ini molekul H2C=CH2, selanjutnya melepaskan satu pasangan
elektronnya dan terjadi ikatan yang membentuk rantai panjang atau polietilen.
Pembentukan rantai yang panjang dari molekul sederhana dikenal dengan
istilah polimerisasi.

Van der Waals juga mengamati ikatan yang terjadi pada molekul yang
bersifat polar, dimana molekul tersebut memiliki momen dipol yang permanen,
perbedaan muatan yang terjadi menyebabkan terjadinya interaksi antar
molekul. Gaya yang bekerja disebut juga dengan gaya tarik dipol-dipol dan
jauh lebih kuat dibandingkan dengan interaksi molekul non polar.

Sebagai contoh, terjadinya interaksi antara molekul HCl dengan ClF.


Pada molekul HCl,atom Cl memiliki muatan yang lebih besar dan memiliki
elektronegatifitas yang besar pula sehingga pasangan elektron ikatan akan
tertarik pada atom Cl, dan menyebabkan pembentukan muatan parsial negatif,
sedangkan atom H bermuatan parsial positif. Pada senyawa ClF,
elektronegatifitas atom F lebih besar dibandingkan dengan atom Cl, sehingga
atom Cl bermuatan parsial positif.

Gambar 1. Gaya tarik dipol-dipol yang terjadi pada molekul-molekul yang


bersifat polar

C. Gaya yang Mempengaruhi Ikatan van der Waals


 Gaya Orientasi
Gaya orientasi terjadi pada molekul-molekul yang mempunyai dipol
permanen atau molekul polar. Antaraksi antar kutub positif dari satu molekul
dengan kutub negatif pada molekul yang lain akan menimbulkan gaya tarik
menarik yang relatif lemah.

Kekuatan gaya orientasi ini akan semakin besar bila molekul-molekul


tersebut mengalami penataan dengan ujung positif suatu molekul mengarah ke
ujung negatif dari molekul yang lain. Misalnya pada molekul-molekul HCl.
Gambar 2. Terjadinya gaya orientasi pada molekul HCl

 Gaya Imbas
Gaya imbas terjadi bila terdapat molekul dengan dipol permanen
berantaraksi dengan molekul dengan dipol sesaat. Adanya molekul-molekul
polar dengan dipol permanen akan menyebabkan imbasan dari kutub molekul
polar kepada kutub molekul nonpolar, sehingga elektron-elektron dari molekul
nonpolar tersebut mengumpul pada salah satu sisi molekul (terdorong atau
tertarik), yang menimbulkan terjadinya dipol sesaat pada molekul nonpolar
tersebut.

Terjadinya dipol sesaat akan berakibat adanya gaya tarik menarik


antar dipol tersebut yang menghasilkan gaya imbas. Gaya imbas juga
memberikan sumbangan yang kecil terhadap keseluruhan gaya van der Waals.
Contoh gaya imbas, yaitu, gaya antara molekul Cl2 dan H2O.

Gambar 3. Gaya imbas antara molekul Cl2 dan H2O

 Gaya Dispersi (Gaya London)


Terjadinya gaya dispersi dijelaskan pertama kali oleh Fritz London.
Gaya dispersi ini terjadi pada setiap molekul maupun zat ionik, hanya pada
senyawa ionik tidak begitu besar pengaruhnya. Akan tetapi, pada molekul-
molekul kovalen nonpolar gaya dispersi sangat besar pengaruhnya.

Menurut London, terjadinya gaya dispersi pada molekul nonpolar


akibat adanya pergerakan elektron mengelilingi inti secara acak, sehingga pada
suatu saat elektron-elektron tersebut akan mengumpul pada salah satu sisi
molekul. Pengumpulan elektron pada salah satu sisi molekul ini mengakibatkan
terjadinya dipol. Pada sisi yang banyak elektron tersebut menjadi bermuatan
negatif dan salah satu sisinya lagi akan menjadi bermuatan positif. Dipol yang
terjadi ini akan menghilang atau berganti tempat (sisi) seiring dengan terus
berputarnya elektron. Oleh karena sifatnya hanya sesaat maka disebut dengan
dipol sesaat.

Gaya dispersi memberikan sumbangan terbesar pada Gaya van der


Waals. Gaya van der Waals tidak memiliki arah yang jelas, hal ini terlihat
pada bentuk kristal kovalen yang bisa berubah pada suhu tertentu. Misalnya,
kristal belerang yang bisa berbentuk monoklin atau rhombis. Hal tersebut
berlainan dengan ikatan ion dan ikatan kovalen yang bentuknya tidak berubah.
Contoh molekul yang mengalami gaya london diantaranya: gas hidrogen, gas
nitrogen, metana dan gas-gas mulia.

 Gaya Tolakan
Gaya yang keempat adalah gaya yang nilainya besar dan tergolong
gaya tolak, menjadi efektif jika awan elektron terisi pada atom atau molekul
yang berantaraksi mulai bertumpangtindih. Hal ini erat kaitannya dengan
prinsip pengecualian Pauli dan merupakan gaya yang sama seperti gaya di
dalam kristal ion yang mengimbangkan tarikan elektrostatik pada jarak
kesetimbangan antar ion.

Gambar 4. Gaya tolakan pada molekul HCl

D. Gaya van Der Waals berdasarkan Kepolaran


Gaya van der Waals dapat terjadi antara partikel yang sama atau
berbeda. Karena ikatan van der Waals muncul akibat adanya kepolaran
maka makin kecil kepolaran molekulnya, Gaya van der Waals nya juga
akan makin kecil.

Gaya van der Waals dibagi berdasarkan jenis kepolaran partikelnya :


 Interaksi Ion – Dipol (Molekul Polar)
Terjadi interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion dengan molekul
polar (dipol).
Contoh : H+ + H2O → H3O+
Ag+ + NH3 → Ag(NH3)+

Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup kuat. Contoh :
NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar), AgBr (senyawa
ion) dapat larut dalam NH3 (pelarutpolar).

 Interaksi Dipol – Dipol


Merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol). Interaksi ini
terjadi antara ekor dan kepala.

Gambar 5. Interaksi dipol-dipol

 Interaksi Ion – Dipol Terinduksi


Merupakan antaraksi ion dengan dipol terinduksi. Dipol terinduksi
merupakan molekul netralmenjadi dipol akibat induksi partikel bermuatan yang
berada didekatnya. Partikel penginduksi dapat berupa ion atau dipol lain.
Kemampuan menginduksi ion lebih besar daripada dipol karena muatan ion
semakin besar.Ikatan ini relatif lemah karena kepolaran molekul terinduksi
relatif kecil dari dipol permanen.
Contoh : I- + I2 → I3

 Interaksi Dipol – Dipol Terinduksi


Molekul dipol dapat membuat molekul netral lain bersifat dipol
terinduksi sehingga terjadiantaraksi dipol – dipol terinduksi. Ikatan ini
cukup lemah sehingga prosesnya berlangsung lambat.
Contoh : n H2O + Kr → Kr (H2O)n

 Antar Aksi Dipol Terinduksi – Dipol Terinduksi


(Gaya London) Mekanisme :

 Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang


terikat selalu bergerakmengelilingi inti.
 Elektron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi sesaat
pada molekul yang lainsehingga molekul yang lain menjadi polar
terinduksi sesaat.
 Molekul ini dapat menginduksi molekul lainnya sehingga terbentuk
molekul – molekul dipol sesaat.
Gaya dispersi london bergantung pada dua (2) faktor :

 Jumlah Elektron Dalam Atom Atau Molekul: Makin banyak elektron


yang dipunyai molekul makin besar gaya London.
 Bentuk Molekul: Molekul yang memanjang / tidak bulat lebih mudah
menjadi dipol dibandingkan denganmolekul yang bulat sehingga gaya
dispersi Londonnya akan besar.

E. Asal Mula Gaya Dispersi Van der Waals


Dipol-dipol yang berubah-ubah sementara
Daya tarik yang ada di alam bersifat elektrik. Pada molekul yang
simetris seperti hidrogen, bagaimanapun, tidak terlihat mengalami distorsi
secara elektrik untuk menghasilkan bagian positif atau bagian negatif. Akan
tetapi hanya dalam bentuk rata-rata.

Diagram dalam bentuk lonjong (the lozenge-shaped) menggambarkan


molekul kecil yang simetris – H2 atau Br2. Tanda arsir menunjukkan tidak
adanya distorsi secara elektrik.

Akan tetapi elektron terus bergerak, serta merta dan pada suatu waktu
elektron tersebut mungkin akan ditemukan di bagian ujung molekul,
membentuk ujung. Pada ujung yang lain sementara akan kekurangan elaktron
dan menjadi +.

Kondisi yang terakhir elektron dapat bergerak ke ujung yang lain,


membalikkan polaritas molekul.

“Selubung lingkaran” yang konstan dari elektron pada molekul


menyebabkan fluktuasi dipol yang cepat pada molekul yang paling simetris.
Hal ini terjadi pada molekul monoatomik – molekul gas mulia, seperti helium,
yang terdiri dari atom tunggal.

Jika kedua elektron helium berada pada salah satu sisi secara
bersamaan, inti tidak terlindungi oleh elektron sebagaimana mestinya untuk
saat itu.

Dipol-dipol sementara yang memberikan kenaikan daya tarik


antarmolekul

Pada kenyataannya, satu molekul lebih menyukai memiliki polaritas


yang lebih besar dibandingkan yang lain. Pada saat polaritasnya yang lebih
besar akan menjadi yang paling dominan.

Seperti molekul yang ditemukan pada bagian kanan, elektronnya akan


cenderung untuk ditarik oleh ujung yang agak positif pada bagian sebelah kiri.
Hal ini menghasilkan dipol terinduksi pada penerimaan molekul, yang
berorientasi pada satu cara yang mana ujung (+) ditarik ke arah ujung (–)
yang lain.

Pada kondisi yang terakhir elektron pada bagian kiri molekul dapat
bergerak ke ujung yg lain. Pada saat terjadi hal ini, molekul akan menolak
elektron pada bagian kanan yang satunya.

Polaritas kedua molekul adalah berkebalikan, tetapi masih memiliki


(+) tertarik (-). Selama molekul saling menutup satu sama lain polaritas akan
terus berfluktuasi pada kondisi yang selaras karena itu daya tarik akan selalu
terpelihara.

Selama molekul saling mendekat, pergerakan elektron yang selaras


dapat terjadi pada molekul yang berjumlah sangat banyak.

Diagram ini menunjukkan bagaimana keseluruhan dari molekul yang


berikatan secara bersamaan pada suatu padatan dengan menggunakan gaya van
der Waals.

Kekuatan gaya dispersi


Gaya dispersi antara molekul-molekul lebih lemah dibandingkan
dengan ikatan kovalen diantara molekul. Hal ini tidak memungkinkan untuk
memberikan harga yang eksak, karena ukuran daya tarik bervariasi dengan
ukuran dan bentuk molekul.

Pengaruh Ukuran Molekul Terhadap kekuatan ikatan daya dispersi

Alasan yang mendasari bahwa titik didih meningkat sejalan dengan


menurunnya posisi unsur pada golongan adalah kenaikan jumlah elektron, dan
jari-jari atom. Lebih banyak elektron yang dimiliki, maka dipol sementara akan
semakin besar dan gaya dispersi akan semakin besar pula.

Karena dipol sementara lebih besar, molekul Xenon lebih melekat


dibandingkan dengan molekul Neon. Molekul Neon akan berpisah satu sama
lain pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan molekul Xenon, karena
itu Neon memiliki titik didih yang lebih rendah. Hal inimerupakan suatu alasan
molekul yang lebih besar memiliki lebih banyak elektron dan lebih menjauh
dari dipol sementara yang dapat dihasilkan. Karena itu, molekul yang lebih
besar lebih melekat.
F. Pengaruh Bentuk molekul terhadap kekuatan gaya dispersi
Molekul yang panjang kurus dapat menghasilkan dipol sementara
yang lebih besar berdasarkan pada pergerakan elektronnya dibandingkan
molekul pendek gemuk yang mengandung jumlah elektron yang sama.

Molekul yang panjang kurus juga dapat lebih dekat satu sama lain.
Daya tarik molekul lebih efektif jika molekul-molekulnya benar-benar
tertutup. Sebagai contoh, molekul hidrokarbon butana dan 2-metilpropana,
keduanya memiliki rumus molekul C4H10 tetapi atom-atom disusun berbeda.
Pada butana atom karbon disusun pada rantai tunggal, sedangkan 2-
metilpropan memiliki rantai yang lebih pendek dengan sebuah cabang.

Butana memiliki titik didih yang lebih tinggi karena gaya dispersinya
lebih besar. Molekul yang lebih panjang (dan juga menghasilkan dipol
sementara yang lebih besar) dapat lebih berdekatan dibandingkan molekul yang
lebih pendek dan lebih gemuk (2 metilpropana).
Gambar 6. Struktur Neopentana (a) dan Normal Pentana (b)

G. Gaya van der Waals: Interaksi Dipol - Dipol


Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih
elektronegatif dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat
pembentukan dipol akan menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama
lain lebih dari molekul yang hanya memiliki gaya dispersi.

Hal ini sangat penting untuk merealisasikan bahwa semua molekul


mengalami gaya dispersi. Molekul yang memiliki dipol permanen akan
memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang
hanya memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara.

Daya tarik dipol-dipol agak sedikit dibandingkan dengan gaya


dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat jika membandingkan dua atom
dengan jumlah elektron yang sama dan ukuran yang sama pula. Sebagai
contoh, titik didih etana (CH3CH3) dan fluorometana (CH3F) adalah:

Keduanya memiliki jumlah elektron yang identik, dan jika dibuat


model diketahui bahwa ukurannya hampir sama seperti pada diagram. Hal ini
berarti bahwa gaya dispersi kedua molekul sama.

Titik didih fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol


permanen yang besar terjadi pada molekul, karena elektronegatifitas fluor yang
tinggi. Walaupun memberikan polaritas permanen yang besar pada molekul,
titik didih hanya meningkat kira-kira 10°.

Berikut ini contoh lain yang menunjukkan dominan gaya dispersi.


Triklorometan (CHCl3), merupakan molekul dengan gaya dispersi yang tinggi
karena elektronegatifitas ketiga klor. Hal itu menyebabkan daya tarik dipol-
dipol lebih kuat antara satu molekul dengan molekul yang lain.
Dilain pihak, tetraklorometan (CCl4) adalah non polar. Bagian luar
molekul tidak seragam - pada semua arah. CCl4 hanya bergantung pada gaya
dispersi. Karena itu yang memiliki titik didih yang lebih tinggi adalah CCl4,
karena CCl4 molekulnya lebih besar dan lebih banyak elektronnya.
Kenaikan gaya dispersi menggantikan kehilangan interaksi dipol-dipol. Titik
didihnya adalah: CHCl3 61.2°C, CCl4 76.8°C.

Jari – Jari Van der Waals


Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom ke orbital elektron terluar
yang stabil dalam suatu atom dalam keadaan setimbang. Biasanya
jarak tersebut diukur dalam satuan pikometer atau angstrum. Dikarenakan
elektron-elektron senantiasa bergerak, maka untuk mengukur jarak dari inti
atom kepadanya amatlah sulit.

Tidak seperti halnya bola, sebuah atom tidak memiliki jari-jari yang
tetap. Jari-jari atom hanya bisa didapat dengan mengukur setengah dari jarak
antara dua buah atom yang berapitan.

Gambar 7. Jari-jari Van der Waals


Seperti halnya gambar diatas, pada atom yang sama kita bisa
mendapatkan jari-jari yang berbeda tergantung dari atom yang berapitan
dengannya.

Gambar pada bagian kiri menunjukkan atom yang berikatan. Kedua


atom ini saling menarik satu sama lain sehingga jari-jarinya lebih pendek
dibandingkan jika mereka hanya bersentuhan. Hal ini kita dapatkan pada atom-
atom logam di mana mereka membentuk struktur logam atau atom-atomnya
secara kovalen berikatan satu sama lain. Tipe dari jari-jari atom seperti ini
disebut jari-jari (radius) logam atau jari-jari kovalen, tergantung dari ikatannya.

Gambar pada bagian kanan menunjukkan keadaan di mana kedua


atom hanya bersentuhan. Daya tarik antar keduanya sangat sedikit. Tipe dari
jari-jari atom seperti ini dinamakan jari-jari (radius) van der Waals di mana
terjadi daya tarik yang lemah di antara kedua atom tersebut.

Sehingga, jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari van der Waals


untuk elemen yang atom-atomnya tidak dapat saling berikatan. Contoh dari
kelompok ini adalah gas mulia, di mana dikatakan bahwa atom-atom dari
elemen ini tak termampatkan atau terpadatkan (unsquashed).
Kecenderungan jari-jari atom pada tabel periodik
Pola kecenderungan jari-jari atom tergantung dari jenis jari-jari atom
mana yang ingin diukur – tapi pada prinsipnya pola seluruhnya sama. Diagram-
diagram di bawah ini menunjukkan jari-jari logam untuk elemen-elemen
logam, jari-jari kovalen untuk elemen- elemen yang membentuk ikatan kovalen
dan jari-jari van der Waals untuk elemen-elemen yang tidak membentuk ikatan
(misalnya unsur gas mulia).

Gambar 8. Kecenderungan jari-jari atom pada periode 2 dan 3


Kecenderungan jari-jari atom pada suatu golongan
Jari-jari atom pada golongan yang sama akan semakin besar jika letak
atom itu pada tabel periodik semakin di bawah. Alasannya karena kulit
elektron semakin bertambah.
Kecenderungan jari-jari atom pada satu periode
Untuk mengukur kecenderungan jari-jari atom, jari-jari gas mulia pada
setiap periode perlu diabaikan, karena neon dan argon tidak membentuk ikatan,
dimana hanya dapat mengukur jari-jari van der Waals – karena ikatannya
sangatlah lemah. Seluruh atom-atom lainnya jari-jari atom diukur berdasarkan
jarak yang lebih kecil dikarenakan oleh kuatnya ikatan yang terbentuk. Jika
mengikutsertakan gas mulia maka tidak dapat membandingkan “suatu sifat
yang sama”.
H. Gaya London
Gaya London pertama kali ditemukan oleh seorang ahli fisika
dari Jerman, Fritz London, pada tahun 1930. Gaya London adalah gaya tarikan
lemah yang disebabkan oleh dipol imbasan sekejap atau sesaat yang terjadi
karena adanya pergerakan elektron dalam suatu orbital. Pergerakan tersebut
dapat mengakibatkan tidak meratanya kerapatan elektron pada atom,
sehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan muatan lebih negatif
dibandingkan sisi yang lain. Mudahnya suatu atom untuk membentuk dipol
sesaat disebut dengan polarisabilitas. Dipol–dipol ini dikatakan sesaat karena
pergerakan elektronnya milyaran kali dalam satu detik.

Dipol sesaat pada suatu atom dapat mengimbas (menginduksi) atom


yang berada di sekitarnya sehingga terjadi dipol terimbas. Hal tersebut yang
menyebabkan terjadinya gaya tarik-menarik antara dipol sesaat dengan dipol
terimbas.

Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu


molekul akan bertambah besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah
elektron yang semakin besar pula. Jumlah elektron yang besar berkaitan
dengan massa molekul relatif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar
Mr suatu molekul, maka semakin besar polarisabilitasnya dan semakin besar
pula Gaya Londonnya. Molekul dengan struktur panjang mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk mengalami dipol sesaat atau polarisabilitas.
Hal ini dikarenakan molekul dengan struktur panjang mempunyai bidang yang
lebih luas bila dibandingkan dengan molekul yang memiliki struktur lebih rapat
dan kecil.

Molekul non polar terdiri atas inti-inti atom dan elektron-elektron.


Inti-inti atom dan elektron-elektron selalu dalam keadaan bergerak. Andaikata
atom-atom unsur gas mulia dianggap sebagai molekul monoatomik maka
distribusi dari rata-rata inti atom dan elektron-elektron yang berlalu dalam
keadaan bergerak disekitar inti atom menghasilkan pusat muatan positif dan
pusat muatan negatif yang berimpit di satu titik sehingga sehingga molekul
monoatomik tersebut bersifat nonpolar. Molekul nonatomik tersebut dapat
digambarkan dengan lingkaran yang ditengahnya terdapat tanda ±. Awan
elektron atau rapatan elektron dari molekul tersebut dianggap
memiliki simetri bola (Spericelly symmetric).

Dalam kondisi tersebut elektron-elektron yang terdapat di dalam


molekul monoatomik dapat dianggap berada dalam kedudukan simetris. Jika di
dalam molekul terdapat 2 elektron dan inti atom dengan 2 proton seperti pada
atom helium, maka salah satu kedudukan simetris dari dua elektron tersebut
dapat ditunjukkan pada gambar ditunjukkan 2 elektron tersebut kedudukan
simetris ini terjadi pada saat dua elektron posisinya dihubungkan oleh pusat.

Terjadinya gaya London antara molekul-molekul monoatomik, versi


kedua.

Terjadinya gaya London antara molekul-molekul monoatomik dapat


dijelaskan dengan dua versi. Versi pertama, karena elektron selalu dalam
keadaan bergerak maka pada suatu saat yang singkat dapat terjadi polarisasi
rapatan elektron. Bentuka awan elektron dianggap mengalami devisiasi dari
simetri bola. Hal ini menyebabkan pusat muatan positif dan pusat muatan
negatif memisah dan molekul dikatakan memiliki dipol sesaat (Instataneous
dipol) atau dipol sekejap.

Dalam waktu yang sangat singkat momen dipol sesaat ini akan hialang
tetapi kemudian timbul kembali. Timbul dan hilangnya momen dipol sesaat ini
dianggap terjadi secara terus menerus dan bergantian. Apabila didekatnya ada
molekul nonpolar sejenis atau berbeda maka molekul dengan dipol sesaat ini
akan menginduksi (mengimbas) molekul tersebut sehingga terjadi dipol
induksian (induced dipol) atau dipol imbasan. setelah dua molekul tersebut
membentuk dipol sesaat dan dipol induksian, maka keduanya terjadi gaya
tarik elektromagnetik yang disebut gaya London.

Versi kedua, apabila dua molekul monoatomik nonpolar dengan


elektron-elektron dalam kedudukan simetris saling mendekati, maka terjadi
gaya tarik inti molekul sebelah kanan terhadap elektron-elektron terhadap
molekul sebelah kiri (atas) sehingga kedudukan elektron pada molekul sebelah
kiri tidak lagi simetris dan padanya terjadi dipol sesaat (tenggah). Pada saat
kondisi tersebut awan elektron molekul kiri tidak lagi memiliki simentri bola.
Molekul kiri dengan dipol sesaat ini menginduksi molekul sebalah kanan
sehingga kedudukan elektron-elektron pada molekul sebelah kanan tidak lagi
simetris dan padanya terjadi dipol induksian (bawah) pada kondisi tersebut
awan elektron kanan tidak lagi memiliki simentri bola. Setelah pada dua
molekul tersebut berbentuk dipol sesaat dan dipol induksian, maka antara
keduanya terjadi gaya London.

Kebolehpolaran

Pada waktu terjadi polarisasi, elektron-elektron dan inti atom dalam


suatu molekul mengalami perpindahan dari posisi rata-ratanya. Mudah
tidaknya dipol sesaat atau dipol indiksian terbentuk pada suatu molekul
tergantung kepada kemudahan awan elektron untuk mengalami polarisasi,
kemudahan awan elektron suatu molekul untuk dipolarisasi dinyatakan dengan
kebolehpolaran (polarizabilities, dengan simbol α dan satuan m³). Dalam hal
ini semakin mudah awan elektron suatu molekul dipolarisasi, maka
kebolehpolaran molekul tersebut semakin tinggi pula.

Kebolehpolaran suatu molekul tergantung pada jumlah dan bentuk


awan elektron. Untuk molekul-molekul dengan bentuk yang sama,
bertambahnya jumlah elektron menyebabkan pengaruh inti atom terhadap awan
elektron semakin lemah awan elektron semakin lunak sehingga semakin mudah
dipolarisasi dan kebolehpolarannya semakin tinggi seperti ditunjukan tabel
berikut.

Kebolehpolaran α beberapa molekul


Zat Bentuk α Zat Bentuk α
He Bola 2,0 H₂ Linear 8,2
16,
Ar Bola N₂ Linear 17,7
6
26,
CH₄ Tetrahedral CO₂ Linear 26,3
0
CCl
Tetrahedral 105

Jumlah elektron dalam suatu molekul berbanding lurus dengan massa
molekulnya oleh karena itu kebolehpolaransuatu molekul semakin tinggi
dengan bertambahnya massa molekulnya. Kenaikan kebolehpolaran molekul
menyebabkan semakin mudahnya molekul tersebut membentuk dipol sesaat
dan dipol induksian sehingga gaya London yang terjadi kuat.

Adanya gaya London antara molekul-molekul nonpolar menyebabkan


pada waktu peleburan dan pendidihan diperlukan sejumlah energi untuk
memperbesar jarak antara molekul-molekul nonpolar. Semakin kuat gaya
London antar molekul-molekul, semakin besar pula energi yang digunakan
untuk terjadinya peleburan dan pendidihan. Hal ini ditunjukkan dengan titik
lebur dan titik didih zat seperti contoh pada tabel.

Titik lebur dan titik didih beberapa zat


Jumlah
Zat Bentuk Ar (Mr) t.1 (°C) t.d (°C)
Elektron
He Bola 2 4,003 -270 -269
Ne Bola 10 20,18 -249 -246
Ar Bola 18 39,95 -189 -186
Kr Bola 36 83,80 -157 -152
Xe Bola 54 131,3 -112 -108
H₂ Linear 2 2,1060 -259 -252
N₂ Linear 14 28,0134 -210 -196
O₂ Linear 16 31,9988 -218 -183
F₂ Linear 18 37,9968 -220 -188
Cl₂ Linear 34 70,906 -101 -34,7
Br₂ Linear 106 159,808 -7,2 58,8
I₂ Linear 106 235,8090 114 184
CH₄ Tetrahedral 10 16,0334 -182 -162
CF₄ Tetrahedral 42 88,00 -184 -129
CCl₄ Tetrahedral 74 153,82 -23,0 76,8
CBr₄ Tetrahedral 146 331,65 92 190

Pengaruh kenaikan kekuatan gaya London terhadap titik


lebur dan titik didih zat yang teramati pada sejumlah alkana tidak bercabang
terlihat bahwa titik lebur dan titik didih alkana tidak bercabang cenderung naik
dengan bertambahnya massa molekul alkana. Hal ini terjadi karena
bertambahnya massa molekul alkana menyebabkan bertambahnya gaya
London antara molekul-molekul alkana. Kenaikan gaya London juga terlihat
pada fase alkana. Semakin banyak jumlah atom karbon pada alkana, fase
alkana semakin dekat dengan fase terkondensasi (fase cair dan padat). Pada
suhu ruang, alkana tidak bercabang dengan jumlah atom sampai empat
memiliki fase gas, lima sampai sembilanbelas memiliki fase cair, dua puluh
atau lebih memiliki fase padat

Kebolehpolaran molekul yang berisomer tegantung pada bentuknya.


Dalam hal ini semakin tinggi tingkat simentri suatu molekul, maka awan
elektronnya akan semakin sulit untuk dipolarisasi sehingga Kebolehpolarannya
semakin rendah, akibat dipol sesaat molekul tersebut semakin sulit terbentuk.
Molekul n-pentana dan neopentana merupakan senyawa yang berisomer tetapi
dengan bentuk awan elektron yang berbeda. Molekul n-pentana yang berbentuk
lurus awan elektronnya dapat dianggap bentuk silinder, sedangkan neopentana
yang berbentuk tetrahedral awan elektronnya dapat dianggap berbentuk bola.
Karena bola lebih simetri daripada silinder n-pentana lebih mudah
dipopularisasi daripada awan elektron neopentana, kebolehpolaran n-pentana
lebih tinggi daripada kebolehpolaran neopentana. Akibatnya pada molekul n-
pentana lebih mudah terbentuk dipol sesaat atau dipol induksian dibanding
pada molekul neopentana. Mudahnya dipol sesaat dan dipol induksian
terbentuk memperbesar kekuatan gaya London yang terjadi.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa titik lebur dan titik didih
senyawa-senyawa yang berantai lurus lebih tinggi daripada titik lebur dan titik
didih senyawa-senyawa bercabang isomernya, sebagaimana terlihat pada
contoh dalam tabel berikut

Titik lebur dan titik didih butana dan pentana beserta isomernya


Senyawa t.l (°C) t.d (°C) Senyawa t.l (°C) t.d (°C)
n-Butana -138 -0,5 n-Pentana -130 36,3
2-
-160 -11,7 2-Metilbutana -158 27,9
Metilpropana
2,2-
-15,9 9,5
Dimetilpropana
Gaya London merupakan gaya yang lemah. Kekuatannya 1 sampai 10
kJ/mol. Meskipun demikian gaya ini amat penting, karena tanpa adanya gaya
London senyawa-senyawa nonpolar tidak mungkin dapat dicairkan dan
dipadatkan.

Pengaruh Gaya Antar Molekul Terhadap Sifat fisis Suatu Zat

Gaya antarmolekul yang dihasilkan mempengaruhi sifat fisis senyawa,


diantaranya titik didih dan titik leleh, wujud zat, kekentalan, kelarutan dan
berntuk permukaan cairan.
1. Pengaruh ikatan Hidrogen terhadap Titik Didih dan Titik Leleh

Peristiwa pendidihan dan pelelehan pada dasarnya merupakan


pemutusan ikatan. Semakin kuat ikatan yang terjadi, semakin tinggi titik didih
dan titik leleh zat. Dengan semakin besar Mr, titik didih dan titik leleh pun
semankin tinggi.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, unsur memiliki Gaya Van
der Walls yang semakin bertambah sebanding dengan bertambah besarnya Mr.
Sebagai akibat yang seharusnya, titik didih dari atas ke bawah dalam satu
golongan semakin bertambah. Namun kenyataannya tidaklah demikian.

Perhatikan titik didih H2O, HF dan NH3. Ketiganya memiliki titik


didih yang berbeda jauh dengan senyawa hidrida yang lain. Hal ini karena
ikatan hydrogen lebih kuat dibandingkan gaya Van Der Waals
2. Pengaruh Gaya London terhadap Titik Didih dan Titik Leleh

Seperti ikatan hidrogen, kekuatan gaya London berbanding lurus


dengan titik didih dan titik leleh. Jumlah elektron yang dimiliki suatu molekul
akan berbanding lurus dengan massa molekul relatifnya (Mr). Selain itu,
struktur molekul mempengaruhi kekuatan gaya London. Semakin luas
permukaan sentuh, artinya semakin sedikit cabang, gaya London akan semakin
kuat.
3. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Wujud Gas

Pada suhu rendah, gas nitrogen berwujud cair dan pada suhu tinggi
berwujud gas. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah, atom-atom N pada
molekul N2 berikatan kovalen (intramolekul) yang sangat kuat dan gaya
antarmolekulnya lemah, sehingga berbentuk cair. Namun pada suhu tinggi,
gaya antarmolekul N2 tidak mampu mempertahankan jarak sehingga
merenggang dan mengubahnya menjadi gas.
4. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Kekentalan Cairan

Kekentalan merupakan ukuran halangan suatu zat untuk mengalir. Hal


ini dipengaruhi oleh gaya antarmolekul. Semakin kuat gaya antar molekul, zat
akan sulit mengalir (kekentalannya tinggi), dan sebaliknya.

Kenaikan suhu akan mempengaruhi jarak antarmolekul sehingga


kekuatan gaya dan kekentalan berkurang.
5. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Kelarutan

Kelarutan adalah kemampuan zat terlarut bercampur secara homogen


dalam zat pelarut. Ada 3 jenis gaya tarik dalam larutan, yaitu gaya tarik antar
zat terlarut (A-A), zat terlarut-zat pelarut (A-B), dan antar zat pelarut (B-B).
Selain itu, terdapat prinsip Like Dissolved Like, dimana senyawa polar akan
larut dalam senyawa polar, dan senyawa nonpolar larut dalam senyawa
nonpolar.
6. Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Bentuk Permukaan Cairan

Gaya antarmolekul dapat menyebabkan permukaan cairan menjadi


cekung atau cembung. Interaksi antara molekul yang berbeda (cairan dengan
wadah yang ditempati) disebut adhesi. Sedangkan interaksi antarmolekul yang
sama (antarmolekul cairan) disebut kohesi.

Jika adhesi lebih kuat daripada kohesi, permukaan cairan akan


berbentuk cekung. Dan sebaliknya, jika kohesi lebih kuat dari adhesi, maka
permukaan cairan cembung
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

 Gaya antar molekul adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang saling
berdekatan. Gaya antar molekul berbeda dengan ikatan kimia. Ada tiga
macam gaya antar molekul, yaitu:
 Gaya Van der Waals adalah gaya tarik antar dipol pada molekul polar
memiliki ujung-ujung yang muatannya berlawanan
 Gaya antarmolekul yang dihasilkan mempengaruhi sifat fisis senyawa,
diantaranya titik didih dan titik leleh, wujud zat, kekentalan, kelarutan
dan berntuk permukaan cairan.
 Ikatan van der Waals adalah ikatan yang berlaku akibat kedudukan
kumpulan kimia yang berdekatan.
 Gaya van der Walls adalah gaya-gaya yang timbul dari polarisasi
molekul menjadi dipol. Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol
tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas (gaya Debye) serta
pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).

 Gaya yang mempengaruhi ikatan van der Waals yaitu Gaya Orientasi,
Gaya Imbas dan Gaya Dispersi (Gaya London) dan Gaya Tolakan.
 Gaya van der Waals dibagi berdasarkan jenis kepolaran partikelnya yaitu
Interaksi Ion- Dipol (Molekul Polar), Interaksi Dipol-Dipol, Interaksi
Ion-Dipol Terinduksi, Interaksi Dipol-Dipol Terinduksi dan Antar Aksi
Dipol Terinduksi-Dipol Terinduksi (Gaya London).
 Faktor yang mempengaruhi gaya Van Der Waals ialah: Jumlah Elektron
dalam atom atau molekul, Bentuk Molekul, Kepolaran Molekul dan Titik
Didih.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Gaya Van der Waals. Diakses dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_van_der_Waal/wiki/gas pada tanggal
19 Oktober 2014.

Anonim. 2011. Gaya van der Waals. Diakses dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_van_der_Waal/wiki/gas pada tanggal
19 Oktober 2014.

Anonim. 2011. Ikatan van der Waals. Diakses dari


http://www.docstoc.com/docs/61842662/Makalah-Ikatan-van-Der-
Waals pada tanggal 19 Oktober 2014.

Clark, Jim. 2007. Ikatan Antar Molekul-Gaya Van Der Waals. Diakses dari
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/struktur_atom_dan_ikatan/ikatan_kimia/ikatan_an
tarmolekul_ga ya_van_der_waals/ pada tanggal tanggal 26 Oktober
2019.

Pangganti, Esdi. 2010. Ikatan Hidrogen dan Ikatan Van der Waals. Diakses
dari http://esdikimia.wordpress.com/2010/08/13/ikatan-hidrogen-dan-
ikatan-van-der- waals/ pada tanggal tanggal 26 Oktober 2019

Anonim. 2019. Gaya antarmolekul. Diakses dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_antarmolekul pada tanggal 26
Oktober 2019

Anonim. 2016. Makalah Gaya Antar Molekul. Diakses dari


http://syhabr.blogspot.com/2016/05/makalah-gaya-antar-molekul.html?
m=1 pada tanggal 26 Oktober 2019
Anonim. 2018. Gaya london. Diakses pada
https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_London pada tanggal 26 Oktober
2019

Anda mungkin juga menyukai