Anda di halaman 1dari 20

PUSAT LABA DAN PENENTUAN HARGA TRANSFER

Tugas Mata Kuliah

Sistem Pengendalian Manajemen (SPM)

Oleh:

Kelompok 7

Ni Kadek Septya Wulan Dhari (1833121181)

Ketut Rara Prananingrum (1833121182)

NI Luh Putu Melly Anawati (1833121184)

Ayu Oktavina Rosita (1833121185)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Warmadewa
Tahun 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laba perusahaan dalam hal ini dapat dilakukan dijadikan sebagai ukuran dari efisiensi
dan efektifitas dalam sebuah unit kerja dikarenakan tujuan utama dari pendirian perusahaan
adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Oleh karena itu, laba suatu perusahaan khususnya pada pusat laba atau unit usaha
yang menjadikan laba sebagai tujuan utamanya merupakan alat yang baik untuk mengukur
prestasi pimpinan atau manajer atau dengan kata lain efisiensi dan efektifitas dari perusahaan
dapat dilihat dari laba yang diraih unit tersebut. Pengukuran laba dalam suatu pusat laba
melibatkan penilaian berkaitan dengan bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur.
Dalam hal pendapatan, pilihan metode pengakuan pendapatan sangatlah penting. Dalam hal
pengeluaran, pengukuran dapat bervariasi mulai dari biaya veriabel yang dikeluarkan pusat
laba sampai overhead korporat yang di alokasikan penuh, termasuk pajak penghasilan.
Penilaian-penilaian yang berhubungan dengan pengukuran pendapatan dan biaya-biaya harus
dipertimbangkan tidak hanya berdasarkan pertimbangan perilaku. Kuncinya adalah
memasukan beban dan pendapatan laporan manajer pusat laba yang dipengaruhi oleh
tindakan manajer tersebut, bahkan jika tidak secara penuh.

Pemikiran organisasi modern berorientasi kepada desentralisasi. Terdapat beberapa


kesulitan yang timbul jka unit organisasi yang didesentralisasikan harus berinteraksi satu
sama lain. Sehingga tidak ada satu tempat yang memiliki potensi konflik yang lebih besar
pada interaksi seperti itu jika barang atau jasa yang diproduksi oleh satu unit ditransfer ke
unit lainnya. Jika unit-unit tersebut diperlakukan sebagai pusat laba, harus ditentukan pada
transfer tersebut. Salah satu tantangan utama dalam mengoperasikan sistem yang
terdesentralisasi adalah merancang suatu metode akuntansi yang memuaskan untuk transfer
barang dan jasa dari pusat laba yang satu ke yang lain dalam perusahaan yang memiliki
jumlah cukup signifikan atas transaksi jenis ini.

Perusahaan yang beroperasi di luar negeri dapat diperlakukan sebagai pusat biaya,
pusat pendapatan, pusat laba atau pusat investasi. Pertimbangan perusahaan induk yang
beroperasi pada suatu negara memilih jenis pusat pertanggungjawaban perusahaan anak di
luar negeri biasanya sama dengan perusahaan yang hanya beroperasi di dalam negeri.
Negara, bahkan wilayah dalam satu negara mempunyai budaya yang berbeda. Perbedaan ini
mungkin tidak mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen, tapi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap bagaimana menggunakan informasi yang dihasilkan dari
sistem yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari pusat laba?
2. Bagaimana Pusat Laba di dalam Sistem Pengendalian Manajemen?
3. Bagaimana unit usaha sebagai pusat laba?
4. Bagaimana didalam mengukur profitabilitas pusat laba?
5. Bagaimana pengertian dari harga transfer?
6. Apa saja syarat terpenuhnya harga transfer?
7. Apa tujuan dari harga transfer?
8. Bagaimana metode penentuan harga transfer?
9. Bagaimana administrasi harga transfer?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari pusat laba
2. Untuk mengetahui pusat laba didalam system pengendalian manajemen
3. Untuk mengetahui unit usaha sebagai pusat laba dari manfaat pusat laba, kelemahan
pusat laba, jenis-jenis pengukuran pusat laba, kesulitan yang dihadapi pusat laba
4. Untuk mengetahui ukuran profitabilitas didalam pusat laba
5. Untuk memahami pengertian harga transfer
6. Untuk memahami syarat terpenuhnya harga transfer
7. Untuk mengetahui tujuan dari harga transfer
8. Untuk memahami metode penentuan harga transfer
9. Untuk memahami administrasi harga transfer
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENGERTIAN PUSAT LABA


Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan pendapatan, tetapi tidak
memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang investasi. Pusat laba hanya
bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus dicapai. Menurut Robert N. Anthony dan
Vijay Govindarajan dalam bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen” yang
diterjemahkan oleh F.X. Kurniawan Tjakrawala, menjelaskan bahwa : “Pusat laba adalah
suatu unit organisasi dimana didalamnya pendapatan dan pengeluarannya diukur berdasarkan
kondisi moneter.” (2002;181).
Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan
manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indicator yang komprehensif,
dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indicator. Banyak keputusan manajemen
melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan bahwa hal itu akan
menghasilkan peningkatan yang lebih besar dalam peningkatan penjualan keputusan
semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan.
Tambahan beban iklan adalah salah satu contohnya. Untuk dapat mendelegasikan
keputusan trade-off semacam ini dengan aman ke tingkat manajer yang lebih rendah, maka ada dua
kondisi yang harus dipenuhi :

1) Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan serupa.
2) Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya suatu trade-off yang dibuat oleh
manajer.

Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi dimana kedua kondisi diatas terpenuhi.

2.2 PUSAT LABA DALAM SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN


2.2.1 Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya
diukur dalam ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran.
Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan pihak
manajemen senior dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif
dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator. Keberadaan suatu pusat laba
akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku kepada pengukuran
unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
2.2.2 Manfaat pusat laba yaitu :
1. Keputusan operasional dapat dilakukan lebih cepat karena tidak memerlukan
pertimbangan dari kantor pusat.
2. Kualitas keputusan cenderung lebih baik, karena dilakukan oleh orang yang
benar-benar mengerti tentang keputusan tersebut.
3. Memberikan tempat pelatihan bagi kemampuan manajerial secara umum dan
dapat difungsikan sebagai sarana pelatihan yang handal.
4. Memudahkan kantor pusat untuk memperoleh informasi profitabilitas dari
komponen produk-produk  perusahaan.
5. Untuk meningkatkan kinerja yang kompetitif, karena output yang jelas dan siap
pakai sangat respontif terhadap suatu tekanan
2.2.3 Kelemahan pusat laba adalah:
1) Manajemen kantor pusat kehilangan kendali menegenai keputusan yang telah
didelegasikan.
2) Manajer pusat laba cenderung hanya memperhatikan laba jangka pendek.
3) Organisasi yang pada awalnya bekerja sama antara fungsi satu dengan lainnya
menjadi saling bersaing.
4) Terdapat kemungkinan peningkatan perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan yang dapat menimbulkan pertentangan antar pusat
pertanggungjawaban.
5) Tidak ada yang menjamin bahwa divisionalisasi pada masing-masing pusat laba
akan menjamin peningkatan laba perusahaan menjadi lebih optimal.
6) Kualitas pengambilan keputusan oleh manajer divisi mungkin bisa lebih jelek
daripada manajer puncak.
7) Menimbulkan terjadinya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
manajerial divisi.
8) Kompetensi general manajer seringkali menjadi tidak diperlukan.
2.2.4 Jenis-Jenis Pengukuran Pusat Laba
a. Margin Kontribusi
Margin kontribusi merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya variabel.
Margin kontribusi ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba dan
seluruh pengeluaran pusat laba berda dalam kendali manajer tersebut sedangkan biaya
tetap diluar kendalinya.
b. Laba Langsung
Laba langsung merupakan kontribusi pusat laba dikurangi dengan biaya tetap
maupun overhead umum. Ukuran ini menggabungkan pengeluaran seluruh pusat laba,
sebagaimana pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak termasuk dalam
perhitungan ini.
c. Laba yang Dapat Dikendalikan
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Yang termasuk dalam kategori yang
dapat dikendalikan contohnya layanan teknologi informasi. Jika biaya-biaya ini
termasuk dalam sistem pengukuran, maka laba yang dihasilkan akan dikurangi
dengan seluruh biaya yang dipengaruhi oleh manajer pusat laba tersebut.
d. Laba Sebelum Pajak
Laba sebelum pajak merupakan seluruh biaya overhead yang dialokasikan ke
pusat laba berdasarkan jumlah relatif beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Hal ini
akan memberikan kepastian bahwa para manajer pusat laba tidak akan mengeluh
karena laporan kinerja mereka tidak akan menunjukkan varians dalam alokasi
overhead.
e. Laba Bersih
Perusahaan mengukur kinerja pusat laba berdasarkan laba bersih, yaitu jumlah
laba bersih setelah pajak.
2.2.5 Kesulitan yang Dihadapi Pusat Laba
Selain manfaat yang diperoleh, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa
kesulitan, diantaranya:
1. Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak
untuk mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan
pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.
2. Kualitas krputusan yang diambil pada tingkat unit berkurang, jika manajemen
kantor pusat lebih mampu dan meiliki informasi yang lebih baik daripada manajer
pusat laba pada umumnya.
3. Perselisihan dapat meningkat karena adanya argumen-argumen mengenai harga
transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum yang tepat, dan kredit untuk
pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih
unit bisnis.
4. Para manajer yang kompeten mungkinsaja tidak ada dalam organisasi fungsional,
karena tidak adanya kesempatan yang cukup untuk mengembangkan kompetensi
manajemen umum.
5. Tidak adanya sistem yang memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba
dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara
keseluruhan.

2.3 UNIT USAHA SEBAGAI PUSAT LABA

Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang
bertanggung jawab atas unit tersebut memiliki kendali atas perkembangan produk, proses
produksi, dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi
pendapatan dan beban sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas
laba bersih. Meskipun demikian wewenang seorang manajer dapat dibatasi dengan
berbagai cara, yang sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba. Hal
utama yang harus dipertimbangkan adalah adanya batasan atas wewenang manajer unit
bisnis. Batasan dapat muncul dari unit bisnis lain maupun dari manajemen korporat.
1) Batasan Dari Unit Bisnis Lain
2) Batasan dari manajemen korporat
3) Batasan Atas Wewenang Unit Bisnis

2.3.1 Pusat Laba Lainnya

Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis dimana setiap


unit diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi subunit yang
ada dalam unit bisnis tersebut dapat saja terorganisir secara fungsional misal aktivitas
operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa yang dijadikan sebagai pusat laba. Tidak ada
prinsip-prinsip tertentu yang menyatakan bahwa unit tertentu yang merupakan pusat
laba sementara dan yang lainnya bukan.

2.3.2 Pemasaran

Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan


biaya dari produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan
kepada manajer pemasaran dalam membuat trade off pendapatan/pengeluaran yang
optimal, dan praktek standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan
profitabilitasnya akan memberikan evaluasi terhadap trade off yang dibuat.

2.3.3 Manufaktur

Aktivitas manufaktur biasanya merupakan pusat beban, dimana manajemen


dinilai berdasarkan kinerja versus biaya standard anggaran overhead. 3. Unit
pendukung dan pelayanan.

2.3.4 Unit Pendukung Pelayanan (pemeliharaan, TI, transportasi, teknik, konsultan, layanan

konsumen dan aktivitas pendukung).

Beban yang digunakan merupakan pertimbangan utama, jadi manajer harus


mampu menentukan biaya pelayanan yang ekonomis meskipun berasal dari pemasok
luar.
2.3.5 Organisasi lainnya

Yang dimaksud dengan organisasi lainnya dalam hal ini adalah kantor cabang.
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran
produk di wilayah geografis tertentu seringkali menjadi pusat laba secara alamiah.

2.4 MENGUKUR PROFITABILITAS

Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi


suatu pusat laba, sama halnya seperti mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan.
Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana
hasil kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk (planning) koordinasi
(coordinating), dan prngendalian (controlling), kegiatan sehari – hari dari pusat laba dan
sebagai alat untuk memberikan motivasi yang tepat bagi para manajer. Yang kedua
adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba
sebagai suatu entitas ekonomi. Maksud dari kedua ukuran diatas berbeda satu sama lain.

2.4.1 Jenis Jenis Ukuran Kinerja

Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu,
pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas
untuk overhead korporat, dialokasikan kepusat laba). Meskipun demikian
kinerja manejer pusat laba dapat di evaluasi berdasarkan lima ukuran
profitabilitas:

- Margin Kontribusi Margin kontribusi ( contribution margin) menunjukan rentang


(spread) antara pendapatan dengan beban variabel.
- Laba Langsung

Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap


overhead umum dan laba perusahaan.

- Laba yang Dapat Dikendalikan

Pengeluaran – pengeluaran kantor pusat dapat dikelompokan menjadi dua


kategori: dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan.
- Laba sebelum Pajak Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke
pusat laba berdasarkan jumlah relative dari beban yang dikeluarkan oleh pusat
laba.

2.4.2 Pendapatan
Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat berpartisipasi dalam
suatu usaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus diberikan
nilai yang sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut.
2.4.3 Pertimbangan Manajemen

Setiap jenis profitabilitas yang ditunjukan pada Tampilan 5.3 digunakan


oleh beberapa perusahaan. Sebagai contoh, banyak multinasional AS
mengukur kinerja para manajer anak perusahaan diluar negeri dalam mata
uang Negara asal-dimana hal ini sungguh – sungguh berada diluar kendali
para manajer.

2.5 PENGERTIAN HARGA TRANSFER


Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar
pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggungjawaban.
Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer
antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban
merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini
digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.

2.6 SYARAT TERPENUHNYA HARGA TRANSFER


Untuk terciptanya harga transfer ini diperlukan beberapa syarat. Syarat-syarat
tersebut adalah:
1. Sistem harus dapat memberikan informasi yang relevan yang dibutuhkan oleh suata
pusat laba untuk dapat menentukan trade-off yang optimum antara biaya dan
pendapatan perusahaan.
2. Laba yang dihasilkan harus dapat menggambarkan dengan baik pengaturan trade-off
antara biaya-pendapatan yang telah ditetapkan. Setiap pusat laba harus dapat
memaksimalkan laba perusahaan dengan jalan memaksimalkan laba divisinya.
3. Tingkat laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat
mencerminkan besarnya kontribusi laba dari masing-masing pusat laba terhadap laba
perusahaan secara keseluruhan.

2.7 TUJUAN HARGA TRANSFER


Apabila terdapat kondisi dimana dua atau lebih pusat laba secara bersamaan
bertanggung jawab terhadap kegiatan pengembangan produk, pembuatan, dan
pemasaran produk, maka pada dasarnya setiap pusat laba tersebut berhak mendapat
bagian pendapatan yang nantinya dihasilkan oleh kegiatan tersebut. Harga transfer
merupakan mekanisme penting untuk mendistribusikan pendapatan kepada dua atau
lebih pusat laba yang melakukan transaksi. Dengan demikan harga transfer harus
didesain sedemikian rupa sehingga memenuhi tujuan-tujuan berikut:
1. Menyajikan informasi yang relevan untuk keputusan trade off antara pendapatan
dan biaya.
2. Memotivasi manajer untuk mencapai goal congruence.
3. Membantu menilai kinerja ekononi pusat laba yang terkait.
4. Sistemnya sederhana untuk dipahami dan mudah diadministrasikan.

Adapun tujuan penetapan harga transfer itu sendiri adalah untuk:

1. Evaluasi prestasi divisi secara akurat, artinya tidak satupun manajer divisi yang
memperoleh keuntungan dengan mengorbankan kepentingan divisi lain.
2. Keselarasan tujuan, berarti bahwa para manajer mengambil keputusan yang
memaksimalkan laba perusahaan dengan memaksimalkan laba divisinya.
3. Tetap terjaganya otononi divisi, artinya tidak ada campur tangan manajemen
puncak terhadap kebebasan manajemen divisi dalam mengambil keuntungan.
2.8 METODE PENENTUAN HARGA TRANSFER
Metode penentuan Harga Transfer terdiri atas:
1. Metode Market Price
Harga transfer berdasarkan harga pasar merupakan harga transfer pada situasi yang
ideal. Penentuan harga transfer dengan harga pasar harus memenuhi beberapa
kondisi, yaitu:
a. Manajer dibantu oleh staf-staf yang kompeten.
b.  Manajer harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
c. Harga pasar yang ditetapkan sebagai harga transfer seharusnya masih bisa
dihemat karena adanya piutang tak tertagih dan biaya iklan.
d. Manajer harus mengetahui semua informasi yang relevan tentang pendapatan dan
biaya serta masing-masing alternatifnya.
e. Manajer memiliki kebebasan untuk menentukan akan menjual atau membeli dari
atau ke dalam dan keluar perusahaan.

Akan tetapi kondisi ini menghadapi beberapa hambatan, seperti :

Untuk Sumber daya yang akan diperoleh atau dijual berada pada pasar
terbatas karena kebutuhan dalam perusahaan yang besar, adanya produsen tunggal
atau pertimbangan investasi yang telah dikeluarkan untuk membentuk suatu unit
usaha. Pada Pasar terbatas harga transfer yg tepat adalah harga kompetitif (yaitu
harga yang ditentukan dengan mempertimbangkan kontribusi setiap pusat laba thdp
laba perusahaan). Harga kompetitif dapat ditentukan berdasarkan harga pasar yang
telah ditentukan, penawaran (bid), maupun harga yang berlaku di pasar bebas.

Untuk Pusat laba memiliki kelebihan atau kekurangan kapasitas industri.


Apabila terdapat kelebihan kapasitas, pusat laba diarahkan untuk membeli atau
menjual barang dari atau ke dalam perusahaan saja, dan sebaliknya. 

Adalah penetapan berdasarkan harga transfer harga pasar, dan metode ini
paling disukai. Jika menggunakan metode harga pasar, harga transfer dihitung
dengan menggunakan metode harga pasar minus, yaitu harga yang berlaku di pasar
dikurangi dengan potongan volume dan berbagai biaya yang dapat dihindari oleh
divisi penjual untuk mendapatkan harga barang atau jasa yang ditransfer dari divisi
penjual ke divisi pembeli.

Jika produk yang ditransfer memiliki harga pasar, harga pasar produk
merupakan biaya kesempatan, baik bagi divisi penjual maupun bagi divisi pembeli,
sehingga harga tersebut merupakan dasar yang adil sebagai dasar penentuan harga
transfer bagi divisi yang terlibat. Keunggulannya adalah harga transfernya cukup
objektif. Kelemahannya adalah harga pasar produk atau jasa tertentu tidak tersedia.

Situasi yang paling ideal pada penentuan harga transfer adalah berdasarkan
harga pasar, hal ini akan tercapai jika dipenuhi kondisi-kondisi berikut ini:

a. Orang-orang yang kompeten


Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung
jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya.
b. Atmosfer yang baik
Para manajer harus menjadikan profitabilitas sebagai dasar penilaian kinerja,
sehingga harga transfer yang dikehendaki adil.
c. Harga pasar yang normal dan mapan
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar yang normal dan mapan
dari produk yang sedang ditransfer, maksudnya harga pasar mencerminkan
kondisi yang sama (kualitas, kuantitas, dan waktu pengiriman) dengan produk
yang dikenakan harga transfer sehingga memperoleh penghematan dari penjualan
di dalam perusahaan.
d. Kebebasan memperoleh sumber daya
Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada dan para manajer
sebaiknya diizinkan memilih alternatif yang paling baik untuk mereka.
e. Informasi penuh
Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya dan
pendapatan yang relevan dari masing-masing alternative tersebut.
f. Negosiasi
Harus ada mekanisme kerja untuk melakukan negosiasi “kontrak” antar unit
usaha.
2. Metode Harga Pokok
Harga transfer berdasarkan biaya (harga pokok) ditentukan berdasarkan biaya
ditambah dengan laba.
Dasar biaya yang digunakan adalah biaya standar (biaya aktual produksi
ditambah dengan insentif tertentu untuk menentukan biaya yang akan dijadikan
standar).
Penambahan laba (mark-up laba) dihitung dengan 2 keputusan, yaitu :
1) Dasar penambahan laba, yaitu berdasarkan persentase dari biaya atau dari
investasi.
2) Besarnya laba yang diperbolehkan, yaitu dengan memperhitungkan biaya
penggantian (replacement cost).
Keterbatasan lain akan timbul berkaitan dengan biaya tetap, yang harus
ditanggung pusat laba penjual dan pusat laba pembeli. Pada kondisi ini sebaiknya :
a. Kedua pusat laba menetapkan persentase biaya tetap yang harus ditanggung
secara berkala.
b. Masing-masing pusat laba melakukan perhitungan harga transfer (Dua Langkah
Penentuan Harga Transfer).
c. Menggunakan sistem pembagian laba (profit sharing), dimana produk yang
ditransfer ke unit pemasaran ditentukan berdasarkan biaya variabel standar dan
setelah terjual unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan (harga jual
dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran).
d. Menggunakan Metode Dua Kelompok Harga, yaitu unit produksi akan
dibebankan berdasarkan harga jual dan unit pembeli dibebankan berdasarkan total
biaya standar. Selisihnya dibebankan ke akun kantor pusat dan akan dieliminasi
ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasikan. 
Metode harga pokok Adalah metode yang digunakan apabila harga kompetitif
tidak tersedia. Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen
harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable.
Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan
manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak memperhitungakn semua
biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi
biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode
perhitungan harga pokok yaitu Full Costing dan Variable Costing. Perbedaan pokok
diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya
produksi yang bersifat tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap Biaya Overhead
Pabrik Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok
produk dan penyajian laporan rugi-laba.

3. Metode Negotiated Price


Adalah penetapan harga transfer berdasarkan negosiasi antara 2 (dua) pusat
pertanggungjawaban. Metode ini dilakukan jika terdapat suatu pertentangan yang
cukup signifikan diantara keduanya sehingga dicapai kesepakatan harga oleh kedua
belah pihak, sehingga tidak perlu arbitrasenya.
Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu
sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat.
Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan
menetapkan harga jual dan mencapai kedepakatan atas harga pembelian yang paling
sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen lini. Jika kantor pusat
mengendalikan penentuan harga, maka kemampuan manajemen lini untuk
memperbaiki profitabilitas akan semakin berkurang. Keterbatasannya adalah
mengurangi otonomi unit-unit tersebut.
Harga yang digunakan pada metode negosiasi dapat berupa :
1. Ada harga pasar yang diterbitkan.
2. Harga pasar ditentukan oleh penawaran harga terendah mungkin akan
memenangkan usaha tersebut.
3. Pusat laba produksi yang menjual barang yang sama di pasar bebas meniru harga
kompetitif yang berada di luar.
4. Pusat laba pembelian membeli produk serupa dari pasar luar/beba
2.9 ADMINISTRASI HARGA TRANSFER
Jika metode harga transfer berdasar harga pasar dan harga transfer berdasar
harga pokok (biaya) di atas belum memuaskan, mmaka diperlukan mekanisme formal
yaitu aturan tentang negosiasi antar-pusat laba dan arbitrasi.
HARGA TRANSFER NEGOSIASI
Negosiasi adalah proses formal untuk menentukan besarnya harga transfer
antar pusat laba yang terlibat, tanpa campur tangan dari kantor pusat. Harga transfer
ditentukan berdasarkan negosiasi antar pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu
setiap pihak harus memahami pedoman yang telah ditetapkan oleh kantor pusat secara
formal. Untuk mencapai harga kesepakatan yang fair, pihak pembeli harus
mempunyai kebebasan untuk membeli secara intern atau membeli dari pasar ekstern,
dan pihak penjual dapat menjual kepada pihak intern maupun kepada pasar ekstern.
Dengan denikan syarat utarnanya adalah adanya pasar untuk barang antara, sehingga
dapat ditentukan harga yang obyektif.
Kebaikan metode ini adalah apabila pusat laba penjual mempunyai kapasitas
menganggur, sedang pasar dari produk tersebut sempit (captive market), mnaka akan
menguntungkan perusahaan secara keseluruhan.
Kelemahannya adalah jika barang tersebut dibutahkan oleh pusat laba pembeli
sedang di pasar bebas tidak ada, maka pusat laba penjual menjadi pihak yang menang
dalam kompromi penentuan harga. Disamping itu harga transfer atas dasar negosiasi
ini lebih menunjukkan kemampuan menawar dari pihak yang terlibat, bukannya
kemampuan dalam hal kontribusi menurut perhitungan ekonomis.

ARBITRASI DAN PENYELESAIAN KONFLIK


Negosiasi yang dilakukan kadang-kadang tidak menghasilkan keputusan yang
memuaskan kedua pihak, sehingga perlu ditangani oleh pimpinan puncak dengan
membentuk komite arbitrasi. Orang yang ditunjuk akan membicarakan masalah harga
transfer dengan cara bijaksana pada masing-masing manajer pusat laba yang
bersangkutan.
Tugas lembaga arbitrasi ini adalah:
1. Menyelesaikan perselisihan tentang harga transfer.
2. Mengkaji ulang perubahan sumber daya.
3. Mengubah aturan harga transfer jika diperlukan.
Arbitrasi dapat dilakukan secara formal maupun informal. Dengan cara formal,
kedua pihak membuat laporan kasus secara tertulis kepada komite arbitrasi.
Kemudian komite menelaah laporan tersebut dan menetapkan harga transfer
berdasarkan kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Jika cara informal yang
digunakan, maka kedua pihak membuat laporan kepada komite arbitrasi secara lisan,
kemudian komite ini menelaah laporan tersebut dan menetapkan harga transfer
secara lisan.

KLASIFIKASI PRODUK
Tingkat kesulitan, pengaturan sumber daya dan aturan harga ransfer
tergantung pada besarnya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar
dan harga pasar. Lebih luas jumlah transfer dalam perusahaan dan kurangnya
ketersediaan harga pasar maka dibutuhkan aturan yang lebih formal dan spesifik. Jika
harga pasar telah tersedia, pengadaan sumber daya bisa diawasi kantor pusat dengan
mengkaji ulang keputusan membuat atau membeli sendiri. Beberapa perusahaan
membagi produk ke dua kelas:
Kelas Satu, memasukkan semua produk dimana manajer puncak ingin
mengawasi sumber daya. Biasanya ini menyangkut jumlah produk dalam skala luas,
produk dimana tidak tersedia pada pasar ekstern dan dimana untuk alasan menjaga
kerahasiaan, produk tersebut diawasai langsung oleh kantor pusat. Kelas dua, adalah
semua produk lain. Umumnya ini adalah produk yang bisa diproduksi oleh pihak
luar. Produk ini umumnya relatif dalam jumlah kecil, dan diproduksi untuk umum.
Produk ini ditransfer dengan dasar harga pasar.
Pengadaan produk kelas satu bisa diubah hanya dengan izin manajer puncak,
pengadaan produk kelas dua ditentukan oleh unit usaha/divisi yang terlibat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban yang


memiliki kewenangan untuk mengendalikan biaya-biaya dan menghasilkan
pendapatan, tetapi tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan tentang
investasi. Pusat laba hanya bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang harus
dicapai. Menurut Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan dalam bukunya yang
berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen” yang diterjemahkan oleh F.X.
Kurniawan Tjakrawala, menjelaskan bahwa : “Pusat laba adalah suatu unit organisasi
dimana didalamnya pendapatan dan pengeluarannya diukur berdasarkan kondisi
moneter.” (2002;181). Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian
berkaitan dengan bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur, kuncinya adalah
memasukan beban dan pendapatan dalam laporan manajer pusat laba yang
dipengaruhi oleh tindakan manajer tersebut.

Pendelegasian sejumlah wewenang tergantung pada kemampuan untuk


mendelegasikan tanggung jawab terhadap perolehan laba. Tanggung jawab terhadap
laba tidak dapat didelegasikan dengan baik jika pihak yang menerima wewenang
mempunyai informasi relevan untuk membuat keputusan laba yang optimum, dan
kinerja yang menerima wewenang diukur dengan keseimbangan antara
biaya/pendapatan yang dibuat. Jika suatu bagian perusahaan membagi tanggung
jawabnya atas pengembangan produk, pembuatan, dan pemasaran, sistem harga
transfer diperlukan jika bagian ini diberi tanggung jawab dalam hal laba. Idealnya,
harga transfer hendaknya memperkirakan harga pasar normal yang berlaku di luar,
disesuaikan dengan biaya yang tidak terjadi pada transfer intern perusahaan. Jika
harga Pasar tersebut tidak ada, maka harga transfer ditetapkan berdasar biaya standar
ditambah margin laba, atau dengan menggunakan sistem harga transfer dua langkah.
Disamping itu, untuk memecahkan masalah harga transfer yang adil, jika harga pasar
ataupun biaya tidak memuaskan masing-masing pihak, maka perlu ditetap kan proses
negosiasi dan/atau komite arbitrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Achmad Tjahjono, Muh. Fakhri Husein, Sistem Pengendalian Manajemen,
UPP AMP YPKN Yogyakarta

Robert N.Anthony & Vijay Govindarajan, Management Control System , 10th Edition,
McGraw-Hill, Boston, 2007

Anda mungkin juga menyukai