Anda di halaman 1dari 15

| Vol. 26 | No.

1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]


Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Desain Proteksi Sistem Tenaga Listrik Terhadap


Bahaya Arc Flash
Achmad Ersa Lutfianazar1, Fachrudin Hunaini2, Mohammad Mukhsim3
1Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widyagama Malang
2Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widyagama Malang
3Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Widyagama Malang

Email: achmadersa@gmail.com

Abstrak

Arc Flash adalah energi panas dan cahaya yang intens pada titik busur yang
diakibatkan oleh flash over, bahaya Arc Flash didefinisikan sebagai kondisi
berbahaya dimana terjadi pelepasan energy yang disebabkan oleh busur api listrik.
Arc Flash menyebabkan beberapa kerusakan, antara lain merusak peralatan,
menimbulkan kebakaran, mencederai pekerja terdekat, kehilangan pendengaran dan
bahkan menyebabkan kematian bagi orang yang bekerja dekat dengan bahaya
tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis dan re-desain proteksi system tenaga
listrik terhadap bahaya Arc Flash. Dari hasil simulasi Arc Flash menggunakan
software ETAP didapatkan insiden energy Arc Flash pada switchgear 13.8 kV
sebesar 7.98 cal/cm2 dengan Arc Flash kategori 2 dan terbesar berada pada
switchgear 6.9 kV yaitu 29.95 cal/cm2 dengan Arc Flash kategori 4 yang
harapannya dapat diturunkan. Desain proteksi sistem tenaga listrik melalui
penambahan relay differensial dapat menurunkan besar insiden energi Arc Flash
pada switchgear 6.9 kV menjadi 5.32 cal/cm2 dengan Arc Flash category 2.

Kata kunci: Sistem Proteksi, Arc Flash, Insiden Energi, Relay Differensial.

Abstract
Flash arc is intense heat and light energy on the arc point caused by flash
over, the danger of Arc Flash is defined as a dangerous condition where there is a
release of energy caused by an electric arc. The flash arc caused some damage,
including damaging equipment, causing fires, injuring nearby workers, hearing loss
and even causing death for people working close to the danger. Therefore, an
analysis and re-design of electrical system protection is needed for the danger of Arc
Flash. From the results of the Arc Flash simulation using ETAP software there was an
incident Arc Flash energy at switchgear 13.8 kV of 7.98 cal / cm2 with category 2
flash arc and the largest was in switchgear 6.9 kV which was 29.95 cal / cm2 with
category 4 flash arc whose expectations could be reduced. The design of electric
power protection systems through the addition of differential relays can reduce the
incidence of Arc Flash energy in the 6.9 kV switchgear to 5.32 cal / cm2 with
category 2 flash arc.

Keywords: Protection System, Flash Arc, Energy Incident, Differential Relay.

WIDYA TEKNIKA - 1
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

1. PENDAHULUAN
Sistem proteksi di industri harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan
persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi
[1]. Karena apabila tidak mampu akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat
dari segi kerusakan yang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri
maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik. Untuk menyempurnakan
koordinasi proteksi diperlukan setting proteksi dengan memperhitungkan juga
bahaya busur api (Arc Flash).
Arc Flash adalah energi panas dan cahaya yang intens pada titik busur yang
diakibatkan oleh flash over, bahaya Arc Flash didefinisikan sebagai kondisi
berbahaya dimana terjadi pelepasan energi yang disebabkan oleh busur api listrik
[2]. Karena busur api menyambar peralatan yang mudah terbakar menimbulkan
panas sangat besar dengan temperatur melebihi 35.000o F, kenaikan tempertur ini
menyebabkan arc blast/ledakan busur. Arc blast yaitu konduktor dan udara di
sekeliling busur dipanaskan dan menguap menyebabkan tekanan gelombang yang
sering menyebabkan beberapa kerusakan, antara lain merusak peralatan,
menimbulkan kebakaran, mencederai pekerja terdekat, kehilangan pendengaran
dan bahkan menyebabkan kematian bagi orang yang bekerja dekat dengan bahaya
tersebut [3].
Peraturan perlindungan dan penelitian terhadap Arc Flash baru ditetapkan
pada awal tahun 2000 [3], sedangkan beberapa perusahaan yang didirikan
sebelum tahun tersebut belum menerapkan peraturan mengenai perlindungan
terhadap bahaya Arc Flash. Sebelum studi Arc Flash dilakukan, sistem proteksi
hanya terbatas pada proteksi manusia, peralatan dan lingkungan dengan
mengandalkan hanya pada koordinasi relay proteksi saja. Banyak korban pekerja
akibat bahaya Arc Flash. Namun, setelah dilakukan studi Arc Flash ada
peningkatan kualitas dari koordinasi relay proteksi yaitu Arc Flash clearing time
yang didasarkan pada studi Arc Flash [4].
Studi short circuit dan studi koordinasi diperlukan dalam analisis Arc Flash.
Hasil perhitungan Arc Flash didapat dari perhitungan nilai fault arching current
yang didapat melalui studi short circuit, fault clearing times dan studi koordinasi
peralatan proteksi arus lebih [5]. Dari simulasi Arc Flash pada objek dapat
diketahui apakah sudah masuk standar Arc Flash yang telah ditetapkan oleh
peraturan NFPA. Apabila tidak masuk standar, maka akan dilakukan re-desain
sistem proteksi pada objek.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan insiden energi yang
berpotensi hadir selama peristiwa Arc Flash serta lama waktu dari terjadinya energi
Arc Flash guna menentukan desain sistem proteksi terhadap bahaya Arc Flash.
Simulasi dilakukan dengan bantuan software ETAP. Dari hasil analisis
diharapkan syarat dari kategori besarnya energi Arc Flash dapat terpenuhi pada
sistem kelistrikan industri, dengan demikian dicapai setting relay proteksi dan
besarnya energi yang memenuhi standart NFPA 70 E, yang dapat menghindarkan
pekerja terkena dampak bahaya serta peralatan-peralatan kelistrikan pada industri
tersebut terhindar dari kerusakan dan kebakaran.
2. STUDI PUSTAKA
2.1. Analisis Arus Hubung Singkat
Analisis short circuit current (arus hubung singkat) bertujuan untuk
menentukan besarnya arus hubungan pendek yang dapat timbul pada suatu
sistim tenaga listrik, sehingga mampu memberikan aksi terhadap perbandingan
besarnya arus yang lewat pada suatu sistim dengan rating ketahanan peralatan

WIDYA TEKNIKA - 2
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

didalam sistim tersebut melalui suatu alat proteksi arus lebih (Over Current
Protection Device) sehingga terhindar dari arus yang dapat merusaknya.

Gambar 2.1 Perhitungan arus hubung singkat tiga fasa

Gambar 2.2 Perhitungan arus hubung singkat dua fasa

Gambar 2.3 Perhitungan arus hubung singkat satu fasa ke tanah

Hubung singkat (short circuit) dapat menyebabkan kerusakan serius pada


komponen dan peralatan dalam sistim distribusi daya. Perhitungan dan analisis
yang mendalam perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan besarnya arus
hubung singkat yang dapat timbul pada sebuah sistim distribusi sehingga dapat
dilakukan pencegahan melalui pengaturan setting pada alat proteksi arus lebih
dan juga pemilihan peralatan atau komponen listrik yang akan digunakan dengan
menyesuaikan rating ketahanannya terhadap arus hubugnan singkat disesuaikan
dengan hasil analisis dan perhitungan arus hubung singkat.
2.2. Current Transformer (CT)
Current transformer (CT) atau trafo arus adalah peralatan pada sistem tenaga
listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya
hingga ratusan ampere dan arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Di
samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga digunakan untuk pengukuran
daya dan energi, pengukuran jarak jauh, dan relay proteksi.
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada
kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak
magnet sebesar N1I1. Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini
membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Bila terminal
kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2.
Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder. Pada
trafo arus biasa dipasang burden pada bagian sekunder yang berfungsi sebagai
impedansi beban, sehingga trafo tidak benar-benar short circuit. Apabila trafo
adalah trafo ideal, maka berlaku persamaan:
𝑁 .𝐼 = 𝑁 .𝐼 (1)
𝐼 /𝐼 =/. 𝑁 (2)

dimana, N1 : Jumlah belitan kumparan primer


N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
I1 : Arus kumparan primer
I2 : Arus kumparan sekunder

WIDYA TEKNIKA - 3
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

2.3. Relay Arus Lebih (Over Current Relay/OCR)


Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, Dia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I set).Pada dasarnya relay
arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu
jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya
disebut dengan setting.
Penyetelan arus untuk relay arus lebih mempunyai batasan besarnya arus.
Pada dasarnya batas penyetelan relayarus lebih adalah relay tidak boleh bekerja
pada saat beban maksimum. Arus setting-nya harus lebih besar dari arus beban
maksimum [6].
Macam-macam karakteristik relay arus lebih:
a. Relay waktu seketika (instantaneous relay)
b. Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)
c. Relay arus lebih waktu terbalik (inverse relay)

2.4. Relay Differensial


Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan
kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator
arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang
diamankan. Penggunaan relay differensial sebagai relay pengaman, antara lain
pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay
differensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada
transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila
terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.
2.5. Teori Dasar Arc flash
Arc flash adalah energi panas dan cahaya yang intens pada titik busur yang
diakibatkan oleh flash over. Fenomena arc flash dapat mengakibatkan arc blast
yaitu konduktor dan udara di sekeliling busur dipanaskan dan menguap
menyebabkan tekanan gelombang yang sering menyebabkan peralatan, bahan
isolasi, dan struktur pendukung meledak dengan kekuatan yang mengancam
kehidupan [5].
Arc flash merupakan total energi yang dilepaskan ketika terjadi gangguan
hubung singkat. Energi akan dilepaskan melalui udara mengalir ke konduktor lain
atau mengalir ke tanah. Dan ketika manusia berada di dekat dengan busur api,
akan menyebabkan cedera serius dan bahkan kematian dapat terjadi. Tiga faktor
menentukan keparahan cedera akibat busur api:

 Jarak pekerja pada sumber busur api


 Suhu
 Lama waktu pengaman ketika memutus

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh arc flash terhadap pekerja yang ada di
sekitarnya adalah gangguan pendengaran baik sementara maupun permanen,
kehilangan penglihatan baik sementara maupun permanen, patah tulang, luka
bakar, dan bahkan kematian.
NFPA 70E 2000 telah mengembangkan persyaratan untuk mengurangi risiko
cedera pada pekerja karena shock dan bahaya Arc flash. Ada tiga pendekatan batas
shock / boundary (limited, restricted dan prohibited) yang diperlukan untuk diamati

WIDYA TEKNIKA - 4
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

di NFPA 70E 2000. Limited, restricted dan prohibited didasarkan pada peralatan
yang bertegangan. NFPA 70E 2000 juga mensyaratkan bahwa sebelum seorang
pekerja sebelum bekerja pada konduktor bertegangan atau bagian sirkuit yang
belum ditempatkan dalam kondisi kerja yang aman, perhitungan bahaya arc flash
harus dilakukan. Sampai peralatan ditempatkan dalam kondisi kerja yang aman
(NFPA 70E 2000 Part II 2-1.1.3), pekerja sudah diperbolehkan bekerja. Hal ini
penting untuk dicatat bahwa konduktor dan peralatan dianggap hidup saat
memeriksa tegangan pada peralatan sudah dalam kondisi kerja yang aman.
Analisis bahaya arc flash harus menentukan flash protection boundary (FPB) dan
tingkat alat pelindung diri (APD) yang tepat digunakan oleh pekerja. flash protection
boundary dihitung berdasarkan tegangan, arus dan waktu gangguan yang ada
pada pemutus utama untuk memproteksi dari bahaya arc flash.
3. METODE
Objek penelitian kali ini mengambil sistem proteksi tenaga listrik pada PLTU
Paiton unit 7 dan 8. Pada dasarnya kedua unit adalah identik pada sistem
kelistrikannya. Secara umum, data yang perlu diambil adalah sebagai berikut.
3.1. Sumber dan Utility (PLN grid)
PLTU Paiton unit 7 dan 8 memiliki generator dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Kapasitas : 846.231 kVA
Ampere : 21.242 ampere
Tegangan : 23 kV
Jumlah kutub :2
Frekuensi : 50 Hz
Putaran : 3000 rpm
Generator tersebut kemudian dinaikkan tegangannya dari 23 kV menjadi 500
kV oleh Generator Step-up Transformer ke jaringan 500 kV yang mempunyai data
arus short circuit sebagai berikut :
Base capacity : 43301 MVA
10 MVA Base %Z : 0.23
X/R : 40
Nilai impedansi dari system 500 kV di atas berdasarkan interrupting capacity
50 kA.
3.2. Data impedansi
Impedansi transformator dan konduktor (busbar) dapat mempengaruhi
besarnya arus hubung singkat pada setiap lokasi. Data motor juga berpengaruh
selama motor bekerja, dikarenakan berpotensi menghasilkan arus hubung singkat
jika terjadi gangguan. Data yang dibutuhkan pada transformator adalah rating
nominal kVA, tegangan primer dan sekunder, persen impedansi dan konfigurasi
grounding. Pada konduktor, data yang dibutuhkan adalah ukuran konduktor, tipe
konduktor dan jenis isolasi dari konduktor tersebut. Sedangkan pada motor, data
yang dibutuhkan adalah kapasitas motor, rating tegangan dan arus lock rotor.
3.3. Lumped load data
Lumped load data digunakan untuk sebuah feeder yang diasumsikan
mempunyai motor dan beban static. Lumped load data yang dibutuhkan adalah
Rating kapasitas (MVA) dan tegangan serta Porsi (%) motor dan beban statis

WIDYA TEKNIKA - 5
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Tabel 3.1 Daftar Lump Load Data


No. Keterangan Kapasitas (MVA) Tegangan (kV) Lokasi Motor (%) Static Load (%)
1. Lump 2 1 0.416 LC A2 80 20
2. Lump 3 1 0.416 LC A3 80 20
3. Lump 4 2 0.416 LC A4 80 20
4. Lump 5 1 0.416 LC A5 80 20
5. Lump 6 1 0.416 LC A6 80 20
6. Lump 7 5 6.9 SWGR A1 80 20
7. Lump 8 5 6.9 CHCB 80 20
8. Lump 9 1 0.416 LC B6 80 20
9. Lump 10 1 0.416 LC B4 80 20
10. Lump 11 0.4 0.416 LC B5 80 20
11. Lump 12 1.5 0.416 LC B3 80 20
12. Lump 13 1.5 0.416 LC B2 80 20
13. Lump 14 5 6.9 SWGR B1 80 20
14. Lump 15 5 6.9 SODIUM HYPO 80 20
15. Lump 16 5 6.9 SWGR C1 80 20

3.4. Busbar data


Busbar atau sering disingkat bus, yaitu tempat penyambungan beberapa
komponen sistem tenaga listrik (saluran transmisi, jaringan distribusi, power grid,
beban atau generator). Level tegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang
dihubungkan dengan bus tersebut. Data yang dibutuhkan untuk perhitungan arus
hubung singkat pada bus adalah sebagai berikut:
 Tegangan nominal (kV)
 Tipe busbar (switchgear, MCC, dll)
 Bus fault current (kA)
 Working distance ( jarak orang bekerja dengan live bus)

Tabel 3.2 Busbar Data


Tegangan Bus Fault Tipe Working
No. Tagging
Nominal (kV) Current (kA) Busbar distance (mm)
1 7/8EM-SWGR-A/B/C 13.8 63 Switchgear 91.44
2 7/8EN-SWGR-A/B/C 6.9 36 Switchgear 91.44

3.5. Data Pemutus (Breaker / Tripping Device)


Data pemutus atau breaker sangat penting sekali dalam analisis arc flash.
Kecepatan memutus dibutuhkan untuk mengatahui seberapa cepat besar insiden
energi arc flash dapat segera dipotong atau dihilangkan. Spesifikasi pemutus
adalah sebagai berikut:
Tegangan nominal maksimum : 15 kV
Interrupting current : 37 kA
Operating time of breaker : 40 ms
Rating Max. Cont. current : 3000 A (13.8 kV) ; 1200 A (6.9 kV)
3.6. Setting Relay Existing
3.6.1. Setting Relay Differensial
Relay differensial digunakan sebagai proteksi pada switchgear 13.8 kV atau
bus differential protection. Relay tersebut mendapat input dari CT (current
transformer) dari main supply dan masing-masing feeder. Adapun setting relay
differensial yang digunakan sebagai proteksi terhadap switchgear 13.8 kV sebagai
berikut:
Manufacture : General Electric
Type : PVD21B2A

WIDYA TEKNIKA - 6
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

CT ratio : 3000/5
87L : 180 Volt
87H : 2 amps
T&SI : 0.2 amps

3.6.2. Setting Relay Over Current


Relay over current di PLTU Paiton unit 7 dan 8 digunakan untuk proteksi
switchgear 6.9 kV. Relay ini mendapatkan input dari CT yang diletakkan di main
bus. Setting relay over current adalah sebagai berikut:
Manufacture : General Electric
Type : IFC77A1A
CT ratio : 3000/5
51 tap : 5.0
Time dial : 8.5 (1.6 seconds at 5 times pick-up)
Target : 0.2 amps
3.7. Pembangunan Single Line Diagram pada Software ETAP
Studi arc flash membutuhkan single line diagram untuk mendokumentasi dan
mengumpulkan data dan juga mengevaluasi apabila ada perubahan pengoprasian
pada sistem. Dari single line yang ada kemudian dibangun single line pada
software ETAP yang di dalamnya sudah terdapat fasilitas untuk pembuatan single
line tersebut. Setelah validasi data, data impedansi source dan data peralatan telah
dilakukan selanjutnya data tersebut diintegrasikan dengan single line yang telah
dibuat di ETAP sebelumnya. Single line pada penelitian ini sesuai dengan objek
penelitian yaitu single line electrical Paiton unit 7 dan 8.

Gambar 3.3 Single line diagram yang telah dibangun pada software ETAP
3.8. Fault clearing time
Durasi dari insiden arc flash bergantung pada fault clearing time dari
peralatan proteksi di atasnya. Di paiton unit 7/8 terdapat dua tipe bus protection
yang digunakan yaitu relay differensial dan relay arus lebih. Perhitungan arc flash
menggunakan fault clearing time (FCT) berdasarkan pada typical dari relay operatio
yang digunakann. Perhitungan fault clearing time (FCT) adalah sebagai berikut:
𝐹𝐶𝑇(𝑠𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑) = (𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑦 + 𝐿𝑜𝑐𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑦 + 𝐶𝑖𝑟𝑐𝑢𝑖𝑡 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑒𝑟)𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 (3)
Untuk menentukan fault clearing time relay proteksi pada setiap bus, arus
gangguan pada setiap bus disimulasikan dengan menggunakan ETAP dan single
line diagram Paiton unit 7&8.

WIDYA TEKNIKA - 7
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

3.8.1. Fault clearing time Switchgear 13.8 kV


Perhitungan fault clearing time untuk switchgear 13,8 kV adalah sebagai
berikut:
Bus Protection Relay : 87L type GE PVD21
Operating Time : 20 milliseconds (Ref to GEK-45405)
Operating Time of 86 : 10 ms
Operating of CB : 40 ms
Bus fault current : 67 kA on bus, 63 kA on main feeder.
FCT (seconds) : (0.02 + 0.01 +0.04) operating time in second
FCT (seconds) : 0.07 operating time in second

Gambar 3.4 Bus differensial protection pada switchgear 13.8 kV

3.8.2. Fault clearing time Switchgear 6.9 kV


Perhitungan fault clearing time untuk switchgear 6.9 kV adalah sebagai
berikut:
Bus Protection Relay : 51 OC type GE IFC77B
Time Dial : 8.5 (1.6 at 6 multiple tap)
Tap setting : 5 amps
Operating Time of 86 : 10 ms (Max)
Operating of CB : 40 ms (Max)
Bus fault current : 44.7 kA on bus, 36.5 kA on main feeder.
Relay operating time on bus fault ,
CT ratio : 600
Sec Fault Current : 60.9 A (on feeder)
Multiple PU : 12.1 X
Operating time : 0.4 sec (Ref to GEK45375)
FCT (seconds) : (0.4 + 0.01 +0.04) operating time in second
FCT (seconds) : 0.45 operating time in second

Gambar 3.5 Overcurrent relay protection pada switchgear 6.9 kV

WIDYA TEKNIKA - 8
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Hubung Singkat
Dalam analisis arc flash, terlebih dahulu dilakukan analisis hubung singkat.
Nilai arus hubung singkat menjadi dasar dalam perhitungan analisis arc flash. Dari
hasil analisis arus hubung singkat pada switchgear 13.8 kV didapatkan hasil arus
hubung singkat pada switchgear 13.8 Bus A, bus B maupun Bus C menggunakan
software ETAP didapatkan nilai sebesar 62.91 kA.

Gambar 4.1 Arus hubung singkat pada switchgear 13.8 kV


Bus A (kiri), Bus B (Kanan) dan Bus C (bawah)
Analisis arus hubung singkat menggunakan software ETAP pada switchgear
6.9 kV pada bus A dan bus B didapatkan nilai sebesar 37.9 kA.

Gambar 4.4 Arus hubung singkat pada switchgear 6.9 kV


Bus A1 (kiri) dan Bus B1 (kanan)
Pada switchgear 6.9 kV bus C didapatkan nilai arus hubung singkat yang
berbeda, yaitu 35.8 kA, dikarenakan jumlah beban pada switchgear 6.9 kV bus C
lebih sedikit dibandingkan dengan bus A dan bus B.

Gambar 4.6 Arus hubung singkat pada switchgear 6.9 kV Bus C1


Tabel 4.1 Arus hubung singkat pada masing-masing switchgear
Tagging Tegangan (kV) Arus hubung singkat (kA)
7/8EM-SWGR-A 13.8 62.91
7/8EM-SWGR-B 13.8 62.91
7/8EM-SWGR-C 13.8 62.91
7/8EM-SWGR-A1 6.9 37.9
7/8EM-SWGR-B1 6.9 37.9
7/8EM-SWGR-C1 6.9 35.88

WIDYA TEKNIKA - 9
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

4.2. Analisis Arc flash


Dari hasil analisis arus hubung singkat dijadikan dasar dalam perhitungan
arc flash. Selanjutnya, analisis arc flash dapat dilakukan. Hasil analisis arc flash
didapatkan bahwa pada switchgear 13.8 kV baik bus A, B maupun C besar insiden
energi arc flash sebesar 7.98 cal/cm2 dengan arc flash kategori 2.

Gambar 4.7 Hasil analisis arc flash pada switchgear 13.8 kV


Bus A (kiri), Bus B (kanan) dan Bus C (bawah)
Dari hasil analisis arc flash dengan menggunakan relay proteksi existing pada
tabel, pada switchgear 13.8 kV sudah baik yaitu pada kategori 2 dan tidak
dimungkinkan lagi untuk diturunkan, menggingat nilai arus hubung singkat yang
besar yaitu 62.91 kA. Namun, pada switchgear 6.9 kV kategori arc flash dengan
menggunakan relay proteksi existing masih tinggi yaitu kategori 4. Nilai fault
clearing time sangat besar atau lebih lambat jika dibandingkan dengan switchgear
13.8 kV. Sehingga, switchgear 6.9 kV dibutuhkan re-desain system proteksi untuk
menurunkan tingkat kategori arc flash.

Gambar 4.10 Hasil analisis arc flash pada switchgear 6.9 kV


Bus A1 (kiri) dan Bus B1 (kanan)

Gambar 4.12 Hasil analisis arc flash pada switchgear 6.9 kV Bus C1
Table 4.2 Hasil analisis arc flash
Fault
Tegangan Incident Energi Arc flash Arc flash
Tagging clearing
(kV) (cal/cm2) Boundary (m) Category
time (s)
7/8EM-SWGR-A 13.8 0.07 7.98 6.41 2
7/8EM-SWGR-B 13.8 0.07 7.98 6.41 2
7/8EM-SWGR-C 13.8 0.07 7.98 6.41 2
7/8EN-SWGR-A1 6.9 0.450 29.95 24.94 4
7/8EN-SWGR-B1 6.9 0.450 29.95 24.94 4
7/8EN-SWGR-C1 6.9 0.450 28.25 23.50 4

WIDYA TEKNIKA - 10
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

4.3. Desain Ulang Relay Proteksi


Dari hasil analisis arc flash diketahui bahwa switchgear 6.9 kV perlu di re-
desain relay proteksinya untuk menurunkan tingkat kategori arc flash. Untuk
menurunkan besar insiden energi arc flash dilakukan dengan mengurangi nilai
fault clearing time dari bus protection di switchgear 6.9 kV. Untuk mengurangi fault
clearing time yang dapat dilakukan yaitu menurunkan time operating atau
mempercepat kerja dari relay proteksi.
Desain relay proteksi pada switchgear 6.9 kV dapat dilakukan dengan cara
menurunkan time operating relay existing (resetting relay overcurrent) atau
menambah relay proteksi dengan fungsi lain.
4.3.1. Desain Ulang Relay Porteksi Over Current
Dari data existing di lapangan, berikut setting overcurrent relay pada
switchgear 6.9 kV:
 Switchgear CHCB bus protection (51 A1A) menggunakan extremely inverse
overcurrent relay characteristic GE IFC77 dengan setting 800 ampere (tap : 4),
dan time dial 8.5. Dari gambar Time-Current Characteristic (TCC) relay IFC77,
relay akan bekerja 0.22 second untuk fault 27.6 kA apabila downstream
breaker terjadi arus hubung singkat.
 Relay overcurrent switchgear 6.9 kV A1 (51 A1) untuk bus protection juga
mengguanakan tipe yang sama yaitu extremely inverse overcurrent relay
characteristic GE type IFC77 dengan setting 3000 ampere (tap : 5), dan time dial
8.5. Jika terjadi arus hubung singkat sebesar 36 kA pada downstream breaker,
maka relay akan bekerja 0.4 second. Selisih dari operating time kedua relay
tersebut adalah sekitar 0.2 second.
 Overcurrent relay pada switchgear 13.8 kV A (50/51 A) menggunakan
instantaneous and extremely inverse overcurrent relay characteristic GE IFC77
setting (51) 4200 ampere (tap : 7), time dial 10 dan setting (50) tap : 6 . Jika
terjadi arus hubung singkat pada downstream breaker sebesar 63 kA, maka
relay akan bekerja pada 0.8 second. Dari operating time tersebut dapat kita
ketahui selisihnya dengan relay 51 A1 sebesar 0.4 second.

Gambar 4.13 Hasil koordinasi relay existing overcurrent pada software ETAP
Dengan mencermati koordinasi setting relay overcurrent di atas, resetting time
operating relay overcurrent pada switchgear 6.9 kV tetap tidak dapat menurunkan
kategori arc flash dikarenakan karakteristik relay yang lambat.

WIDYA TEKNIKA - 11
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

4.3.2. Desain Ulang Relay Porteksi dengan Penambahan Relay Bus Differential
Langkah selanjutnya untuk menurunkan kategori arc flash adalah dengan
menambahkan relay proteksi lain, yaitu relay differential seperti yang telah
dilakukan pada switchgear 13.8 kV. Pada penambahan relay proteksi differensial
dipilih jenis relay yang sama dengan switchgear 13.8 kV yaitu relay GE type
PVD21B. Perhitungan setting relay dilakukan sesuai dengan data yang ada pada
lapangan dan berdasarkan referensi buku manual relay PVD21B. Perhitungan
setting relay differensial adalah sebagai berikut.
4.3.2.1. Perhitungan K (Current Transformer Performance Factor)
Untuk pemilihan CT menggunakan current transformer dengan rasio 3000/5
disesuaikan dengan Rating arus dari switchgear 6.9 kV yang akan diproteksi. CT
yang dipilih adalah untuk aplikasi proteksi atau relaying. Berdasarkan IEEE
C57.13 C-class relaying accuracy calculation, error CT untuk aplikasi proteksi
diijinkan maksimum 10%. Rating arus sekunder CT yang digunakan adalah 5,
dalam perhitungan digunakan 20x arus short circuit. Sehingga, error = 10% x 5 x 20
= 10 A. Dari secondary excitation characteristic CT, untuk 10 A tegangan
sekundernya sekitar 390 V. Untuk rasio CT 3000/5, secondary winding resistance
adalah 1.105 Ω, sehingga drop tegangan yang hilang pada CT adalah 100 A x 1.105
Ω = 110.5 V. Relay accuracy class = 390 V – 110.5 V = 279.5 V. Dari hasil tersebut
digunakan accuracy class yang paling mendekati yaitu C200.
Untuk menghitung CT performance factor adalah sebagai berikut.
( . )( )
( )( )
(4)
dimana: RS = CT secondary winding and lead resistance
RL = one way cable resistance from junction point to CT
IF = RMS value of primary fault current
ES = knee point of CT
N = CT ratio
 CT yang digunakan adalah 3000/5 disesuaikan dengan rating arus dari
switchgear 6.9 kV.
 Berdasarkan pada manual relay GE ITI 780-302 secondary resistance dari CT
3000/5 adalah 1.105 Ω.
 Maksimum fault current untuk external fault adalah 36 kA berdasar pada
interrupting rating dari switchgear 6.9 kV.
 Untuk jarak junction point ke CT diperkirakan 10 meter menggunakan kabel
10 AWG yang mempunyai impedansi 4.17Ω/km + j0.10266Ω/km, sehingga
untuk impedansi kabel sepanjang 10 m adalah 0.0417+0.001Ω. dalam
perhitungan RL juga diperhatikan bahwa terdapat CT dari relay IFC77A1A
karena terpasang pada fasa yang sama, sehingga burden dari relay akan
berpengaruh. Burden relay IFC77A1A dengan range 1-12 ampere pada
minimum pick-up adalah 2.35 Ω. Maksimum fault current pada switchgear
6.9 kV adalah 63 kA. Tap setting relay IFC77A1A adalah 5, sehingga burden
relay adalah (1/5)2 x 2.35 = 0.63 Ω. Jadi, RL = 0.0417 + 0.63 = 0.67Ω
 Knee point dari CT adalah titik saturasi atau titik jenuh saat CT melakukan
excitasi tegangan. Umumnya proteksi busbar menggunakan tegangan sebagai
penggerak koilnya. Tegangan dapat dihasilkan oleh CT ketika skunder CT
diberikan impedansi seperti yang tertera pada Hukum Ohm. Pada referensi,
untuk CT dengan rasio 3000/5 knee point berada pada 200 volt.

WIDYA TEKNIKA - 12
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

( . )( )
( )( )
(5)
(1.105 + 1. (0.67))(36000)
= 0.53
(200)(600)

Dari kurva CT performance K factor relay tipe PVD21, apabila hasil


perhitungan 0.53 maka nilai K adalah 0.8.
4.3.2.2. Perhitungan Setting 87L (VR)
Untuk menghitung setting 87L digunakan rumus sebagai berikut.

𝑉 = (𝐾). (1.6). (𝑅 + 𝑃. 𝑅 ). (6)


36000
𝑉 = (0.8). (1.6). (1.105 + 1. (0.67)).
600
𝑉 = 136.45
Dari perhitungan di atas setting 87L adalah 130 volt
4.3.2.3. Perhitungan Sensitivitas Relay
Untuk mengetahui sensitivitas relay dari gangguan internal digunakan
persamaan sebagai berikut.
𝐼 = 𝑁. (𝑛. 𝐼 + 𝐼 + 𝐼 ) (7)
dimana: Imin = minimum internal fault current to trip 87L
n = number of breakers connected to the bus
I = secondary excitation current of individual CT
IR = current in 87L unit at pickup voltage = VR/1700
I1 = current in thyrite resistor at VR
N = CT ratio
 Jumlah breaker pada switchgear 6.9 kV diambil jumlah yang terbanyak yaitu
pada switchgear 6.9 kV bus C1 yaitu 12 buah
 Secondary excitation current dari CT pada 120 volt berdasarkan grafik adalah
0.013
 Arus pada 87L pada saat pickup voltage adalah 120/1700 = 0.07
 Arus pada thyrite resistor pada saat VR 120 volt adalah 0.01
 CT ratio 3000/5 = 600

Sehingga. 𝐼 = 𝑁. (𝑛. 𝐼 + 𝐼 + 𝐼 ) (8)


𝐼 = 600. (12. (0.013) + 0.07 + 0.01)
𝐼 = 145.48 ampere
4.4. Setting Unit 87H
Setting dari unit instantaneous (87H) berdasarkan grafik pada manual relay,
jika VR 130 volt, maka setting 87H adalah 2.
4.4.1. Pengujian Desain Relay
Setelah dilakukan desain proteksi, selanjutnya adalah dilakukan simulasi arc
flash kembali untuk mengetahui apakah desain proteksi dapat menunurnkan
besar insiden energi arc flash atau kategori arc flash.
Berikut adalah ringkasan setting dari hasil perhitungan differensial yang
nantinya akan diujikan pada ETAP untuk simulasi arc flash.

WIDYA TEKNIKA - 13
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

Bus Protection Relay : 87L type GE PVD21


OpeRating Time : 20 milliseconds (Ref to GEK-45405)
OpeRating Time of 86 : 10 ms
OpeRating of CB : 40 ms
Bus fault current : 44.7 kA on bus, 36 kA on main feeder.
FCT (seconds) : (0.02 + 0.01 +0.04) operating time in second
FCT (seconds) : 0.08 operating time in second
Hasil dari simulasi arc flash pada software ETAP setelah ditambahkan relay
differensial pada switchgear 6.9 kV adalah sebagai berikut.

Gambar 4.14 Hasil simulasi arc flash pada ETAP sebelum (kiri) dan setelah ditambahkan relay
differensial (kanan) di switchgear 6.9 kV bus A1

Gambar 4.15 Hasil simulasi arc flash pada ETAP sebelum (kiri) dan setelah ditambahkan relay
differensial (kanan) di switchgear 6.9 kV bus B1

Gambar 4.16 Hasil simulasi arc flash pada ETAP sebelum (kiri) dan setelah
ditambahkan relay differensial (kanan) di switchgear 6.9 kV bus C1
Tabel 4.3 Hasil perbandingan simulai arc flash sebelum dan sesudah dilakukan
redesain sistem proteksi
Sebelum Re-Desain Setelah Re-Desain
Teganga
Tagging FCT IE AFB AF FCT IE AFB AF
n (kV)
(second) (cal/cm2) (mm) Cat (second) (cal/cm2) (mm) Cat
7/8EN-SWGR-A1 6.9 0.450 29.95 24.94 4 0.080 5.32 4.23 2
7/8EN-SWGR-B1 6.9 0.450 29.95 24.94 4 0.080 5.32 4.23 2
7/8EN-SWGR-C1 6.9 0.450 28.25 23.50 4 0.080 5.02 3.98 2

Dari hasil simulasi arc flash pada software ETAP di atas, setelah ditambahkan
relay differensial pada switchgear 6.9 kV baik pada bus A1, B1 maupun C1 nilai
insiden energi arc flash turun dari yang semula sebesar 24.94 cal/cm2 turun
menjadi 5.02 cal/cm2. Kategori arc flash juga turun menjadi level 2, yang
sebelumnya adalah level 4.

WIDYA TEKNIKA - 14
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660

5. KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan Software ETAP besar insiden energi arc flash (cal/cm2)
dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung besar arus hubung singkat
dan fault clearing time dari peralatan proteksi.
2. Dari hasil simulasi arc flash yang dilakukan di PLTU Paiton Unit 7&8
menggunakan software ETAP didapatkan insiden energy arc flash terbesar
berada pada switchgear 6.9 kV yaitu 29.95 cal/cm2 dengan arc flash kategori 4.
3. Besar insiden energy arc flash di PLTU Paiton Unit 7&8 switchgear 13.8 kV
sebesar 7.98 cal/cm2 dengan arc flash kategori 2 sudah minimum mengingat
arus hubung singkat 62.91 kA yang besar pada switchgear tersebut sehingga
tidak diperlukan desain system proteksi terhadap arc flash.
4. Besar insiden energy arc flash berbanding lurus dengan nilai fault clearing time.
5. Untuk menurunkan besar insiden energy arc flash pada switchgear 6.9 kV,
resetting relay overcurrent tidak dapat dilakukan karena koordinasi timing relay
sudah minimum.
6. Desain ulang relay proteksi dengan menambahkan relay differential pada
switchgear 6.9 kV dapat menurunkan besar insiden energy arc flash menjadi
5.32 cal/cm2 dengan arc flash kategori 2.

DAFTAR RUJUKAN

[1] UU No.30/2009 tentang ketenagalistrikan

[2] NFPA 70E-2000, Standard for Electrical Safety in the Workplace, National Fire
Protection Asociation

[3] Antony Parsons Ph.D.,P.E. 2013. “Arc Flash Mitigation”. Halaman 2.

[4] Richard B. Campbell, ScD., David A. Dini, P.E. 2015. “Final Report
Occupational Injuries From Electrical Shock and Arc Flash Events”. THE FIRE
PROTECTION RESEARCH FOUNDATION, USA. Halaman 71-75.

[5] Wallace Tinsley and Michael Hodder. 2005. “A Practical Approach to Arc Flash
Hazard Analysis and Reduction”, IEEE Transactions On Industry Applications,
Vol. 41, No. 1. Halaman 2.

[6] A. R. van C. Warrington. 1968. “Their Theory and Practice Protective Relays
Volume 1”. Fletcher & Son Ltd. Halaman 141.

WIDYA TEKNIKA - 15

Anda mungkin juga menyukai