Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Seni Berbahasa”

Makalah disusun untuk memenuhi tugas


Matakuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Zulfadli Hamdi, M.Pd.

Disusun Oleh :
Muhammad Rudi Afrizal (170102022)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Selanjutnya kami sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, pada keluarganya, Sahabatnya, dan kita
sebagai umatnya, di mana beliau telah berjasa membebaskan kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islamiyah.

Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah keterampilan


Penegembangan Materi Ajar Bahasan Indonesia sebagai pengetahuan untuk kita
semua terutama saya, dan sebagai pegangan kita dalam memahami materi-materi
yang berkaitan dengan mata kuliah keterampilan berbahasa indonesia, terutama
materi mengenai seni berbahasa.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dalam mencari ilmu dan
untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah ini.

Pancor, 26 Oktober 2020

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar belakang....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3

A. Hakikat bahasa...................................................................................... 3
B. seni berbahasa....................................................................................... 4
C. Teknik Belajar Bahasa Anak................................................................ 8
D. Implikasi Pembelajaran Seni Berbahasa............................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11

A. Kesimpulan...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka selalu hidup berkelompok, mulai dari
kelompok kecil sampai dengan kelompok besar. Interaksi antar kelompok didukung
dan ditopang oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki bersama, yaitu bahasa.
Kenyataan ini berlaku baik bagi masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.
Jelas bahwa didalam masyarakat diperlukan keterampilan berbahasasebagai sarana
interaksi antarmanusia satu dengan manusia lainnya.

Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai


alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial
yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang
paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-
hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak [1].

Pengguanaan bahasa dalam interaksi dapat di bedakan menjadi dua, yakni lisan
dan tulisan. Agar individu dapat menggunakan bahasa dalam suatu interaksi, maka ia
harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan ini digunakan untuk
mengomunikasikan pesan. Pesan ini dapat beupa ide (gagasan), kinginan,
kemampuan, perasaan, ataupun interaksi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menghasilkan siswa yang mempunyai


keterampilan berbahasa yang baik maka dibutuhkan seorang guru bahasa yang
profesional dan menguasai empat kemampuan keterampilan berbahasa yang meliputi
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis secara prima [2].

iv
Salah satu keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar
ini adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal
terpenting bagi manusia. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, ada empat
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, keterampilan ini antara lain:
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek berbahasa ini saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bagaimana seorang anak akan bisa
menceritakan sesuatu setelah ia membaca ataupun setelah ia mendengarkan.
Begitupun dengan menulis. Menulis tidak lepas dari kemampuan menyimak,
membaca, dan berbicara anak, sehingga keempat aspek ini harus senantiasa
diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan siswa [3].

Dalam berkomunikasi kita menggunakan keterampilan berbahasa yang telah


kita miliki meskipun setiap orang memiliki tingkatan atau kualitas yang berbeda.
Orang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal setiap tujuan
komunikasinya dapat dengan mudah tercapai. Sedangkan bagi orang yang memiliki
tingkatan keterampilan berbahasa yang sangat lemah sehingga bukan tujauannya yang
tercapai tetapi malah terjadi kesalah pahaman.

            Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan menyimak
atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan. Secara alami
bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan pemahaman terhadap
pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat
bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada umumnya, dalam masyarakat,
proses bahasa secara lisan jauh lebih banyak dari pada bahasa tulisan. Oleh karena
itu, keterampilan menyimak dan membaca perlu mendapat perhatian yang memadai.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam


berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun non
verbal. Bahasa sebagai media komunikasi agar lebih mudah dipahami oleh pihak lain
karena dapat mentransmisikan informasi dengan menggukan simbol-simbol bahasa (
Amri, 2015).

Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya.


Begitupula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan
dikmbangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan
adanya bahasa sebagai alat komukasi, maka semua yang berada disekitar manusia :
peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, hasil cipta karya manusia
dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan
diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.
Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap
orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya
masing-masing.

Bahasa dalah milik manusia. Bahasa adalah salah satu pembeda manusia dengan
makhluk hidup lainnya di dunia ini. Setiap anggota masyarakat pasti akan terlibat dalam
komunikasi atau intraksi. Baik dia sebagai pembicara dan yang lainnya menjadi penyimak.
Dalam komunikasipun nantinya akan bertukar posisi dari pembicara menjadi penyimak
maupun penyimak menjadi pembicara. Bahasa merupakan suatu sistem, yang dimana
sistem tersebut sama dengan sistem-sitem lainnya yang memiliki lambang dan

vi
makna, sekaligus sistem tersebut memiliki sifat sistematis dan sistemis. Sehingga
bahasa itu tidaklah sistem yang tunggal, namun dalam bahasa tersebut tersusun
beberapa subsistem yang saling berkaitan. Sistem bahasa memiliki lambang yang
sama dengan sistem lambang lainnya, namun bahasa lambang tersebut berupa bunyi,
bukan gambar atau tanda lainnya. Lambang bunyi pada bahasa ini memiliki sifat
arbitrer yang sama dengan lambang lainnya, yang artinya bahwa makna dari lambang
bunyi tersebut tidak memiliki hubungan wajib dengan konsep yang dilambangkan.
Arbitrer artinya makan suka. Maka dari setiap lambang bunyi tidak harus sama.
Maknanya bisa saja berubah pada satu waktu tertentu atau mungkin juga tidak
mengalami perubahan.
Selain itu, dari pengertian diatas juga dijelaskan bahwa bahasa itu memiliki
fungsi. Salah satunya adalah sebagai alat interaksi atau alat komunikasi dalam
masyarakat (fungsi segi sosial). Tentunya pengertian tersebut belum bisa
menggambarkan arti bahasa secara keseluruhan. Karena jika dilihat dari segi
fungsionalnya, bahasa tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi. Namun juga
dijadikan sebagai objek kajian dari beberapa sub disiplin ilmu.

B. Seni Berbahasa
Seni berbahasa atau keterampilan dalam berbahasa memiliki empat aspek yang
harus ada dalam berbahasa. Keempat aspek ini saling berhungan dengan cara yang
beraneka ragam. Serta keempat keterampilan tersebut juga memiliki hubungan
dengan proses berpikir.
Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum di
sekolah mencakup empat segi yakni, listening (menymak atau mendengar), talking
(berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis)[5].
1. Listening. Mulai pada masa kelahiran, mendengar adalah kontak pertama
anak-anak dalam bahasa dan merupakan proses mendengarkan sesuatu.

vii
2. Talking para anak-anak menggunakan proses ini adalah untuk merespon
sesuatu ketika mereka berada di lingkungan sosial. Proses talking merupakan
bagian dasar dari kurikulum seni bahasa.
3. Reading. Dalam hal ini, reading dan writing saling berhubungan. Kesimpulan
yang diungkapkan Loban berdasarkan model tersebut adalah:
a. Hubungan positif diantara keempat mode tersebut.
b. Siswa kurang efektif dalam kemampuan oral language (listening and and
atlking), sehinga cederung kurang efektif dalam kemampuan written
language.
c. Adanya hubungan yang erat antara kemampuan oral language siswa
dengan seluruh kemampuan akademik.

1. Listening (Menyimak)
Orang banyak mengira menyimak merupakan kegiatan yang pasif, yang
orang tinggal menerima pesan apa saja yang ingin disampaikan si pembicara.
Menyimak tidak sama dengan mendengar. Menyimak adalah proses
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh kefokusan, perhatian
dan memahami apa yang di dengar untuk bisa memperoleh informasi yang
disampaikan secara lisan dan dapat memahami makna komunikasi yang
disampiakan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan tersebut.
Sehingga menyimak adalah proses yang mengharuskan pendengar secara aktif
merekonstruksi pesan yang disampaikan oleh pembicara. Clark & Richards
(Irpan, 2014: 2) mengartikan mendengarkan atau menyimak sebagai
pemrosesan informasi yang didapat oleh pendengar melalui pandangan dan
pendengaran yang mencakup perintah untuk menyatakan apa yang akan dituju
dan diekspresikan oleh pembicara. Dari hal tersebut kita ketahui bahwa,
pendengar tidak pasif, namun aktif dalam menyerap informasi.
Jadi, menyimak bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana.
Menyimak nmerupakan kegiatan yang konpleks yang mencakup komponen-

viii
kompenen persepsi dan pengetahua linguistik untuk mmebantu memahami
wacana yang disajikan. Mendengar merupakan proses dinamis yang
menggunakan informasi dari pembicara, pendengar, latar, dan intraksi untuk
membentuk makna.
Dalam mendengarkan juga terdapat proses mental, mulai dari
mengidentifikasi bunyi, proses pemahaman dan penafsiran, sampai pada
proses penyimpanan dan penafsiran bunyi. Seorang pendengar dalam
menyimak harus menguasai empat aspek (aksen berbicara, unsur bahasa,
aturan kebahasaan yang digunakan serta pemahaman makna).
Rahmina (Irpan, 2014: 3) berpendapat bahwa keterampilan menyimak
sebagai koordinasi komponen-komponen keterampilan, baik keterampilan
mempersepsi, menganalisis, maupun mensistesis.
2. Talking (Berbicara)
Linguis berkata bahwa “Speaking Is Language”. Berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya
didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu
berhubungan erat dengan pemahaman dan penguasaan kosa kata yang
dipelajari saat proses menyimak. Pada hakikatnya berbicara adalah proses
komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pemidahan pesan dari pembicara
kepada pendengar.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Dalam berbicara memanfaatkan kemampuan fisik
(mulut) untuk menyampaikan apa yang ada di dalam otak untuk disampiakn
kepada orang lain. Sebelum kita mampu berbicara kita sudah menguasai kosa
kata yang akan kita gunakan dalam berbicara.
Selain kemampuan fisik dalam berbicara juga memanfaatkan
kemampuan psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik. Faktor psikolohis

ix
memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Berbicara
juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang
menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lainnya
yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian juga faktor semantik yang
berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan
struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara.
Jadi, dalam penggunaan bahasa, menyimak dan berbicara memiliki
keterkaitan yang sama dalam penguasaan empat aspek, yakni aksen berbicara,
unsur bahasa, aturan kebahasaan yang digunakan serta pemahaman makna.
3. Reading (Membaca)
Membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa
yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa. Sama
dengan keterampilan berbahasa lainnya, membaca juga memiliki banyak
pengertian menurut para ahli, yang bermuara pada hal yang sama.
Membaca adalah suatu proses interaksi memahami lambing bahasa
melalui berbagai strategi untuk memahami makna dari yang tertulis,
melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitip
Taufina [6]. Membaca yaitu proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh
sorang penulis melalui tulisan tarigan [6].
Dalam konteks situasional (immediate situational context) yang
dimaksud adalah meliputi pengetahuan pembaca tentang topik, tujuan
pembaca dalam membaca dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
situasi. Sementara itu konteks sosiolinguistik (broader sociolinguistic
context) meliputi kemampuan kebahasaan yang dimiliki pembaca, kultur, dan
harapan pembaca tentang membaca berdasar pengalaman sebelumnya.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah salah satu dari keterampilan berbahasa yang merupakan proses berpikir

x
dengan menggunakan indra pengelihatan untuk mendapatkan informasi atau
pesan dan berusaha untuk menafsirkan hasil bacaan tersebut.
Secara umum pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus
diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelaran membaca.
Minimalnya ada tiga tujuan utama pembelajaran di sekolah, yaitu:
a. Memungkin siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca
b. Mampu membaca dalam hati dengan kecepatan baca yang fleksibel
c. Memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan [7].

4. Writing (Menulis)
Menulis merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh setiap
orang. Menulis membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari dan
senantiasa dilatih. Menulis memerlukan keterampilan tambahan bahkan
motivasi tambahan pula, hal ini dikarenakan menulis bukan bakat karena tidak
semua mampu untuk menulis.
“Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan struktur
bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan dating secara
otomatis, tetapi harus melalui latihan yang banyak dan teratur ”[3].
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah suatu peroses yang merupakan bagian dari keterampilan berbahasa
yang dituangkan dalam bentuk tulisan untuk mengeluarakan hasil pemikiran
atau gagasan yang kita miliki.

C. Teknik Belajar Bahasa Anak


Menurut Halliday bahasa merupakan sistem kompleks untuk
mengkreasikan makna melalui konvensi sosial bersama. Sebelum masuk
lembaga pendidikan, anak-anak belajar bahasa melalui lingkungan

xi
sekitarnya. Bahasa dipahami dari apa yang dikatakan kepada mereka. Anak-
anak berbagi ide dengan orang lain melalui bahasa. Pada usia tiga atau empat
meningkatkan sistem kompleks bahasa aslinya, memahami kalimat yang
belum pernah didengar sebelumnya dan mengkreasikan kalimat yang belum
pernah disebut sebelumnya.
Ketika kemampuan bahasa anak meningkat, dia tidak “memikirkan”
bagaimana cara berbicara. Pengetahuan berbahasa tersebut meningkat tanpa
disadari, melalui tingkatan pengembangan mental berdasarkan pengalaman
belajarnya dari lingkungan. Anak-anak mengembangkan kemampuan
berbahasa dimulai dari proses belajar berbicara, membaca, menulis dan
mendengar dalam proses komunikasi. Pemahaman sistem bahasa tersebut
dapat diperoleh melalui:
1. The phonological atau sistem bunyi dalam bahasa. Pada sistem
phonological atau sistem bunyi, anak belajar mengucapkan setiap bunyi
dalam bahasa. Suara, atau phonems, direpresentasikan untuk membedakan
graphemes (kombinasi huruf). Misal, huruf pertama kata “mothers” ditulis
dengan huruf “m”, sedangkan phoneme-nya ditulis /m/, dan phoneme
dalam soap ditulis /o/ direpresentasikan secara grapheme ”oa”
2. . Sistem ini sangat penting dalam bahasa lisan dan tulis. Anak-anak
menggunakan pengetahuan tentang hubungan antara phoneme-grapheme
ketika belajar membaca dan mengeja pada permulaan atau tingkat dasar.
3. The syntactic atau sistem struktur dalam bahasa. Sistem ini merupakan
sistem tata bahasa yang mengatur penggunaan kata- kata yang
dikombinasikan ke dalam kalimat. Komponen lain dalam syntax adalah
bentuk kata yang berawal dari kalimat simpel, gabungan dan kompleks.
Komponen lain dalam syntax adalah bentuk kata atau morphemes (unit
terkecil dalam bahasa). Pada tingkat dasar, para siswa belajar menambah
imbuhan pada kata, yakni: prefix (awalan) dan suffix (akhiran), yang
keduanya merupakan bound morpheme.

xii
4. The semantic atau sistem arti dalam bahasa. Kosakata merupakan
komponen kunci dalam sistem ini. Peneliti memperkirakan bahwa anak-
anak mempunyai 5.000 kata ketika mereka masuk sekolah dan bertambah
3.000 kata setiap tahun selama di tingkat dasar. Mereka tidak hanya
memperoleh kata baru, tetapi mereka juga belajar makna, synonim dan
antonim kata.
5. The pragmatic atau penggunaan bahasa dalam sistem sosial budaya etnik
dan wilayah geografi disebut sebagai dialek. M.A.K. Halliday (1973, 1975)
telah mengidentifikasi tujuh kategori fungsi/tujuan, bentuk dan audience
bahasa baik lisan maupun tulisan ataupun bentuk non-bahasa seperti bahasa
isyarat atau pantomim, yakni:
a. Instrumental language – bahasa untuk memuaskan keinginan
b. Regulatory language – bahasa untuk mengontrol kebiasaan lainnya
c. Interactional language – bahasa yang menyatukan hubungan sosial
d. Personal language – bahasa untuk mengekspresikan opini pribadi
e. Imaginative language – bahasa untuk mengekspresikan imajinasi dan
kreativitas
f. Heuristic language – bahasa untuk mencari informasi atau menemukan
sesuatu
g. Informative language – bahasa untuk menyampaikan informasi

D. Implikasi Pembelajaran Seni Berbahasa


Bagaimana anak-anak belajar berbicara mempunyai implikasi penting
untuk bagaimana anak-anak belajar seni bahasa di sekolah dan bagaimana para
guru mengajarkan seni bahasa. Ada tujuh implikasi dalam pembelajaran seni
bahasa, yakni:
1. Anak-anak belajar berbicara dengan menyerap bahasa dari lingkungan
sekitarnya, bukan kemampuan berbicara melalui contoh yang diajarkan.
2. Anak-anak menggunakan empat sistem berbahasa secara bersamaan, yakni:

xiii
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
3. Anak-anak mengkonstruksi pengetahuan mereka sebagaimana yang mereka
buat dan menguji hipotesis, dengan meningkatkan kemampuan berbicara
mereka.
4. Anak-anak belajar dan menggunakan bahasa yang meaningful sesuai dengan
fungsi dan tujuan komunikasi.
5. Anak-anak belajar menggunakan tujuh fungsi bahasa melalui berbicara dan
menulis.
6. Orang dewasa menyiapkan model untuk mendukung proses pembelajaran
anak.
7. Orang tua dan yang lainnya memberikan harapan kepada anak-anak bahwa
mereka akan sukses dalam belajar berbicara.

xiv
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bahasa merupakan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia lain baik melalui gerakan yaitu gerak isyarat, ucapan yaitu ucapan sehari-
hari yang sering kita gunakan untuk berkomunikasi.
Hakikat bahasa adalah dasar (intisari) atau kenyataan yang sebenarnya
(sesungguhnya) dari sistem lambang bunyi tersebut. Berikut beberapa hakikat
bahasa: Bahasa itu sebuah sistem bahasa bukanlah sebuah unsur yang terkumpul
secara tak beraturan tetapi diatur oleh pola-pola yang sistematis dan sistemis, yaitu
tersusun dari sistem fonologi, gramatika, dan leksikon.
Bahasa adalah sarana berkomunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam
pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat
berkomunikasi secara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda isyarat.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri,
baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih
mengembangkan kemampuan bahasa anak.
Seni berbahasa atau keterampilan dalam berbahasa memiliki empat aspek
yang harus ada dalam berbahasa. Keempat aspek ini saling berhungan dengan
cara yang beraneka ragam. Serta keempat keterampilan tersebut juga memiliki
hubungan dengan proses berpikir. yakni, listening (menymak atau mendengar),
talking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis).

xv
DAFTAR PUSTAKA

P. Berbahasa and D. I. Sekolah, “Pembelajaran keterampilan berbicara melalui


pendekatan pengalaman berbahasa di sekolah dasar.”
D. R. K. NAFRI YANTI, SUHARTONO, “PENGUASAAN MATERI
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA,” pp.
72–82, 2016.
A. Susanto, teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. jakarta: kencana, 2013.
D. A. Oktarizka, I. Endelta, R. E. Lestari, W. Safitri, E. Kuntarto, and S. Noviyanti,
“Mengkaji hakikat dan filosofi bahasa,” pp. 1–9, 1945.
hanry guntur Taringan, Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. bandung:
CV. Angkasa, 2015.
Taufina, mozaik keterampilan berbahasa di sekolah dasar. bandung: CV. Angkasa,
2016.
Y. Abidin, pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. bandung: PT.
Rafika aditama, 2012.

xvi

Anda mungkin juga menyukai