Fikri Athallah Nim/Kelas: A1A219028/R-002 (B) MataKuliah: Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu: Drs. Budi Purnomo S.Hum, M.Hum
*Pendekatan Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan kontruktivisme*
A.) pengertian metode pembelajaran berpusat pada siswa Metode pembelajaran berpusat pada siswa adalah suatu metode pembelajaran yang mendahulukan kepentingan dan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran. Metode ini harus memberikan ruang kepada siswa untuk belajar menurut keterkaitannya, kemampuan pribadinya dan gaya belajarnya. Pembelajaran aktif adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehinggapara siswalah yang melakukan kegiatan belajar, mereka yang harus mencari dan memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-conoh, mencoba keterampilan-keterampilan dan melakukan tugas-tugas pembelajaran yang harus dicapai Contoh-contoh strategi pembelajaran aktif yaitu: • Reading guide Pembelajaran dilakukan berbasis bacaan (teks). • Info search Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar di luar kelas. • Index card match Cara ini sangat menyenangkan dan aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran • Everyone is a teacher here Merupakan sebuah strategi yang mudah guna memperoleh partisipasi kelas yang besar dan tanggung jawab individu. • Student created case study Studi kasus merupakan salah satu di antara sekian metode pembelajaran yang dianggap baik. Satu type diskusi kasus memfokuskan isu menyangkut suatusituasi nyata atau contoh yang mengharuskan siswa untuk mengambilkan tindakan. • Point counterpoint Strategi ini merupakan sebuah teknik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. • Students questions have Strategi ini merupakan cara mudah untuk mempelajari tentsng keinginan dan harapan siswa. • Listening team Strategi ini merupakan sebuah cara membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap selama suatu pelajaran mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
B.) Metode Pembelajaran berpusat pada Siswa
1).Metode Kerja Kelompok Metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa didalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama.Tujuan dalam penggunaan metode kerja kelompok dalam suatu strategi pembelajaran yaitu : • Memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok. • Mengembangkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. 2). Metode Penemuan Penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi objek, melakukan percobaan, sebelum sampai ke generalisasi. Tujuan penggunaan metode ini antara lain: • Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. • Untuk mengaktifkan siswa belajar sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. • Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan. • Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya tahan lama dalam ingatan/tidak mudah dilupakan. 3). Metode eksperimen Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesi yang dipelajari. Metode eksperimen bertujuan agar : • Siswa mamapu menyimpulkan fakta, informasi atau data yang diperoleh. • Siswa mamapu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaannya. • Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan. • Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi. 4). Metode Pembelajaran Unit Metode pembelajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan guru mrngarahkan segala kegiatannya pada suatu pemecahan masalah yang dipelajari. Metode ini bertujuan : • Melatih siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu. • Melatih siswa menggunakan ketrampilan proses atau metode ilmiah dalam pemecahan masalah. • Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu, dan menghargai pendapat orang lain. • Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, dan memimpin suatu kegiatan. • Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi. 5). Metode Pembelajaran dengan modul Modul adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep tunggal mata pelajaran. Jadi yang dimaksud dengan Metode pembelajaran modul merupakan salah satu bentuk dari bentuk-bentuk belajar mandiri. Metode pembelajaran dengan modul bertujuan : • Agar siswa aktif belajar secara mandiri. • Agar siswa terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya sendiri. • Memberikan reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan materi modul dengan memperbolehkan pindak ke modul berikutnya. • Melatih disiplin, taat peraturan dan petunjuk yang ada, serta melatih kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
C.) Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Ismedalam kamus Bahasa Inonesia berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri (von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan fasilitasi orang lain. Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
D.) Prinsip-prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. 4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. 5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7. Mencari dan menilai pendapat siswa. 8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. E.) Teori Belajar yang mendukung pendekatan Konstruktivisme 1. Teori perkembangan mental Peaget Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan. Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan.
2.) Teori perubahan konsep
Teori belajar perubahan konsep merupakan suatu teori belajar yang menjelaskan adanya proses evolusi pemahaman konsep siswa dari siswa yang sedang belajar. Pada mulanya siswa memahami sesuatu melalui konsep secara spontan. Pengertian spontan merupakan pengertian yang tidak sempurna, bahkan belum sesuai dengan konsep ilmiah, dan harus mengalami perubahan menuju pengertian yang logis dan sistematis, yaitu pengertian ilmiah. Proses penyempurnaan pemahaman itu berlangsung melalui dua bentuk yaitu tanpa melalui perubahan yang besar dari pengertian spontan tadi (asimilasi), atau sangat perlu adanya perubahan yang radikal dari pengertian yang spontan menuju pengertian yang ilmiah (akomodasi). Menurut pendukung teori perubahan konsep, dalam proses belajar ada proses perubahan konsep yang mencakup dua tahap, yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Dengan asimilasi peserta didik menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan akomodasi peserta didik mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Proses dalam akomodasi oleh kaum konstruktivis disebut sebagai perubahan konsep secara radikal. Teori perubahan konsep cukup senada dengan teori konstruktivisme dalam arti bahwa dalam proses pengetahuan seseorang mengalami perubahan konsep. Pengetahuan seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan merupakan proses berkembang yang terus menerus. Dalam perkembangan itu ada yang mengalami perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan terjadi bila si peserta didik aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
3.) Teori Skema
Menurut teori skema, pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket informasi atau skema yang terdiri atas suatu set atribut yang menjelaskan objek tersebut, maka dari itu membantu kita untuk mengenal objek atau kejadian itu. Hubungan skema yang satu dengan yang lain memberikan makna dan arti kepada gagasan kita. Teori skema berpendapat bahwa pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket informasi, atau skema, yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Skema adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, ataupun memecahkan persoalan. Orang harus mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka pemikiran yang benar. Menurut teori skema, seseorang belajar dengan mengadakan restrukturisasi atas skema yang ada, baik dengan menambah maupun dengan mengganti skema itu. Ini mirip dengan konstruktivisme Piaget yang menggunakan asimilasi dan akomodasi. Perbedaannya adalah bahwa teori skema tidak menjelaskan proses pengetahuan, tetapi lebih bagaimana pengetahuan manusia itu tersimpan dan tersusun.
4.) Teori belajar bermakna Ausubel
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai si pelajar. Kedekatan teori belajar bermakna Ausubel dengan konstruktivisme adalah keduanya menekankan pentingnya mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dimiliki, keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki siswa, dan keduanya mengasumsikan adanya keaktifan siswa dalam belajar.
5.) Teori belajar Bruner
Menurut Bruner, “pembelajaran adalah proses yang aktif dimana pelajar membina ide baru berasaskan pengetahuan yang lampau”. Selanjutnya Bruner (Nur, 2000:10) menyatakan bahwa “mengajarkan suatu bahan kajian kepada siswa adalah untuk membuat siswa berfikir untuk diri mereka sendiri, dan turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan. Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk”. Masih menurut Bruner, bahwa dalam membangun pengetahuan di dasarkan kepada dua asumsi yaitu :asumsi pertama adalah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif yaitu orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi dilingkungan tatapi juga dalam diri orang itu sendiri.
F.) Ciri-ciri pembelajaran secara konstuktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu: 1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar. 2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa. 3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai. 4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil. 5. Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan. 6. Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar. 7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. 8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. 9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif. 10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis. 11. Menekankan bagaimana siswa belajar. 12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. 13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. 14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata. 15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar. 16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. 17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
G.) Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Pendekatan konstruktivisme menghendakai siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Pendekatan konstruktivisme menghendakai siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi lebih bermakna dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut. Dalam pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan bahasa sendiri. 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga lebih kreatif dan imajinatif. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kontruktivisme:
1. Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi. 2. Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa. 3. Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep. 4. Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi. 5. Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul. 6. Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide. 7. Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan. 8. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten. 9. Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.