Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh.

Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila sebagai


kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas
dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang
ada dan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat
khas dan berbeda dalam system-sistem filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut
sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam
dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila dari kajian filsafat secara
menyeluruh,

B. Perumusan Masalah

1. Apakah pengertian Etika ?

2. Apa yang dimaksud Pancasila Sebagai Sistem Etika ?

3. Apa pengertian Nilai, Moral, dan Norma ?

4. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai Sistem Etika?

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek Etika.

3. Untuk mengetahui pengertian Etika dan Sistem Etika Pancasila.

4. Untuk mengetahui tujuan utama Pancasila sebagai Etika bagi Indonesia.

i
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Etika secara etimologi diambil dari bahasa Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul
dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di
dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat


spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat
etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah
laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari
sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Berikut ini adalah jenis-jenis etika
yaitu:

a. Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat etika lahir dari filsafat.

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari
filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus
bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika
1. Non-empiris
Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang
didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun filsafat tidaklah demikian,
filsafat berusaha melampaui yang konkret dengan seolah-olah menanyakan apa
di balik gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya
berhenti pada apa yang konkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya
tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Praktis
Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat
hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu,
melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika
sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan
praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis
melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok
seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori
etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita
mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

b. Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki
etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari
etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat
dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara
umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak
dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda
antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika
teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Tuhan
atau Yang Kuasa, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan
terhadap Tuhan atau Yang Kuasa. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh
Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen
memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia.
Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa
yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan
kehendak Tuhan.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang
diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara
agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam
merumuskan etika teologisnya

B. Pengertian Pancasila sebagai Sistem Etika

Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan
yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila
sebagai suatu sistem etika”. Di dunia internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai
salah satu negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan
santun yang dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila memegang peranan besar
dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai
salah satu bangsa yang beradab didunia.Kecenderungan menganggap hal yang tak
penting akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang
besar adalah bangsa yang beradab. Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah,
karena berasal dari tingkah laku dan hati nurani.

Dapat kita ketahui bahwa dalam pembahasan ini tentang pancasila sebagai etika. Etika
merupakan kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada ) dan dibagi mejadi kelompok. Etika merupakan
pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.
Etika juga ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita harus belajar
tentang etika dan mengikuti ajaran moral. Etika pun dibagi menjadi 2 kelompok etika
umum dan khusus. Etika khusus ini terbagi dua yaitu terdari etika individual dan etika
social. Etika politik adalah cabang bagian dari etika social dengan demikian membahas
kewajiban dan norma-norma dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang
dalam suatu masyarakat kenegaraan ( yang menganut system politik tertentu)
berhubungan secara politik dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam
melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus mengetahui dan memahami norma-
norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi.Dan pancasila memegang peranan
dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan
dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita.
Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat
berandil besar, Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri,
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan

Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau bertentangan dengan aliran-
aliran besar etika yang mendasarkan pada kewajiban, tujuan tindakan dan
pengembangan karakter moral, namun justru merangkum dari aliran-aliran besar
tersebut. Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan.Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam
realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun
dan kapanpun.

C. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma

a. Nilai

Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah
satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya.Berikut akan kami jelaskan
mengenai Kelompok nilai menurut penjabarannya :

1. Nilai Dasar

Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat diamati oleh panca indra manusia,
namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku manusia. Setiap
meiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari
nilai-nilai tersebut. Nilai dasar bersifat universal karena karena menyangkut kenyataan
obyek dari segala sesuatu. Contohnya tentang hakikat Tuhan, manusia serta mahkluk
hidup lainnya.Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka nilai dasar
itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar
yang berkaitan dengan hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada
hakikat kemanusiaan yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan
hak dasar (hak asasi manusia). Dan apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat
suatu benda (kuatutas,aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu juga dapat disebut
sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang praksis. Nilai Dasar yang
menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar.
Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta
parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan
dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari makan itu akan menjadi
norma moral. Namun apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi
atau Negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau
strategi yangbersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan
ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat ditemukan dalam
pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan penjabaran Pancasila.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan
yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari
nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai


manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan
kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.
b. Norma

Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi,
dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma agama,
norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum dan norma sosial. Norma memiliki
kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi. Norma-norma yang terdapat dalam
masyarakat antara lain :

a. Norma agama adalah ketentuan hidup masyarakat yang bersumber pada agama.

b. Norma kesusilaan adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani, mora atau
filsafat hidup.

c. Norma hukum adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber pada
UU suatu Negara tertentu.

d. Norma sosial adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan antara manusia
dalam masyarakat.

c. Moral

Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) yang sinonim dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan,
kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai
dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak
bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip
yang benar, baik terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap
nilai dan norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

D. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila Sebagai Sistem Etika

Nilai yang pertama adalah Ketuhanan. Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan sebagai
nilai yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan
diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan
dengan nilai, kaedah dan hukum Tuhan.Pandangan demikian secara empiris bisa
dibuktikan bahwa setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaedah dan hukum Tuhan, baik
itu kaitannya dengan hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak
buruk. Misalnya pelanggaran akan kaedah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih
sayang antar sesama akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Pelanggaran kaedah
Tuhan untuk melestarikan alam akan menghasilkan bencana alam, dan lain-lain

Nilai yang kedua adalah Kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan nilai-nilaiKemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai KemanusiaanPancasila adalah
keadilan dan keadaban. Keadilanmensyaratkan keseimbangan antara lahir dan batin,
jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan
yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia
dibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu
perbuatan itu dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban.

Nilai yang ketiga adalah Persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan
perbuatan buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin
seseorang seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun
apabila perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut
pandangan etika Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.

Nilai yang keempat adalah Kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini
terkandung nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan
permusyawaratan. Kata hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang
mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas
belum tentu kalah dibanding mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa
penghapusan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota
PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun memperhatikan kelompok yang sedikit (dari
wilayah Timur) yang secara argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan
minoritas “dimenangkan” atas pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum
tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik
jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep hikmah/kebijaksanaan.

Nilai yang kelima adalah Keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil,
maka kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai
keadilan pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan
baik apabila sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg
(1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat.
Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan
orang lain.

Menilik nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun
juga realistis dan aplikatif. Apabila dalam kajian aksiologi dikatakan bahwa keberadaan
nilai mendahului fakta, maka nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah
ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan.
Nilai-nilai tersebut dalam istilah Notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak
umum dan universal, yaitu nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan di manapun,
kapanpun dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain.
Sebagai contoh, nilai Ketuhanan akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan
toleransi. Nilai Kemanusiaan, menghasilkan nilai kesusilaan, tolong menolong,
penghargaan, penghormatan, kerjasama, dan lain-lain. Nilai Persatuan menghasilkan
nilai cinta tanah air, pengorbanan dan lain-lain. Nilai Kerakyatan menghasilkan nilai
menghargai perbedaan, kesetaraan, dan lain-lain Nilai Keadilan menghasilkan nilai
kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama dan lain-lain
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai
ajaran moral (Suseno, 1987). Etika dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umumdan
etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987).

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu
sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat, hierarkhis dan sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna(Historisitas,Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila),PT


Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

http://septianludy.blogspot.co.id/2014/07/pancasila-sebagai-sistem-etika_8.html

http://sinarmentari4u.blogspot.co.id/2011/07/makalah-pancasila-sebagai-sistem-etika.html

http://123789adt.blogspot.co.id/2016/09/makalah-pancasila-sebagai-sistem-etika.html

https://nadhifwalisongo.blogspot.co.id/2017/06/makalah-pancasila-sebagai-sistem-etika.html

Anda mungkin juga menyukai