Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI TRANSAKSI ASURANSI SYARIAH (TAKAFUL)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Yang diampu oleh Bapak Muhammad Dimar Alam

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Hamzah Abdul Jabbar (195020300111073)


Zalfa Albarisa Fauziah Tambunan (195020300111030)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
Definisi Asuransi Syariah Berdasarkan SAKS-PSAK 108

Transaksi asuransi syariah adalah transaksi terkait dengan kontribusi peserta, surplus dan
defisit underwriting, penyisihan teknis, dan saldo dana tabarru’. Transaksi asuransi syariah
lazimnya dilakukan oleh entitas asuransi syariah. Entitas asuransi syariah yang dimaksud
adalah sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Entitas
asuransi syariah terdiri atas, antara lain, asuransi umum syariah, asuransi jiwa syariah,
reasuransi syariah, dan unit usaha syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional.

Definisi Asuransi Syariah Menurut Ahli

Bayinah (2018:24) menyatakan bahwa asuransi syariah adalah kumpulan perjanjian


yang terdiri dari atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dengan pemegang polis,
dan perjanjian di antara para pemegang polis dalam rangka pengelolaan konstribusi
berdasarkan prinsip syariah. Pengertian asuransi syariah menurut Nopriansyah (2016:11)
diartikan sebagai suatu pengaturan pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah,
tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Asuransi Syariah
(Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindung dan saling menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atas tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah (Sula, 2004:42).

Perbedaan Prinsip Asuransi Syariah dan Konvensional

No. Prinsip Konvensional Syariah


1 Konsep Perjanjian antara dua pihak atau lebih, Sekumpulan orang yang saling
dimana pihak penanggung membantu, saling menjamin,
mengikatkan diri kepada tertanggung, dan bekerja sama dengan cara
dengan menerima premi asuransi masing-masing mengeluarkan
untuk memberikan pergantian kepada dana tabarru’.
tertanggung.
2 Asal usul Dari masyarakat Babilonia 4000-3000 Dari al-Aqilah¸ kebiasaan suku
SM yang dikenal dengan perjanjian Arab jauh sebelum Islam datang
Hamurabbi. Dan tahun 1668 M di kemudian disahkan oleh
Coffe House London berdirilah Lloyd Rasulullah menjadi hukum
of London sebagai cikal bakal Islam, bahkan telah tertuang
asuransi konvensional dalam konstitusi pertama di
dunia (konstitusi Madinah) yang
dibuat langsung oleh Rasulullah.
3 Sumber hukum Bersumber pada pikiran manusia dan Bersumber dari wahyu illahi.
kebudayaan. Berdasarkan hukum Sumber hukum dalam syariat
positif, hokum alamiah, dan contoh Islam adalah AlQur’an, Sunnah,
sebelumnya. Ijma’, Fatwa Sahabat, Istihsan,
Tradisi, dan Maslih Mursalah.
4 “Maghrib” Tidak selaras dengan syariah islam Bersih dari adanya praktik
(Maisir Gharar, karena adanya Maisir, Gharar, dan Maisir, Gharar, dan Riba.
dan Riba) Riba; hal yang diharamkan dalam
muamalah.
5 DPS (Dewan Tidak ada Ada, yang berfungsi sebagai
Pengawas pengawas pelaksanaan
Syariah) operasional perusahaan agar
terbebas dari praktekpraktek
muamalah yang bertentangan
dengan prinsip syariah.
6 Akad Akad jual beli Akad tabarru’ dan akad tijarah
(bertujuan komersil)
7 Jaminan/risiko Transfer of risk dimana terjadi Sharing of risk, dimana terjadi
transfer risiko dari tertanggung proses saling menanggung
kepada penanggung . antara satu peserta dengan
peserta lainnya (ta’awum)
8 Pengelolaan dana Tidak ada pemisahan dana Adanya pemisahan dana, yitu
dana tabarru’ dan dana peserta
9 Investasi Bebas melakukan investasi dalam Dapat melakukan investasi
batasbatas ketentuan undang-undang sesuai dengan
dan tidak dibatasi dalam hal halal dan ketentuanketentuan
perundangundangan, sepanjang
haramnya objek dan sistem investasi tidak bertentangan dengan
yang digunakan. prinsip syariah Islam. Bebas dari
riba dan tempattempat investasi
terlarang.
10 Kepemilikan Dana yang terkumpul dari premi Dana yang terkumpul
dana peserta seluruhnya menjadi milik merupakan milik peserta
perusahaan (shahibul maal), perusahaan
hanya sebagai pemegang
amanah
(mudharib)dalammengelola
dana tersebut.
11 Unsur Premi Unsur premi terdiri dari: tabel Iuran atau kontribusi terdiri dari
mortalita, bunga, dan biayabiaya dana tabarru’ dan tabungan yang
asuransi. tidak mengandung unsur riba.
12 Loading Loading dalam asuransi konvensional Pada asuransi syariah, loading
cukup besar terutama diperuntukkan tidak dibebankan pada peserta,
untuk konsumsi agen. akan tetapi diambil dari dana
pemegang saham
13 Sumber Sumber pembayaran klaim dari Sumber pembayaran klaim
pembayaran rekening perusahaan sebagai diperoleh dari daa tabarru’,
klaim konsekuensi penanggung terhadap dimana peserta saling
tertanggung. menanggung.
14 Sistem akuntansi Menggunakan accrual basic Menggunakan cash basic.
15 Keuntungan Keuntungan yang diperoleh dari Keuntungan yang diperoleh dari
(profit) surplus underwriting, komisi surplus underwriting, komisi
reasuransi, dan hasil seluruh investasi reasuransi, dan hasil investasi,
untuk perusahaan bukan seluruhnya milik
perusahaan, tetapi dilakukan
bagi hasil dengan peserta.
16 Misi dan visi Misi ekonomi dan misis sosial Misi aqidah, ibadah, ekonomi,
dan pemberdayaan umat.
ISTILAH DALAM ASURANSI SYARIAH

Definisi Akad Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah yang memberi proteksi
untuk periode sampai dengan dua belas bulan, atau memberi proteksi untuk periode lebih dari
dua belas bulan dan memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada ulang tahun polis.
DSAS IAI juga menegaskan bahwa klasifikasi ini berlaku untuk seluruh akad asuransi syariah,
baik asuransi jiwa syariah maupun asuransi kerugian syariah. Akad asuransi syariah jangka
panjang adalah akad asuransi syariah selain akad asuransi syariah jangka pendek.

Dalam hal pengakuan awal, kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dari dana tabarru’
dengan ketentuan sebagai berikut:

• Untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi
• Untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dari dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran dari peserta.

Definisi Dana Peserta dan Kontribusi Peserta

Dana peserta adalah semua dana milik peserta secara individual dan kolektif berupa
dana tabarru’ dan dana investasi. Sedangkan kontribusi peserta adalah jumlah bruto yang
menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan ujrah.

Definisi Dana Tabarru’

Dana tabarru’ terdiri dari kata dana dan tabarru’. Dalam kamus bahasa Indonesia kata
dana adalah uang yang disediakan atau sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma,
sedekah, pemberian atau hadiah. Sedangkan tabarru’ berasal dari kata tabarra’a-yatabarra’u-
tabarru’an, artinya sumbangan hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberikan
sumbangan disebut mutabarri’ “dermawan”. Tabarru’ merupakan pemberian sukarela
seseorang kepada orang lain tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan
harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi.
Karakteristik Transaksi Asuransi Syariah

Berikut merupakan karakteristik transaksi asuransi Syariah, yaitu:

1. Peserta menyalurkan dana tabarru’

Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan (me-


tabarru’-kan) sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim
atas risiko tertentu akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta
yang berhak. Donasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu (kontribusi) dan
merupakan milik peserta secara kolektif, bukan merupakan pendapatan entitas pengelola.
Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling menolong (ta’awuni) dan saling
menanggung (takaful) antara sesama peserta.

2. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru’ dan akad tijarah.

Akad tabarru’ digunakan di antara para peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara
peserta dengan entitas pengelola. Pembayaran dari peserta dapat meliputi kontribusi, atau
kontribusi dan investasi. Akad tijarah adalah akad atau skema perdagangan, antara lain
untuk mempertukarkan barang dagangan dengan mata uang menurut cara yang ditentukan.

3. Saldo dana tabarru’ dibentuk dari kontribusi peserta, hasil investasi dana tabarru’, dan
surplus atau defisit underwriting dana tabarru’.
4. Pembayaran manfaat atau klaim asuransi berasal dari dana peserta kolektif (dana
tabarru’) yang mana risiko ditanggung secara bersama antar peserta.
5. Dana tabarru’ dibentuk dari donasi, hasil investasi, dan akumulasi cadangan surplus
underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kembali ke dana tabarru’. Hasil
investasi dana tabarru’ seluruhnya menjadi penambah dana tabarru’; atau sebagian
menjadi penambah dana tabarru’ dan sebagian lainnya untuk entitas pengelola sesuai
dengan akad yang disepakati.

Pengakuan Awal

1. Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam dana peserta.
2. Dana tabarru’ yang diterima tidak diakui sebagai pendapatan, karena entitas pengelola
tidak berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk keperluannya, tetapi hanya
mengelola dana sebagai wakil para perserta.
3. Selain dari kontribusi peserta, tambahan dana tabarru’ juga berasal dari hasil investasi
dan akumulasi cadangan surplus underwriting dana tabarru’. Investasi oleh entitas
pengelola dilakukan (dalam kedudukan sebagai entitas pengelola) antara lain, sebagai
wakil peserta (wakalah) atau pengelola dana (mudharabah atau mudharabah
musytarakah).
4. Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai:
• dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau mudharabah
musytarakah
• kewajiban jika menggunakan akad wakalah
5. Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan akad
wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan penyaluran tersebut
dalam laporan perubahan dana investasi terikat.
6. Perlakuan akuntansi untuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah, atau
mudharabah musytarakah, mengacu kepada PSAK yang relevan.
7. Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi
dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’

Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

Surplus dan Défisit Underwriting Dana Tabarru

1. Penetapan besaran pembagian surplus underwriting dana tabaru tergantung kepada


peserta secara kolektif, regulator atau kebijakan manajemen.
• seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’
• sebagian sebagai cadangan dana tabarru’ dan sebagian lainnya didistribusikan
kepada peserta
• sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, sebagian didistribusikan kepada
peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.
2. Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta dan
bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada entitas
pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan dana tabarru’.
3. Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui sebagai
pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban dalam neraca.
4. Jika terjadi defisit underwriting dana tabarru’, maka entitas pengelola wajib
menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian
qardh tersebut kepada entitas pengelola berasal dari surplus dana tabarru’ yang akan
datang.
5. Pinjaman qardh dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabaru diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan dana talangan
sebesar jumlah yang disalurkan

Penyajian

1. Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta


disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepada peserta” dan bagian surplus yang didistribusikan kepada entitas
pengelola disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana tabarru’
yang didistribusikan kepada pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’.
2. Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca.
3. Dana tabarru disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari kewajiban dan ekuitas
dalam neraca (laporan posisi keuangan)
4. Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan perubahan dana tabarru’.

Pengungkapan

1. Entitas pengelola mengungkapkan terkait kontribusi, mencakup tetapi tidak terbatas


pada:
a. Kebijakan akuntansi untuk:
• kontribusi yang diterima dan perubahannya
• pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
b. Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan reasuransi
c. Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi
d. Jumlah dan persentase komponen kontribusi untuk bagian risiko dan ujrah dari total
kontribusi per jenis asuransi
e. Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’
f. Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada)
2. Entitas pengelola mengungkapkan terkait dengan dana investasi, mencakup tetapi tidak
terbatas pada:
a. Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari peserta
b. Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengelolaan dana investasi.
3. Entitas pengelola mengungkapkan terkait penyisihan teknis, mencakup tetapi tidak
terbatas pada:
a. Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan digunakan
selama periode berjalan, dan saldo akhir)
b. Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan teknis dan
perubahan basis yang digunakan.
4. Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’, mencakup
tetapi tidak terbatas pada:
a. Dasar yang digunakan dalam penentuan dan pengukuran cadangan dana tabarru’
b. Perubahan cadangan dana tabarru’ per jenis tujuan pencadangannya (saldo awal,
jumlah yang ditambahkan dan digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir)
c. Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan dana tabarru’ jika terjadi likuidasi
atas produk atau entitas
d. Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan distribusi surplus underwriting.
5. Entitas pengelola mengungkapkan aset dan kewajiban yang menjadi milik dana
tabarru’.
Laporan SURPLUS/ DEFISIT UNDERWRITING DANA TABARRU’

Menurut PSAK 108

PT. Asuransi Jiwa Syariah ABC Laporan Surplus/ Defisit Underwriting Dana
Tabarru’

per 31 Desember 20xx

(Dalam Ribuan Rupiah)

PENDAPATAN ASURANSI
Pendapatan Kontribusi XX
Bagian Pengelola/Ujarah Atas kontribusi XX
Bagian Reasuransi Atas Kontribusi XX
Total Pendapatan Asuransi XX
BEBAN ASURANSI
Beban Klaim (setelah bagian reasuransi) XX
Beban Penyisihan Teknis XX
Total Beban Asuransi XX
SURPLUS / DEFISIT UNDERWRITING
Surplus Underwritting Dialokasikan ke Perserta Individual XX
Surplus Underwriting Dialokasikan ke Entitas Pengelola XX
Surplus Underwriting Dialokasikan ke Dana Tabarru’ XX
PENDAPATAN DAN BEBAN INVESTASI
Pendapatan Investasi (muradharabah, musyarakah, mudharabah, wakalah) XX
Beban Investasi (fee wakalah) XX
Total Pendapatan Investasi XX
SURPLUS (DEFISIT) DANA TABARRU’ XX
SALDO AWAL DANA TABARRU’ XX
SALDO AKHIR DANA TABARRU’ XX
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2015. Standar Akuntansi Keuangan Syariah -


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 108. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Haidar, Iqbal Muhammad. 2015. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian


Surplus atau Defisit Underwriting Dana Tabarru’ Berdasarkan PSAK 108 pada PT.
Prudential Life Assurance. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Islam Negeri Walisongo.

Siregar, Liesma Maywarni. 2019. Akuntansi untuk Asuransi Syariah di Indonesia.


Sumatera Barat: Universitas Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai