Anda di halaman 1dari 8

Masalah-masalah Kelvarganegaraall 347

MASALAH-MASALAH KEW ARGANEGARAAN


DALAM KONTEKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG
TENTANG KEW ARGANEGARAAN RI
Abdul Bari Azed

Perkelllbangan lIIasyarakat dan dunia fe/ail


melllbawa pengaruil pada efektifitas berlaku-
Ilya Undallg-undang lemang Kewarganegaraan
Gagasan perubaizall perafllrall perundallg-
undallgan ilu sejalan dengafl perubahall aras
rUlllusan Pasal 26 UUD 1945 dall pasal-pasa/
terkait dellgan hak asasi manusia. Pen'iba/7all
hams di/akukan atas segenap peraruran
perulldallg-llndallga/1, fIIu/ai dari fillgkar
IIl1dang-lindang salllp(fl pada kepfllflsan
II/el/feri keizakilllall yang terkait deJIgall
lIIa.m/a/7 kelVargallegaraan.

Pendahuluan

Undang-Undang (UU) No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarga-


negaraan Republik Indonesia diberlakukan setelah hampir sekitar de lapan
tahun Undang-Undang Dasar Sememara (UUDS) 1950 berlaku. UU
tersebut merupakan pelaksanaan dari Pasal 3 ayat (I) UUDS 1950 yang
menyatakan bahwa kewarganegaraan RI ditetapkan uengan U U.
Berdasarkan Pasal 1I Aturan Peralihan UUD 1945, UU ini masih berlaku
hingga saat ini. I
Berlainan dengan UU NO.3 Tahun 1946 dan Persetujuan Perihal
Pembagian Warga Negara hasil persetujuan Konferensi Meja Bundar yang
Illenitikberatkan pad a asas ius soli umuk Illenemukan kewarganegaraan
seseorang, UU No . 62 TallOn 1958 ini justru Illcnitikbcratkan pad a asas
ius sa nguinins. Dasar pertimbangan dari dianutnya asas ini adalah "bahwa
keturunan dipakai sebagai suatu dasar yang lazilll. Sudah sewajarnya suatu

I Ahdul Sari Azed, Imisari Kuliah Ma.mlah KeworXflllegOrllOIl O"karta: Pusat StuJi
Hukulll Tata Negara Fakullas Hukulll Universitas InJollesia. 1996). hal. 21 .

Nomor 4 Tahun XXX


348 Hukum dall Pemballgunan

negara menganggap seorang anak sebagai warga negara di mana pun ia


dilahirkan, apabila orang tua anak itu warga negara itu. ,,'
Demikian pula dalam hal orang tuanya tidak mempunyal
kewarganegaraan yang sama, maka untuk menentukan kewarganegaraan
anaknya, dapat diambil kewarganegaraan dari salah salU orang tuanya.
Hal yang sama juga dapat diberlakukan dalam hal tidak ada hubungan
hukum keke luargaan dengan kedua orang tuanya. Dalam hal demikian ,
sa lah seorang dari orang tuanya yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan anaknya dapat menentukan kewarganegaraan
anaknya. '
Walaupun telah ditegaskan bahwa asas ius sanguinis dipakai
sebagai dasar unlUk menentukan kewarganegaraan seseorang, namun tid ak
tertutur kemungkinan untuk menentukan kewarganegaraan berdasarkan
asas lempat kelahiran atau ius soli. Hal ini terlihat dalam Pasal I huruf f.
g, h. dan I yang menyatakan bahwa seseorang yang lahir di wilayah
Indonesia adalah warga negara Indonesia apabila:·
I. kedua orang tuanya tidak diketahui;
2 . kedua orang tuanya tidak diketahui, sedang anak tersebut ditemukan
di wilayah Indonesia;
3. orang tuanya tidak mempunyal kewarganegaraan atau selama
kewarganegaraan orang tuanya tidak diketahui;
4 . tidak mendapat kewarganegaraan dari orang lUanya, atau selama tidak
mendapat kewarganegaraan orang lUanya.
Demikian pula dalam Pasal 4 ditentukan kewarganegaraan
herdasarkan asas ius soli. di mana dinyatakan bahwa kerurunan asing yang
ingill memperoleh kewarganegaraan Indonesia harus mengaj ukan permo-
hOllall. dengan syarat bahwa ia harus lahir dan bertempat tinggal di
Inuollesi:.1. Dengan demikian jelaslah bahwa UU No. 62 Tahun 1958
mempergunakan ius sanguinis sebagai asas umum , dan asas ius soli
sebagai pengecualian.

Inventarisasi Beberapa MasaIah Kewarganegaraan


Masalah perubahan UU No. 62 Tahun 1958 tenrang Kewarga-
negaraan Republik Indonesia (RI) merupakan suatu wacana yang telah
lama uisuarakan oleh banyak pihak di negara kita. Berbagai alasan yang

2 Lilla! PL'lljelasan UmulIl UlJ No. b2 T.lilUn 1958 .


.II\lell. 0,). Cjt.
I Ihitl .. hal. 22.

Oktober - Desember 2000


Masalah-IIUlSalah Kewarganegaraa1/ 349

melatarbelakangi perlunya perubahan tersebut telah dikemukakan, ui


antaranya pandangan-pandangan yang menginginkan agar UU No . 62
Tahun 1958 tersebut disesuaikan dengan perkembangan jaman.'
Permasalahan pertama yang pedo ditil~au kembal i itu ui
antaranya adalah yang berkaitan dengan status kewarganegaraan
perempuan yang harus mengikuti kewarganegaraan suaminya. Padahal,
pada saat 1Il1 perempuan sudah memiliki hak untuk mengubah.
l11el11pe roleh, atau mempertahankan status kewarganegaraannya h
Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita sendiri pada saat
itu juga memiliki pandangan yang sama . Menurut mereka, UU No. 62
Tahun 1958 tersebut semula memang disusun dengan mengacu pada
tatanan kehidupan masyarakat yang menganut sistem paternalistik. Nal11un
karena dalam kurun waktu lebih dari 40 (empat puluh) tahun terakhir ini
telah terjadi perubahan dan perkembangan daIal11 hiuang ketatanegaraan.
dan pergeseran nilai sosial budaya dalam l11asyarakat. lllaka UU tersehut
perlu ditinjau kembali dan disempurnakan .'
Perl11asa lahan kedua yang timbul berkaitan uengan UU No. 61
Tahun 1958 ialah sulimya untuk l11endapatkan kewargallegaraan Inuonesia
bagi beberapa orang yang sudah berjasa hagi hangsa uan negara
Indonesia. Hal ini antara lain pernah dialallli oleh pemain hulu tangkis
nasional Ivana Lie dan Susi Susami , serta peialih hulu tangkis nasillnal
Liang Chiu Shia dan Tong Sinfu '
Liang Chiu Shia , pelatih bulu tangkis Susi Susanti lllerupakan
kelahiran Cirebon dan kemudian menjadi warga negara Hongkong. Pada
masa jayanya pernah bermain mewakili Republik Rakyat Cina (RRC).
Pada tahun 1985 dia tinggal di Indonesia. dan baru semel~ak tahun 19lJ()-
an berhasil mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Selllentara itu.
walaupun sudah direkomendasikan oleh Ketua Umum Persatuan Bulu
Tangkis Seluruh Indonesia yang kemudian juga menjabat sebagai Wakil

-~ Salya Arinalllo. ~MaS<1lah-lIlasa l ah Kewarganegaraan lIalam Kontcks Pcruhahan lIlJ


1(!IilJlIg Kewarganegaraan RI uall Perubahan Kl!taLanegaraan IU-- (Makalah Jisampaikan
tlalam Sosialisasi Rancangan Undang-Undang ( Rl1 U) lem'lIIg Kcwargancga raan Rcpuhlik
Imlom:sia yang diselenggarakan oleh Direktoral Jemler.1I Pcratllran 1\:rul\dang - ulldallg~1II
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Rl di Jabrta, [I Seplclllhcr 2000 ).
hal. 1.
(0 tra (Kompas), "UU Kewarganegaraan Perlu Diubah.-

Online , hhtp: llwww.kompas.com!9707/23/hukull1/ uuke .htll1.Acc.essel.l I) Septemhe r :WOU ,


7 lh;d.

x mha/ isw (Kompas), "'PBSI Sudah Coha Bantu Tong, '" Online.
hlup: !lwww.kOlnpas.com /9706/27/or/phs . hUll, Accessed 9 Seplcmhcr 2000 .

NOl1lOr 4 Tahun XXX


350 Hukum dan Pembangunan

PresiLien RI Try Sutrisno, dan juga menghadap sendiri kepada Direktur


lenderal (Diljen) Imig rasi yang pad a saat itu dijabat oleh R.S. Sinuraya.
Tong Sinfu pad a akhirnya tidak berhasil mendapatkan kewarganegaraan
Indonesia. 'J
Permasa lahan keriga yang pernah timbul ialah terancamnya sekilar
36.372 orang warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Hongkung
menjadi kehilangan kewarganegaraannya karena kembalinya kedaulalan
alas Hongkong kepada RRC. Dalam sebuah sidang Kungres Rakyat
Nasional (KRN. parlemen RRC) pada bulan Mei 1996. sebuah resulusi
disahkan berkaitan dengan penafsiran ulang UU Kewarganegaraan RRC.
khususnya Lia lalll pe nerapannya lerhadap penduduk Wilayah Administrasi
Iiongkong (Hongkong SAR) yang baru." 1
Salah salU isi resolusi tersebul lllenyebutkan bahwa bagi mereka
yang kc turunan Cina dan memiliki slatus penduduk Hongkong harus
melllDuat pernyataan tentang kewarganegaraannya ke Departemen Imigrasi
Hongkong SAR setelah tanggal I luli 1997. Kalau tidak. akan dianggap
sebagai warga negara RRC. Berdasarkan hal itu. Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) Hongkong kemudian melakukan pendataan
ulang terhadap WNI di sana. Pendataan ulang tersebut berlaku pula hagi
mereka yang mempunyai status penduduk tetap dan penduduk tidak tetap.
clan lidak hanya berkaitan dengan WNI keturunan Cina" Hasil pendataan
lerhaLiap WNI di Hongkong terse but antara lain menunjukkan bahwa
merek<! ingin mempenahankan kewarganegaraan Indonesianya. "
Pennasalahan keelllpaL yang timbul ialah tidak jelasnya status
kewarga negaraan sekitar 3.000 penduduk Oksibi!. Sebagaimana diketahui.
status kewarga negaraan sekitar 3.000 penduduk wilayah Wara tidak jelas.
walaupun mereka berdiam di sekitar daerah yang masih termasuk wilayah
hukum Keeamatan Oksibil. Kabupaten Jayawijaya. Irian Jaya. Penduduk
pedalaman terpeneil pegunungan layawijaya ini bukan warga negara
Indonesia , namun juga tidak tereatat sebagai warga negara Papua Nugini
(PNG). "

'J //Jh'-
h. "Dldat;\ LJ lang. WNI Ji Hongkong.·· Online.
llhtp: ll www.kompas.l:om/9706/17/ut<Jmafllida.htlll.Al:t.:cssed 9 September 2000.
I I Ihid. ,;
I~ "WNI di i-Jongkong SAR TClap Pcrlahallkan Kcwarganegaraannya. ~
Olllint:. hhrp: llwww.kolllpas.coIll /9707/09IIn/wni.htm . Accessed 9 St!ptemhcr 2{)(x) ,
1.1 "Tidak Jclas, Status Kewargancgaraan 3.()(X) PcmJwJuk Oksihil."
Online. hhtp Jlwww. kompas.com/9708114/h ukum/lida .htm. AcccsseU 9 September 2000.

Oktober - Desember 2000


Masalah-masalah Kewarganegaraan 351

Berdasarkan data yang ada, terungkap bahwa karena letak delapan


desa di Wara itu berdekatan dengan garis perbatasan dan s;JIlgat terpeneil,
maka penduduknya sering masuk-keluar wilayah Papua Nugini-Indonesia
seeara" beb<\&, Mereka juga mellliliki keterikatan sosial budaya dengan
penduduk garis perbatasan Papua Nugini, hingga sulit dibedakan Illana
warga negara Indonesia dan mana warga negara Papua Nugini."
Sejauh ini, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Jayawijaya
mendukung penelitian ulang status kewarganegaraan penduduk Wara itu,
agar jika misalnya mereka warga negara Indonesia. lllaka Pelllda
Jayawijaya bisa mengambil langkah-Iangkah nyata untuk meningkatkan
taraf hidup mereka, tanpa menyalahi ketentuan yang bisa mengganggu
persahabatan dan kerja sama antarkedua negara."
Sedangkan permasalahan kelima ialah teraneamnya kehilangan
kewarganegaraan Indonesia bagi para WNI yang tinggal tinggal menetap
(p et/I/ol/elll resident) di Singapura. Hal ini dikarenakan bahwa pemerintah
Singapura td ah lama menetapkan ketentuan hahwa seliar orang yang
menelap di Singapura harus mengikuti wajib militer. Ketentuan ini
berlaku bagi permanelll resident yang bekerja dan anak-anaknya yang
sekolah di Singapura. Berkaitan dengan ketentuan UU No. 62 Tahun
2958, WNI yang mengikuti wajib mil iter di Singapura tersebut teraneam
akan kehilangan kewarganegaraannya. I.
Seharusnya para WNI yang mengikuti wajib mil iter itu harus
mendapatkan izin dari Menteri Kehakiman RL Yang menyulitkan ialah
bahwa Pemerintah Singapura menganggap bahwa me rcka tidak wajib
memberi laporan kepada negara-negara lain - tennasuk Indonesia -
rentang kewajiban mengikuti wajib militer itu. Semua penduduk telap
Singapura terkena ketentuan tersebut, lidak perduli apapul1 Slatus
17
kewarganegaraannya.

14 Ibid.
15 Ihid.
II. OSI: (Kompas). "WNI di Singapura Tcr<tllcClm Kdlilallgan SlalUS Kcwargallcgaraall.··
Olliine. hhtp: I lwww.kolllpas.<.:om/ kompas-cclak /9902/UI/n<lsional / wlliU6.1lI. Accessed l)
SCPlclllhcr :WOO.
17 !1st! (KolJlptls). "itlllollcsia Kecewa 'I't:rhalbp Singapuf<L"

()III Ille. 1111Ip: llwww.k()mpas.com/kompas-cclak /9W7/07/ nasi(lnal / imi<)07.lllm. Act:esscu 9


Seplcmher 2000.

NOli/or 4 Tahun XXX


352 Hukum dan Pembangunan

8eberapa lmplikasi Perubahan Ketatanegaraan

Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia


(MPR RI) yang diselenggarakan pada tanggal 7-18 Agustus 2000 yang
lalu membawa beberapa perubahan penting dalam bidang ketatanegaraan,
khususnya yang berkaitan dengan masalah kewarganegaraan. Walaupun
tidak bersifat fundamental, Pasal 26 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
yang lelah ber laku selama ini juga l1lengalall1i perubahan redaksional
uengan perbandingan rUl11usan sebaga i berikut:

RUl1lusan Pasal 26 U UD 1945 sete-


RUlllusan Pas,d 26 UUD 1945
lah mengalal1li perubahan melalui
sehelull1 ll1engalall1i perubahan
Perubahan Kedua UUD 1945

(I) Yang menjadi warga negara ialah (I) Tetap


orang-orang bangsa Indonesia (2) Penduduk ialah warga negara
asli dan orang-orang bangsa lain Indonesia dan orang asing yang
yang disahkan dengan undang- bertempat tinggal di Indonesia.
undang sebagai warga negara.
(3) Hal-hal mengenai warga negara
(2) Syarat-syarat yang mengenai dan penduduk diatur dengan
kewarganegaraan ditetapkan undang-undang.
Jengan undang-undang.

Di samping perubahan Pasal 26 tersebut, masih terdapa! beberapa


perubahan lain yang seeara langsung ataupun lidak langsung akan
herpengaruh rerhadap masalah kewarganegaraan. Misalnya penambahan
beherapa rasal mengenai hak asasi manusia. ada yang secara langsung
herbitall dengan Illasalah kewarganegaraan. Yang berkaitan langsung
tersehut lllisainya adalah penambahan Pasal 28D ayat (4) yang
menegaskan sebagai berikut: IX
Seliap orang berhak atas kewarganegaraan.

IH Majdis Pennusyawaratan Rakyal Repuhl ik ImJollesia. PfliUSOIl Maje/is


Perlll/lsymvaratan Rakyat Repuhfik indonesia: SidallK Ta/llllllll1 Maje/is Per11l11s),(llVarulalJ
RlIkyar Repuhlik Indonesia 7-/8 AKU.HUS 2000- (..Ia~arla: Sekre!aria! Jelllieral MPR RI.
111(11). hal. 10.

Oklober - Desember 2{)()()


Masalah-masalah Kewarganegaraan 353

Se lain pasal tersebut, ada pula pasal baru yang berkaitan erat
dengan masalah kewarganegaraan, yakni Pasal 28E ayal (I) yang
menegaskan sebagai berikut: 1'1
Seliap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaran, memilih lempal linggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serla berhak kembali.
Rumusan yang dianlaranya mengandung hak-hak kebebasan untuk
bergerak (freedom of movement) sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Uni-
versal Declaralion of Human Rights ini temu akan menimbulkan implikasi
ya ng harus dipikirkan secara cennat dalam perumusan pasal-pasal yang
be rkairan dengan Bab "Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia"
dan .. Mempero leh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia".
Di samping kedua pasal dan ayat tersebul, harus dipikirkan pula
implikasi beriakunya pasal-pasal lainnya yang tercantum dalam Perunahan
Kedua UUD 1945, terutama pasal-pasal yang nerkailan dengan Ban "l-lak
Asasi Manusia" sebagaimana tercantum dalam Bab XA (pasal 2~A sampai
dengan Pasal 281).

Peraturan Perundang-undangan yang Hams Ditampung dan


Disesuaikan
Semenjak berlakunya UU No. 62 Tahun 195X. lelah lerdapal
bebe rapa peraturan perundang-undangan yang masih berlaku dan alau
lelah dieabut sehubungan dengan dan selama nerlakunya UU tersebuL
Peraturan perundang-undangan tersebul secara kronologis adalah sebagai
berikul:'"
I. Peraturan Pemerintah (PP) No. 67 Tahun 195~ lentang Pelaksanaan
UU No. 62 Tahun 1958 lentang Kewarganegaraan RI;
2. UU No.3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun
1958 lentang Kewarganegaraan RI;
3. PP No. 13 Tahun 1976 tentang Pelaksanaan UU No.3 Tahun 1976
leillang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958 tentang
Kcwarganegaraan RI;
4. Insrruksi Presiden No.2 Tahun 1980 tentang Bukti Kewarganegaraan
RI;

1'1 Ibid.

20 Tentang isi selengkapnya dari peraturan pcrumJalig-ulU.langan lcrschul lihal Azcd. Of'.
Cit. , hal. 77-129.

Nomor 4 Tahun XXX


354 Hukum dan Pembangunan

5. Keppres No. 13 Tahun 1980 tentang Tata Cara Penyelesaian


Permohonan Pewarganegaraan Republik Indonesia;
6. Surat Keputusan Bersama Menteri Kehakiman dan Menteri Dalam
Nc:gl:ri No. M.OI-UM.09.03.&O / No. 42 Tahun 1980 lenlang
I'claksanaan Pcmbcrian Sural Bukti Kewarganegaraan Republik
I ndllnesia beserta Petunjuk Pelaksanaannya.
Jika dipandang masih relevan dengan perkembangan jaman,
peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat tenampung dalam
R U U tentang Kewarganegaraan RI yang baru beserta peraturan-peraturan
pelaksanaannya.

Penlltllp
Perubahan yang cepat telah terjadi ui berbagai belahan dunia
lIalanl lIekaue-uekade terakhir ini. Jika krisis ekonomi tak melilit Asia
heberapa waktu yang lalu, niscaya beberapa kecenderungan besar
(lIwg(/lren{/S) yang diprediksikan oleh John Naisbitt akan menemui
kenyataan. Di antara berbagai prediksinya , ia meramalkan bahwa akan
terjaui pergeseran dari nation-states kepada networks. Dalam konteks ini
masalah nasionalisme dan kewarganegaraan tidak lagi menjadi faktor yang
penting, karena kerja sama yang ada bukan lagi didasarkan akan konsep
negara-bangsa, melainkan dalam bentuk jaringan-jaringan."
Contoh yang nyata ialah jika kita mengamati kekuatan ekonomi
uari ~()I()ngan Cina Perantauan (Overseas Chinese). Menurut Naisbilt.
kekuatan mereka yang merupakan kelol1lpok tanpa halas-hatas (borderlessl
merupakan kekuatan nomor tiga di uunia. Menurut Naisbitt, Cina
l'eral1lauan bukan merupakan suatu negara-bangsa, dan perbendaharaan
kata serta konsep-konsep yang dipergunakan untuk memikirkan suatu
negara-hangsa tidak akan membantu kita untuk memahami fenomena ini .'"
Fenomena "kewarganegaraan tanpa batas-batas negara" 1111
merupakan suatu hal yang juga harus diantisipasi oleh RUU tentang
Kewarganegaraan, sualu fenomena yang memerlukan konsepsi
pemahaman global untuk dimengerli. Dan itulah salah satu renomena abad
yang akan datang ini.

!L.Iohl1 Naishill. MeKlllrt!IIt/.,- Asia: Eixlit Asiwl MeJ,:Qtrellt!s thlll Are Re.\·haping Our World
(Nl:w York: Simon & Schustt:r. 1996). hal. 17-50.
" /hit! .. hal. 20-21.

OklOber - Desember 2000

Anda mungkin juga menyukai