Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
SURABAYA
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan Judul :
NIM : 1820005
Mengetahui
Dosen Pembimbing
2
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan Keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adobsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental dan
emosional dan serta sosial dari tiap keluarga. ( Friedman, 1998).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. ( Baylon dan Maglaya,
1978 dalam buku Arita Murwani).
Dari ketiga pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih, dalam
suatu ikatan perkawinan dan pertalian darah hidup dalam satu rumah tangga,
dibawah asuhan seorang anggota keluarga mempunyai peran masing-masing serta
menciptakan dan juga mempertahankan suatu kebudayaan.
2. Tipe Keluarga
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Berikut ini
berbagai tipe keluarga :
a. Tipe keluarga tradisional
1.) Keluarga inti ( Nuclear Family ), yaitu terdiri atas ayah, ibu dan anak (
kandung atau angkat) yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
3
2.) Keluarga Besar ( Extended family ), yaitu terdiri atas keluarga inti
ditambah dengan keluarga yang mempunyai hubungan darah.
Misalnya kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
3.) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4.) Single Parent, yaitu rumah tangga yang terdiri satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian dan kematian.
5.) Single Adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah).
3. Struktur Keluarga
a. Patrilineal, keluarga sdarah yangterdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal, keluarga sdarah yangterdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Patrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dengan suami.
d. Matrilokal, sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dengan ayah.
e. Keluarga kawinan, hubungan suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dengan ayah.
4
4. Peran Keluarga
a. Peran Ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman serta sebagai kepala keluarga, ayah juga berperan sebagai anggota
dari kelompok sosialnya dan sebagai anggota masyarakat
dilingkungannya.
b. Peran Ibu : Ibu berperan sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-
anaknya, mempunyai tugas untuk mengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dari keluarga.
c. Peran Anak : Anak-anak melakukan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannnya baik fisik, mental, social dan spiritual.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
kelangsungasn keturunan, tetapi juga memelihara dan membesarkan
anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat
anggota keluarga juga bagian dari fungsi biologis keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Keluarga menjalankan fungis psikologisnya antara lain untuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian di
antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga dan memberikan indentitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memnberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, dan meneruskan nilai-
nilai budaya keluarga.
5
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga menjalankan fungsi ekonominya untuk mencari sumber-
sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penggunaan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
Fungsi ekonomi ini secara kultur di Negara-negara Asia dipegang teguh
oleh kepala keluarga yaitu suami, tetapi lambat laun nilai itu memudar,
banyak wanita sebagai single parent memenuhi fungsi ekonomi.
e. Fungsi Pendidikan
Keluarga menjalankan fungsi pendidikan untuk menyekolahkan anak
dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk
perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa dan
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Menyediakan
kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Fungsi-fungsi fisik keluarga
dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan, papan, sandang
dan perlindungan terhadap bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-
praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga
secara individu) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi
keluarga bagi perawatan keluarga.
f. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.
6
B. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa- merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial, dan
emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi
laki-laki dewasa dan pada anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi
wanita dewasa. Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, periode ini
biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristik seks
sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya
pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai usia 20 tahun (Wong, 2001). Masa
remaja, yang secara literatur berarti "tumbuh hingga mencapai kematangan',
secara umum berarti proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai
dengan perubahan pubertas Masa remaja terdiri atas 3 sub fase yang jelas yaitu
masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15
sampai 17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (Wong,
2001).
Remaja memiliki tugas perkembangan yang tercapai atau tidaknya
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kematangan fisik, desakan dari
masyarakat, dan motivasi dari individu yang bersangkutan. Tugas perkembangan
remaja antara lain (Havighurst, 1987 dalam Labibah, 2007):
Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif
Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya dari jenis
kelamin manapun
Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan)
Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua
dan orang dewasa lainnya
Mempersiapkan karir ekonomi
Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab
Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.
7
2. Perkembangan Biologis
Perubahan fisik pada pubertas terutama merupakan aktifitas hormonal
dibawah
pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis
berinteraksi secara bersama-sama.Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada
pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan
karakteristik seks sekunder, perubahan yang tidak tampak jelas adalah
perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan
kemampuan untuk bereproduksi. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin
ditentukan berdasarkan karakteristik berbeda: karakteristik seks primer
merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif;
karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi diseluruh tubuh
sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan langsung dalam
reproduksi (Wong, 2001). Empat fokus utama perubahan fisik adalah Potter &
Perry, 2005:
a. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
b. Perubahan spesifik seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul
c. Perubahan distribusi otot dan lemak
d. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder
3. Perkembangan Psikososial
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan
pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pencarian identitas diri
merupakan tugas utama perkembangan psikososial remaja. Remaja harus
membentuk hubungan sebaya yang dekat atau terisolasi secara sosial.
Menurut Potter & Perry (2005) remaja mengembangkan beberapa
identitas yang antara lain:
a. Identitas seksual
Pencapaian identitas seksual ditingkatkan dengan adanya perubahan fisik
pubertas. Tanda fisik maturitas mendorong perkembangan prilaku maskulin
dan feminin. Selama masa remaja awal kelompok teman sebaya mulai
mengkomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
8
heteroseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang
baik dari teman sebaya maupun orang dewasa.
b. Identitas Kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Menjadi bagian dari orang banyak
membantu remaja menguraikan perbedaan antara mereka dengan
orangtuanya. Mereka berpakaian merias wajahnya seperti teman-teman
kelompoknya berpakaian dan merias wajah serta menata rambutnya sesuai
dengan kriteria kelompok.
c. Identitas keluarga
Perpindahan ke hubungan sebaya yang lebih kuat kontras dengan
perpindahan remaja dari orang tua. Pada masa ini harus ditemukan cara
yang tepat bagi keluarga untuk membantukemandirian remajanya sambil
mempertahankan struktur keluarga.
d. Identitas pekerjaan
Pilihan pekerjaan atau arah kejuruan dalam kehidupan membentuk suatu
tujuan bagi remaja.
e. Identitas kesehatan
Komponen ini menentukan bagaimana remaja mempersepsikan kesehatan
dan menentukan timbulnya minat untuk mengunjungi pemberi pelayanan
kesehatan. Perubahan yang sangat cepat pada masa remaja membuat
program promosi kesehatan menjadi sangat penting.
f. Identitas moral
Perkembangan penilaian moral sangat tergantung pada keterampilan
kognitif dan komunikasi serta interaksi sebaya. Menurut Kohlberg, pada
tingkat tertinggi moralitas didapat dari prinsip hati nurani individu. Remaja
menilai diri mereka sendiri dengan ide internal, yang sering menyebabkan
konflik antara nilai diri dan kelompok.
9
4. Perkembangan Kognitif
Remaja tidak hanya tampak berbeda dari anak-anak, tetapi juga memiliki
pola pikir yang berbeda dari anak-anak. Pada masa remaja, menurut teori Piaget,
seseorang memasuki tingkat tertinggi dalam perkembangan kognitif yaitu formal
operasional, ketika mereka memiliki kapasitas untuk pemikiran abstrak (Papalia,
dkk., 2001). Menurut Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif
mereka sendiri dan informasi tidak hanya mereka dapatkan dari lingkungan saja,
tetapi juga memiliki kemampuan baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi
informasi (Papalia, dll., 2001; Santrock, 2003).
Tahapan formal operasional yang dialami seseorang sekitar usia 11 dan
15 tahun, merupakan tahapan keempat sekaligus terakhir dari tahapan teori
Piaget. Dijelaskan bahwa pada tahap ini seseorang bergerak dari pengalaman
konkret menjadi berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari
berpikir secara abstrak, remaja mengembangkan gambaran akan keadaan yang
ideal, mereka mungkin akan mulai membandingkan apa yang mereka miliki
dengan standar ideal mereka (Santrock, 2003).
C. Konsep Anemia
1. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22).
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai
normal (Emma, 1999).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit
lebih rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%,
pada pria atau Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 1999:547).
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya
(Corwin, 2009).
Anemia secara fungsional dapat didefinisikan sebagai penurunan jumlah
massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
10
untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
(penurunan oxygen carrying capacity) (Sudoyo, 2006).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anemia adalah
suatu keadaan dimana kadar Hb dalam tubuh di bawah batas normal karena
dipengaruhi oleh berbagai hal yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah.
2. Etiologi
Menurut Mansjoer, (1999:547), anemia ini umumnya disebabkan oleh
perdarahan kronik. Penyebab lain yaitu :
3. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat,
takikardi, sakit dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan,
tinitus, penderita defisiensi yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku
tipis rata mudah patah, atropi papila lidah mengakibatkan lidah tampak pucat,
licin, mengkilat, merah daging meradang dan sakit (Guyton, 1997). Manifestasi
klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala, edema mata
kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5
gr besi, hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses
penuaan serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum
tulang untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari
diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi
11
keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan
jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum
tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika
zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan
mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah
yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga
transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price, 1995).
5. Penatalaksanaan
Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :
a. Memperbaiki penyebab dasar.
b. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
c. Transfusi darah.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
a. Jumlah darah lengkap (JDL) di bawah normal (hemoglobin, hematokrit
dan SDM).
b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
c. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa.
d. Tes Comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.
e. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal
pada penyakit sel sabit.
f. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12
(Engram, 1999:430)
12
7. WOC
13
3) Pekerjaan kepala keluarga
c. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
14
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi
atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta
merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
4. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh
mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil
15
keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
16
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
3. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anemia yang terjadi pada
anggota keluarga
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan
standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang
dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Anemia ini adalah
sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anemia yang terjadi
pada anggota keluarga
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit Anemia.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Anemia setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria Hasil : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
Anemia.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala penyakit Anemia serta pencegahan dan pengobatan penyakit
Anemia secara lisan.
Intervensi :
17
a. Jelaskan arti penyakit Anemia
b. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Anemia
c. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
18
4. Tindakan Keperawatan (Implementasi)
Tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelompok individu yang sudah
ditunjuk dalam penyelesaian suatu tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
(Budi Winarno,2002).
5. Evaluasi
Pengertian evaluasi sebagai suatu proses atau usaha dalam menentukan nilai.
Secara khusus penilaian atau evaluasi juga diartikan sebagai proses pemberian
nilai didasarkan pada data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan.(Rooijackers Ad, 1999).
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. (2003). Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia
Subur (WUS)”. Jakarta : Depkes RI.
20