Abstract
Expanding financial access is one among many ways in developing financial sector. This study
analyzed the connection of communities characteristics to the access of financial institution which
can be used in establishing the accurate development strategy of financial inclusion. This study used
three approaches: descriptive analysis, factorial analysis, and path analysis based on questionnaires
distributed to 600 respondents across Province of Bali. The result of the study shows that the
most important factor in developing financial access is quality, especially the speed of transaction.
Moreover, individual quality improvement in either education or wealth stimulates the utilization
of branchless banking services.
Keywords: Financial Institutional Access; Branchless Banking; Quality; Transaction Speed
Abstrak
Salah satu upaya pengembangan sektor keuangan adalah melalui perluasan akses keuangan.
Studi ini menganalisis kaitan karakteristik masyarakat dengan akses lembaga keuangan yang
dapat digunakan untuk menyusun strategi pengembangan keuangan inklusif yang tepat sasaran.
Studi ini menggunakan tiga pendekatan, yaitu analisis deskriptif, analisis faktor, dan analisis
jalur pada hasil kuesioner yang disebarkan ke 600 responden di seluruh Provinsi Bali. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor yang dianggap paling penting dalam mengembangkan akses keuangan
adalah kualitas terutama kecepatan transaksi. Selain itu, peningkatan kualitas individu, baik
dari sisi pendidikan maupun kekayaan, mendorong peningkatan keinginan menggunakan jasa
keuangan berupa layanan branchless banking.
Kata kunci: Akses Lembaga Keuangan; Branchless Banking; Kualitas; Kecepatan Transaksi
Pendahuluan
Akses lembaga keuangan yang menjadi fo- kan produk dan jasa setelah melakukan hal-
kus bahasan adalah akses layanan lembaga ke- hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Ka-
uangan tanpa kantor (branchless banking). Ob- rakter konsumen dan proses pengambilan ke-
jek studi adalah masyarakat Bali yang memiliki putusan mendorong perilaku konsumen dalam
akar budaya kuat di Indonesia. Bali juga seba- memilih lembaga keuangan. Pada tahapan ini-
gai tujuan wisata utama di Indonesia sehingga lah sebenarnya proses yang paling menentukan
perilaku masyarakatnya relatif berbeda dengan itu terjadi, di mana konsumen berupaya untuk
wilayah lainnya di Indonesia. Keunikan perila- memutuskan dalam memilih lembaga keuangan
ku masyarakat Bali yang berkaitan dengan bi- untuk memanfaatkan jasa layanan keuangan.
dang keuangan ditunjukkan oleh tetap berta-
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), da-
hannya lembaga keuangan berbasis adat, yaitu
lam memilih, konsumen secara kuat dipenga-
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam me-
ruhi oleh karakter budaya, sosial, dan psiko-
layani jasa keuangan di Bali. LPD dimiliki dan
logis. Faktor budaya merupakan penyebab pa-
dikelola oleh desa adat di Bali yang disebut ju-
ling mendasar dari keinginan dan perilaku se-
ga dengan desa pakraman. Jumlah LPD di Bali
seorang. Karena setiap kelompok masyarakat
mencapai 1.422 unit yang tersebar di 1.482 de-
memiliki budaya, maka pengaruh budaya da-
sa pakraman dengan total aset mencapai lebih
lam memilih lembaga keuangan sangat bera-
dari Rp6 triliun3 .
gam di setiap daerah. Perilaku konsumen ju-
Tujuan utama studi ini adalah menganali- ga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
sis akses masyarakat pada lembaga keuangan keluarga, aturan, dan status sosial konsumen.
sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial ma- Faktor lain yang memengaruhi perilaku kon-
syarakatnya. Selain itu, studi ini juga meng- sumen ialah faktor-faktor psikologis. Faktor-
identifikasi beberapa hal yang harus diperha- faktor psikologis ini terdiri dari motivasi, per-
tikan dalam upaya memperluas akses lembaga sepsi, pengetahuan dan keyakinan, serta sikap.
keuangan. Akses lembaga keuangan yang lebih
luas diharapkan mampu mempercepat pertum- Kotler dan Amstrong (2001) berpendapat
buhan ekonomi Bali yang dapat dirasakan oleh ada lima tahapan dalam proses keputusan
lapisan masyarakat yang lebih luas. Dengan de- membeli berbagai barang dan jasa, yang da-
mikian, studi ini diharapkan dapat menjadi sa- lam hal ini adalah memilih lembaga keuangan.
lah satu acuan bagi upaya pengembangan akses Proses pertama adalah pengenalan kebutuhan
lembaga keuangan pada masyarakat. (need recognition). Selanjutnya, konsumen a-
kan melakukan pencarian informasi (informa-
tion search) yang berkaitan dengan kebutuhan-
Tinjauan Referensi nya akan lembaga keuangan dari berbagai sum-
ber. Setelah melakukan pencarian informasi,
Perilaku Konsumen dalam Memilih konsumen akan mengevaluasi berbagai alterna-
Lembaga Keuangan tif yang telah didapatkan. Hasil evaluasi terse-
but akan menghasilkan keputusan lembaga ke-
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tin- uangan mana yang dipilih oleh konsumen (pur-
dakan, serta proses psikologis yang mendorong chase decision). Setelah menjadi nasabah dari
tindakan tersebut pada saat sebelum membe- suatu lembaga keuangan, konsumen bisa saja
li, ketika membeli, menggunakan, menghabis- puas ataupun tidak puas. Hal ini akan menim-
bulkan perilaku pascapembelian (post purcha-
3
Berdasarkan Sambutan Gubernur Bali pada acara
se behaviour ) atau dalam hal nasabah lemba-
Rapat Evaluasi LPD Bali, Jumat, 21 September 2012 ga keuangan akan terus menjadi nasabah dan
di Denpasar. bahkan memanfaatkan produk-produk keuang-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
60 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...
an lainnya. Perilaku pascapembelian juga me- angka kemiskinan, pemerataan distribusi pen-
rupakan cerminan dari tingkat kepuasan terha- dapatan, dan stabilitas sistem keuangan. Hal
dap lembaga keuangan yang dipilih. ini dilakukan dengan membuat sistem keuang-
an yang dapat diakses oleh seluruh penduduk
Strategi Pengembangan Keuangan In- di Indonesia. Target utama program keuangan
klusif di Dunia inklusif di Indonesia adalah tenaga kerja yang
berpindah-pindah dan orang yang menetap di
World Bank mendefinisikan strategi keuangan daerah terpencil. Program keuangan inklusif
inklusif sebagai road maps suatu kegiatan, pa- ini dimulai dari ketegori kelompok yang sangat
da suatu level nasional atau level-subnasional, miskin, pekerja produktif namun masih miskin,
yang disusun oleh sektor publik yang beker- mendekati miskin, dan tidak miskin (Banking
ja sama dengan pihak swasta untuk pening- Research and Regulation Department-Bank In-
katan inovasi dan pengembangan yang sesuai donesia, 2013).
dengan target keuangan inklusif (The World Saluran yang digunakan untuk keuangan in-
Bank, 2012). Strategi dapat diintegrasikan an- klusif di Indonesia melalui institusi keuangan,
tara kegiatan sektor publik dan swasta untuk baik bank maupun nonbank, dan juga peme-
mengetahui hambatan keuangan inklusif, dan rintah. Sedangkan produk/jasa keuangan yang
juga dapat memfokuskan pada kegiatan yang ditawarkan adalah simpanan, kredit, asuran-
mempunyai implikasi yang besar, skala paling si, dana pensiun, dan lain sebagainya. Selain
prioritas, seperti untuk UMKM atau perenca- itu, dari pemerintah juga menawarkan keuang-
naan pendidikan keuangan. Keuangan inklusif an publik melalui subsidi, insentif fiskal, pro-
berhubungan dengan financial stability, finan- gram kesejahteraan sosial, cash transfer (ban-
cial integrity, market conduct, dan financial ca- tuan langsung tunai/BLT) untuk orang miskin,
pability of consumers 4 . dan lain sebagainya.
Strategi keuangan inklusif memiliki enam pi-
Strategi Pengembangan Keuangan In- lar, yaitu:
klusif di Indonesia
1. Financial Education (Pendidikan Keuang-
Banyak sekali negara yang berusaha untuk me-
an), melalui program pendidikan untuk
ningkatkan akses keuangan penduduknya ke
pelajar dan pekerja;
institusi keuangan, tidak terkecuali Indonesia.
2. Public Financial Facility (Fasilitas Pin-
Hasil Survei Neraca Rumah Tangga yang dila-
jaman pada Masyarakat), yaitu program
kukan oleh Bank Indonesia tahun 2012 meng-
Bantuan Langsung Tunai (BLT), Jaminan
ungkapkan bahwa hanya 48% rumah tangga di
Kesejahteraan Masyarakat (Jamkesmas),
Indonesia yang memiliki tabungan di bank, in-
Bantuan Sosial (Bansos);
stitusi keuangan, dan institusi nonkeuangan.
3. Mapping on Financial Information, mela-
Distribusi layanan jasa perbankan di Indone-
lui Financial Identity Number (FIN) yaitu
sia masih kurang merata, secara umum rendah
berupa pemberian nomor identitas peng-
di kawasan Indonesia Timur dan cukup tinggi
guna jasa keuangan, Credit Rating (peme-
di Pulau Jawa dan Bali.
ringkat kredit);
Untuk meningkatkan akses keuangan di In-
4. Supporting Regulation/Policy (Peraturan
donesia, disusunlah sebuah kerangka keuangan
dan kebijakan pendukung), seperti branch-
inklusif. Tujuan utamanya adalah kesejahtera-
less banking (layanan bank tanpa kantor),
an ekonomi yang dicapai dengan mengurangi
”start-up” credit (kredit bagi pelaku usa-
ha pemula seperti Kredit Usaha Rakyat
4
http://web.worldbank.org. (KUR);
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 61
luh variabel yang berhubungan dengan keun- menjadi berbeda antara masing-masing indivi-
tungan, aksesibilitas, keamanan, dan kecocok- du (Chepkangor, 2012). Bahkan dalam bebe-
an. Keuntungan, khususnya secara finansial, rapa kasus, perilaku dari pegawai bank yang
merupakan salah satu faktor yang memenga- memberikan rasa nyaman kepada nasabah, tu-
ruhi keputusan nasabah dalam memilih bank. rut berpengaruh pada pilihan bank oleh nasa-
Kenaikan biaya yang dibebankan pada nasabah bah (Rehman dan Ahmed, 2008).
menyebabkan nasabah tidak setia (Filip dan
Anghel, 2009). Secara tidak langsung, pembe- Analisis Jalur
banan biaya ini akan mengurangi keuntungan
yang diperoleh nasabah. Keuntungan finansial Path analysis atau analisis jalur pada awal-
juga berpengaruh terhadap pilihan bank oleh nya dikembangkan oleh Sewal Wright pada ta-
nasabah (Rehman dan Ahmed, 2008; Mokhlis hun 1920-an untuk menganalisis model hipote-
et al., 2010; Hinson et al., 2013). sis pada studi phylogenetis. Model dasar anali-
sis jalur dapat dilihat pada Gambar 1.
Salah satu penyebab nasabah berpindah
Pola hubungan ditunjukkan dengan tanda
bank adalah perpindahan tempat domisili se-
panah yang menunjukkan hubungan sebab aki-
hingga jarak ke bank menjadi semakin jauh.
bat antarvariabel, baik variabel bebas, peran-
Filip dan Anghel (2009) serta Rehman dan Ah-
tara, maupun terikat yang dapat berjumlah sa-
med (2008) juga memasukkan aksesibilitas se-
tu atau lebih. Kemudian diestimasi koefisien
bagai salah satu alasan dalam pemilihan bank
jalur yang disebut ”beta” yang menunjukkan
oleh nasabah. Jarak menjadi salah satu fak-
pengaruh langsung dari suatu variabel bebas
tor dalam memilih bank terutama pada nasa-
terhadap variabel terikat dalam suatu model
bah bank ritel (Mokhlis et al., 2010). Chigam-
jalur tertentu.
ba dan Fatoki (2011) menyatakan hanya jarak
Koefisien-koefisien jalur yang merupakan ke-
ke rumah saja yang berpengaruh pada pilih-
luaran dari regresi dapat digunakan untuk
an bank oleh nasabah. Pengaruh jarak tidak
mengurai korelasi-korelasi dalam suatu model
hanya mencakup jarak dari rumah ke bank,
ke dalam pengaruh langsung dan tidak lang-
namun juga jarak dari tempat kerja ke bank
sung yang berhubungan dengan jalur langsung
(Torres dan Castells, 2006).
dan tidak langsung yang direfleksikan dengan
Masalah keamanan, khususnya yang berkait- anak panah-anak panah dalam suatu model
an dengan solvabilitas dan reputasi bank ber- tertentu.
pengaruh pada pilihan bank oleh nasabah (Tor- Studi ini menggunakan analisis jalur untuk
res dan Castells, 2006). Mokhlis et al. (2010) mengestimasi hubungan antarvariabel dengan
menyatakan bahwa aspek keamanan yang ber- fokus pada variabel-variabel yang memengaru-
pengaruh pada pilihan bank sangat berkaitan hi keputusan individu dalam menggunakan la-
dengan rasa aman nasabah dalam mengguna- yanan branchless banking. Penggunaan analisis
kan jasa bank. Hinson et al. (2013) juga me- jalur dilakukan dengan menyesuaikan skala da-
nyatakan bahwa perasaan aman yang berkait- ta yang ada. Data yang digunakan dalam analis
an dengan reputasi bank menjadi salah satu jalur pada studi ini adalah data ordinal. Peng-
faktor penentu pilihan bank oleh nasabah. gunaan data ordinal dalam analisis jalur ma-
Aspek kecocokan juga menjadi salah satu sih dapat dilakukan dengan kriteria minimal
faktor penentu bagi nasabah untuk memilih lima kategori (Streiner, 2005). Menurut Suli-
bank. Filip dan Anghel (2009) menyatakan yanto (2011), data ordinal dan Likert yang te-
bahwa kebiasaan merupakan salah satu faktor lah ditransformasi dapat digunakan dalam ana-
yang menentukan pilihan bank. Status dan ke- lisis data sehingga dapat menghasilkan suatu
las sosial nasabah juga membuat pilihan bank kesimpulan. Dengan demikian, setelah dilaku-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
64 Strategi Pengembangan Perluasan Akses Lembaga Keuangan:...
kan penyesuaian terbatas pada data hasil su- nunjukkan bahwa 76% dari total 600 respon-
rvei, maka analisis jalur dapat dilakukan. den mengetahui produk perbankan dan sisa-
Variabel bebas dalam analisis jalur ini ada- nya tidak mengetahui. Sebanyak 91,9% dari
lah karakteristik individu, kemudian varia- responden yang mengetahui produk perbankan
bel moderasi yang digunakan adalah frekuen- menyatakan memanfaatkan produk perbank-
si penggunaan layanan bank dan pemahaman an tersebut. Proporsi ini menunjukkan masih
mengenai branchless banking. Variabel karak- terdapat sebagian kecil responden yang belum
teristik individu yang pertama adalah kabu- memiliki produk perbankan.
paten yang menggambarkan jarak antara ka- Hasil survei mengenai pemanfaatan produk
bupaten tempat tinggal responden dengan pu- perbankan menunjukkan bahwa sebagian besar
sat kegiatan ekonomi. Kedua, jumlah penge- responden menggunakan produk simpanan dan
luaran yang menggambarkan tingkat kekayaan hanya sebagian kecil responden yang meman-
masing-masing responden. Jumlah penghasil- faatkan produk lainnya seperti kredit, layanan
an setiap individu berpengaruh dalam pilih- pembayaran, maupun pengiriman uang (Gam-
an penggunaan jasa perbankan (Chepkangor, bar 3).
2012). Ketiga, pendidikan responden karena Sebanyak 58% responden datang ke bank un-
perbedaan pendidikan merepresentasikan ting- tuk bertransaksi dan sisanya (42%) tidak da-
kat sosial yang berbeda juga. Perbedaan sta- tang ke bank. Alasan utama yang menyebab-
tus dan kelas sosial berpengaruh dalam pilihan kan keengganan nasabah untuk bertransaksi
jasa keuangan, khususnya perbankan (Chepka- ke bank adalah masalah jarak tempuh, antri-
ngor, 2012). Interaksi variabel-variabel terse- an yang panjang, dan terdapat media lain un-
but memengaruhi variabel terikatnya, yaitu ke- tuk bertransaksi seperti ATM maupun inter-
inginan individu menggunakan layanan branch- net banking (Gambar 3). Prosedur yang me-
less banking. Skema analisis jalurnya terlihat nyulitkan, biaya transaksi, dan ketidakcocokan
pada Gambar 2. produk perbankan dengan kebutuhan transak-
si juga menjadi alasan keengganan nasabah da-
tang ke bank meskipun dalam porsi yang relatif
Hasil dan Analisis lebih kecil.
Analisis Deskriptif Banyaknya responden yang menyatakan ja-
rak tempuh sebagai faktor penghambat ke-
Analisis deskriptif menunjukkan beberapa te- datangan nasabah ke bank untuk bertran-
muan terkait dengan kesadaran responden ter- saksi menunjukkan kebutuhan layanan bank
hadap produk perbankan. Hasil survei me- alternatif. Jika saat ini sudah terdapat la-
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 65
yanan perbankan berbasis kartu seperti kar- Bartlett untuk menentukan apakah estimasi
tu ATM/debit dan layanan perbankan berba- dapat dilanjutkan pada tahapan berikutnya.
sis internet, maka pengembangan layanan per- Hasil estimasi menunjukkan nilai signifikansi
bankan jarak jauh lainnya juga perlu mendapat uji KMO dan Bartlett sebesar 0,000 lebih ke-
perhatian. Fasilitas layanan bank tanpa kantor cil dibandingkan tingkat signifikansi alpha 1%
(branchless banking) dapat menjadi salah satu (Tabel 3). Hasil estimasi matriks Anti-Image
alternatif yang dapat ditawarkan. menunjukkan bahwa seluruh 10 variabel memi-
Hasil survei yang berkaitan dengan kesadar- liki nilai Measure Sampling Adequacy (MSA)
an responden pada branchless banking menun- lebih dari 0,5. Principal component analysis
jukkan bahwa hanya 10% responden yang te- dengan rotasi Varimax telah diterapkan pa-
lah mengetahui mengenai program branchless da sepuluh variabel studi untuk mendapatkan
banking dan sisanya belum mengetahui. Se- faktor-faktor dasar.
telah mendapat penjelasan singkat mengenai Delapan variabel memiliki muatan yang
branchless banking, 19% responden menyata- tinggi pada faktor pertama yang dinamakan
kan sangat ingin menggunakan fasilitas layan- dengan kualitas. Sementara itu, dua variabel
an branchless banking dan 39% menyatakan memiliki muatan yang tinggi pada faktor kedua
ingin (Gambar 5). Sementara itu, 34% respon- yang dinamakan dengan kecocokan. Faktor ku-
den menyatakan ragu-ragu dan 8% responden alitas mencakup aksesibilitas, keuntungan, dan
menyatakan tidak ingin. Proporsi ini menun- keamanan. Variabel yang berhubungan dengan
jukkan peluang implementasi branchless bank- kualitas antara lain kecepatan transaksi, biaya
ing menjadi semakin terbuka. yang lebih murah, kenyamanan transaksi, da-
pat diakses dari mana saja dan kapan saja, kea-
Analisis Faktor manan transaksi, rekening yang aman, dan ke-
mudahan transaksi (Tabel 4). Hasil survei juga
Tahapan pertama analisis faktor adalah me- menunjukkan bahwa kecepatan transaksi men-
lakukan uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan jadi faktor yang paling penting dalam kategori
JEPI Vol. 15 No. 1 Juli 2014
Awirya, A.A., Nugraha, D.A., & Haloho, E.M. 67