Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 15 No. 1 Juli 2014: 57-70


p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 57

Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan: Studi Kasus


di Provinsi Bali
Strategy in Expanding Financial Institution Access: Study Case at Province
of Bali

Agni Alam Awiryaa,, Dhita Aditya Nugrahaa,, Emy Meylita Halohob,


a
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III
b
Bank Indonesia

Abstract
Expanding financial access is one among many ways in developing financial sector. This study
analyzed the connection of communities characteristics to the access of financial institution which
can be used in establishing the accurate development strategy of financial inclusion. This study used
three approaches: descriptive analysis, factorial analysis, and path analysis based on questionnaires
distributed to 600 respondents across Province of Bali. The result of the study shows that the
most important factor in developing financial access is quality, especially the speed of transaction.
Moreover, individual quality improvement in either education or wealth stimulates the utilization
of branchless banking services.
Keywords: Financial Institutional Access; Branchless Banking; Quality; Transaction Speed

Abstrak
Salah satu upaya pengembangan sektor keuangan adalah melalui perluasan akses keuangan.
Studi ini menganalisis kaitan karakteristik masyarakat dengan akses lembaga keuangan yang
dapat digunakan untuk menyusun strategi pengembangan keuangan inklusif yang tepat sasaran.
Studi ini menggunakan tiga pendekatan, yaitu analisis deskriptif, analisis faktor, dan analisis
jalur pada hasil kuesioner yang disebarkan ke 600 responden di seluruh Provinsi Bali. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor yang dianggap paling penting dalam mengembangkan akses keuangan
adalah kualitas terutama kecepatan transaksi. Selain itu, peningkatan kualitas individu, baik
dari sisi pendidikan maupun kekayaan, mendorong peningkatan keinginan menggunakan jasa
keuangan berupa layanan branchless banking.
Kata kunci: Akses Lembaga Keuangan; Branchless Banking; Kualitas; Kecepatan Transaksi

JEL classifications: D12; G21

Pendahuluan

Peran lembaga keuangan dalam mendorong


pertumbuhan ekonomi adalah sebagai finan-
 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sibolga. Jln.
cial intermediaries yang membagi dana dari
Kapten Maruli Sitorus No. 8 Sibolga - Sumatera Utara.
HP: 081808309726. E-mail : agniiesp98@gmail.com.
pemilik dana kepada sektor-sektor usaha yang
 E-mail : d.adityanugraha@gmail.com. (Dhita A. produktif. Pembiayaan lembaga keuangan me-
Nugraha) & emymeylita@gmail.com (Emy M. Haloho). nuntut adanya peningkatan sektor produksi
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
58 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

sehingga mendorong peningkatan produktivi- lukan pemahaman terhadap karakteristik ma-


tas. Greenwood dan Jovanovic (1990) maupun syarakat yang yang menjadi sasaran.
King dan Levine (1993), serta masih banyak Program pengembangan keuangan inklusif
studi lainnya menunjukkan keterkaitan yang yang fokus pada pengembangan masyarakat te-
erat antara perkembangan sektor keuangan de- lah dilakukan oleh berbagai negara menggu-
ngan pertumbuhan ekonomi. nakan pendekatan yang berbeda-beda. Bold et
Salah satu upaya pengembangan sektor keu- al. (2012) menunjukkan bahwa program pe-
angan adalah melalui perluasan akses keuang- ngembangan keuangan inklusif di beberapa ne-
an. Dengan demikian, peningkatan produktivi- gara dilakukan dengan pendekatan dan target
tas akan terjadi dalam lingkup yang lebih luas. masyarakat yang berbeda-beda. Sebagai con-
Oleh karena itu, akselerasi pertumbuhan eko- toh adalah Brazil dengan program bernama
nomi yang tercipta akan diikuti oleh peningkat- Bolsa Familia dengan sasaran keluarga dengan
an kesejahteraan masyarakat yang lebih mera- tingkat kemiskinan yang parah dan memili-
ta1 . Usaha perluasan akses lembaga keuangan ki tanggungan anak atau sedang mengandung.
di Indonesia dikemas dalam program keuangan Selain itu, Kolombia dengan program bernama
inklusif. Familias en Accion dengan sasaran masyara-
Program keuangan inklusif di Indonesia ju- kat sangat miskin di perkotaan dan perdesaan,
ga dilatarbelakangi oleh masih rendahnya ak- serta masyarakat terlantar2 .
ses masyarakat Indonesia pada jasa lembaga Studi yang menganalisis karakteristik ma-
keuangan. Indeks keuangan inklusif financial syarakat dan kaitannya dengan akses lembaga
inclusion Indonesia yang masih rendah meru- keuangan menjadi sangat penting untuk me-
pakan salah satu indikasi lemahnya akses ma- nyusun strategi pengembangan keuangan in-
syarakat pada lembaga keuangan. Data Global klusif yang tepat sasaran. Cohen dan Nelson
Financial Inclusion Index 2012 menunjukkan (2011) menunjukkan bahwa perkembangan ke-
bahwa persentase orang dewasa di Indonesia uangan inklusif saat ini tidak hanya fokus pada
yang mengakses lembaga keuangan formal ha- pengembangan infrastruktur saja, namun juga
nya sebesar 19,6% dari total penduduk dewasa. pada masyarakat yang diharapkan akan meng-
Proporsi ini lebih rendah dibandingkan propor- gunakan jasa lembaga keuangan. Shetty (2008)
si negara-negara Asia Tenggara lainnya seper- menggunakan data rumah tangga di Karnata-
ti Malaysia maupun Thailand dengan proporsi ka, India yang menunjukkan bahwa sebagian
masing-masing sebesar 66,2% dan 72,7% (The besar masyarakat sangat rentan terhadap ke-
World Bank, 2012). miskinan. Namun demikian, program keuang-
Upaya pengembangan keuangan inklusif se- an mikro mampu meningkatkan akses rumah
lain terhambat oleh kondisi geografis juga ter- tangga terhadap layanan jasa keuangan seka-
hambat oleh kondisi sosial ekonomi masyara- ligus memberikan peningkatan kesejahteraan.
kat. Gardeva dan Rhyne (2011) menunjukkan Cracknell (2012) menunjukkan bahwa aspek
bahwa masalah pengetahuan masyarakat ter- manajemen sumber daya manusia merupakan
hadap lembaga keuangan menjadi hambatan salah satu aspek yang menentukan dalam ke-
yang cukup besar di Amerika Selatan, Afrika, berhasilan pengembangan akses keuangan ma-
dan Asia. Dengan demikian, upaya pengem- syarakat.
bangan akses keuangan yang lebih luas memer-
2
Selain Brasil dan Kolombia, Bold et al. (2012) juga
1
Kutipan dari Keynote Speech oleh Dwi Pranoto, da- menyajikan program pengembangan masyarakat berba-
lam Seminar Ekonomi dengan topik ”Akselerasi Pemba- sis keuangan inklusif di Meksiko dengan nama program
ngunan Ekonomi yang Inklusif melalui Penguatan Ke- Oportunidades dan Afrika Selatan dengan program Chi-
uangan Inklusif”, 27 Juni 2013. ld Care, Old Age Pension.

JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014


Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 59

Akses lembaga keuangan yang menjadi fo- kan produk dan jasa setelah melakukan hal-
kus bahasan adalah akses layanan lembaga ke- hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Ka-
uangan tanpa kantor (branchless banking). Ob- rakter konsumen dan proses pengambilan ke-
jek studi adalah masyarakat Bali yang memiliki putusan mendorong perilaku konsumen dalam
akar budaya kuat di Indonesia. Bali juga seba- memilih lembaga keuangan. Pada tahapan ini-
gai tujuan wisata utama di Indonesia sehingga lah sebenarnya proses yang paling menentukan
perilaku masyarakatnya relatif berbeda dengan itu terjadi, di mana konsumen berupaya untuk
wilayah lainnya di Indonesia. Keunikan perila- memutuskan dalam memilih lembaga keuangan
ku masyarakat Bali yang berkaitan dengan bi- untuk memanfaatkan jasa layanan keuangan.
dang keuangan ditunjukkan oleh tetap berta-
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), da-
hannya lembaga keuangan berbasis adat, yaitu
lam memilih, konsumen secara kuat dipenga-
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam me-
ruhi oleh karakter budaya, sosial, dan psiko-
layani jasa keuangan di Bali. LPD dimiliki dan
logis. Faktor budaya merupakan penyebab pa-
dikelola oleh desa adat di Bali yang disebut ju-
ling mendasar dari keinginan dan perilaku se-
ga dengan desa pakraman. Jumlah LPD di Bali
seorang. Karena setiap kelompok masyarakat
mencapai 1.422 unit yang tersebar di 1.482 de-
memiliki budaya, maka pengaruh budaya da-
sa pakraman dengan total aset mencapai lebih
lam memilih lembaga keuangan sangat bera-
dari Rp6 triliun3 .
gam di setiap daerah. Perilaku konsumen ju-
Tujuan utama studi ini adalah menganali- ga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
sis akses masyarakat pada lembaga keuangan keluarga, aturan, dan status sosial konsumen.
sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial ma- Faktor lain yang memengaruhi perilaku kon-
syarakatnya. Selain itu, studi ini juga meng- sumen ialah faktor-faktor psikologis. Faktor-
identifikasi beberapa hal yang harus diperha- faktor psikologis ini terdiri dari motivasi, per-
tikan dalam upaya memperluas akses lembaga sepsi, pengetahuan dan keyakinan, serta sikap.
keuangan. Akses lembaga keuangan yang lebih
luas diharapkan mampu mempercepat pertum- Kotler dan Amstrong (2001) berpendapat
buhan ekonomi Bali yang dapat dirasakan oleh ada lima tahapan dalam proses keputusan
lapisan masyarakat yang lebih luas. Dengan de- membeli berbagai barang dan jasa, yang da-
mikian, studi ini diharapkan dapat menjadi sa- lam hal ini adalah memilih lembaga keuangan.
lah satu acuan bagi upaya pengembangan akses Proses pertama adalah pengenalan kebutuhan
lembaga keuangan pada masyarakat. (need recognition). Selanjutnya, konsumen a-
kan melakukan pencarian informasi (informa-
tion search) yang berkaitan dengan kebutuhan-
Tinjauan Referensi nya akan lembaga keuangan dari berbagai sum-
ber. Setelah melakukan pencarian informasi,
Perilaku Konsumen dalam Memilih konsumen akan mengevaluasi berbagai alterna-
Lembaga Keuangan tif yang telah didapatkan. Hasil evaluasi terse-
but akan menghasilkan keputusan lembaga ke-
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tin- uangan mana yang dipilih oleh konsumen (pur-
dakan, serta proses psikologis yang mendorong chase decision). Setelah menjadi nasabah dari
tindakan tersebut pada saat sebelum membe- suatu lembaga keuangan, konsumen bisa saja
li, ketika membeli, menggunakan, menghabis- puas ataupun tidak puas. Hal ini akan menim-
bulkan perilaku pascapembelian (post purcha-
3
Berdasarkan Sambutan Gubernur Bali pada acara
se behaviour ) atau dalam hal nasabah lemba-
Rapat Evaluasi LPD Bali, Jumat, 21 September 2012 ga keuangan akan terus menjadi nasabah dan
di Denpasar. bahkan memanfaatkan produk-produk keuang-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
60 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

an lainnya. Perilaku pascapembelian juga me- angka kemiskinan, pemerataan distribusi pen-
rupakan cerminan dari tingkat kepuasan terha- dapatan, dan stabilitas sistem keuangan. Hal
dap lembaga keuangan yang dipilih. ini dilakukan dengan membuat sistem keuang-
an yang dapat diakses oleh seluruh penduduk
Strategi Pengembangan Keuangan In- di Indonesia. Target utama program keuangan
klusif di Dunia inklusif di Indonesia adalah tenaga kerja yang
berpindah-pindah dan orang yang menetap di
World Bank mendefinisikan strategi keuangan daerah terpencil. Program keuangan inklusif
inklusif sebagai road maps suatu kegiatan, pa- ini dimulai dari ketegori kelompok yang sangat
da suatu level nasional atau level-subnasional, miskin, pekerja produktif namun masih miskin,
yang disusun oleh sektor publik yang beker- mendekati miskin, dan tidak miskin (Banking
ja sama dengan pihak swasta untuk pening- Research and Regulation Department-Bank In-
katan inovasi dan pengembangan yang sesuai donesia, 2013).
dengan target keuangan inklusif (The World Saluran yang digunakan untuk keuangan in-
Bank, 2012). Strategi dapat diintegrasikan an- klusif di Indonesia melalui institusi keuangan,
tara kegiatan sektor publik dan swasta untuk baik bank maupun nonbank, dan juga peme-
mengetahui hambatan keuangan inklusif, dan rintah. Sedangkan produk/jasa keuangan yang
juga dapat memfokuskan pada kegiatan yang ditawarkan adalah simpanan, kredit, asuran-
mempunyai implikasi yang besar, skala paling si, dana pensiun, dan lain sebagainya. Selain
prioritas, seperti untuk UMKM atau perenca- itu, dari pemerintah juga menawarkan keuang-
naan pendidikan keuangan. Keuangan inklusif an publik melalui subsidi, insentif fiskal, pro-
berhubungan dengan financial stability, finan- gram kesejahteraan sosial, cash transfer (ban-
cial integrity, market conduct, dan financial ca- tuan langsung tunai/BLT) untuk orang miskin,
pability of consumers 4 . dan lain sebagainya.
Strategi keuangan inklusif memiliki enam pi-
Strategi Pengembangan Keuangan In- lar, yaitu:
klusif di Indonesia
1. Financial Education (Pendidikan Keuang-
Banyak sekali negara yang berusaha untuk me-
an), melalui program pendidikan untuk
ningkatkan akses keuangan penduduknya ke
pelajar dan pekerja;
institusi keuangan, tidak terkecuali Indonesia.
2. Public Financial Facility (Fasilitas Pin-
Hasil Survei Neraca Rumah Tangga yang dila-
jaman pada Masyarakat), yaitu program
kukan oleh Bank Indonesia tahun 2012 meng-
Bantuan Langsung Tunai (BLT), Jaminan
ungkapkan bahwa hanya 48% rumah tangga di
Kesejahteraan Masyarakat (Jamkesmas),
Indonesia yang memiliki tabungan di bank, in-
Bantuan Sosial (Bansos);
stitusi keuangan, dan institusi nonkeuangan.
3. Mapping on Financial Information, mela-
Distribusi layanan jasa perbankan di Indone-
lui Financial Identity Number (FIN) yaitu
sia masih kurang merata, secara umum rendah
berupa pemberian nomor identitas peng-
di kawasan Indonesia Timur dan cukup tinggi
guna jasa keuangan, Credit Rating (peme-
di Pulau Jawa dan Bali.
ringkat kredit);
Untuk meningkatkan akses keuangan di In-
4. Supporting Regulation/Policy (Peraturan
donesia, disusunlah sebuah kerangka keuangan
dan kebijakan pendukung), seperti branch-
inklusif. Tujuan utamanya adalah kesejahtera-
less banking (layanan bank tanpa kantor),
an ekonomi yang dicapai dengan mengurangi
”start-up” credit (kredit bagi pelaku usa-
ha pemula seperti Kredit Usaha Rakyat
4
http://web.worldbank.org. (KUR);
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 61

5. Intermediary/Distribution Facility (fasi- yang berdomisili di enam kabupaten di Pro-


litas perluasan jasa keuangan) seper- vinsi Bali. Penyebaran kuesioner dilakukan pa-
ti program Tabunganku (no-frills acco- da November–Desember 2013. Unit analisis da-
unt/tabungan tanpa biaya administrasi ), lam studi ini adalah kepala keluarga dengan to-
branchless banking, ”start-up” credit (kre- tal responden sebanyak 600 responden. Jumlah
dit bagi pelaku usaha pemula seperti Kre- responden ini lebih besar dibandingkan ukuran
dit Usaha Rakyat (KUR), sertifikasi lahan; sampel yang layak dalam studi, yaitu sebesar
6. Customer Protection (perlindungan kon- 30 hingga 500 unit sampel (Roscoe, 1982). Me-
sumen), melalui mediasi perbankan, trans- tode pemilihan sampel yang digunakan adalah
paransi produk (Banking Research and teknik non-probability sampling. Pengumpulan
Regulation Department-Bank Indonesia, data dilakukan melalui penyampaian kuesio-
2013). ner kepada responden yang dilengkapi dengan
wawancara untuk mendapatkan informasi yang
Selanjutnya dari kajian di berbagai negara, relevan.
disadari bahwa perbankan tidak dapat mela-
Responden tersebar di 6 kabupaten dengan
kukan kegiatan branchless banking dengan efi-
rincian 3 kabupaten yang menjadi pilot proje-
sien secara sendiri, namun dibutuhkan kerja
ct program branchless banking, yaitu Kabupa-
sama dengan pihak lain, yaitu terutama per-
ten Gianyar, Kabupaten Tabanan, dan Kabu-
usahaan telekomunikasi. Selain itu, tujuan se-
paten Jembrana, serta 3 kabupaten yang rela-
mula yang hanya berupaya untuk memperlu-
tif jauh dari pusat pertumbuhan ekonomi yai-
as akses keuangan, kini semakin berkembang
tu Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem,
menjadi upaya peningkatan aktivitas ekonomi
dan Kabupaten Buleleng. Pembagian respon-
berbasis teknologi. Dengan mempertimbang-
den terbagi secara proporsional berdasarkan
kan hal tersebut, maka branchless banking di-
jumlah penduduk dengan rincian seperti pada
perluas menjadi Layanan Keuangan Digital
Tabel 2.
(LKD)5 . Dalam Peraturan Bank Indonesia No.
Alat analisis data yang digunakan terbagi
16/8/PBI/2014, definisi LKD adalah kegiatan
menjadi tiga bagian, yaitu statistik deskriptif,
layanan jasa sistem pembayaran dan keuang-
analisis faktor, dan analisis jalur (path ana-
an yang dilakukan melalui kerja sama dengan
lysis). Pada bagian pertama, statistik deskrip-
pihak ketiga serta menggunakan sarana dan
tif berfokus pada analisis penggunaan layan-
perangkat teknologi berbasis mobile maupun
an perbankan oleh masyarakat dengan karakte-
berbasis web dalam rangka keuangan inklusif
ristik yang berbeda-beda. Hasil analisis disaji-
(Bank Indonesia, 2014).
kan dalam bentuk grafik pie chart maupun gra-
fik distribusi frekuensi. Analisis juga mencakup
Studi Terdahulu analisis hubungan antarvariabel dengan meng-
Tabel 1 merangkum beberapa studi terdahulu gunakan cross tabulation.
mengenai akses keuangan di beberapa negara.
Analisis Faktor
Metode Studi ini menggunakan analisis faktor untuk
menentukan aspek terpenting yang dianggap
Sebagian besar analisis dalam studi ini bersum- penting dalam memanfaatkan layanan jasa ke-
ber dari analisis data primer yang diperoleh da- uangan, khususnya layanan perbankan tanpa
ri penyebaran kuesioner pada kepala keluarga kantor (branchless banking). Analisis faktor
yang digunakan adalah confirmatory model de-
5
www.bi.go.id. ngan varimax rotation yang mereduksi sepu-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
62 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

Tabel 1: Studi Terdahulu Mengenai Akses Keuangan di Beberapa Negara

No Judul Objek Metodologi Kesimpulan


1 Social Inclusion Through Pembiayaan mikro Garret’s Ranking Techni- Pembiayaan mikro efektif
Financial Inclusion – An que untuk mengurangi kemis-
Empirical Study on Self kinan dengan melibatkan
Help Group Women in In- peran wanita.
dia (Devi et al., 2012)
2 The Microfinance Promise Pembiayaan mikro Uji beda kondisi pre- Layanan kredit plus me-
in Financial and Welfare microfinance dan post- miliki korelasi positif de-
of Poor: Evidence from In- microfinance ngan peningkatan pengelu-
dia (Shetty, 2008) aran rumah tangga, pen-
dapatan, aset, dan tenaga
kerja. Pembiayaan mikro
memiliki kontribusi untuk
meningkatkan akses kredit
konsumsi dan produktif.
3 The Determinants of Bank Faktor-faktor yang meme- Analisis korelasi Keamanan dana dan la-
Selection Choices by Cus- ngaruhi nasabah untuk yanan jasa berbasis tekno-
tomers: Recent and Exten- memilih bank logi merupakan faktor uta-
sive Evidence from Nigeria ma nasabah dalam memi-
(Aregbeyen, 2011) lih bank.
4 Bank Selection Criteria in Faktor-faktor yang meme- Analisis faktor Faktor yang penting ba-
the Iranian Retail Banking ngaruhi nasabah untuk gi nasabah dalam memi-
Industry (Hedayatnia dan memilih bank lih bank adalah: kualitas
Eshghi, 2011) layanan dan metode ba-
ru perbankan, inovasi dan
responsif, keramahan staf
dan kepercayaan manajer
bank, harga dan biaya,
perilaku staf bank, dan ke-
nyamanan lokasi bank.
5 Customer Perception to- Menguji persepsi, preferen- Analisis korelasi Kebanyakan nasabah le-
wards Online Banking Se- si, masalah, dan sa- ran na- bih memilih layanan inter-
rvices: Empirical Eviden- sabah bank terhadap onli- net banking dibanding la-
ce from Pakistan (Omar et ne banking di Pakistan yanan pada kantor cabang
al., 2011) bank, terkait dengan reli-
abilitas, kenyamanan, ke-
cepatan, keamanan, efek-
tivitas biaya, kemudahan
penggunaan, dan error free
system.

Tabel 2: Rincian Sebaran Responden

Proyeksi Jumlah Penduduk Prov. Bali Tahun 2012


Nama Kabupaten Jumlah Responden
(Ribu Jiwa) *)
Gianyar 458 118
Tabanan 442 106
Jembarana 275 66
Bangli 217 54
Karangasem 457 100
Buleleng 694 157
Total 2.543 600
Sumber: Bali Dalam Angka (BPS, 2013)

JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014


Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 63

luh variabel yang berhubungan dengan keun- menjadi berbeda antara masing-masing indivi-
tungan, aksesibilitas, keamanan, dan kecocok- du (Chepkangor, 2012). Bahkan dalam bebe-
an. Keuntungan, khususnya secara finansial, rapa kasus, perilaku dari pegawai bank yang
merupakan salah satu faktor yang memenga- memberikan rasa nyaman kepada nasabah, tu-
ruhi keputusan nasabah dalam memilih bank. rut berpengaruh pada pilihan bank oleh nasa-
Kenaikan biaya yang dibebankan pada nasabah bah (Rehman dan Ahmed, 2008).
menyebabkan nasabah tidak setia (Filip dan
Anghel, 2009). Secara tidak langsung, pembe- Analisis Jalur
banan biaya ini akan mengurangi keuntungan
yang diperoleh nasabah. Keuntungan finansial Path analysis atau analisis jalur pada awal-
juga berpengaruh terhadap pilihan bank oleh nya dikembangkan oleh Sewal Wright pada ta-
nasabah (Rehman dan Ahmed, 2008; Mokhlis hun 1920-an untuk menganalisis model hipote-
et al., 2010; Hinson et al., 2013). sis pada studi phylogenetis. Model dasar anali-
sis jalur dapat dilihat pada Gambar 1.
Salah satu penyebab nasabah berpindah
Pola hubungan ditunjukkan dengan tanda
bank adalah perpindahan tempat domisili se-
panah yang menunjukkan hubungan sebab aki-
hingga jarak ke bank menjadi semakin jauh.
bat antarvariabel, baik variabel bebas, peran-
Filip dan Anghel (2009) serta Rehman dan Ah-
tara, maupun terikat yang dapat berjumlah sa-
med (2008) juga memasukkan aksesibilitas se-
tu atau lebih. Kemudian diestimasi koefisien
bagai salah satu alasan dalam pemilihan bank
jalur yang disebut ”beta” yang menunjukkan
oleh nasabah. Jarak menjadi salah satu fak-
pengaruh langsung dari suatu variabel bebas
tor dalam memilih bank terutama pada nasa-
terhadap variabel terikat dalam suatu model
bah bank ritel (Mokhlis et al., 2010). Chigam-
jalur tertentu.
ba dan Fatoki (2011) menyatakan hanya jarak
Koefisien-koefisien jalur yang merupakan ke-
ke rumah saja yang berpengaruh pada pilih-
luaran dari regresi dapat digunakan untuk
an bank oleh nasabah. Pengaruh jarak tidak
mengurai korelasi-korelasi dalam suatu model
hanya mencakup jarak dari rumah ke bank,
ke dalam pengaruh langsung dan tidak lang-
namun juga jarak dari tempat kerja ke bank
sung yang berhubungan dengan jalur langsung
(Torres dan Castells, 2006).
dan tidak langsung yang direfleksikan dengan
Masalah keamanan, khususnya yang berkait- anak panah-anak panah dalam suatu model
an dengan solvabilitas dan reputasi bank ber- tertentu.
pengaruh pada pilihan bank oleh nasabah (Tor- Studi ini menggunakan analisis jalur untuk
res dan Castells, 2006). Mokhlis et al. (2010) mengestimasi hubungan antarvariabel dengan
menyatakan bahwa aspek keamanan yang ber- fokus pada variabel-variabel yang memengaru-
pengaruh pada pilihan bank sangat berkaitan hi keputusan individu dalam menggunakan la-
dengan rasa aman nasabah dalam mengguna- yanan branchless banking. Penggunaan analisis
kan jasa bank. Hinson et al. (2013) juga me- jalur dilakukan dengan menyesuaikan skala da-
nyatakan bahwa perasaan aman yang berkait- ta yang ada. Data yang digunakan dalam analis
an dengan reputasi bank menjadi salah satu jalur pada studi ini adalah data ordinal. Peng-
faktor penentu pilihan bank oleh nasabah. gunaan data ordinal dalam analisis jalur ma-
Aspek kecocokan juga menjadi salah satu sih dapat dilakukan dengan kriteria minimal
faktor penentu bagi nasabah untuk memilih lima kategori (Streiner, 2005). Menurut Suli-
bank. Filip dan Anghel (2009) menyatakan yanto (2011), data ordinal dan Likert yang te-
bahwa kebiasaan merupakan salah satu faktor lah ditransformasi dapat digunakan dalam ana-
yang menentukan pilihan bank. Status dan ke- lisis data sehingga dapat menghasilkan suatu
las sosial nasabah juga membuat pilihan bank kesimpulan. Dengan demikian, setelah dilaku-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
64 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

Gambar 1: Diagram Analisis Jalur Sederhana

kan penyesuaian terbatas pada data hasil su- nunjukkan bahwa 76% dari total 600 respon-
rvei, maka analisis jalur dapat dilakukan. den mengetahui produk perbankan dan sisa-
Variabel bebas dalam analisis jalur ini ada- nya tidak mengetahui. Sebanyak 91,9% dari
lah karakteristik individu, kemudian varia- responden yang mengetahui produk perbankan
bel moderasi yang digunakan adalah frekuen- menyatakan memanfaatkan produk perbank-
si penggunaan layanan bank dan pemahaman an tersebut. Proporsi ini menunjukkan masih
mengenai branchless banking. Variabel karak- terdapat sebagian kecil responden yang belum
teristik individu yang pertama adalah kabu- memiliki produk perbankan.
paten yang menggambarkan jarak antara ka- Hasil survei mengenai pemanfaatan produk
bupaten tempat tinggal responden dengan pu- perbankan menunjukkan bahwa sebagian besar
sat kegiatan ekonomi. Kedua, jumlah penge- responden menggunakan produk simpanan dan
luaran yang menggambarkan tingkat kekayaan hanya sebagian kecil responden yang meman-
masing-masing responden. Jumlah penghasil- faatkan produk lainnya seperti kredit, layanan
an setiap individu berpengaruh dalam pilih- pembayaran, maupun pengiriman uang (Gam-
an penggunaan jasa perbankan (Chepkangor, bar 3).
2012). Ketiga, pendidikan responden karena Sebanyak 58% responden datang ke bank un-
perbedaan pendidikan merepresentasikan ting- tuk bertransaksi dan sisanya (42%) tidak da-
kat sosial yang berbeda juga. Perbedaan sta- tang ke bank. Alasan utama yang menyebab-
tus dan kelas sosial berpengaruh dalam pilihan kan keengganan nasabah untuk bertransaksi
jasa keuangan, khususnya perbankan (Chepka- ke bank adalah masalah jarak tempuh, antri-
ngor, 2012). Interaksi variabel-variabel terse- an yang panjang, dan terdapat media lain un-
but memengaruhi variabel terikatnya, yaitu ke- tuk bertransaksi seperti ATM maupun inter-
inginan individu menggunakan layanan branch- net banking (Gambar 3). Prosedur yang me-
less banking. Skema analisis jalurnya terlihat nyulitkan, biaya transaksi, dan ketidakcocokan
pada Gambar 2. produk perbankan dengan kebutuhan transak-
si juga menjadi alasan keengganan nasabah da-
tang ke bank meskipun dalam porsi yang relatif
Hasil dan Analisis lebih kecil.
Analisis Deskriptif Banyaknya responden yang menyatakan ja-
rak tempuh sebagai faktor penghambat ke-
Analisis deskriptif menunjukkan beberapa te- datangan nasabah ke bank untuk bertran-
muan terkait dengan kesadaran responden ter- saksi menunjukkan kebutuhan layanan bank
hadap produk perbankan. Hasil survei me- alternatif. Jika saat ini sudah terdapat la-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 65

Gambar 2: Model Analisis Jalur

Gambar 3: Pemanfaatan Produk Perbankan


Sumber: Hasil Survei, diolah

Gambar 4: Alasan Nasabah Bank Tidak Datang ke Bank untuk Bertransaksi


Sumber: Hasil Survei, diolah

JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014


66 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

Gambar 5: Keinginan Menggunakan Branchless Banking


Sumber: Hasil Survei, diolah

yanan perbankan berbasis kartu seperti kar- Bartlett untuk menentukan apakah estimasi
tu ATM/debit dan layanan perbankan berba- dapat dilanjutkan pada tahapan berikutnya.
sis internet, maka pengembangan layanan per- Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi
bankan jarak jauh lainnya juga perlu mendapat uji KMO dan Bartlett sebesar 0,000 lebih ke-
perhatian. Fasilitas layanan bank tanpa kantor cil dibandingkan tingkat signifikansi alpha 1%
(branchless banking) dapat menjadi salah satu (Tabel 3). Hasil estimasi matriks Anti-Image
alternatif yang dapat ditawarkan. menunjukkan bahwa seluruh 10 variabel memi-
Hasil survei yang berkaitan dengan kesadar- liki nilai Measure Sampling Adequacy (MSA)
an responden pada branchless banking menun- lebih dari 0,5. Principal component analysis
jukkan bahwa hanya 10% responden yang te- dengan rotasi Varimax telah diterapkan pa-
lah mengetahui mengenai program branchless da sepuluh variabel studi untuk mendapatkan
banking dan sisanya belum mengetahui. Se- faktor-faktor dasar.
telah mendapat penjelasan singkat mengenai Delapan variabel memiliki muatan yang
branchless banking, 19% responden menyata- tinggi pada faktor pertama yang dinamakan
kan sangat ingin menggunakan fasilitas layan- dengan kualitas. Sementara itu, dua variabel
an branchless banking dan 39% menyatakan memiliki muatan yang tinggi pada faktor kedua
ingin (Gambar 5). Sementara itu, 34% respon- yang dinamakan dengan kecocokan. Faktor ku-
den menyatakan ragu-ragu dan 8% responden alitas mencakup aksesibilitas, keuntungan, dan
menyatakan tidak ingin. Proporsi ini menun- keamanan. Variabel yang berhubungan dengan
jukkan peluang implementasi branchless bank- kualitas antara lain kecepatan transaksi, biaya
ing menjadi semakin terbuka. yang lebih murah, kenyamanan transaksi, da-
pat diakses dari mana saja dan kapan saja, kea-
Analisis Faktor manan transaksi, rekening yang aman, dan ke-
mudahan transaksi (Tabel 4). Hasil survei juga
Tahapan pertama analisis faktor adalah me- menunjukkan bahwa kecepatan transaksi men-
lakukan uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan jadi faktor yang paling penting dalam kategori
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 67

Tabel 3: Hasil Uji KMO dan Bartlett

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy 0,861


Bartlett’s Test of Sphericity Approx. Chi-Square 6.457,783
Df 45
Sig. 0,000
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 4: Faktor 1: Kualitas

Variabel Factor Loading


Kecepatan transaksi 0,83
Biaya murah 0,84
Kenyamanan transaksi 0,83
Akses di mana saja 0,70
Akses kapan saja 0,74
Transfer aman 0,87
Rekening aman 0,87
Petunjuk operasional mudah 0,86
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

kualitas. ponden mendapatkan layanan branchless bank-


Dua variabel memiliki muatan yang ting- ing. Jalur ini melalui keaktifan bertransaksi
gi pada faktor kedua, yaitu faktor kecocokan ke kantor bank. Jalur ketiga adalah semakin
(Tabel 4). Variabel pertama adalah kecocok- tinggi tingkat pendidikan, maka akan mendo-
an layanan branchless banking yang ditawar- rong keinginan mendapatkan layanan branch-
kan dengan tipe usaha responden. Variabel ke- less banking. Jalur ini melalui variabel frekuen-
dua adalah kecocokan layanan branchless ban- si transaksi dan keaktifan bertransaksi ke kan-
king yang ditawarkan dengan pribadi respon- tor bank sebagai variabel perantara.
den sebagai pengusaha. Apabila dibandingkan Pengaruh kabupaten, pendidikan, jumlah
tingkat kepentingan dua faktor tersebut, maka pengeluaran, frekuensi bertransaksi di kantor
faktor kualitas dipandang jauh lebih penting. bank, dan aktif bertransaksi perbankan de-
Nilai modus untuk faktor kualitas sebesar 5, ngan mendatangi kantor cabang bank seca-
sementara nilai modus faktor kecocokan hanya ra bersama-sama terhadap keinginan menggu-
sebesar 3. nakan/memanfaatkan branchless banking seca-
ra gabungan adalah sebesar 0,044. Dari sisi
Analisis Jalur lokasi tempat tinggal, masyarakat dibedakan
menurut kota/kabupaten. Berdasarkan lokasi
Hasil estimasi analisis jalur menunjukkan bah- tempat tinggal tersebut tidak secara signifi-
wa pengaruh variabel bebas terhadap variabel kan memengaruhi frekuensi dan keaktifan ber-
terikatnya dapat melalui tiga jalur (Gambar transaksi di bank dan keinginan mengguna-
6). Jalur pertama adalah dari peningkatan pe- kan layanan branchless banking. Artinya, tidak
ngeluaran responden di mana akan meningkat- terdapat perbedaan masyarakat yang tinggal
kan keinginan mendapatkan layanan branchless di ibukota provinsi (Denpasar), misalnya Gia-
banking. Jalur ini melalui frekuensi transaksi nyar dan Tabanan, dengan kabupaten yang re-
dan keaktifan bertransaksi di kantor bank se- latif jauh dari Denpasar, misalnya Jembrana,
bagai variabel perantara. Jalur kedua adalah Karangasem, dan Buleleng dalam bertransaksi
semakin jauhnya lokasi tempat tinggal respon- di bank dan keinginan menggunakan layanan
den menyebabkan penurunan keinginan res- branchess banking.
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
68 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

Tabel 5: Faktor 2: Kecocokan

Variabel Factor Loading


Cocok dengan tipe usaha 0,92
Cocok dengan pribadi pengusaha 0,92
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Gambar 6: Hasil Estimasi Analisis Jalur


Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Secara signifikan, jumlah pengeluar- yang semakin berkualitas mendorong pening-


an memengaruhi keinginan mengguna- katan kesejahteraan masyarakat akan diikuti
kan/memanfaatkan branchles banking melalui dengan peningkatan kebutuhan akan layanan
frekuensi transaksi dan aktif bertransaksi branchless banking. Sementara itu, lokasi res-
dengan total pengaruh yang diberikan adalah ponden yang semakin jauh dari pusat kegiatan
sebesar 0,015. Masyarakat yang memiliki ekonomi ternyata mengurangi kebutuhan akan
tingkat pengeluran yang relatif lebih tinggi layanan branchless banking. Hal ini diperkira-
akan semakin sering datang ke bank dan ber- kan berhubungan dengan ketidaktahuan res-
transaksi, serta ingin memanfaatkan layanan ponden akan jenis-jenis layanan perbankan.
branchless banking.
Secara signifikan, pendidikan memengaruhi Simpulan
keinginan menggunakan/memanfaatkan bran-
chles banking melalui frekuensi transaksi dan Hasil estimasi dan analisis studi ini mengha-
aktif bertransaksi. Pengaruh yang diberikan silkan beberapa kesimpulan. Pertama, akses
adalah sebesar 0,006. Masyarakat yang memili- masyarakat pada lembaga keuangan dan ke-
ki tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin inginan melakukan transaksi perbankan tan-
sering datang ke bank dan aktif bertransaksi. pa datang ke kantor bank (branchless banking)
Selain itu, kelompok masyarakat tersebut juga berbeda-beda untuk setiap kondisi sosial eko-
lebih berminat menggunakan layanan branch- nominya. Jauh dekatnya lokasi tempat tinggal
less banking dibanding kelompok masyarakat masyarakat dari pusat aktivitas perekonomi-
yang pendidikannya lebih rendah. an tidak secara signifikan memengaruhi masya-
Hasil estimasi tersebut menunjukkan bahwa rakat dalam memanfaatkan layanan jasa per-
pengembangan layanan branchless banking sa- bankan. Sedangkan tingkat strata ekonomi ma-
ngat diperlukan terutama bagi masyarakat de- syarakat yang diukur dari tingkat pengeluran
ngan kualitas dan status sosial yang lebih ting- secara signifikan memengaruhi keinginan ber-
gi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi transaksi di bank dan keinginan memanfaat-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 69

kan layanan branchless banking. Semakin besar ---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/


tingkat pengeluaran masyarakat, semakin se- documents/presentation/wcms_216688.pdf
(Diakses 17 Juli 2013).
ring datang ke kantor bank dan aktif bertran-
[4] Bold, C., Porteous, D., & Rotman, S. (2012). Social
saksi, serta berkeinginan untuk memanfaat- Cash Transfers and Financial Inclusion: Evidence
kan layanan branchless banking. Dari sisi ting- from Four Countries. (CGAP, Ed.). Focus Note,
kat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendi- 77, 1–28. Februari 2012. Washington, DC: Con-
sultative Group to Assist the Poor. World Bank.
dikan masyarakat, maka akan semakin sering
https://www.cgap.org/sites/default/files/
datang dan bertransaksi di bank, serta ingin Focus-Note-Social-Cash-Transfers-and-
memanfaatkan layanan branchless banking. Ke- Financial-Inclusion-Evidence-from-Four-
dua, berdasarkan hasil studi ini terdapat be- Countries-Feb-2012.pdf (Diakses 5 Maret 2013).
berapa faktor yang perlu diperhatikan dalam [5] BPS. (2013). Bali Dalam Angka 2012. Badan Pu-
sat Statistk.
upaya memperluas akses lembaga keuangan [6] Chepkangor, D. K. (2012). Determinants of Con-
yang salah satunya melalui layanan branchless sumer Choice of Commercial Banks: a Case of Ke-
banking. Faktor tersebut adalah kualitas dan nya Commercial Bank in Nakuru Town. Doctoral
kecocokan. Faktor kualitas dianggap jauh le- dissertation. Kenya: Department of Extra Mural
Studies, University of Nairobi.
bih penting dibandingkan dengan kecocokan. [7] Chigamba, C., & Fatoki, O. (2011). Factors Influ-
Faktor kualitas yang dianggap paling penting encing the Choice of Commercial Banks by Uni-
adalah kecepatan transaksi. versity Students in South Africa. International Jo-
Berdasarkan studi di atas, beberapa reko- urnal of Business and Management, 6 (6), 66–76.
[8] Cohen, M., & Nelson, C. (2011). Financial Li-
mendasi untuk otoritas perbankan dan pela- teracy: A Step for Clients towards Financial
ku usaha di sektor perbankan adalah Perta- Inclusion. Commissioned Workshop Paper. Paper
ma, upaya memperluas layanan perbankan me- presented at the 2011 Global Microcredit Summit,
lalui branchless banking dapat terus ditingkat- November 14–17, 2011, Valladolid, Spain. http:
//citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
kan, namun diperlukan upaya peningkatan so-
doi=10.1.1.466.2029&rep=rep1&type=pdf (Di-
sialisasi atau promosi terutama untuk golongan akses 5 Maret 2013).
masyarakat golongan menengah ke bawah dan [9] Cracknell, D. (2012). Policy Innovations to Im-
yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif prove Access to Financial Services in Developing
rendah. Kedua, peningkatan layanan perbank- Countries: Learning from Case Studies in Ke-
nya. Washington, DC: Center for Global Deve-
an branchless banking dapat dilakukan dengan lopment. http://www.cgdev.org/doc/LRS_case_
meyakinkan masyarakat akan kualitas layanan studies/Cracknell_Kenya.pdf (Diakses 5 Maret
tersebut, khususnya dalam hal kecepatan tran- 2013).
saksi. [10] Devi, P. A., Gandhimathi, S., & Begum, M. (2012).
Social Inclusion through Financial Inclusion – An
Empirical Study on SHG Women in India. EXCEL
International Journal of Multidisciplinary Mana-
Daftar Pustaka gement Studies, 2 (4), 59–68.
[11] Filip, A., & Anghel, L.-D. (2009). Customer Lo-
[1] Aregbeyen, O. (2011). The Determinants of Bank
yalty and Its Determinants in A Banking Servi-
Selection Choices by Customers: Recent and
ce Environment. Quality Management in Servi-
Extensive Evidence from Nigeria. International Jo-
ces/Amfiteatru Economic, XI (26), 288–297.
urnal of Business and Social Science, 2 (22), 276–
[12] Gardeva, A., & Rhyne, E. (2011). Opportu-
288.
nities and Obstacles to Financial Inclusion:
[2] Bank Indonesia. (2014). Peraturan Bank Indonesia
Survey Report. Center for Financial Inclu-
No. 16/8/PBI/2014 Tentang Perubahan Atas Per-
sion, Publication 12. Center for Financial
aturan Bank Indonesia No. 11/12/PBI/2009 Ten-
Inclusion at ACCION International. London:
tang Uang Elektronik (Electronic Money).
Groupe Speciale Mobile Association (GSMA).
[3] Banking Research and Regulation Department-
http://www.gsma.com/mobilefordevelopment/
Bank Indonesia. (2013). Financial Inclusion
wp-content/uploads/2012/06/
Development Policy in Indonesia. Bank Indonesia
opportunitiesandobstaclestofinancial
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/

JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014


70 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...

inclusion_110708_final.pdf (Diakses 5 Maret Psychiatry, 50 (2), 115–122.


2013). [26] Suliyanto. (2011). Perbedaan Pandangan Skala Li-
[13] Greenwood, J., & Jovanovic, B. (1990). Financial kert sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval.
Development, Growth, and the Distribution of In- Prosiding Seminar Nasional Statistika Universitas
come. Journal of Political Economy, 98 (5), Part Diponegoro 2011. Hlm. 51–60. http://core.ac.
1, 1076–1107. uk/download/pdf/11732682.pdf (Diakses 5 Maret
[14] Hedayatnia, A., & Eshghi, K. (2011). Bank Selec- 2013).
tion Criteria in the Iranian Retail Banking Indus- [27] The World Bank. (2012). Financial In-
try. International Journal of Business and Mana- clusion Strategies Reference Framework,
gement, 6 (12), 222–231. August 2012. http://siteresources.
[15] Hinson, R. E., Osarenkhoe, A., & Okoe, A. F. worldbank.org/EXTFINANCIALSECTOR/
(2013). Determinants of Bank Selection: A Stu- Resources/282884-1339624653091/
dy of Undergraduate Students in the University 8703882-1339624678024/
of Ghana. Journal of Service Science and Manage- 8703850-1339624695396/
ment, 2013 (6), 197–205. FI-Strategies-ReferenceFramework-FINAL-
[16] King, R. G., & Levine, R. (1993). Finance and Aug2012.pdf (Diakses 17 Juli 2013).
Growth: Schumpeter Might Be Right. Working [28] Torres, A. G., & Castells, P. A. (2006). The Choice
Papers Financial Policy and Systems, WPS of Banking Firm: are the Interest Rate a Signifi-
1083, Februari 1993. Washington, DC: Coun- cant Criteria? Document De Treball 2006/4. Cen-
try Economics Department. The World Bank. tre De Recerca En Federalisme Fiscal/Economia
http://www-wds.worldbank.org/external/ Regional. Institut d’Economia de Barcelona.
default/WDSContentServer/WDSP/IB/1993/02/
01/000009265_3961004042036/Rendered/PDF/
multi_page.pdf (Diakses 24 Oktober 2013).
[17] Kotler, P., & Amstrong, G. (2001). Prinsip-Prinsip
Pemasaran, Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga.
[18] Mokhlis, S., Mat, N. H. N, & Salleh, H. S. (2010).
Ethnicity and Choice Criteria in Retail Banking:
A Malaysian Perspective. International Journal of
Business and Management, 5 (6), 98–105.
[19] Omar, A., B., Sultan, N., Zaman, K., Bibi, N., Wa-
jid, A., & Khan, K. (2011). Customer Perception
towards Online Banking Services: Empirical Evi-
dence from Pakistan. Journal of Internet Banking
and Commerce, 16 (2), 1–24.
[20] Rehman, H. U., & Ahmed, S. (2008). An Empirical
Analysis of the Determinants of Bank Selection in
Pakistan: A Customer View. Pakistan Economic
and Social Review, 46 (2), 147–160.
[21] Roscoe, J. T. (1982). Fundamental Research Sta-
tistics for the Behavioural Sciences. New York:
Holt Rinehart & Winston.
[22] Roscoe, J. T. (1975). Fundamental Research Sta-
tistics for the Behavioural Sciences, 2nd edition.
New York: Holt Rinehart & Winston.
[23] Roscoe, J. T. (1982). The Development and Appli-
cation of Social Learning Theory. New York: Pra-
eger.
[24] Shetty, N. K. (2008). The Microfinance Promise in
Financial Inclusion and Welfare of the Poor: Evi-
dence from Karnataka, India. ISEC Working Pa-
per, 205. India: Institute for Social and Economic
Change. http://203.200.22.246/WP%20-%20205.
pdf (Diakses 5 Maret 2013).
[25] Streiner, D. L. (2005). Finding Our Way: An In-
troduction to Path Analysis. Canadian Journal of

JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014

Anda mungkin juga menyukai