Anda di halaman 1dari 5

Journal of The Civil Engineering Student, Vol. 1, No. 1, April 2019, Hlm.

20-24
Evaluasi Standar Kebutuhan Tulangan Komponen Struktural Pondasi Tapak Konstruksi Bangunan Gedung
Pada Zonasi Gempa 15 dan 10 Provinsi Aceh

Fariz Arfiola1,* Nurul Malahayati2 Tripoli3


1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
2,3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111, Indonesia
*
corresponding author, email : fariz.arfiol@gmail.com

Abstract
Reinforced concrete is a component of structural which able to bear the brunt of press and pull. The planning
of construction building in zoning earthquake should be calculated the burden of earthquake in accordance zoning
where the building will be built. Aceh province is one of the regions which have high potential for the earthquake.
One of the components of the reinforced concrete is the structural of traed foundation which the role is to bear the
burden distributed by the floor plates to the joist and beams of the portal. The burden of the portal beam distributes
to the column and then the column load is extended to the ground through the foundation. This study attempts to get
the ratio of the actual need of the steel in 1 m3 in accordance with the earthquake zone 10 and 15 and compare it
with the ratio per m3 of the foundation reinforced concrete based on AHSP (analysis the price of a unit of
employment), which is based on The Minister for Public Works regulation No.11 / prt / m / 2013 in the field of
common work. The research process begins with secondary data collection for each earthquake zone 10 and 15
based on SNI 1726:2012. The secondary data contains 25 drawings of 2-floor building design located on the
earthquake zone of 10 and 15 that were built from the year of 2012 to 2015. In the analysis, the need for
reinforcement of the foundation footprint is expressed in the amount of 150 kg/m3 of concrete. Analysis of the results
obtained are the ratio of the need of the steel in foundation reinforced concrete in the zone 15 is averagely 189,040
kg/m3, whereas in the zone 10, the ratio of reinforcement needs is averagely 183,398 kg/m3. The results showed that
the reinforced concrete foundation has 26% larger than the standard AHSP for zone 15 and the beam reinforced
concrete has 14% larger than the standard AHSP for zone 10.

Keywords: structural, iron, tread foundation, zoning earthquake

Abstrak
Beton bertulang merupakan komponen struktural yang mampu menanggung beban tekan dan tarik.
Perencanaan konstruksi bangunan gedung pada wilayah zonasi gempa harus memperhitungkan beban gempa
sesuai zonasi dimana bangunan tersebut akan dibangun. Provinsi Aceh merupakan salah satu wilayah yang terletak
pada daerah yang berpotensi gempa. Salah satu komponen beton bertulang adalah struktural pondasi tapak yang
berfungsi untuk menanggung beban yang didistribusikan oleh pelat lantai terhadap balok anak dan balok portal,
beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rasio kebutuhan tulangan yang aktual dalam 1 m 3 sesuai dengan zonasi
gempa 10 dan 15 serta dibandingkan dengan rasio tulangan per m3 pondasi beton bertulang berdasarkan AHSP
(Analisa Harga Satuan Pekerjaan) yang berbasis pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11/PRT/M/2013
Bidang Pekerjaan Umum. Proses penelitian diawali dengan pengumpulan data sekunder untuk tiap zona gempa 10
dan 15 berdasarkan peta gempa SNI 1726:2012, data sekunder sebanyak 25 data yang berisikan gambar desain
bangunan gedung bertingkat 2 yang terletak pada zonasi gempa 10 dan 15 yang dibangun pada tahun 2012 sampai
dengan 2015. Pada analisa tersebut, kebutuhan tulangan pondasi tapak dinyatakan sebesar 150 kg/m3 beton. Dari
hasil analisis diperoleh bahwa rasio kebutuhan tulangan pondasi beton bertulang pada zona 15 dengan rasio rata-
rata adalah 189.040 kg/m3, sedangkan pada zona 10 rasio kebutuhan tulangan rata-rata sebesar 183.398 kg/m3.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa 26% lebih besar dari standar AHSP pondasi beton bertulang untuk zona 15
dan 14% lebih besar dari standar AHSP balok beton bertulang untuk zona 10.

Kata kunci: struktural, tulangan, pondasi tapak, zonasi gempa

1. Pendahuluan
Beton bertulang merupakan salah satu material dari permukaan tanah.
yang paling banyak digunakan pada konstruksi gedung perencanaan pondasi beton bertulang juga dipengaruhi
dan juga merupakan unsur penting pada konstruksi oleh letak geografis zonasi gempa di wilayah yang
struktural bangunan gedung yang menanggung beban direncanakan pada zonasi yang telah ditetapkan oleh SNI
tekan dan tarik. Pondasi tapak beton bertulang adalah 1726 2012. Sehingga perencanaan pondasi tapak beton
salah satu komponen struktural yang menerima dan bertulang ditinjau dari berbagai faktor yaitu pembebanan,
meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan fungsi bangunan, dan dimensi struktural pondasi
juga beratnya- sendiri kepada dan ke dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung
Umumnya pondasi tapak direncanakan dengan kembali keakuratan kebutuhan tulangan
kedalam 1 sampai dengan 2 m atau lapisan tanah keras

20
Journal of The Civil Engineering Student, Vol. 1, No. 1, April 2019

pada komponen struktural pondasi tapak dalam satuan 2.3 Detail Penulangan Struktural Menurut
kg/m3, menganalisis rasio kebutuhan tulangan pada SK-SNI 2013
setiap m3 beton pada komponen struktural pondasi tapak
dan mengevaluasi penyimpangan yang mungkin timbul Badan Standarisasi Nasional (BSN) merupakan
dari standar AHSP dengan hasil analisis desain lapangan. standar yang digunakan dalam perencanaan dan
Penelitian ini diawali dengan cara mengumpulkan pelaksanaan gedung, atau struktur bangunan lain yang
data sekunder sebanyak 25 data desain bangunan gedung mempunyai kesamaan karakter dengan struktur
berlantai 2 dan 3 yang dibangun pada tahun 2012 sampai bangunan gedung. Standar ini merupakan revisi dari
2015 yang terletak pada zonasi gempa 10 dan 15 SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur
berdasarkan peta gempa SNI 1726:2012 serta beton untuk bangunan gedung yang mengacu pada ACI
perhitungan rasio kebutuhan tulangan pondasi pada 318M-11 Building Code Requirements for Structural
setiap kg/m3. Manfaat dari penelitian ini dapat Concrete [4].
menginformasikan seberapa besar rasio kebutuhan
tulangan dalam kg/m3 pada komponen struktural pondasi 2.4 Badan Standarisasi Nasional Baja
tapak untuk setiap jenis bangunan gedung yang
Tulangan Beton SNI 07-2025-2002
bertingkat sesuai dengan zonasi gempa agar adanya
efektifitas dan efesiensi dalam penggunaan anggaran
Standar ini disusun berdasarkan hasil pembahasan
yang tersedia.
rapat-rapat teknis dan rapat prakonsensus dan terakhir
dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 12
2. Tinjauan Kepustakaan November 2001, yang dihadiri wakil-wakil oleh
Berikut uraian beberapa landasan teori dan rumus- produsen, konsumen, lembaga uji dan instansi terkait
rumus yang digunakan dalam menyelesaikan masalah lainnya [5].
yang berkaitan dengan penelitian ini yang dikutip dari
beberapa literatur. 2.5 Zonasi Gempa

2.1 Bangunan Gedung gempa sangat berpotensial mengakibatkan kerugian


besar dan tidak dapat diprediksi kapan dan dimana
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil akan terjadi. Gempa tidak dapat dicegah, namun hanya
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dapat dilakukan beberapa usaha untuk mengurangi
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada dampak yang terjadi. Salah satu usaha yang dapat
di daratan maupun di air yang mana berfungsi sebagai dilakukan yaitu dengan perencanaan konstruksi yang
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk bebasis tahan gempa. Perencanaan konstruksi tahan
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, usaha, gempa di Indonesia mulai di aplikasikan pada tahun
sosial, budaya, maupun kegiatan lainnya [1]. 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum
gempa dan PPTI-UG (Peratuaran Perencanaan Tahan
2.2 Pondasi Tapak Gempa Indonesia untuk Gedung) [6].
Pondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa Pedoman tata cara perencanaan konstruksi tahan
struktur yang meneruskan beban yang ditopang oleh gempa Indonesia terus mengalami perkembangan,
pondasi dan beratnya-sendiri kepada dan ke dalam hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada
tanah dan batuan yang terletak di bawahnya [2]. peta zonasi SNI 1726:2012. Hubungan zonasi gempa
sangat dipengaruhi untuk menentukan beban gempa
2.2.1 Pekerjaan Penulangan Pondasi Tapak dikarenakan struktur bangunan yang akan direncankan
terletak pada wilayah gempa dengan grafik dan tabel
Respons Spektra pada wilayah gempa tersebut untuk
Pekerjaan penulangan pondasi tapak terbagi
menjadi 2 (dua) yaitu : kondisi tanah lunak, sedang, dan keras [7].
a) Perakitan Tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan 3. Metode Penelitian
dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi proyek
agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses Pada penelitian ini akan dilakukan survey pada proyek
pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. bangunan gedung bertingkat, minimal gedung tersebut
b) Pemasangan Tulangan adalah gedung yang berlantai 2 (dua) yang dibangun di
Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka wilayah Provinsi Aceh. Tinjauan untuk penelitian ini
untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan cara difokuskan pada bangunan gedung yang dikhususkan
manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini pada komponen struktural pondasi tapak. Objek yang
tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak akan diteliti adalah kelompok bangunan sederhana dan
terlalu dalam [3]. non sederhana sesuai dengan tahun pembangunan,
fungsi, luas bangunan, dan lokasi berdasarkan peta
zonasi gempa SNI 1726:2012. Berikut adalah kriteria
lokasi dan objek penelitian sebagai berikut :

21
Journal of The Civil Engineering Student, Vol. 1, No. 1, April 2019

1. Data yang dikumpulkan untuk masing-masing ∑ ∑


zonasi yang diteliti berjumlah minimum 25 data S= √ ………………………… ( 2 )
proyek. Keterangan : S = Standar Deviasi
2. Lokasi zonasi gempa yang ditinjau yaitu zona 15 ∑X = Jumlah Kebutuhan Tulangan
dan zona 10 berdasarkan peta zonasi gempa SNI n = Jumlah Data
1726:2012.
4. Hasil dan Pembahasan
3.1 Perumusan Hasil Analisis
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang
Statistika deskriptif merupakan bagian dari diperoleh dan kemudian diolah dengan rumus-rumus
statitika yang mempelajari alat, teknik, atau prosedur dan teori-teori pada Tinjauan Kepustakaan sehingga
yang digunakan untuk menggambarkan atau didapatkan hasil yang menjadi tujuan penelitian.
mendeskripsikan kumpulan data atau hasil
pengamatan. Data yang dikumpulkan tersebut perlu 4.1 Hasil Penelitian
disajikan supaya mudah dimengerti, menarik, Hasil yang dipaparkan dalam bab ini berupa rasio
komunikatif, dan informatif bagi pihak lain. Bentuk- kebutuhan yang actual pada komponen struktur
bentuk penyajian data tersebut secara umum dibagi pondasi tapak untuk setiap m3 beton bertulang pondasi
dalam dua aspek, yaitu (1) penyiapan data yang tapak, perbandingan dari hasil analisis dengan AHSP
mencakup proses editing, pengkodean, dan untuk pondasi tapak beton bertulang pada Peraturan
pemasukkan data, serta (2) analisis pendahuluan Menteri Pekerjaan Umum No.11/PRT/M/2013
meliputi pemilahan, pemeriksaan, dan penyusunan berbasis pada SNI 7394:2008, rasio kebutuhan yang
data sehingga diperoleh gambaran, pola, dan actual pada komponen pondasi tapak beton bertulang
hubungan yang lebih bermakna [8]. untuk setiap m3 beton pondasi tapak, perbandingan
Statistik ini berfungsi untuk mereduksi data agar hasil analisis dengan AHSP pondasi tapak beton
lebih mudah diinterpretasikan. Data yang bertulang pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dikumpulkan tersebut perlu disajikan supaya mudah No.11/PRT/M/2013 berbasis pada SNI 7394:2008.
dimengerti, menarik, komunikatif, dan informatif
bagi pihak lain. Bentuk-bentuk penyajian data 4.1.1 Deskripsi Objek
tersebut secara umum dibagi dalam beberapa aspek,
Pada penelitian ini objek yang ditinjau adalah
yaitu penyiapan data yang mencakup proses editing,
bangunan gedung di Provinsi Aceh yang difokuskan
pengkodean, pemasukan data, serta analisis
pada zona gempa 10 dan 15. Pada peta zonasi gempa
pendahuluan meliputi klarifikasi, pemeriksaan, dan
SNI 1726:2012 wilayah 10 dan 15 adalah zona merah
penyusunan data sehingga diperoleh gambaran, pola,
yaitu zona yang rawan akan terjadinya gempa. Untuk
dan hubungan yang mudah dipahami [9]. data objek penelitian yang dipakai adalah berdasarkan
Pada perumusan kebutuhan tulangan hasil lokasi peta zona gempa SNI 1726:2012., Objek yang
rekapitulasi data dianalisis menggunakan analisis ditinjau berjumlah 25 data yang merupakan bangunan
statistik. Statistik adalah cara-cara ilmiah yang di gedung berlantai 2 dan 3 dengan fungsi bangunan
persiapkan untuk pengumpulan, menyusun, pendidikan seperti ruang kuliah dan ruang sekolah,
menyajikan, dan menganalisa data yang berbentuk bangunan hunian seperti asrama dan rumah sakit,
angka-angka [10]. Salah satu cara memperoleh data kemudian fungsi bangunan kantor. Objek yang akan
rata-rata yaitu dengan menggunakan analisis ditinjau merupakan bangunan yang dibangun tersebut
statistik mean untuk memperoleh nilai rata-rata dari pada tahun 2012 sampai dengan 2015. Tinjauan pada
beberapa sampel data. Nilai mean diperoleh dari objek yang akan difokuskan adalah pada komponen
menjumlahkan seluruh nilai dan membaginya dengan struktural pondasi tapak beton bertulang.
jumlah data. Dalam istilah sehari-hari disebut angka
rata-rata. Dalam statistik Sering disebut Mean 4.1.2 Deskripsi Objek
Aritmetik dan diberi simbul M. Rumusnya adalah :
Perhitungan volume beton pondasi tapak dan juga
Σ𝑋 volume tulangan pondasi tapak pada zonasi 15 dan 10
𝑀 = ……………………………………………( 1 ) yang telah direkapitulasi untuk setiap objek yang
𝑁
ditinjau. Jumlah data pada konstruksi bangunan
Keterangan : M = Mean gedung pada zonasi 15 adalah 15 bangunan gedung
X = Jumlah nilai dengan funsi bangunan yang berbeda yaitu 3
N = Jumlah individu bangunan pendidikan, 8 bangunan hunian dan 3
bangunan kantor. Sedangkan pada zonasi 10
Kemudian untuk mengetahui tingkat sebaran berjumlah 10 bangunan dengan fungsi yang berbeda
data dalam sampel akan dihitung standar deviasi. Nilai yaitu 5 bangunan pendidikan, 3 bangunan kantor dan
standar deviasi memberikan makna seberapa besar 2 bangunan. Volume tulangan dan volume beton
perbedaan rata-rata kebutuhan tulangan. Rumus digunakan untuk menghitung rasio kebutuhan
standar deviasi yaitu : tulangan pondasi tapak.

22
Journal of The Civil Engineering Student, Vol. 1, No. 1, April 2019

4.1.3 Rasio Kebutuhan Aktual Tulangan untuk 4.1.5 Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi Tapak
Setiap 1 m3 Pondasi Tapak Beton Bertulang Berdasarkan Fungsi Bangunan
Hasil dari nilai rata-rata keseluruhan rasio perbedaan pada kebutuhan tulangan berdasarkan
kebutuhan tulangan pondasi tapak untuk zona gempa fungsi bangunan dan zonasi gempa, Seperti pada zonasi
10 dan 15 berdasarkan Tabel 4.3 dan 4.4 terjadi gempa 15 untuk konstruksi bangunan gedung
perbedaan rasio kebutuhan tulangan, pada tabel pendidikan, bangunan penghunian, dan kantor memiliki
tersebut zona 15 memiliki rasio dengan rata-rata nilai rata-rata rasio kebutuhan tulangan pondasi beton
sebesar 189,040 kg/m3 sedangkan rasio pada zona 10 bertulang dengan nilai masing-masing bangunan yaitu
sebesar 183,144 kg/m3, Dari hasil tersebut 200,068 kg/m3 , 185,846 kg/m3 dan 184,724 kg/m3 ,
menunjukkan bahwa penggunaan tulangan pondasi Sedangkan pada zonasi gempa 10 dengan fungsi
tapak pada zona 15 lebih besar bila dibandingkan konstruksi bangunan memiliki nilai rata-rata rasio
dengan penggunaan tulangan pondasi tapak pada kebutuhan tulangan pondasi beton bertulang dengan
zona 10. memiliki masing-masing nilai rasio kebutuhan tulangan
4.1.4 Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi adalah 163,301 kg/m3, 165,829 kg/m3 dan 196,911
Tapak Berdasarkan Zona Gempa dengan kg/m3, hal ini menunjukkan bahwa rasio kebutuhan
AHSP tulangan pondasi beton bertulang pada fungsi
Perbandingan rasio kebutuhan hasil perhitungan konstruksi bangunan pendidikan memiliki rasio terbesar
dengan apa yang telah distandarkan pada AHSP berdasarkan hasil kajian, kemudian pada posisi kedua
tersebut terjadi perbedaan yang mana hasil dari terdapat fungsi konstruksi bangunan hunian dan yang
perhitungan pada zonasi gempa 15 dengan jumlah ketiga adalah fungsi konstruksi bangunan gedung
jenis dan fungsi bangunan yaitu 3 bangunan perkantoran. Diameter rata-rata tulangan yang
pendidikan, 8 bangunan hunian dan 3 bangunan digunakan pada pekerjaan pondasi tapak yang berzonasi
kantor dengan jumlah 15 bangunan memiliki rasio 10 adalah berdiameter 14 dan diameter rata - rata
rata-rata 189,040 kg/m3 nilai lebih besar dari pada tulangan pondasi tapak pada zonasi 15 adalah
yang telah distandarkan oleh AHSP yaitu sebesar berdiameter 16.
150 kg/m3 dan memiliki selisih sebesar 39.040
kg/m3 atau 26 % lebih besar terhadap standar AHSP. 4.1.6 Selisih Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi
Sedangkan hasil perhitungan pada zona gempa 10 Tapak dengan AHSP
dengan jenis dan fungsi yang berbeda yaitu 5
bangunan pendidikan, 3 bangunan kantor dan 2 Persentase kebutuhan tulangan pondasi tapak yang
bangunan hunian dengan jumlah 10 bangunan yang berdasarkan fungsi konstruksi bangunan dan lokasi
memiliki rasio rata-rata 183,144 kg/m3 lebih besar zonasi gempa. Pada lokasi zonasi 15 untuk bangunan
dari AHSP yaitu 150 kg/m3 dan memiliki selisih pendidikan dengan jumlah bangunan 4 bangunan
sebesar 33,144 kg/m3 atau 22 % lebih besar terhadap memiliki nilai selisih rata-rata rasio kebutuhan tulangan
apa yang telah distandarkan AHSP pondasi beton sebesar 50.068 kg/m3, bangunan hunian dengan jumlah
bertulang. bangunan sebanyak 8 bangunan memiliki nilai rata-rata
Nilai rasio tulangan pondasi tertinggi pada zonasi selisih kebutuhan tulangan yaitu 34.724 kg/m3 dan
15 adalah pada bangunan gedung asrama BP2IP untuk bangunan perkantoran dengan jumlah bangunan
dengan fungsi bangunan adalah bangunan hunian sebanyak 3 bangunan memiliki nilai selisih rata-rata
dengan jumlah nilai rasio adalah 289,348 kg/m3 dan sebesar 35.846 kg/m3. Sedangkan untuk wilayah zonasi
nilai rasio tulangan tertinggi pada zonasi 10 ada pada gempa 10 dengan fungsi bangunan pendidikan
bangunan Kantor Wali Kota Lhokseumawe dengan sebanyak 5 bangunan memiliki nilai selisih rata-rata
jenis bangunan sebagai bangunan perkantoran sebesar 13,301 kg/m3, bangunan hunian dengan jumlah
dengan jumlah nilai rasio adalah sebesar 269.262 bangunan sebanyak 2 bangunan memiliki nilai selisih
kg/m3. rata-rata sebesar 46.911 kg/m3, pada bangunan
Variasi nilai tersebut memiliki perbedaan perkantoran dengan jumlah bangunan sebanyak 3
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti letak bangunan memiliki nilai selisih rata-rata sebesar 15.829
bangunan yang berdasarkan zonasi gempa dan funsi kg/m3.
konstrksi bangunan gedung yang ditinjau dan Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata selisih
memiliki nilai rata-rata rasio kebutuhan tulangan kebutuhan tulangan pondasi beton bertulang memiliki
sebagai berikut yaitu zonasi 15 dengan fungsi nilai selisih yang berbeda-beda sesuai tipe
bangunan pendidikan adalah 200,068 kg/m3, bangunannya. Besarnya nilai selisih tertinggi dari nilai
bangunan hunian 184.724 kg/m3, dan bangunan AHSP untuk zonasi gempa wilayah 15 jika terdapat
perkantoran adalah 185, 846 kg/m3. Sedangkan untuk pada fungsi bangunan pendidikan memiliki nilai selisih
wilayah zona 10 memiliki nilai rata-rata rasio rata-rata sebesar adalah 50.068 kg/m3 dengan jumlah
kebutuhan tulangan dengan fungsi bangunan bangunan sebanyak 4 bangunan, kemudian pada posisi
pendidikan adalah 163,301 kg/m3, bangunan hunian kedua adalah pada bangunan hunian sebesar 35.846
196,911 kg/m3 dan bangunan perkantoran 165,829 kg/m3 dengan jumlah bangunan sebanyak 9 dan yang
kg/m3. ketiga adalah bangunan perkantoran memiliki nilai
selisih rata-rata sebesar 34.724 kg/m3 dengan jumlah

23
Journal of The Civil Engineering Student, Vol. 1, No. 1, April 2019

bangunan sebanyak 3 bangunan. Sedangkan untuk tulangan komponen struktural pondasi beton
wilayah zonasi gempa 10, nilai selisih tertinggi adalah bertulang memiliki rasio kebutuhan 1% - 33% lebih
ada pada fungsi bangunan hunian dengan nilai selisih besar dibandingkan dengan standar AHSP.
rata-rat sebesar 46.911 kg/m3, yang kedua adalah Sehingga secara keseluruhan, standar AHSP
bangunan perkantoran dengan memiliki nilai selisih pondasi beton bertulang ini tidak tepat digunakan
rata-rata sebesar 15.829 kg/m3 dan yang ketiga adalah secara keseluruhan dalam estimasi kebutuhan
pada bangunan pendidikan dengan nilai selisih rata- tulangan pondasi beton bertulang.
rata sebesar 13,301 kg/m3. Pada kajian rasio
kebutuhan tulangan yang berdasarkan fungsi 5.2 Saran
bangunan secara keseluruhan memperlihatkan
bahwasannya kebutuhan tulangan komponen Mengingat penelitian ini sangat tergantung pada
struktural pondasi tapak memiliki rasio 1% hingga objek yang akan ditinjau, maka kajian ini diharapkan
33% lebih besar dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan secara dinamis dan berkelanjutan, guna
distandarkan AHSP. Sehingga secara keseluruhan, memperoleh hasil yang lebih aktual. Selain itu,
AHSP pondasi beton bertulang ini tidak tepat diharapkan juga objek yang ditinjau lebih bervariatif
digunakan dalam kebutuhan tulangan pondasi beton dan proporsional agar diperoleh hasil yang maksimal
bertulang. sebagai informasi bagi semua pihak. Sehingga
berdampak positif dalam estimasi biaya konstruksi serta
meningkatkan efesiensi dalam pengalokasian anggaran
5. Kesimpulan dan Saran
proyek.
Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan
dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai 6. Daftar Pustaka
hasil akhir dari penelitian ini.
[1] Anonim, 2002, Bangunan Gedung, Undang-
Undang Negara Republik Indonesia Nomor 28
5.1 Kesimpulan
Tahun 2002, Jakarta.
[2] Bowles, 2015, Naskah Publikasi ‘Analisa Harga
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat
Satuan Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pondasi
disimpulkan sebagai berikut :
Berdasarkan Analisa Pada Proyek Dan Software
1. Rasio kebutuhan komponen pondasi beton
Ms.Project’, Program Pendidikan Sarjana (S1)
bertulang zona gempa 15 dengan jumlah data
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
bangunan sebanyak 15 adalah sebesar 189,040
Brawijaya, Malang.
kg/m3.
[3] (http://element.ess.ucla.edu/publication/2003_PB2
2. Rasio rata-rata kebutuhan komponen pondasi
002/2001GC000252.pdf).
beton bertulang zona gempa 10 dengan jumlah
[4] Anonim, 2013, Persyaratan beton structural untuk
bangunan sebanyak 10 adalah sebesar 183,144
kg/m3. bangunan gedung SNI 2847:2013, Jakarta.
3. Hasil perbandingan dengan standar AHSP [5] Anonim, 2013, Baja Tulangan Beton SNI 07-2847-
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 2013, Jakarta.
11/PRT/M/2013 pekerjaan pondasi beton bertulang [6] Brird, P., (2003), An update digital model of plate
bahwa rasio rata-rata kebutuhan tulangan pondasi boundaries:Geochemistry,Geophysics,Geosystems
zona 15 lebih besar 26% dari standar AHSP. ,V. 4, no. 3 1027, doi 1029/2001GC000252.
4. Hasil perbandingan dengan standar AHSP [7] Milson, Irsyam, et al, (1992), The Manokwari
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. Trought and The Western End Of The New
11/PRT/M/2013 pekerjaan pondasi beton bertulang Guinea Trench, Tectonic, 11, 145-153.
bahwa rasio rata-rata kebutuhan tulangan pondasi [8] Walpole, Hadi, 2013, ‘Analisa Statistika Dalam
zona 10 lebih besar 22% dari standar AHSP. Pemetaan Kemiskinan Di Kota Bengkulu’,
5. Pada zona 15 fungsi bangunan pendidikan Penelitian Dosen Fakultas Matematika Dan Ilmu
menempati urutan pertama dengan jumlah Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
bangunan sebanyak 4 bangunan memiliki nilai [9] Shanmugam, NE, & Lakshmi, B, 2001, ‘State of
rata-rata rasio kebutuhan tulangan sebesar the art report on steel–concrete composite
200.068 kg/m3, kemudian pada posisi kedua columns’, Journal of Constructional Steel
terdapat fungsi bangunan hunian dengan jumlah Research, Vol. 57, Issue 10, pp. 1041– 1080.
bangunan sebanyak 8 bangunan memiliki nilai [10] Hadi, Sutrisno, 1982 Metodelogi Reasearch Jilid
rata-rata rasio kebutuhan tulangan sebesar 184.724 3,.Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi Univesitas
kg/m3 dan pada posisi ketiga adalah bangunan Gaja Mada.
perkantoran dengan jumlah bangunan sebanyak 3
bangunan memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan
rata-rata 185.846 kg/m3, sedangkan pada zona 10
fungsi bangunan hunian.
6. Kajian rasio kebutuhan tulangan ini secara
keseluruhan memperlihatkan bahwa kebutuhan

24

Anda mungkin juga menyukai