Email: achmadersa@gmail.com
Abstrak
Arc Flash adalah energi panas dan cahaya yang intens pada titik busur yang
diakibatkan oleh flash over, bahaya Arc Flash didefinisikan sebagai kondisi
berbahaya dimana terjadi pelepasan energy yang disebabkan oleh busur api listrik.
Arc Flash menyebabkan beberapa kerusakan, antara lain merusak peralatan,
menimbulkan kebakaran, mencederai pekerja terdekat, kehilangan pendengaran dan
bahkan menyebabkan kematian bagi orang yang bekerja dekat dengan bahaya
tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis dan re-desain proteksi system tenaga
listrik terhadap bahaya Arc Flash. Dari hasil simulasi Arc Flash menggunakan
software ETAP didapatkan insiden energy Arc Flash pada switchgear 13.8 kV
sebesar 7.98 cal/cm2 dengan Arc Flash kategori 2 dan terbesar berada pada
switchgear 6.9 kV yaitu 29.95 cal/cm2 dengan Arc Flash kategori 4 yang
harapannya dapat diturunkan. Desain proteksi sistem tenaga listrik melalui
penambahan relay differensial dapat menurunkan besar insiden energi Arc Flash
pada switchgear 6.9 kV menjadi 5.32 cal/cm2 dengan Arc Flash category 2.
Kata kunci: Sistem Proteksi, Arc Flash, Insiden Energi, Relay Differensial.
Abstract
Flash arc is intense heat and light energy on the arc point caused by flash
over, the danger of Arc Flash is defined as a dangerous condition where there is a
release of energy caused by an electric arc. The flash arc caused some damage,
including damaging equipment, causing fires, injuring nearby workers, hearing loss
and even causing death for people working close to the danger. Therefore, an
analysis and re-design of electrical system protection is needed for the danger of Arc
Flash. From the results of the Arc Flash simulation using ETAP software there was an
incident Arc Flash energy at switchgear 13.8 kV of 7.98 cal / cm2 with category 2
flash arc and the largest was in switchgear 6.9 kV which was 29.95 cal / cm2 with
category 4 flash arc whose expectations could be reduced. The design of electric
power protection systems through the addition of differential relays can reduce the
incidence of Arc Flash energy in the 6.9 kV switchgear to 5.32 cal / cm2 with
category 2 flash arc.
WIDYA TEKNIKA - 1
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
1. PENDAHULUAN
Sistem proteksi di industri harus mampu bekerja sesuai dengan tujuan dan
persyaratan serta fungsinya yang ditentukan terhadap jenis gangguan yang terjadi
[1]. Karena apabila tidak mampu akan mengakibatkan kerugian yang besar, dilihat
dari segi kerusakan yang lebih luas terhadap peralatan instalasi itu sendiri
maupun tidak lancarnya penyaluran tenaga listrik. Untuk menyempurnakan
koordinasi proteksi diperlukan setting proteksi dengan memperhitungkan juga
bahaya busur api (Arc Flash).
Arc Flash adalah energi panas dan cahaya yang intens pada titik busur yang
diakibatkan oleh flash over, bahaya Arc Flash didefinisikan sebagai kondisi
berbahaya dimana terjadi pelepasan energi yang disebabkan oleh busur api listrik
[2]. Karena busur api menyambar peralatan yang mudah terbakar menimbulkan
panas sangat besar dengan temperatur melebihi 35.000o F, kenaikan tempertur ini
menyebabkan arc blast/ledakan busur. Arc blast yaitu konduktor dan udara di
sekeliling busur dipanaskan dan menguap menyebabkan tekanan gelombang yang
sering menyebabkan beberapa kerusakan, antara lain merusak peralatan,
menimbulkan kebakaran, mencederai pekerja terdekat, kehilangan pendengaran
dan bahkan menyebabkan kematian bagi orang yang bekerja dekat dengan bahaya
tersebut [3].
Peraturan perlindungan dan penelitian terhadap Arc Flash baru ditetapkan
pada awal tahun 2000 [3], sedangkan beberapa perusahaan yang didirikan
sebelum tahun tersebut belum menerapkan peraturan mengenai perlindungan
terhadap bahaya Arc Flash. Sebelum studi Arc Flash dilakukan, sistem proteksi
hanya terbatas pada proteksi manusia, peralatan dan lingkungan dengan
mengandalkan hanya pada koordinasi relay proteksi saja. Banyak korban pekerja
akibat bahaya Arc Flash. Namun, setelah dilakukan studi Arc Flash ada
peningkatan kualitas dari koordinasi relay proteksi yaitu Arc Flash clearing time
yang didasarkan pada studi Arc Flash [4].
Studi short circuit dan studi koordinasi diperlukan dalam analisis Arc Flash.
Hasil perhitungan Arc Flash didapat dari perhitungan nilai fault arching current
yang didapat melalui studi short circuit, fault clearing times dan studi koordinasi
peralatan proteksi arus lebih [5]. Dari simulasi Arc Flash pada objek dapat
diketahui apakah sudah masuk standar Arc Flash yang telah ditetapkan oleh
peraturan NFPA. Apabila tidak masuk standar, maka akan dilakukan re-desain
sistem proteksi pada objek.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan insiden energi yang
berpotensi hadir selama peristiwa Arc Flash serta lama waktu dari terjadinya energi
Arc Flash guna menentukan desain sistem proteksi terhadap bahaya Arc Flash.
Simulasi dilakukan dengan bantuan software ETAP. Dari hasil analisis
diharapkan syarat dari kategori besarnya energi Arc Flash dapat terpenuhi pada
sistem kelistrikan industri, dengan demikian dicapai setting relay proteksi dan
besarnya energi yang memenuhi standart NFPA 70 E, yang dapat menghindarkan
pekerja terkena dampak bahaya serta peralatan-peralatan kelistrikan pada industri
tersebut terhindar dari kerusakan dan kebakaran.
2. STUDI PUSTAKA
2.1. Analisis Arus Hubung Singkat
Analisis short circuit current (arus hubung singkat) bertujuan untuk
menentukan besarnya arus hubungan pendek yang dapat timbul pada suatu
sistim tenaga listrik, sehingga mampu memberikan aksi terhadap perbandingan
besarnya arus yang lewat pada suatu sistim dengan rating ketahanan peralatan
WIDYA TEKNIKA - 2
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
didalam sistim tersebut melalui suatu alat proteksi arus lebih (Over Current
Protection Device) sehingga terhindar dari arus yang dapat merusaknya.
WIDYA TEKNIKA - 3
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh arc flash terhadap pekerja yang ada di
sekitarnya adalah gangguan pendengaran baik sementara maupun permanen,
kehilangan penglihatan baik sementara maupun permanen, patah tulang, luka
bakar, dan bahkan kematian.
NFPA 70E 2000 telah mengembangkan persyaratan untuk mengurangi risiko
cedera pada pekerja karena shock dan bahaya Arc flash. Ada tiga pendekatan batas
shock / boundary (limited, restricted dan prohibited) yang diperlukan untuk diamati
WIDYA TEKNIKA - 4
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
di NFPA 70E 2000. Limited, restricted dan prohibited didasarkan pada peralatan
yang bertegangan. NFPA 70E 2000 juga mensyaratkan bahwa sebelum seorang
pekerja sebelum bekerja pada konduktor bertegangan atau bagian sirkuit yang
belum ditempatkan dalam kondisi kerja yang aman, perhitungan bahaya arc flash
harus dilakukan. Sampai peralatan ditempatkan dalam kondisi kerja yang aman
(NFPA 70E 2000 Part II 2-1.1.3), pekerja sudah diperbolehkan bekerja. Hal ini
penting untuk dicatat bahwa konduktor dan peralatan dianggap hidup saat
memeriksa tegangan pada peralatan sudah dalam kondisi kerja yang aman.
Analisis bahaya arc flash harus menentukan flash protection boundary (FPB) dan
tingkat alat pelindung diri (APD) yang tepat digunakan oleh pekerja. flash protection
boundary dihitung berdasarkan tegangan, arus dan waktu gangguan yang ada
pada pemutus utama untuk memproteksi dari bahaya arc flash.
3. METODE
Objek penelitian kali ini mengambil sistem proteksi tenaga listrik pada PLTU
Paiton unit 7 dan 8. Pada dasarnya kedua unit adalah identik pada sistem
kelistrikannya. Secara umum, data yang perlu diambil adalah sebagai berikut.
3.1. Sumber dan Utility (PLN grid)
PLTU Paiton unit 7 dan 8 memiliki generator dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Kapasitas : 846.231 kVA
Ampere : 21.242 ampere
Tegangan : 23 kV
Jumlah kutub :2
Frekuensi : 50 Hz
Putaran : 3000 rpm
Generator tersebut kemudian dinaikkan tegangannya dari 23 kV menjadi 500
kV oleh Generator Step-up Transformer ke jaringan 500 kV yang mempunyai data
arus short circuit sebagai berikut :
Base capacity : 43301 MVA
10 MVA Base %Z : 0.23
X/R : 40
Nilai impedansi dari system 500 kV di atas berdasarkan interrupting capacity
50 kA.
3.2. Data impedansi
Impedansi transformator dan konduktor (busbar) dapat mempengaruhi
besarnya arus hubung singkat pada setiap lokasi. Data motor juga berpengaruh
selama motor bekerja, dikarenakan berpotensi menghasilkan arus hubung singkat
jika terjadi gangguan. Data yang dibutuhkan pada transformator adalah rating
nominal kVA, tegangan primer dan sekunder, persen impedansi dan konfigurasi
grounding. Pada konduktor, data yang dibutuhkan adalah ukuran konduktor, tipe
konduktor dan jenis isolasi dari konduktor tersebut. Sedangkan pada motor, data
yang dibutuhkan adalah kapasitas motor, rating tegangan dan arus lock rotor.
3.3. Lumped load data
Lumped load data digunakan untuk sebuah feeder yang diasumsikan
mempunyai motor dan beban static. Lumped load data yang dibutuhkan adalah
Rating kapasitas (MVA) dan tegangan serta Porsi (%) motor dan beban statis
WIDYA TEKNIKA - 5
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
WIDYA TEKNIKA - 6
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
CT ratio : 3000/5
87L : 180 Volt
87H : 2 amps
T&SI : 0.2 amps
Gambar 3.3 Single line diagram yang telah dibangun pada software ETAP
3.8. Fault clearing time
Durasi dari insiden arc flash bergantung pada fault clearing time dari
peralatan proteksi di atasnya. Di paiton unit 7/8 terdapat dua tipe bus protection
yang digunakan yaitu relay differensial dan relay arus lebih. Perhitungan arc flash
menggunakan fault clearing time (FCT) berdasarkan pada typical dari relay operatio
yang digunakann. Perhitungan fault clearing time (FCT) adalah sebagai berikut:
𝐹𝐶𝑇(𝑠𝑒𝑐𝑜𝑛𝑑) = (𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑦 + 𝐿𝑜𝑐𝑜𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑦 + 𝐶𝑖𝑟𝑐𝑢𝑖𝑡 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑒𝑟)𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑚𝑒 (3)
Untuk menentukan fault clearing time relay proteksi pada setiap bus, arus
gangguan pada setiap bus disimulasikan dengan menggunakan ETAP dan single
line diagram Paiton unit 7&8.
WIDYA TEKNIKA - 7
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
WIDYA TEKNIKA - 8
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
WIDYA TEKNIKA - 9
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
Gambar 4.12 Hasil analisis arc flash pada switchgear 6.9 kV Bus C1
Table 4.2 Hasil analisis arc flash
Fault
Tegangan Incident Energi Arc flash Arc flash
Tagging clearing
(kV) (cal/cm2) Boundary (m) Category
time (s)
7/8EM-SWGR-A 13.8 0.07 7.98 6.41 2
7/8EM-SWGR-B 13.8 0.07 7.98 6.41 2
7/8EM-SWGR-C 13.8 0.07 7.98 6.41 2
7/8EN-SWGR-A1 6.9 0.450 29.95 24.94 4
7/8EN-SWGR-B1 6.9 0.450 29.95 24.94 4
7/8EN-SWGR-C1 6.9 0.450 28.25 23.50 4
WIDYA TEKNIKA - 10
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
Gambar 4.13 Hasil koordinasi relay existing overcurrent pada software ETAP
Dengan mencermati koordinasi setting relay overcurrent di atas, resetting time
operating relay overcurrent pada switchgear 6.9 kV tetap tidak dapat menurunkan
kategori arc flash dikarenakan karakteristik relay yang lambat.
WIDYA TEKNIKA - 11
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
4.3.2. Desain Ulang Relay Porteksi dengan Penambahan Relay Bus Differential
Langkah selanjutnya untuk menurunkan kategori arc flash adalah dengan
menambahkan relay proteksi lain, yaitu relay differential seperti yang telah
dilakukan pada switchgear 13.8 kV. Pada penambahan relay proteksi differensial
dipilih jenis relay yang sama dengan switchgear 13.8 kV yaitu relay GE type
PVD21B. Perhitungan setting relay dilakukan sesuai dengan data yang ada pada
lapangan dan berdasarkan referensi buku manual relay PVD21B. Perhitungan
setting relay differensial adalah sebagai berikut.
4.3.2.1. Perhitungan K (Current Transformer Performance Factor)
Untuk pemilihan CT menggunakan current transformer dengan rasio 3000/5
disesuaikan dengan Rating arus dari switchgear 6.9 kV yang akan diproteksi. CT
yang dipilih adalah untuk aplikasi proteksi atau relaying. Berdasarkan IEEE
C57.13 C-class relaying accuracy calculation, error CT untuk aplikasi proteksi
diijinkan maksimum 10%. Rating arus sekunder CT yang digunakan adalah 5,
dalam perhitungan digunakan 20x arus short circuit. Sehingga, error = 10% x 5 x 20
= 10 A. Dari secondary excitation characteristic CT, untuk 10 A tegangan
sekundernya sekitar 390 V. Untuk rasio CT 3000/5, secondary winding resistance
adalah 1.105 Ω, sehingga drop tegangan yang hilang pada CT adalah 100 A x 1.105
Ω = 110.5 V. Relay accuracy class = 390 V – 110.5 V = 279.5 V. Dari hasil tersebut
digunakan accuracy class yang paling mendekati yaitu C200.
Untuk menghitung CT performance factor adalah sebagai berikut.
( . )( )
( )( )
(4)
dimana: RS = CT secondary winding and lead resistance
RL = one way cable resistance from junction point to CT
IF = RMS value of primary fault current
ES = knee point of CT
N = CT ratio
CT yang digunakan adalah 3000/5 disesuaikan dengan rating arus dari
switchgear 6.9 kV.
Berdasarkan pada manual relay GE ITI 780-302 secondary resistance dari CT
3000/5 adalah 1.105 Ω.
Maksimum fault current untuk external fault adalah 36 kA berdasar pada
interrupting rating dari switchgear 6.9 kV.
Untuk jarak junction point ke CT diperkirakan 10 meter menggunakan kabel
10 AWG yang mempunyai impedansi 4.17Ω/km + j0.10266Ω/km, sehingga
untuk impedansi kabel sepanjang 10 m adalah 0.0417+0.001Ω. dalam
perhitungan RL juga diperhatikan bahwa terdapat CT dari relay IFC77A1A
karena terpasang pada fasa yang sama, sehingga burden dari relay akan
berpengaruh. Burden relay IFC77A1A dengan range 1-12 ampere pada
minimum pick-up adalah 2.35 Ω. Maksimum fault current pada switchgear
6.9 kV adalah 63 kA. Tap setting relay IFC77A1A adalah 5, sehingga burden
relay adalah (1/5)2 x 2.35 = 0.63 Ω. Jadi, RL = 0.0417 + 0.63 = 0.67Ω
Knee point dari CT adalah titik saturasi atau titik jenuh saat CT melakukan
excitasi tegangan. Umumnya proteksi busbar menggunakan tegangan sebagai
penggerak koilnya. Tegangan dapat dihasilkan oleh CT ketika skunder CT
diberikan impedansi seperti yang tertera pada Hukum Ohm. Pada referensi,
untuk CT dengan rasio 3000/5 knee point berada pada 200 volt.
WIDYA TEKNIKA - 12
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
( . )( )
( )( )
(5)
(1.105 + 1. (0.67))(36000)
= 0.53
(200)(600)
WIDYA TEKNIKA - 13
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
Gambar 4.14 Hasil simulasi arc flash pada ETAP sebelum (kiri) dan setelah ditambahkan relay
differensial (kanan) di switchgear 6.9 kV bus A1
Gambar 4.15 Hasil simulasi arc flash pada ETAP sebelum (kiri) dan setelah ditambahkan relay
differensial (kanan) di switchgear 6.9 kV bus B1
Gambar 4.16 Hasil simulasi arc flash pada ETAP sebelum (kiri) dan setelah
ditambahkan relay differensial (kanan) di switchgear 6.9 kV bus C1
Tabel 4.3 Hasil perbandingan simulai arc flash sebelum dan sesudah dilakukan
redesain sistem proteksi
Sebelum Re-Desain Setelah Re-Desain
Teganga
Tagging FCT IE AFB AF FCT IE AFB AF
n (kV)
(second) (cal/cm2) (mm) Cat (second) (cal/cm2) (mm) Cat
7/8EN-SWGR-A1 6.9 0.450 29.95 24.94 4 0.080 5.32 4.23 2
7/8EN-SWGR-B1 6.9 0.450 29.95 24.94 4 0.080 5.32 4.23 2
7/8EN-SWGR-C1 6.9 0.450 28.25 23.50 4 0.080 5.02 3.98 2
Dari hasil simulasi arc flash pada software ETAP di atas, setelah ditambahkan
relay differensial pada switchgear 6.9 kV baik pada bus A1, B1 maupun C1 nilai
insiden energi arc flash turun dari yang semula sebesar 24.94 cal/cm2 turun
menjadi 5.02 cal/cm2. Kategori arc flash juga turun menjadi level 2, yang
sebelumnya adalah level 4.
WIDYA TEKNIKA - 14
| Vol. 26 | No. 1 | Halaman 1 – 15 [Maret] [2018]
Jurnal WIDYA TEKNIKA ISSN (p): 1411-0660
5. KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan Software ETAP besar insiden energi arc flash (cal/cm2)
dapat diketahui dengan terlebih dahulu menghitung besar arus hubung singkat
dan fault clearing time dari peralatan proteksi.
2. Dari hasil simulasi arc flash yang dilakukan di PLTU Paiton Unit 7&8
menggunakan software ETAP didapatkan insiden energy arc flash terbesar
berada pada switchgear 6.9 kV yaitu 29.95 cal/cm2 dengan arc flash kategori 4.
3. Besar insiden energy arc flash di PLTU Paiton Unit 7&8 switchgear 13.8 kV
sebesar 7.98 cal/cm2 dengan arc flash kategori 2 sudah minimum mengingat
arus hubung singkat 62.91 kA yang besar pada switchgear tersebut sehingga
tidak diperlukan desain system proteksi terhadap arc flash.
4. Besar insiden energy arc flash berbanding lurus dengan nilai fault clearing time.
5. Untuk menurunkan besar insiden energy arc flash pada switchgear 6.9 kV,
resetting relay overcurrent tidak dapat dilakukan karena koordinasi timing relay
sudah minimum.
6. Desain ulang relay proteksi dengan menambahkan relay differential pada
switchgear 6.9 kV dapat menurunkan besar insiden energy arc flash menjadi
5.32 cal/cm2 dengan arc flash kategori 2.
DAFTAR RUJUKAN
[2] NFPA 70E-2000, Standard for Electrical Safety in the Workplace, National Fire
Protection Asociation
[4] Richard B. Campbell, ScD., David A. Dini, P.E. 2015. “Final Report
Occupational Injuries From Electrical Shock and Arc Flash Events”. THE FIRE
PROTECTION RESEARCH FOUNDATION, USA. Halaman 71-75.
[5] Wallace Tinsley and Michael Hodder. 2005. “A Practical Approach to Arc Flash
Hazard Analysis and Reduction”, IEEE Transactions On Industry Applications,
Vol. 41, No. 1. Halaman 2.
[6] A. R. van C. Warrington. 1968. “Their Theory and Practice Protective Relays
Volume 1”. Fletcher & Son Ltd. Halaman 141.
WIDYA TEKNIKA - 15