Pertumbuhan Iman
Pertumbuhan Iman
PERTUMBUHAN IMAN
Pertumbuhan Iman
Pertumbuhan iman adalah suatu proses dimana seseorang sudah menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamatnya (Yohanes 1:12), diberi kuasa jadi anak Allah, lalu rindu mendengar,
menerima dan memahami kebenaran Firman Allah dalam hidupnya setiap hari (1 Korintus
10:17), selanjutnya di dalam diri orang tersebut, kebenaran Firman Tuhan mengakar dan
bertumbuh hingga dapat menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah (Matius 3:8).
Nacy Poyah mengatakan dalam bukunya bahwa: “Hidup di dalam iman kepada Kristus bagaikan
tunas yang baru, terus bertumbuh dan berbuah. Bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan
Allah, sehingga hidup umat berkenan kepada Allah dalam segala hal dan terus mengarah kepada
Kristus (Efesus 4:13-16). Berbuah dalam kesaksian hidup yang baik, untuk memuliakan
namaNya (Yohanes 15:7; Efesus 2:10)”.[13]
1. Iman timbul karena seseorang mendengar Firman Kristus
Iman timbul dari pendengaran oleh Firman Kristus. (Rom. 10:17)
2. Iman timbul dari Berita Injil:
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku
melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh,
dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (Filp 1:27).
Bagaimana iman dapat tumbuh, sebagai contohnya dapat dilihat pada kisah seorang
wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Mark. 5:25-29) Adalah di situ seorang
perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang
diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama
sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah
mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati
Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: “Asal ku jamah saja jubah-Nya,
aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya
sudah sembuh dari penyakitnya. Kalimat “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus,”
menjelaskan darimana iman perempuan itu mulai tumbuh. Kabar-kabar yang dia dengar dari
banyak orang bahwa Yesus menyembuhkan semua orang dan semua penyakit membuat
perempuan malang itu memiliki harapan baru dan keyakinan baru bahwa penyakitnya pasti dapat
sembuh asalkan dia ketemu Yesus Kristus, bahkan dia berkata dalam hati “Asal ku jamah saja
jubah-Nya, aku akan sembuh.” (ayat 28).
Dalam buku Pendidikan Agama Kristen ‘Hidup dalam Anugrah-Nya’ dirangkum
beberapa cara untuk menumbuhkan iman agar dapat terus hidup dalam Yesus Kristus dan bahkan
berbuah sesuai dengan yang diharapkan-Nya, yakni sebagai berikut:
1. Berdoa
Martin Luther menyebut doa adalah nafas hidup orang percaya. Dalam doa dapat menyampaikan
pengakuan akan kuasa dan kemuliaan serta kekudusan Tuhan, pergumulan sebagai orang
beriman, dan juga memohon pengampunan dosa kepadaNya.
2. Membaca Firman Tuhan.
Manusia mengenal Allah yang menyatakan diriNya dalam sejarah keselamatan melalui Firman
dan karyaNya. KaryaNya dinyatakan melalui para nabi dan utusannya, dan dikumpulkan dalam
Alkitab. Membaca Alkitab adalah upaya dalam mengenal Allah, menggali yang kehendak Allah.
3. Beribadah. Ibadah adalah pengabdian hidup dan pelayanan terhadap Tuhan dan sesama. Ibadah
adalah aktivitas hidup beriman. Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Tuhan.
[14]
Fowler dalam Thomas H. Groome, mengindikasikan bahwa ada enam tahap yang
berbeda yang dapat dikenali dan dilihat dalam kemampuan beriman manusia yang berkembang,
dimana setiap tahap memiliki strukturnya sendiri, setiap tahapan saling berhubungan secara
hierarki dan berurutan.
Adapun keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut:”[15]
1. Tahapan Pertama: Iman intuitif (Proyektif)
Tahapan dimana iman seseorang kira-kira dari usia empat sampai delapan tahun, iman
kepercayaan dibentuk secara intuitif dan dengan cara meniru suasana hati, contoh dan tindakan –
tindakan iman orang-orang lain yang dapat dilihat, terutama orang tua.
2. Tahapan Kedua: Mitis / Harfiah
Tahapan ini terjadi kira-kira antara usia tujuh atau delapan sampai sebelas atau dua belas tahun.
Tahapan ini adalah tahapan iman afiliatif dimana seseorang datang dengan lebih sadar untuk
bergabung dan menjadi anggota komunikasi iman.
3. Tahapan ketiga: Sintetis / Konvensional
Tahapan ini biasanya mulai pada usia 11 atau 12 tahun, bisa bertahan secara permanen. Pada
tahap ketiga, iman menafsirkan, menghubungkan diri dengan dan membuat makna keluar dari
kehidupan sesuai dengan petunjuk. Tahapan ini adalah tahapan konvensional atau bersifat
menyesuaikan diri.
4. Tahapan keempat: Individual / Reflektif
Tahapan ini muncul hanya pada usia 35 sampai 40 tahun, dan banyak orang dewasa tidak pernah
mencapai tahap ini. Tahapan ini adalah kemampuan baru untuk berdiri sendiri, dan kelompok
miliknya dipilih berdasarkan refleksi dan bukan hanya diterima.
5. Tahapan kelima: Iman Konjungtif
Kegiatan iman pada tahap ini jarang muncul sebelum setengah baya. Iman pada tahap kelima
melibatkan pemakaian kembali pola-pola komitmen dan cara-cara membuat masa lampau, hal
tersebut adalah untuk memperoleh kembali kebenaran-kebenaran lama dengan cara yang baru.
6. Tahapan keenam: Iman yang Mengacu Pada Universalitas
Orang yang berada pada tahapan keenam ini tinggal di dunia sebagai orang yang hadir untuk
mengubah (transform). Pada tahap keenam, diri sendiri “Menggunakan dan digunakan untuk
mengubah realitas masa kini ke arah keadaan yang sebenarnya yang transenden.
Dalam istilah spiritual, tahap keenam adalah keadaan penyatuan yang paling sempurna dengan
Allah yang dapat dilakukan dalam kekekalan.
Melalui pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan yang disampaikan dalam persekutuan
yang beribadah, pengetahuan yang benar tentang anak Allah semakin mendalam, dan berkat
kuasa Roh Kudus iman jemaat semakin bertumbuh. Dalam kitab Roma 10:17 dikatakan: “Jadi,
iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh firman Tuhan.”
Kolose 2:6-7 adalah nasehat agar berakar dalam Kristus, bertambah teguh, jangan goyah,
bertumbuh dengan baik. Berikut ini adalah tahapan iman yang bertumbuh, yakni:
1. Iman yang berpengalaman (experience)
Selama percaya dan berdoa, dia memiliki pengalaman yang baru.
2. Iman yang memiliki kepribadian (personal)
Orang percaya yang dewasa, adalah orang yang menjadi hamba Yesus Kristus dikuasai olehNya
dan kepribadiannya seperti kepribadian Yesus.
3. Iman Komunitas (community)
Orang beriman tidak hidup sendiri, tetapi hidup serasi dalam kehidupan iman.
4. Iman yang dimiliki (owned)
Iman yang bisa mengorbankan diri dan menyerahkan diri untuk orang lain. Kehidupan yang
berkoban yang mencapai tahap pelayanan.
5. Iman Internasional (world)
Orang yang memiliki iman seperti ini adalah orang yang mengkhawatirkan dunia dengan
imannya.[16]
Robert J. Keeley, [17]memaparkan program yang menolong orang dewasa menemukan
cara untuk terhubung dengan anak-anak secara sistematis akan bermanfaat dan tidak
bertentangan dengan bimbingan pribadi..
1. Mengenal Firman Tuhan
Salah satu hal yang mengagumkan tentang Alkitab adalah seseorang dapat membaca Firman
Tuhan, dan tanpa bantuan orang lain, menemukan siapa Tuhan dan mengenal Yesus Kristus
sebagai juruselamat. Alkitab adalah kitab yang begitu kaya dan menakjubkan sehingga kita dapat
selalu belajar darinya dan makin mengenal Tuhan dan diri sendiri. Penggunaan tafsiran,
penelitian, kajian arkeologis, dan buku sejarah akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam
dan menyeluruh mengenai waktu dan tempat dari setiap kisah yang ditulis. Melalui Alkitab
dapat belajar melihat orang-orang dan kisah-kisah tersebut sebagai orang-orang riil dan
pengalaman mereka sebagai pengalaman riil. Pemahaman ini merupakan bagian penting dari
persiapan untuk melayani anak-anak, karena jika ingin menghdirkan Firman Tuhan sebagai
dokumen yang hidup dan memberi hidup kepada anak-anak, kita perlu mengenal kebenaran itu.
2. Mengenal Anak-anak
Untuk melayani anak-anak, terlebih dahulu harus memahami mereka, kebutuhan khusus mereka,
dan kemampuan mereka, kita dapat belajar tentang anak-anak dalam Alkitab. Ada sejumlah
perikop dimana anak-anak memainkan peran dan perikop lainnya ketika Yesus berbicara tentang
anak-anak. Namun, Alkitab tidak ditulis sebagai buku pelajaran mengenai perkembangan anak,
jadi perlu memperhatikan pendapat psikolog dan pakar pendidikan mengenai anak-anak. Banyak
hal mengenai cara belajar dan cara berpikir anak telah ditulis. Teori perkembangan kognitif
menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk berpikir terus bertumbuh dan berubah seiring
dengan pertambahan usia. Kita juga perlu memahami bagaimana anak-anak berubah secara
emosional, sosial dan moral sementara mereka bertumbuh menjadi dewasa.
Robert J. Keeley menguraikan enam prinsip dalam pelayanan kepada anak-anak, antara
lain:
1. Iman anak-anak perlu dipupuk melalui seluruh komunitas iman, bukan hanya melalui orang tua
si anak.
2. Anak-anak perlu menjadi bagian dari seluruh kehidupan berjemaat yang utuh.
3. Anak-anak perlu tahu bahwa Tuhan itu misterius
4. Kisah-kisah dalam Alkitab adalah kunci untuk menolong anak-anak mengenal Tuhan, dan
mengenal diri mereka sebagaimana adanya.
5. Iman dan perkembangan moral sama penting, tetapi keduanya tidak sama.
6. Anak-anak harus menjadi bagian dalam ibadah jemaat[18]
Bertumbuh dalam iman adalah tujuan setiap orang percaya, bertumbuh dalam iman
adalah kehendak Allah dalam hidup orang percaya. Namun sering sekali iman kita tidak dapat
bertumbuh dengan baik dan benar karena ada hambatan atau rintangan yang menghalangi.
Berikut akan diuraikan aspek-aspek penghambat dalam pertumbuhan iman, yakni:
1. Dosa
Menurut Charles Ryrie, defenisi dosa tidak mencapai sasaran, kebejatan, pemberontakan,
kesalahan, memilih jalan yang tidak benar, penyimpangan terhadap hukum dan kesenjangan
meninggalkan jalan yang benar.[19]
2. Tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan
3. Tidak percaya kepada Firman Allah.
4. Hidup dalam daging
Orang Kristen duniawi mengikuti keinginan daging (Gal.5:19-21). Menurut Charles Ryrie cara
orang Kristen duniawi merusak empat hal dalam hidup orang percaya, yaitu: 1). Persekutuanl; 2).
Sukacita; 3). Cara hidup; 4).Dosa-dosa mengakibatkan kurangnya kepercayaan dalam doa.[20]
[1]Badudu-zain, 989.
[2] http://id.Wikipedia.org/wki/iman
[3] Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Kartika Surabaya, 1997),
h. 239
[4] Billy Joe Daugherty, Kuasa Iman, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2004), h. 4
[5] Gerald Licollins. Edward G. Farrugia, Kamus Teologia, (Yogyakarta : Kanasius,
1996), h. 113
[6] F.C. Grand dan H.H. Rawley, Dictionary Of The Bible, Edisi II, (Original Editor : James
Hastings) T dan T Clark and Charles Scribner).