AGREGAT HALUS
1
Ada beberapa jenis pasir yang perlu diketahui, antara lain:
1. Pasir kali
Pasir kali tersusun dari bahan yang sama seperti batu kali.
Perbedaannya terletak pada ukuran butirnya, dimana pasir adalah fragmen-
fragmen batuan yang berukuran 0,016 – 2 mm. Jika ukurannya kurang dari
0,016 mm, maka dinamakan lanau dan demikian pula dengan pasir halus dan
pasir kasar. Pasir kali baik digunakan untuk campuran beton maupun untuk
pekerjaan urugan.
2. Pasir kuarsa putih
Pasir ini sehari-hari kita kenal sebagai batu sedimen yang terbentuk dari
pelapukan batuan kuarsa dan batuan-batuan lain yang mengandung kristal-
kristal kuarsa. Di negara kita lazimnya bahan galian ditemuukan di tepian
sungai, pantai dan dasar laut. Kegunaan dari pasir jenis ini antara lain :
a. Untuk pembuatan berbagai macam gelas (kaca) sebagai bahan pokok
b. Untuk pembuatan semen Portland, dan lain-lain.
3. Pasir kuarsa hitam
Pasir ini dapat digunakan untuk bahan bangunan, yang sehari-hari
dikenal dengan warnanya yang kehitam-hitaman. Pasir ini terdiri dari kristal-
kristal SiO2. Asal mula terbentuknya sama dengan pasir kuarsa putih, yaitu
dari berbagai macam kotoran yang dapat terdiri dari oksida-oksida logam dan
bahan-bahan organik. Kegunaan dari pasir kuarsa hitam ini adalah :
a. Untuk adukan beton, spesi dan sebagainya
b. Untuk pembuatan batu cetak
c. Untuk meningkatkan daya tahan gesek rel kereta api
d. Untuk pembuatan jalan raya
e. Untuk bangunan basah, dan lain-lain.
2
Pada Laboratorium Struktur dan Bahan ini, dilakukan 6 percobaan agregat halus
(pasir) yaitu :
1. Analisa saringan / gradasi agregat halus (pasir)
2. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir)
3. Berat volume agregat halus (pasir)
4. Kadar air agregat halus (pasir)
5. Kadar lumpur dan lempung agregat halus (pasir)
6. Kadar bahan organik agregat halus (pasir)
3
PERCOBAAN 1.1
ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dengan
uji saringan. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam
perencanaan adukan beton..
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan analisa saringan pada agregat
halus / pasir yaitu:
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 1500 gram
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang pasir kering oven sebanyak 1500 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai
dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan
terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang
saringan pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15
menit.
4
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu
mengendap.
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan
beserta isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
10. Hitung persentase lolos.
11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
12. Finess Modulus adalah jumlah kumulatif persen dari suatu perhitungan
analisa ayakan agregat pada seri lubang #0,15 mm, #0,30 mm, #0,60 mm
sampai dengan # saringan maksimum pada seri ayakan berbanding 1:2
dibagi dengan 100.
D. ANALISA PERHITUNGAN
Analisa perhitungan untuk percobaan analisa saringan pada agregat
halus/ pasir yaitu:
Rumus :
% tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15 mm
Fpasir = ...................(1.1)
100
5
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan modulus
kealusan pasir. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 1.1 Analisa Saringan Agregat Halus
Ukuran Berat Komulatif
Saringan Tertahan
Spek Umum
masing2 Berat
% % 2010 Revisi 2
ASTM mm saringan Tertahan
(gram) Tertahan Lolos
(gram)
1½ " 38,10
1" 25,40
3/4 " 19,00
1/2" 12,70
3/8" 9,50 - - - 100,00 100 - 100
#4 4,76 45,39 45,39 3,02 96,98 90 - 100
#8 2,38 27,63 73,02 4,87 95,13 75 - 100
#16 1,19 51,09 124,11 8,27 91,73 40 - 90
# 30 0,59 410,30 534,41 35,61 64,39 25 - 80
# 50 0,279 717,57 1.251,98 83,43 16,57 10 - 40
# 100 0,149 233,25 1.485,23 98,98 1,02 0 - 15
# 200 0,074 11,41 1.496,64 99,74 0,26 0 5
Pan 3,9
Berat seluruh
1.500,58 Gram
contoh
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
80
60
40
20
0
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
6
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan nilai modulus kehalusan pasir adalah 3,3%. Nilai
ini masuk dalam spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 2,20% –
3,10%.
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum analisa saringan agregat halus yang telah dilakukan,
didapatkan pesebaran agregat berdasarkan ukuran saringan yang selanjutnya
di timbang. Di bawah ini adalah proses penimbangan agregat halus dan proses
pengguncangan menggunakan saringan yang telah ditetapkan.
7
Gambar 1.3 pasir kering oven seberat 1500 gram, suhu kamar
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
8
Gambar 1.10 memasukkan sampel Gambar 1.11 mengguncang saringan
kedalam saringan teratas (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
Gambar 1.12 pasir dalam saringan 4 Gambar 1.13 pasir dalam saringan 8
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
Gambar 1.14 pasir dalam saringan Gambar 1.15 pasir dalam saringan
16 30
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
9
Gambar 1.16 pasir dalam Saringan 50 Gambar 1.17 pasir dalam saringan 100
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
10
PERCOBAAN 1. 2
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific
gravity dan absorbsi dari agregat halus (pasir) menurut ASTM C-128.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan berat jenis dan penyerapan agregat
halus (pasir) yaitu:
1. Timbang pasir seberat 1500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan
kering permukaan (SSD). Untuk mengetahui kondisi SSD tercapai, ambil
kerucut kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan
sampel 1/3 bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8
kali dengan tinggi jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8
kali dan lapis ketiga 7 kali.
11
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel.
5. Timbang piknometer (dalam keadaan kosong).
6. Isi piknometer dengan aquades, lalu timbang piknometer yang berisi
aquades tersebut, tuangkan kembali aquades apabila sudah ditimbang.
7. Masukkan pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram tadi ke dalam
piknometer, lalu tambahkan aquades, kocok selama ± 5 menit.
8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara
didalamnya.
9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades.
10. Timbang talang (wadah) kosong
11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam talang (wadah) tersebut lalu
oven selama 24 jam.
12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan
berat kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
E
Apparent spesific gravity = ..............................(1.2)
E + D– C
E
Bulk spesific gravity on dry basic =
B + D – C ..............................(1.3)
B
Bulk spesific gravity SSD basic = ..............................(1.4)
B + D– C
B– E
Absorption (penyerapan) = 𝑥 100% ..............................(1.5)
E
Dimana :
A = berat flask (gram)
B = berat contoh kondisi SSD di udara (gram)
C = berat flask + air + contoh SSD (gram)
D = berat flask + air (standar)
E = berat contoh kering di udara (gram)
12
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan berat jenis dan
penyerapan agregat halus. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 1.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
Pengujian
Rata - rata
1 2
b
Berat Jenis Bulk 2,375 2,381 2,38
c+a-d
a
Berat Jenis SSD 2,451 2,458 2,45
c+a-d
a
Berat Jenis Apparent 2,569 2,580 2,57
c+b-d
a-b x 100%
Penyerapan Air 3,18 3,24 3,209
b
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat jenis agregat yaitu 2,57% memenuhi dalam
kisaran (range) spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 1,60 – 3,20.
Sedangkan untuk absorpsi (penyerapan), hasil pengamatan yaitu 3,029%
memenuhi spesifikasi 0,2% – 2,0%.
13
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum berat jenis agregat halus, gambar di bawah ini adalah
proses penimbangan agregat halus dan piknometer untuk mendapakan berat
jenisnya.
14
Gambar 1.23 mengeluarkan air dari dalam piknometer
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
15
Gambar 1.28 memasukkan talang berisi pasir kedalam oven
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
16
PERCOBAAN 1.3
BERAT VOLUME AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi agregat halus (pasir) baik dalam kondisi
lepas maupun kondisi padat.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan berat volume agregat halus
(pasir), yaitu:
1. Kondisi Lepas/Gembur
a) Ukur volume kontainer
b) Timbang kontainer dalam keadaan kosong
c) Isi kontainer dengan pasir sampai penuh
d) Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata
e) Timbang berat kontainer + pasir
2. Kondisi Padat
a) Ukur volume kontainer
b) Timbang berat kontainer
c) Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
17
d) Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2
e) Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan
atas kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali
f) Ratakan permukaannya dengan alat perata
g) Timbang berat kontainer + pasir
D. ANALISA PERHITUNGAN
Rumus yang digunakan:
W2 − W1
Berat volume agregat = ....................................(1.6)
V
Dimana :
V = volume kontainer (cm3)
W1 = berat kontainer (kg)
W2 = berat kontainer + pasir (kg)
Penyelesaian:
Gembur
Sampel 1
W2 − W1 7,36 − 3,238
Berat volume agregat = = = 1,374
V 3,0
Sampel 2
W2 − W1 7,38 − 3,238
Berat volume agregat = = = 1,381
V 3,0
Padat
Sampel 1
W2 − W1 7,64 − 3,238
Berat volume agregat = = = 1,467
V 3,0
Sampel 2
W2 − W1 7,68 − 3,238
Berat volume agregat = = = 1,481
V 3,0
18
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan berat volume
agregat halus. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 1.3 Berat Volume
GEMBUR PADAT
Berat
sampel sampel sampel sampel Unit
1 2 1 2
BERAT MOLD +
W2 7,36 7,38 7,64 7,68
SAMPEL (Kg)
BERAT SAMPEL
W3 = W2 - W1 4,12 4,14 4,40 4,44
(Kg)
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat volume pasir, dalam kondisi lepas diperoleh
berat volume pasir adalah 1,377 kg/ltr, memenuhi spesifikasi agregat beton
menurut ASTM yaitu 1,4 – 1,9 kg/liter dan dalam kondisi padat diperoleh
berat volume pasir adalah 1,474 kg/ltr, memenuhi spesifikasi agregat beton
menurut ASTM yaitu 1,4 – 1,9 kg/liter.
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum berat volume agregat halus yang telah dilakukan, di
bawah ini adalah proses penimbangan agregat halus yang berada dalam
kontainer untuk menentukan berat jenisnya, dilakukan dua proses percobaan,
yaitu dalam keadaan gembur dan dalam keadaan padat.
19
Kondisi gembur
20
Kondisi Padat
Gambar 1.35 isi kontainer sampai full dan ratakan dengan penggaris
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
21
PERCOBAAN 1. 4
KADAR AIR AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk
menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi perubahan kadar
kelembaban beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan kadar air agregat halus (pasir), yaitu:
1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan
berat kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
C– D
Kadar air (%) = 𝑥 100% .............................................(1.7)
C
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
22
Penyelesaian:
Sampel 1
97,00 – 100,00
Kadar air (%) = 𝑥 100% = 3,09%
97,00
Sampel 2
95,00 – 100,06
Kadar air (%) = 𝑥 100% = 5,33%
95,00
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan kadar air agregat
halus. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 1.4 Kadar Air
PASIR ALAMI
4,21
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar air agregat halus sebesar 4,21%, memenuhi
spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 3% - 5%.
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum kadar air agregat halus yang telah dilakukan, Di bawah
ini merupakan proses-proses yang telah dilakukan untuk mendapatkan kadar
air yang telah ditentukan.
23
Gambar 1.36 timbang talang kosong
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
24
PERCOBAAN 1. 5
KADAR LUMPUR DAN LEMPUNG AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui besarnya (persentase) kadar lumpur dalam agregat
halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5 %
merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan
beton..
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan kadar lumpur (lempung) pada
pasir, yaitu:
1. Oven pasir sebanyak 2000 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci
secukupnya, sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih
(lumpur hilang).
25
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu
100oC.
5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
(A – B)
Kadar lumpur = 𝑥 100% ........................................(1.8)
B
Dimana :
A = berat kering sebelum dicuci (gram)
B = berat kering setelah dicuci (gram)
Penyelesaian :
(500,00 – 494,80)
Kadar lumpur = 𝑥 100% = 1,04%
494,80
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan kadar lumpur
agregat halus. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 1.5 Kadar Lumpur Agregat Halus
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
PENGUJIAN SAMPEL 1 SATUAN Notasi
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar lumpur agregat halus yaitu 1,04%, memenuhi
spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 0,2% - 6,0%.
26
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum kadar lumpur agregat halus yang telah dilakukan, di
bawah ini merupakan proses-proses untuk mendapatkan kadar lumpur.
Gambar 1.40 oven selama 24 jam Gambar 1.41 pasir di cuci pada
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan saringan 200
Kelompok 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan
Kelompok 8)
27
Gambar 1.42 oven kembali selama 24 jam
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
32
PERCOBAAN 1 .6
KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS (PASIR)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar bahan organik di dalam pasir yang akan
digunakan dalam adukan beton. Bahan organik yang tercampur pada pasir
akan berpengaruh pada kekuatan beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Alat dan bahan untuk percobaan kadar bahan organik di dalam pasir, yaitu:
1. Botol bening diisi dengan pasir 1/3 bagian dan NaOH 3% 1/3 bagian juga.
2. Setelah itu botol tersebut dikocok selama ± 10 menit.
3. Setelah dikocok, diamkan selama 24 jam kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi.
4. Bandingkan warna tersebut dengan standard warna kandungan organik.
D. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan kadar organik
agregat halus. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 1.6 Kadar Organik
STANDARD COLOUR (NO. 3)
NO. SAMPLE
< #3 = #3 > #3
SAMPLE 1 No. 1
SAMPLE 2
No. 1 (Non Organik)
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
33
E. KESIMPULAN
Kadar organik agregat halus yaitu 0 sehingga tidak diperlukan proses
pencucian sebelum digunakan untuk pencampuran beton.
F. DOKUMENTASI
Untuk proses- proses mendapatkan kadar organik yang telah dilakukan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
34
BAB II
AGREGAT KASAR
Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umunya
yang diamksud dengan agregat kasar adalah agrgat dengan besar butiran 5 mm.
Jenis agregat ini permukaannya kasar dan banyak memerlukan air untuk
penggunaan dalam beton serta kegunaannya cukup bagus.
Syarat-syarat kasar agregat antara lain :
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunkan bila
jumlah butir pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari jumlah keseluruhan
agregat. Butir-butir agregat harus tahan terhadap cuaca.
2. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap
berat kering. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
saringan no. 200 (saringan ASTM) atau saringan 0,063 mm. Bila kadar
lumpur melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci dulu sebelum
digunakan.
3. Agregat kasar tidak boleh mangandung zat-zat reaktif alkali yang dapat
memecahkan beton jika zat tersebut bereaksi dengan alkali Na2O dan K2O
dalam semen Portland.
4. Kekerasan butiran agregat kasar dapat diperiksa dengan menggunakan mesin
Los Angeles dimana tidak lolos 50% saringan no. 12 (ASTM).
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
harus bergradasi baik.
Butiran-butiran agregat runcing dan sangat kasar. Butiran yang pipih dan
memanjang membutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton yang
mudah dikerjakan. Hal-hal tersebut diatas penting, bukan saja untuk agregat kasar
tetapi juga untuk agregat halus. Biasanya agregat alam bentuknya bundar akan
35
tetapi agregat yang diperoleh dari pemecahan batu yang sangat bersudut, pipih,
sangat tipis dan sangat panjang sebaiknya tidak usah digunakan.
Berdasarkan proses terjadinya, agrgat kasar dapat dibagi atas :
1. Agregat alam
Kerikil alam adalah batuan yang diperoleh dari penghancuran batuan
induk secara alamiah. Umumnya jenis ini berbentuk bulat. Bentuk seperti ini
baik untuk pembuatan beton.
2. Agregat buatan
Karena keterbatasan persediaan kerikil alam, maka untuk memenuhi
kebutuhan kerikil biasanya ditempuh dengan cara pemecahan atau
penghancuran batuan. Keuntungan penggunaan kerikil jenis ini dalam
pembuatan beton adalah menghasilkan beton yang berkekuatan tinggi, tahan
panas dan api. Umumnya pembuatan agregat bentuk ini banyak mengandung
pori, sehingga beton yang dihasilkan lebih mahal jika dibandingkan dengan
beton yang menggunakan kerikil alam. Karena sifatnya berpori maak dapat
memberikan perubahan yang berarti dalam pembuatan beton yaitu penyusutan
dan pemuaian.
Karakteristik agregat kasar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bentuk butir dan keadaan permukaan
a. Bulat dan permukaannya licin, kasar berkristal, berpori
b. Tidak beraturan
c. Bersudut tajam dan permukaannya kasar
d. Pipih
e. Memanjang, panjangnya lebih besar 3 kali dari lebarnya
Butiran agregat mempunyai hubungan erat dengan luas permukaan dan
banyaknya rongga. Perbedaan luas permukaan akan mempengaruhi jumlah air
yang diperlukan dalam pembuatan beton. Dalam beton, rongga-rongga akan
diisi oleh pasta dimaan makin banyak pasta yang digunakan makin banyak
pula pemakaian semen.
36
2. Kekuatan agregat
Pada umumnya kekuatan agregat tergantung dari jenis agregat, susunan
mineral, struktur butir. Kekuatan agregat akan sangat berpengaruh pada
kekuatan beton. Pengujian kekuatan agregat kasar, antara lain :
a. British Standard
- Nilai hancur (crushing value)
- Pukulan (impact value)
- 10% nilai
b. America Standard
- Pengujian geseran dan ketahanan dengan bejana LA
- Dengan PB 71 yaitu bejana tekan Rudellof
3. Berat jenis agregat
Berat jenis mutlak yaitu perbandingan antara suatu benda dengan berat
air murni pada volume dan suhu yang sama dimana volume benda tidak
termasuk pori-pori didalamnya. Berat jenis nyata sama dengan berat jenis
mutlak tetapi volume pori-pori yang tidak tembus air. Keadaan SSD yaitu
perbandingan berat antara suatu benda pada SSD dengan berat air murni pada
volume dan suhu yang sama dimana volume benda, pori-pori yang tidak
tembus diisi oleh air. Berat jenis kering asma dengan berat SSD dimana
volume benda termasuk seluruh pori-pori yang terkandung dalam agregat.
4. Pori-pori agregat
Pori-pori pada agregat dibedakan atas :
a. Pori-pori yang tembus air
b. Pori-pori yang tidak tembus air
Besar kecilnya pori-pori sangat tergantung dari jenis batuan dan proses
pembentukannya yang mempengaruhi daya serap agregat. Pada agregat dapat
terjadi kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi kering mutlak
b. Kondisi kering udara
c. Kondisi kering permukaan (SSD)
d. Kondisi basah
37
5. Berat isi agregat
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat dan isi, berat nilainya
tergantung dari bagaimana padatnya kita mengisinya, bentuk butir dan
susunan butirnya. Jadi meskipun berat jenis suatu benda sama namun tidaklah
mutlak berat benda itu sama.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh agregat adalah sebagi berikut :
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada
umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran
butir lebih besar dari 5 mm sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu
agregat untuk berbagai mutu beton.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat
digunakan apabila jumlah butirnya tidak melampaui 20% dari agregat
seluruhnya. Agregat kasar tidak mudah hancur oleh perubahan cuaca.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%(ditentukan
berdasarkan berat keringnya), yang dimaksud dengan lumpur dalam hal ini
adalah bagian dari agregat yang lolos saringan no. 0,063 mm. Apabila kadar
lumpurnya melebihi 1% maka agregat tersebut harus dicuci.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat reaktif alkali.
5. Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloff dengan beban uji seberat 20 ton dan harus dapat memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 9,5 – 1,9 mm lebih dari 24%
terhadap berat.
b. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 19 – 30 mmlebih daripada 22%
atau mesin Los Angeles beratnya tidak boleh melebihi 50% berat
keseluruhan.
38
6. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang bervariasi besarnya dan bila
digunakan ayakan dengan susunan ayakan yang telah ditentukan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sisa pada ayakan 4 mm harus berkisar 90 – 98% dari berat.
b. Selisih antara sisa kumulatif pada ayakan yang berukuran maksimum 60%
dan minimum 10% dari berat.
7. Berat butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang-
bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih
minimum antara batang-batang/berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari
batasan ini boleh dengan seizin ahli, cara-cara pengecoran apabila tidak terjadi
sarang-sarang kerikil.
Istilah-istilah :
a. Berat jenis spesifik adalah perbandingan antara berat kering agregat kasar
dengan berat air suling pada tekanan volume sama.
b. Berat jenis spesifik kering permukaan jenuh (SSD) adalah perbandingan
antara berat kering permukaan jenuh agregat kasar dengan berat air suling
pada volume sama pada suhu t oC.
c. Berat jenis spesifik semu adalah perbandingan antara berat kering agregat
kasar dengan berat air suling pada volume sama.
d. Penyerapan (absorption) adalah prosentase berat air yang dapat disimpan pori
terhadap agregat kering.
Pada Laboratorium Struktur dan Bahan ini, dilakukan 6 percobaan agregat kasar
(kerikil) yaitu:
1. Analisa saringan / gradasi agregat kasar (kerikil)
2. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar (kerikil)
3. Berat volume agregat kasar (kerikil)
4. Kadar air agregat kasar (kerikil)
5. Kadar lumpur dan lempung agregat kasar (kerikil)
6. Abrassion test / keausan.
39
PERCOBAAN 2. 1
ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat kasar dari yang besar sampai
halus untuk keperluan desain beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Alat dan bahan untuk percobaan analisa saringan / gradasi agregat kasar
(kerikil), yaitu:
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 2500 gram.
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang agregat kering oven sebanyak 2500 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai
dari pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan
terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang
saringan pada mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15
menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu
mengendap.
40
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan
beserta isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
10. Hitung persentase lolos.
11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
D. ANALISA PERHITUNGAN
Rumus yang digunakan:
41
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan modulus
kealusan kerikil (Agregat Kasar). Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 2.1 Analisa Saringan Agregat Kasar
Ukuran
Berat Komulatif
Saringan
Tertahan
masing2
AST saringan Berat Tertahan
Mm % Tertahan % Lolos
M (gram) (gram)
60
40
20
0
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
42
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan nilai modulus kehalusan kerikil adalah 8,3%.
Nilai ini masuk dalam spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 5,5% –
8,5%.
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum analisa saringan agregat kasar yang telah dilakukan,
didapatkan pesebaran agregat berdasarkan ukuran saringan yang selanjutnya
di timbang. Di bawah ini adalah proses penimbangan agregat kasar dan
proses pengguncangan menggunakan saringan yang telah ditetapkan.
Gambar 2.1 oven sampel 2500 gram Gambar 2.2 timbang sampel seberat
selama 24 jam 2500
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
43
Gambar 2.5 saringan 19,05 Gambar 2.6 saringan 9,60
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
44
Gambar 2.13 saringan 4,75
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
45
PERCOBAAN 2.2
BERAT JENIS DAN PENYERAPANAGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific
gravity dan absorbsi dari agregat kasar (kerikil) menurut ASTM C-128.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar (kerikil), yaitu:
1. Ambil kerikil sebanyak 1500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah ± 24 jam, keringkan kerikil hingga mencapai keadaan kering
permukaan (SSD).
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 2000 gram di udara.
5. Timbang keranjang kosong dalam air.
6. Timbang keranjang + sampel SSD dalam air.
7. Keluarkan sampel dari keranjang dan oven selama ± 24 jam.
8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan
berat kering.
46
D. ANALISA PERHITUNGAN
C
Apparent spesific gravity = ....................................(2.2)
C − B
C
Bulk spesific gravity on dry basic = ....................................(2.3)
A−B
A
Bulk spesific gravity SSD basic = ....................................(2.4)
A−B
A−C
Absorption (penyerapan) = 𝑥 100% ....................................(2.5)
C
Dimana :
A = berat contoh kondisi SSD di udara (gram)
B = berat contoh kondisi SSD dalam air (gram)
C = berat contoh kering di udara (gram
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan berat jenis dan
penyerapan agregat kasar. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 2.2 Berat Jenis Agregat Kasar
Pengujian
Rata - rata
1 2
Berat Contoh Uji Kering Oven BK 3963,83 3967,8
Br. Ct. Uji Kering Permukaan Jenuh BJ 4002,87 4010,9
Berat Contoh Uji didalam air BA 2462,31 2465
BK
Berat Jenis Bulk 2,573 2,566 2,57
BJ - BA
BJ
Berat Jenis SSD 2,598 2,594 2,60
BJ - BA
47
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat jenis agregat kasar memenuhi dalam kisaran
(range) spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 1,60 – 3,20. Sedangkan
untuk absorpsi (penyerapan), hasil pengamatan adalah 1,04, memenuhi
spesifikasi 0,2 – 4,0%.
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum berat jenis agregat kasar, gambar di bawah ini adalah
proses penimbangan agregat kasar untuk mendapakan berat jenisnya.
48
PERCOBAAN 2.3
BERAT VOLUME AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi agregat kasar (kerikil) baik dalam kondisi
lepas maupun kondisi padat.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
- Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong
3. Isi kontainer dengan kerikil sampai penuh
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata
5. Timbang berat kontainer + kerikil
- Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat kasar (kerikil) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian lalu
tumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan
atas kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata
7. Timbang berat kontainer + kerikil
49
D. ANALISA PERHITUNGAN
Rumus yang digunakan:
W2 − W1
Berat volume agregat = ........................................(2.6)
V
Dimana :
V = volume kontainer (cm3)
W1 = berat kontainer (kg)
W2 = berat kontainer + kerikil (kg)
Penyelesaian :
Gembur Sampel 1
3,8
Berat volume agregat = = 1,280
30
Padat Sampel 1
4,4
Berat volume agregat = = 1,480
30
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan berat volume
agregat kasar. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 2.3 Berat Volume
unit
GEMBUR PADAT
weight
sampel sampel sampel sampel
1 2 1 2
BERAT MOLD +
W2 7,06 7,1 7,66 7,68
SAMPEL (Kg)
50
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan berat volume kerikil dalam kondisi lepas 1,287,
memenuhi spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 1,6 – 1,9 kg/liter.
Sedangkan dalam kondisi padat 1,483, memenuhi spesifikasi.
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum berat volume agregat kasar yang telah dilakukan, di
bawah ini adalah proses penimbangan agregat kasar yang berada dalam
kontainer untuk menentukan berat jenisnya, dilakukan dua proses percobaan,
yaitu dalam keadaan gembur dan dalam keadaan padat.
Kondisi Gembur
51
Gambar 2.18 timbang kontainer berisi sampel
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
Kondisi padat
Gambar 2.20 isi kontainer dengan Gambar 2.21 isi fuul kontainer
sampel 1/3 dengan sampel
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klpk 8)
52
Gambar 2.22 timbang kontainer
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
53
PERCOBAAN 2.4
KADAR AIR AGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat kasar (kerikil) dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dalam keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk
menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi perubahan kadar
kelembaban beton.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan kadar air agregat kasar (kerikil),
yaitu:
1. Timbang talang kosong yang digunakan.
2. Kerikil ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100oC.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan
berat kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
Rumus yang digunakan
C−D
Kadar air (%) = 𝑋 100% ...........................................(2.7)
C
54
Dimana :
C = berat basah (kondisi lapangan)
D = berat kering (setelah dioven)
Penyelesaian :
1009,20 − 1000,01
Kadar air (%) = 𝑋 100% = 0,92
1009,20
1009,10 − 1001,02
Kadar air (%) = 𝑋 100% = 0,81
1009,10
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan kadar air agregat
kasar. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 2.4 Kadar Air Agregat Kasar
Sampel Sampel
PENGUJIAN Satuan Notasi
I II
Berat Contoh Basah + Cawan 1009,20 1009,10 gram Bbc
Berat Contoh Kering + Cawan 1000,01 1001,02 gram Bkc
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar air agregat kasar sebesar 0,92%, memenuhi
spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 0,5% - 2,0%.
55
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum kadar air agregat kasar yang telah dilakukan, Di bawah
ini merupakan proses-proses yang telah dilakukan untuk mendapatkan kadar
air yang telah ditentukan.
56
PERCOBAAN 2.5
KADAR LUMPUR DAN LEMPUNGAGREGAT KASAR (KERIKIL)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada kerikil dengan cara
pencucian.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat kasar (kerikil), yaitu:
1. Oven kerikil sebanyak 1500 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah kerikil dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci
secukupnya, sehingga benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih
(lumpur hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu
100oC.
57
5. Setelah dioven, timbang kembali kerikil tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
D. ANALISA PERHITUNGAN
A−B
Kadar lumpur = 𝑋 100% .............................................(2.8)
A
Dimana :
A = berat kering sebelum dicuci (gram)
B = berat kering setelah dicuci (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan kadar lumpur
agregat kasar. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 2.5 Kadar Lumpur Agregat Kasar
F. KESIMPULAN
Hasil pengamatan kadar lumpur agregat kasar yaitu 0,99%, memenuhi
spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 0,2% - 1,0%.
58
G. DOKUMENTASI
Dari praktikum kadar lumpur agregat halus yang telah dilakukan, di
bawah ini merupakan proses-proses untuk mendapatkan kadar lumpur.
59
PERCOBAAN 2.6
PEMERIKSAAN ABRASI/KEAUSAN AGREGAT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui keausan agregat yang diakibatkan oleh faktor-
faktor mekanis.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan untuk percobaan pemeriksaan abrasi/keausan
agregat, yaitu:
1. Ambil benda uji (kerikil) yang akan diperiksa, lalu cuci sampai bersih.
2. Keringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110oC.
3. Ambil sampel sebanyak 5000 gram.
4. Masukkan sampel pada drum abrasi beserta bola baja.
5. Tutup kembali drum abrasi.
6. Atur angka pada counter sesuai jumlah putaran yang diinginkan.
7. Tekan tombol start, sehingga drum berputar.
8. Setelah drum berhenti, pasang talang dibawah drum.
9. Buka tutup tekan tombol inching sehingga drum terbalik, sehingga agregat
dan bola baja tertampung pada talang.
10. Saring agregat dengan saringan no. 12 dan agregat yang tertahan dicuci
sampai bersih.
60
11. Keringkan dengan oven selama 24 jam.
12. Timbang berat keringnya.
D. ANALISA PERHITUNGAN
A−B
Keausan = 𝑋 100% ......................................................(2.9)
A
Dimana :
A = berat kering setelah dicuci (gram)
B = berat kering setelah abrassion test (gram)
E. DATA PENGAMATAN
Dari Praktikum yang telah dilakukan, telah didapatkan keausan atau
abrasi agregat kasar. Diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 2.6 Keausan atau Abrasi
Gradasi pemeriksaan Berat Benda Uji (gram)
Saringan Lewat
Saringan Lewat
Tertahan
A B C D E F G
1/2
76.2 mm ( 3" ) 63.5 mm ( 2 " ) 2500
1/2
63.5 mm ( 2 " ) 50.8 mm ( 2" )
50.8 mm ( 2" ) 37.5 mm ( 11/2" ) 5000 5000
1/2
37.5 mm ( 1 " ) 25.4 mm ( 1" ) 1250 5000 5000
25.4 mm ( 1" ) 19.0 mm ( 3/4" ) 1250 5000
19.0 mm ( 3/4" ) 12.5 mm ( 1/2" ) 1250 2500
12.5 mm ( 1/2" ) 9.5 mm ( 3/8 " ) 1250 2500
9.5 mm ( 3/8 " ) 6.3 mm ( 1/4 " ) 2500
6.3 mm ( 1/4 " ) 4.75 mm ( no 4 ) 2500
4.75 mm ( no 4 ) 2.36 mm ( no 8 ) 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
61
F. KESIMPULAN
Keausan/abrasi dari agregat kasar sebesar 19,925%, memenuhi
spesifikasi agregat beton menurut ASTM yaitu 15%-50%.
G. DOKUMENTASI
62
BAB III
PENGGABUNGAN AGREGAT
Umumnya agregat alam maupun batu pecah, gradasinya tidak masuk dalam
spesifikasi untuk campuran beton, sehingga diperlukan suatu kombinasi dari
beebrapa agregat untuk mendapatkan agregat beton yang gradasinya memenuhi
spesifikasi. Ada beberapa cara untuk mendapatkan prosentase masing-masing
agregat sehingga membentuk agregat yang gradasinya memenuhi standar
(persyaratan) antara lain :
- Cara analitis
- Cara grafik
Umumnya lengkung gradasi agregat yang belum dikombinasi bersifat
cembung sedangkan yang dikehendaki adalah cekung. Untuk mendapatkan hasil
kombinasi yang gradasi gabungannya bersifat cekung maka digunakan standar
gabungan yang bersifat cekung.
63
Gabungan antara agregat kasar dengan agregat halus pada umumnya
dilakukan dengan batu pecah antara fraksi-fraksi tertentu. Untuk
menggunakan rumus diatas, maka dicari nilai a pada tiap lobang ayakan
yang standar, disini ada dua nilai yaitu a1 dan a2, dimana :
a1 = nilai prosentase untuk batas atas dari spesifikasi
a2 = nilai prosentase untuk batas bawah dari spesifikasi
64
Grafik 3.1 Grafik penentuan persentase agregat gabungan
dengan cara grafis
2. Tarik garis vertikal A-A sedemikian sehingga jarak antara nilai axis y
maksimum dan grafik atas sama dengan jarak antara nilai axis y
minimum (sumbu X) dan grafik bawah sama panjang.
3. Tarik garis diagonal grafik.
4. Tarik garis horisontal dari perpotongan antara garis vertikal A-A dan
garis diagonal hingga membagi dua sumbu Y.
5. Bagian bawah dari sumbu Y adalah nilai a dan bagian atas adalah nilai b.
65
BAB IV
PEMERIKSAAN BETON
(Tinjauan Umum Mix Design)
4.1. PENDAHULUAN
Beton ialah suatu campuran yang terdiri dari aggregat alam seperti
pasir, batu pecah, dan semen. Sebagai alternatif lain dapat juga digunakan
aggregat buatan seperti trak sebagai hasil sampingan dari peleburan baja,
apabila memang cocok untuk keadaan yang kita hadapi.
Bahan utama campuran lainnya ialah bahan pengikat, yang mengikat
butiran-butiran aggregate menjadi satu dan akhirnya menjadi bahan yang
keras. Bahan yang biasa digunakan ialah bahan yang merupakan hasil reaksi
kimia antara semen dan air. Bahan pengikat lainnya digunakan dalam skala
yang lebih kecil untuk beton khusus, di mana semen dan air yang biasa
digunakan, diganti seluruhnya atau sebagian saja oleh bahan-bahan yang
dikenal sebagai epoxy atau polyester.
Beton yang telah mengeras bagaikan batu karang dengan kekuatan
tinggi (tekan), karena beton dalam keadaan segar dapat dibuat dalam
bermacam-macam bentuk maka keuntungan ini dapat dipakai untuk tujuan
arsitektur.
Beton mempunyai kekuatan tarik yang rendah dibandingkan dengan
kekuatan tekannya, sehingga untuk pelaksanaannya biasa dipasang tulangan
tarik dari baja untuk menahan gaya tarik. Beton yang demikian disebut
beton bertulang. Jenis yang lain biasa disebut beton pratekan karena pada
betonnya diberi gaya tekan lebih dulu untuk mengimbangi gaya tarik yang
bekerja kemudian.
66
itu dianggap masih segar. Beton yang baru dituangkan dan segera
dipadatkan disebut beton hijau, sedangkan bila mencapai kekerasannya
yaitu setelah 12 jam selesai pengecoran disebut beton muda.
a. Beton berat
Beton ini mempunyai berat volume lebih besar dari 2,8 ton/m3
dipakai untuk pelindung terhadap sinar gamma. Beton ini dipakai untuk
reaktor.
b. Beton normal/biasa
Dipakai untuk konstruksi tempat tinggal biasa dengan berat
volume 1,8 - 2,8 ton/m3. Jenis aggregatnya antara lain :pasir, batu
pecah, atau batu pecah.
c. Betonringan
Berat volumenya antara 0,6 - 1,8 ton/m3, dipakai untuk bangunan
pemikul beban ringan. Aggregat yang digunakan ialah batu lempung
expended clay, verumculie.
67
4.4. KELAS DAN MUTU BETON
Mutu dan mutu beton yaitu:
a. Beton kelas I
Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural
yang pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus.
Mutu beton kelas I dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II
Beton kelas II ialah beton untuk pekerjaan structural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
pengawasan oleh tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu-mutu
standarya itu B1, K125, K175, K225.
c. Beton kelas III
Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan structural secara
umum di mana dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan lebih tinggi
dari K225. Dalam pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan
laboratorium dengan peralatan yang lengkap.
68
4.6 PERCOBAAN CARA PENGUKURAN SIFAT PENGERJAAN
Ada tiga cara percobaan pengukuran sifat pengerjaan beton yang telah
digunakan secara luas :
- percobaan Slump
- percobaan penentuan factor pemadatan,
- percobaan dengan menggunakan alat pengukur konsistensi.
69
BAB V
RANCANGAN CAMPURAN BETON
METODE DEVELOPMENT OF ENVIRONMENT (D.O.E)
70
Dimana:
k = koefisien yang diambil berdasarkan % kemungkinan gagal.
k = 2.33 jika kemungkinan gagal 1.0%
k = 1.96 jika kemungkinan gagal 2.5%
k = 1.64 jika kemungkinan gagal 5.0%
k = 1.28 jika kemungkinan gagal 10.0%
4. Mengitung kuat tekan rata-rata (f’cr),
f’cr = f’c + M.........................................................................(5.2)
5. Penetapan tipe semen
Semen yang digunakan adalah semen tipe I.
6. Penetapan tipe agregat
Agregat yang digunakan adalah:
− Agregat halus = pasir alami,
− Agregat kasar = batu pecah (split).
7. Penetapan faktor air semen (fas),
1000
900
800
700 f(x)= 1202,381x2 – 2403,571x + 1354,0476
600
500
400
300
200
100
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0
71
TABEL PERKIRAAN KADAR AIR BEBAS (KG/M3 BETON)
Tabel 5.1 Perkiraan Kadar Air Bebas (Kg/m3 Beton)
Slump 0-10 10-30 30-60 60-180
Ukuran Jenis
Keterangan
maksimum Agregat Kadar air bebas dalam kg/m3 beton
agregat (mm)
Alami 150 180 205 225 Wf
10
Batu pecah 180 205 230 250 Wc
Alami 135 160 180 190 Wf
20
Batu pecah 170 190 210 225 Wc
Alami 115 140 160 175 Wf
40
Batu pecah 155 175 190 205 Wc
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
72
14. Hasil rancang campuran beton teoritis
Air = Wa kg/m3beton
Semen = Ws kg/m3beton
Pasir = A kg/m3beton
Batu pecah = B kg/m3beton
15. Koreksi campuran beton dengan cara eksak (rasional)
Untuk koreksi campuran beton secara eksak menggunakan rumus
umum sebagai berikut:
BSSD
BL =
(1 + R% ) + (1 − W%) ...........................................................(5.7)
Dengan memakai indeks p untuk pasir dan k untuk batu pecah, maka
diperoleh koreksi secara eksak sebagai berikut:
BSSD
BLP =
(1 + R P % )x (1 − WP % ) .............................................(5.8)
BSSD
BLK =
(1 + R K % )x (1 − WK % ) .............................................(5.9)
73
PERCOBAAN 5.1
PEMERIKSAAN BETON SEGAR (CONCRETE MIXER TEST)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk membuat sampel uji silinder hasil mix-design beton yang bersifat
homogen.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan beton segar, yaitu:
1. Bersihkan bagian dalam concrete mixer
2. Timbang bahan yang akan digunakan sesuai hasil perhitungan mix-
design
3. Jalankan mixer concrete
4. Masukkan agregat ke dalam mixer
5. Masukkan air sedikit demi sedikit sampai air yang telah disediakan
masuk semua sambil mixer jalan terus
6. Setelah semua bahan dimasukkan, jalankan mixer sampai ± 2 menit
berikutnya (sampai campuran kelhatan mengkilat)
7. Lakukan pengukuran nilai slump
8. Setelah nilai slump tercapai, tuangkan campuran ke dalam talang
9. Beton segar dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi
gemuk
74
10. Tiap 1/3 bagian silinder terisi, padatkan dengan tongkat pemadat
11. Padatkan dengan vibrator
12. Ratakan permukaan beton dalam cetakan
13. Diamkan selama 24 jam
14. Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati, usahakan beton tidak
menerima getaran
15. Beton yang telah dibuka dari cetakan langsung direndam dalam bak
perendaman
75
PERCOBAAN 5.2
PEMERIKSAAN NILAI SLUMP(SLUMP TEST)
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengukur nilai slump adukan beton segar sehingga diketahui tingkat
workability-nya.
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur untuk pemeriksaan nilai slump adukan beton segar, yaitu:
1. Ambil adukan beton dari mixer.
2. Letakkan corong slump di atas talang injak kedua kakinya.
3. Masukkan adukan beton ke dalam corong slump ± 1/3 bagiannya, lalu
tusuk-tusuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 10 kali.
4. Lakukan hal yang sama untuk lapis kedua dan lapis ketiga atau tiap 1/3
bagian silinder silinder.
5. Ratakan permukaan corong.
6. Angkat corong dengan hati-hati dalam posisi tegak lurus, lalu ukur
penurunan yang terjadi (selisih antara tinggi awal dan akhir). Besarnya
penurunan ini disebut nilai slump.
76
D. DATA PENGAMATAN
Tabel 5.1 Perkiraan Kadar Air Bebas (Kg/m3 Beton)
Slump (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 – 180
Ukuran besar
Jenis agregat --- --- --- ---
butiran gregat
maksimum
Batu tak di pecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak di pecahkan 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak di pecahkan 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205
(Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum,2021)
E. KESIMPULAN
Nilai slump pengecoran 9 cm, memenuhi batas slump yang ditentukan
sebesar 10 cm.
F. DOKUMENTASI
Dari praktikum yang telah dilakukan dibawah merupakan salah satu
proses-proses kegiatan mulai dari penimbangan agregat sampai dengan test
slump.
77
Gambar 5.4 memasukkan campuran beton kedalam corong
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Kelompok 8)
Gambar 5.6 kontainer yang akan Gambar 5.7 kontainer yang telah
diisi oleh sampel terisi oleh sampel
(Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klmpk 8) (Sumber : Dokumentasi Lab Bahan Klmpk 8)
78
PERCOBAAN 5.3
PEMERIKSAAN BERAT VOLUME BETON SEGAR
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat volume beton segar
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan beton segar adalah
1. Timbang berat kontainer kosong (A) yang telah diketahui volumenya.
2. Masukkan beton segar ke dalam kontainer ± 1/3 bagiannya, lalu tusuk-
tusuk dengan batang pemadat secara merata sebanyak 25 kali.
3. Lakukan hal yang sama untuk lapis kedua dan lapis ketiga atau tiap 1/3
bagian silinder silinder.
4. Timbang kontainer dan isinya (B).
D. ANALISA PERHITUNGAN
𝐵−𝐴
Berat isi = 𝑘𝑔/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 .........................................................(5.11)
𝑉
E. DATA PENGAMATAN
Terlampir
F. KESIMPULAN
Berat volume beton segar yang diperoleh yaitu …. kg/m3 mendekati
besarnya berat volume beton segar dari perencanaan mix-design yaitu
….kg/m3.
79
G. DOKUMENTASI
80
PERCOBAAN 5.4
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON KERAS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kuat tekan karakteristik beton keras.
B. ALAT
Alat yang digunakan untuk pengujian kuat tekan karakteristik beton keras.
1. Mesin tekan hidrolik
2. Timbangan
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur untuk pengujian kuat tekan karakteristik beton keras.
1. Ambil benda uji dari bak perendaman.
2. Keringkan hingga mencapai kondisi SSD (kering permukaan).
3. Timbang benda uji.
4. Letakkan benda uji pada meja penekan. Periksa manometer yang akan
digunakan pada skala nol.
5. Bundel distel pada posisi penekanan lalu hidupkan mesinnya.
6. Amati pergerakan manometer, catat nilai maksimum beban yang dapat
ditahan oleh benda uji. Setelah dibagi dengan luas penampang benda uji,
diperoleh nilai kuat tekan karakteristik beton tersebut.
D. ANALISA PERHITUNGAN
81
a. KuatTekan Beton Rata-rata
fci
fm = ....... (kg / cm 2 ) ..........................................................(5.13)
n
( fci − fcm) 2
S= ....... (kg / cm 2 ) ............................................(5.14)
(n − 1)
E. DATA PENGAMATAN
Dari pengujian kuat tekan yang telah dilakukan pada saat praktikum
telah didapatkan besaran kuat tekan pada sampel 1 yaitu, 19,30.
Diperlihatkan pada gambar dibawah.
82
Dari pengujian kuat tekan yang telah dilakukan pada saat praktikum
telah didapatkan besaran kuat tekan pada sampel 2 yaitu 17,65. Diperlihatkan
pada gambar dibawah.
Dari pengujian kuat tekan yang telah dilakukan pada saat praktikum
telah didapatkan besaran kuat tekan pada sampel 3 yaitu, 15,22.
Diperlihatkan pada gambar dibawah.
83
F. KESIMPULAN
- Besarnya kuat tekan beton yang diperoleh dari hasil pengujian adalah
19,30 kg/cm2, lebih besar dibandingkan dengan kuat tekan berdasarkan
mutu beton yang disyaratkan sebesar 275 kg/cm2.
- Dari hasil penggambaran histogram dan kontrol syarat pelaksanaan dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan mix-design berjalan dengan baik.
G. DOKUMENTASI
84