Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENGENAL KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu:
Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Nafa Septian Alivia (1401418395)


2. Marisa Ailsa Rahmawati (1401418402)
3. Mita Rahmawati (1401418428)

Kelompok 8
Rombel I 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya sebagai seorang peserta
didik, pastinya ia memiliki sebuah potensi yang akan berkembang suatu saat
nanti, baik potensi secara akademik (pelajaran) maupun potensi non-akademik
(bukan pelajaran).
Karakteristik peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik,
karena ini sangat penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan strategi
serta metode dalam pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran berguna
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Persoalan yang terjadi
saat ini adalah masih banyak pendidik yang masih belum dapat membedakan
antara strategi pembelajaran dengan metode pembelajaran. Bahkan masih ada
juga pendidik yang salah memperlakukan peserta didik karena kurang
pahamnya dalam melihat karakteristik yang dimiliki peserta didik, sebab
karakteristik peserta didik setiap tingkatannya berbeda-beda. Maka perlu bagi
saya untuk membuat makalah ini yang diharapkan mampu memberikan
referensi bagi pendidik dalam membimbing peserta didiknya

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karakteristik peserta didik?
2. Bagaimana pentingnya identifikasi karakteristik peserta didik?
3. Bagaimana karakteristik yang dimiliki peserta didik berdasarkan usianya?
4. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan karakteristik
peserta didik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari karakteristik peserta didik.
2. Untuk mengetahui pentingnya identifikasi karakteristik peserta didik
3. Untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki peserta didik berdasarkan
usianya.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan
karakteristik peserta didik.
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Karakteristik Peserta Didik


Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan
menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika
pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-
kondisi tertentu.
Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata
karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki
oleh individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada
karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.
Menurut Daryanto & Rachmawati (2015) Karakteristik merupakan suatu gaya
hidup seseorang maupun nilai yang berkembang secara teratur setiap hari yang
mengacu kepada tingkah laku yang mengarah pada kepribadian yang lebih
konsisten dan mudah dipahami. Dimana karakteristik dapat diartikan sebagai
ciri yang lebih ditonjolkan dalam berbagai aspek tingkah laku.
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan
dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih
cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek
atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik
adalah unsur penting dalam kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok
persoalan dalam semua aktifitas pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek
belajar memiliki karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang
terdapat pada masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses
belajar siswa tersebut. Dengan kondisi peserta yang mendukung maka
pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan
karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam proses belajar
mengajar. Maka dari itu guru harus mampu memahami setiap karakteristik
siswa agar guru mampu menguasai keadaan kelas dan menyesuaikan model
dan media pembelajaran yang akan diterapkan.
B. Mengidentifikasi Karakteristik Peserta Didik
Identifikasi karakteristik siswa perlu dilakukan berdasarkan landasan
yuridis dan teoretik. Pertama Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan bahwa pengembangan pembelajaran dilakukan
dengan memperhatikan; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan, dan kepentingan
siswa. Kedua secara teoretik siswa berbeda dalam banyak hal yang meliputi
perbedaan fitrah individual disamping perbedaan latar belakang keluarga,
sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan.
Dalam kegiatan belajar memiliki sebuah ciri-ciri yaitu interaksi yang
terjadi antara pendidik dan peserta didik yang mempunyai tugas saling
mendukung untuk keberhasilan tujuan yang akan dicapai. Pendidik bertugas
mendampingi atau membantu peserta didik, dan peserta didik bertugas belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus dan tujuan pembelajaran umum.
Setiap satuan kelas memiliki karakteristik yang berbeda. Heterogenitas
kelas menjadi salah satu keniscayaan yang harus dihadapai guru. Sebagai
pendesain pembelajaran guru harus menjadikan karakteristik siswa sebagai
salah satu tolak ukur bagi perencaan dan pengelolaan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar di sekolah dasar memiliki corak yang berbeda dengan
proses belajar mengajar di sekolah menengah. Karakteristik siswa itu sesuai
dengan tahaptahap perkembangan siswa. Misalnya, keberhasilan dalam bidang
akademik di sekolah dasar menjadi hal utama sebagai salah satu pencapaian
keberhasilan seorang siswa, oleh karenanya penghargaan terhadap mereka
yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan sangat dirasakan. Sebaliknya
bagi mereka yang duduk di bangku sekolah menengah, mulai memiliki
pergesaran paradigma terhadap makna keberhasilan belajar. Perkembangan
siswa akan berjalan lurus dengan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh
guru.
Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan
merencakan pembelajaran sesuai dengan keadaannya. Program pembelajaran
di sekolah dasar akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik
siswa yang belajar. Smaldino dkk, mengemukakan empat faktor penting yang
harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa:
a.) Karakteristik umum
b.) kompetensi atau kemampuan awal
c.) gaya belajar
d.) motivasi.

Berkaitan dengan motivasi sangat diperlukan untuk memberi dorongan


bagaimana siswa melakukan akativitas belajar agar menjadi kompeten dalam
bidang yang dipelajari.
C. Karakteristik yang Dimiliki Peserta Didik Berdasarkan Usianya.
1. Karakteristik Perkembangan Masa Anak Awal (2–6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2 – 6 tahun, yaitu setelah
anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di
SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah
menyebabkan perubahan pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak.
Orang tua juga menganggap masa anak awal sebagai usia bermain
karena sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain. Sementara
itu, para pendidik menyebut bahwa masa ini sebagai usia prasekolah,
dimana anak mulai dititipkan pada tempat dititipkan pada Tempat
Penitipan Anak (TPA) lalu memasuki Taman Kanak-kanak (TK) yang
menekankan pada kegiatan bermain dalam pendidikan dan pembelajrannya
untuk membantu perkembangan mereka melalui belajar sambil bermain
(learning by playing).
Pada masa prasekolah ini, anak dipersiapkan untuk mengikuti
kegiatan yang akan diselenggarakan di sekolah formal (SD).
Para psikolog perkembangan anak menyebut masa anak awal
sebagai usia kelompok. Karena, anak mulai belajar dasar-dasar perilaku
melalui interaksi dengan anggota keluarga dengan anggota kelompok
bermainnya. Selain itu, para psikolog menyebut anak pada masa ini
sebagai usia menjelajah dan usia bertanya. Hal ini dikarenakan anka ini
sudah mampu berjalan sehingga dapat menjelajah dan ingin tahu sehingga
selalu bertanya mengenai segala hal dilingkungan sekitarnya. Masa ini
disebut juga masa meniru karena anak senang belajar dengan cara meniru,
terutama menirukan pembicaraan dan tindkan orang lain.
Pada masa ini perkembangan fisik dan motorik anak sangat pesat.
Demikian juga kemampuan berbicaranya. Anak mulai tertarik pada diri
sendiri (egosentris). Emosi paling umum pada masa ini adalah marah,
takut, cemburu, ingin tahu, gembira, sedih, dan kasih sayang. Sosialisasi
pada
,masa anak awaal terjadi melaui interaksi dengan orang-orang disekitar
anak, yaitu anggota keluarga, dan teman bermain. Anak juga mulai belajar
perilaku moral (baik-buruk) melalui respon menyenangkan atau tidak
menyenangkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Disiplin harus
juga diterapkan pada anak ini. Sikapa orang tua dan temanteman
berpengaruh pada pembentuka konsep diri dan inti perkembangan
kepribadian anak.
Bahaya potensial atau resiko pada masa ini dikelompokka atas
fisiologis dan bahaya psikologis.
a. Bahaya FISIOLOGIS antara lain penyakit, kecelakaan, kegemukan
atau kekurusan.
b. Bahaya PSIKOLOGIS antara lain kesulitan berbicara, keadaan, dan
gangguan emosi, kesulitan dalam sisoalisasi melalui kegiatan bermain,
serta kebiasaan, disisplin, dan konsep diri yang kurang positif.
Kebahagiaan anak pada masa ini antara lain dipengaruhi oleh
kondisi kesehatan yang baik, pengakuan orang lain akan perilaku
kekanakannya, bebas mengungkap ekspresi emosi, harapan sosial yang
realitas, kesempatan untuk melakuakn eksplorasi, suasana, gembira, serta
dukungan keluarga.

2. Karakteristik Perkembangan Masa Anak Akhir (6–12 tahun)


Orang tua menyebut masa anak akhir sebagai usia yang
menyulitkan karena anak pada masa ini lebih banyak dipengaruhioleh
teman-teman sebaya daripada orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak
mau lagi menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini
juga kurang memperhatikan dan tidak bertangguang jawab terhadap
pakaian dan benda- benda miliknya, sehingga orang tua menyebutnya usia
tidak rapi.
Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena
pada rentan usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di SD
anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan
penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
Para pendidik juga memandang periode ini memandang periode ini
sebagai usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi
membentuk kebiasaan pada anak untuk mencapai sukses ini cenderung
menetapa hingga dewasa. Apbila anak mengembangkan kebiasaan untuk
belajar atau bekerja sesuai dibawah atau diatas kemampuannya maka
kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai semua bidang
kehidupan anak, baik dalam bidang akademik ataupun bidang lainnya.
Psikolog perkembangan anak memberi sebutan anak pada masa ini
sebagai usia berkelompok. Pada usia ini perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai teman kelompoknya.
Anak ini akan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang disepakati
oleh kelompok sehingga masa ini disebut juga usia penyesuaian diri. Anak
berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok.
Seperti dalam berbicara, penampilan, berpakain, dan berprilaku.
Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai lanjutan dan
penyempurnaan dari masa anak awal. Kecendrungan kreatif ini perlu
mendapat bimbingan dan dukungan dari guru maupun orang tua sehingga
berkembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinil, tidak
negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang atau anak yang lain.
Pada masa anak akhir meliputi perkembangan berbagai aspek yaitu:
a. Pertumbuhan Fisik, pada masa ini periodenya berlanjut lambat dan
relatif seragam. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan
anak yang dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan dan gizi, serta
perbedaan jenis.
b. kelamin. Keterampilan motorik seperti pilihan penggunaan tanga
(kanan atau kidal) dan keterampilan bermain.
c. Pertumbuhan Psikis, mempengaruhi perkembangan sosial, emosional,
berbicara, dan konsep diri anak.
Perkembangan bahasa terutama berbicara dan penguasaan kosa
kata mengalami peningkatan yang pesat. Sejalan denga perkembangan
bahasa, terjadi pila kemajuan dalam penegrtian, denga demikian, pada
periode ini mulai dikembangkan keterampilan dan kemamouan bersekolah
(skolastik) seperti kemampuan dalam membaca, menulis, dan berhitung
serta pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai denga
usia dan lingkungan anak SD.
Perkembangan sosial mulai meluas dari lingkungan sosial
disekitarnya. Kelompok anak usia SD biasanya merupakan kelompok
bermain yang terdiri atas anggota dari jenis kelamin yang sama dan ada yg
ditunjuk sebagai pemimpin. Selain teman bermain pada masa anak SD ini
pemilihan teman bukan sekedar teman bermain melainkan menjadi teman
yang akrab atau sahabat. Status sosial anak yang diperoleh dari sosiometri
mengenai kedudukan anak dalam kelompoknya dapat dimanfaatkan untuk
pembentukan kelompok belajar atau kerja kelompoksehingga dapat
mendorong anak untuk berprestasi.

3. Karakteristik Perkembangan pada Masa Puber atau Masa Remaja


(12–16 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak
akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu :
a. Tahap prapuber : bertumpang tindih dengan dua tahu terakhir masa
anak akhir.
b. Tahap puber : terjadi pada batas antara periode anak dan remaja,
dimana ciri kematangan seksual semakin jelas ( haid dan mimpi
basah).
c. Tahap pascapuber : bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa
remaja.
Karakteristik puber antara lain : sikap menarik diri dan menyendiri,
merasa bosan melakukan kegiatan permainan pada masa anak,
inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan, antagonisme
sosial yang membuat anak sulit bekerja sama dan sering membantah atau
menentang,
emosi meninggi sehingga puber cenderung merasa sedih , marah, gelisah,
khawatir, kurang percaya diri dan ada juga yang cenderung berpenampilan
sangat sederhana dan bersahaja.
Perubahan fisik ada kalanya berakibat pada menurunnya prestasi
belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan dan konsep diri,
serta persoalan dalam berhubungan orang disekitarnya.
Sebaiknya anak puber perlu didampingi agar dapat menerima
tubuhnya yang berubah sangat pesat, demikian juga orang dewasa perlu
memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menarik diri,
emosional, dan perilaku negatif.

4. Karakteristik Perkembangan pada Masa Dewasa (21 tahun keatas)


Usia 21 tahun dipandang sebagai batas dewasa awal sehingga
mereka telah dianggap mempunyai tanggung jawab terhadap segala
perbuatannya. Mereka sudah dapat dikenai sangsi pidana bila melanggar
peraturan hukum.
Secara psikologis kedewasaan diwarnai dengan aktualisasi diri
yaitu menunjukkan semua kemampuannya yang dimliki dalam rangka
mandiri, bisa mencari nafkah sendiri, dapat menentukan kehidupan sendiri,
ingin merdeka.
Seperti halnya dengan remaja, untuk merumuskan sebuah definisi
tentang kedewasaan tidaklah mudah. Hal ini karena setiap kebudayaan
berbeda-beda dalam menentukan kapan seseorang mencapai status dewasa
secara formal. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai
apabila pertumbuhan pubertas telah selesai dan apabila organ kelamin
anak telah mencapai kematangan serta mampu berreproduksi.
Pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai
awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45 tahun, dan
pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40-45 tahun
sampai sekitar 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua
berlangsung pada usia 65 tahun sampai meninggal (Feldman, 1996).
Beberapa perubahan pada masa dewasa yaitu :
1) Perkembangan Fisik (21-25 tahun) Pada awal masa dewasa
kemampuan fisik mencapai puncaknya, dan mengalami penurunan
selama periode ini. Perkembangan fisik yang terjadi selama masa
dewasa yang meliputi: kesehatan badan, sensor dan otak.
2) Kesehatan Badan Pada usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki
kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat.
Kemampuan produktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi,
namun selama periode ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak
usia sekitar 25 tahun, perubahan-perubahan fisik mulai terlihat.
Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih bersifat kuantitatif
daripada kualitatif.
3) Perkembangan Sensori Pada awal masa dewasa, penurunan fungsi
pengelihatan dan pendengaran mungkin belum begitu kelihatan. Akan
tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan dalam
pengelihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisik yang
paling menonjol. Pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi
mata mengalami penurunan paling tajam.
4) Perkembangan Otak Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak mulai
berangsur-angsur berkurang. Tetapi, perkembangbiakan koneksi
neural, khususnya bagi orang-orang tetap aktif, membantu mengganti
sel-sel yang hilang. Orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik,
seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas
untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada tahun-tahun selanjutnya.
5) Perkembangan Kognitif Proses kognitif-belajar, memori, dan
intelegensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus
bertambahnya usia. Kemerosotan proses kognitif ini bersamaan dengan
penurunan kemampuan fisik. Kemampuan kognitif terus berkembang
selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimanapun tidak semua
perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan
potensi.
6) Perkembangan Memori Kemerosotan dalam memori episodik, sering
menimbulkan perubahanperubahan kehidupan orang tua. Untuk itu,
latihan menggunakan bermacammacam strategi (strategi penghafalan
bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah memori
jangka panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat
meningkatkan kekuatan memori mereka.
7) Perkembangan Intelegensi Pada masa dewasa berarti mengalami
kemunduran intelektual dalam intelegensi umum. Oleh karena itu,
David Wechsler (1972), menyimpulkan bahwa kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
secara umum. Hampir semua studi menunjukkan bahwa setelah
mencapai puncaknya pada usia antara 18 dan 25 tahun, kebanyakan
kemampuan terus menerus mengalami kemunduran.
8) Perkembangan Psikososial Selama periode ini orang melibatkan diri
secara khusu dalam karir, pernikahan dan hidup berkeluarga. Menurut
Erikson, perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini
ditandai dengan tiga gelaja penting, yaitu : keintiman, generatif, dan
integritas.
D. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perbedaan Karakteristik
Peserta Didik
Sikap dapat terbentuk karena faktor subyektif seseorang namun juga
karena adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh indpenden. Melalui
interaksi sosial akan terjadi hubungan antar independen sebagai anggota
kelompok sosial. Menurut Azwar (2002) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan sikap seorang yaitu pengalaman pribadi,
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting. Media massa, instalasi atau
lembaga pendidikan dan lembaga Agama serta Emisi dalam diri indenpenden.
Perbedaan Karakteristik Peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
 Faktor intern yang ada pada diri :
a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh).
b. Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan).
 Faktor ekstern yaitu pengaruh yang datangnya dari luar :
a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan).
b. Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar
dan tugas rumah
c. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

1. Pengertian Dari Karakteristik Peserta Didik


Menurut Daryanto & Rachmawati (2015) Karakteristik merupakan
suatu gaya hidup seseorang maupun nilai yang berkembang secara
teratur setiap hari yang mengacu kepada tingkah laku yang mengarah
pada kepribadian yang lebih konsisten dan mudah dipahami. Dimana
karakteristik dapat diartikan sebagai ciri yang lebih ditonjolkan dalam
berbagai aspek tingkah laku.
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan
pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari
pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-
aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan
awal yang dimiliki.

2. Pentingnya Identifikasi Karakteristik Peserta Didik


Identifikasi karakteristik siswa perlu dilakukan berdasarkan
landasan yuridis dan teoretik. Pertama Peraturan pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa pengembangan
pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan; tuntutan, bakat,
minat, kebutuhan, dan kepentingan siswa. Kedua secara teoretik siswa
berbeda dalam banyak hal yang meliputi perbedaan fitrah individual
disamping perbedaan latar belakang keluarga, sosial, budaya, ekonomi,
dan lingkungan.
3. Karakteristik Yang Dimiliki Peserta Didik Berdasarkan Usianya.
1) Karakteristik Perkembangan Masa Anak Awal (2–6 tahun)
Kebahagiaan anak pada masa ini antara lain dipengaruhi oleh
kondisi kesehatan yang baik, pengakuan orang lain akan perilaku
kekanakannya, bebas mengungkap ekspresi emosi, harapan sosial
yang realitas, kesempatan untuk melakuakn eksplorasi, suasana,
gembira, serta dukungan keluarga.
2) Karakteristik Perkembangan Masa Anak Akhir (6–12 tahun)
Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai lanjutan dan
penyempurnaan dari masa anak awal. Kecendrungan kreatif ini
perlu mendapat bimbingan dan dukungan dari guru maupun orang
tua sehingga berkembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan
orisinil, tidak negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang
atau anak yang lain
3) Karakteristik Perkembangan pada Masa Puber atau Masa
Remaja (12–16 tahun)
Karakteristik puber antara lain : sikap menarik diri dan menyendiri,
merasa bosan melakukan kegiatan permainan pada masa anak,
inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan,
antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerja sama dan
sering membantah atau menentang, emosi meninggi sehingga
puber cenderung merasa sedih , marah, gelisah, khawatir, kurang
percaya diri dan ada juga yang cenderung berpenampilan sangat
sederhana dan bersahaja.
4) Karakteristik Perkembangan pada Masa Dewasa (21
tahun keatas)
Beberapa perubahan pada masa dewasa yaitu :
a. Perkembangan Fisik (
b. Kesehatan Badan
c. Perkembangan Sensori
d. Perkembangan Otak Mulai Berangsur-angsur Berkurang
e. Perkembangan Kognitif
f. Perkembangan Memori
g. Perkembangan Intelegensi
h. Perkembangan Psikososial
4. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Perbedaan
Karakteristik Peserta Didik.
Perbedaan Karakteristik Peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu:
 Faktor intern yang ada pada diri :
a. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh).
b. Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan).

 Faktor ekstern yaitu pengaruh yang datangnya dari luar :


a. Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan).
b. Faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
c. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat)

B. Saran
Sebagai pendidik sebaiknya harus memperhatikan dan peka
terhadap anak didiknya, karena setiap peserta didik mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda pada setiap masanya. Karakteristik ini
nantinya akan membentuk suatu perilaku yang menunjukkan ciri yang
dimiliki oleh setiap peserta didik. Apabila pada setiap tahap
perkembangannya, pendidik kurang peka dan tidak bisa menempatkan
pendidikannya menurut karakteristik peserta didik, maka akan timbul
suatu konflikkonflik yang nantinya akan mengganggu proses
perkembangan peserta disik, bahkan bisa jadi peserta didik akan sering
melakukan perbuatan yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto & Rachmawati, Tutik. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran
yang Mendidik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Chasiyah.,Chadidjah,HA.,Edy Legowo.2009. Perkembangan Peserta Didik.


Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta

Darmayanti Nefi M.Si. 2009. Psikologi Belajar. Bandung. Cita Pustaka Media
Perintis

Ikhsanudin. 2012. Karakteristik Peserta Didik.


Http://karakteristik-peserta-didik.html (Diakses pada tanggal 07 November 2020)

Rudianto, Onny. 2011. Beberapa Karakteristik Peserta didik.


http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-
pesertadidik.html (Diakses pada tanggal 9 Juni 2013)

Anda mungkin juga menyukai