Anda di halaman 1dari 16

DOKUMENTASI KEPERAWATAN “PENDOKUMENTASIAN DI AREA PERAWATAN KHUSUS

PERIOPERATIF”

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

“PENDOKUMENTASIAN DI AREA PERAWATAN KHUSUS PERIOPERATIF”

Disusun oleh:Kelompok 6

1. Debora Agustina

2. Desy Ashari

3. Shintia Lestari

4. Syahwana Aprilia

5. Vivia Alyani

Pembimbing : Dra. Sulastri,. M. Kes.

Tingkat: II B Non Reguler

PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

TAHUN 2015/2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dokumentasi adalah tulisan, data penting dari semua intervensi yang tepat bagi klien dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan (Taylor, 1993).
Dokumentasi keperawatan merupakan informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi
klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fisbach, 1991 dalam
Setiadi, 2012).

Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan keluarga


dilakukan dan disesuaikan urutan waktu.Adapun manfaat dari pendokumentasian diantaranya
sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem
pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995).

Pembedahan merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan. Individu dengan masalah


perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan biasanya menjalani prosedur
pembedahan dengan pemberian anestesi lokal, regional atau umum (Smeltzer & Bare, 2001).

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman


fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.Istilah perioperatif
adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
preoperative, intraoperative dan post operative. Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu
dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman
bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan
dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik
keperawatan.

(https://oknurse.wordpress.com/2009/08/01/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif/)

B. TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui Pengertian dari dokumentasi perioperatif

b.Untuk memahami konsep – konsep dokumentasi perioperatif

c. Untuk mengetahui sistem pencatatan asuhan keperawatan pada klien Ca

Mammae

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar makalah ini terdiri dari 5 (Lima) BAB dengan beberapa sub BAB. Agar mendapat
arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara
lengkap:

BAB I PENDAHULUAN.

Pada bab ini membahas latar belakang masalah, tujuan penulisan makalah dan sistematika penulisan
makalah.

BAB II KONSEP-KONSEP DOKUMENTASI KEPERAWATAN PERIOPERATIF

Pada bab ini diuraikan tentang konsep – konsep dokumentasi pada perioperatif dan sistem
pencatatan.
BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN dengan CA

MAMMAE

Pada bab ini dijelaskan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan
(implementasi) pada pasien ca mammae.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi Pembahasan tentang

BAB V PENUTUP

BAB ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penulisan makalah ini.

BAB II

KONSEP - KONSEP DOKUMENTASI PERIOPERATIF

2.1 Pengertian Perawatan Perioperatif

Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan perioperatif
adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.

(http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/10/keperawatan-perioperatif-pada

fraktur_30.html#ixzz1mt9MHO83 )

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah
gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan post
operatif. ( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )

Dokumentasi di Perawatan Perioperatif

Standar dokumentasi yang digunakan pada dokumentasi peroperatif adalah, sebagai berikut.

1. Catatan pasien merefleksikan pengkajian dan perenanaan yang diberikan pada perawatan
perioperative

2. Catatan pasien merefleksikan perawatan yang diberikan oleh anggota tim pembedahan.
Perawatan didokumentasikan pada catatan pasien

3. Catatan pasien merefleksikan evaluasi operatif yang berkelanjutan dan respons pasien
terhadap intevensi keperawatan

4. Dokumentasi asuhan keperawatan peripoeratif disesuaikan dengan kebijakan dan prosedur


pada area praktik

Dokumentasi ini meliputi dokumentasi preoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.


Dokumentasi perawatan preoperatif

Dokumentasi perawatan preoperatif merupakan dokumentasi yang dilaksanakan pada catatan


proses keperawatan sebelum operasi. Hal-hal yang didokumentasikan antara lain: pengkajian
fisiologis, pengkajian psikososial, pendidikan kesehatan preoperatif , lokasi operasi, tingkat respons,
efek medikasi, dan tes diagnostik. Selain itu didokumentasikan pula tanda vital, pengkajian dan
persiapan kulit, alat yang digunakan, pernyataan atau perilaku pasien, dan obat-obatan yang
diberikan.

Dokumentasi perawatan intraoperatif

Dokumentasi pada perawatan itraoperatif meliputi: jenis prosedur operasi, waktu masuk, waktu
anestesi, jenis anestesi dan insisi. Selain itu dicatat pula restrain yang digunakan, alat pengontrol
suhu dan alat pemantauan, adanya alergi, serta medikasi yang diberikan. Dokumentasi ini juga
meliputi lokasi drain, kateter, balutan, total masukan dan keluaran, graft, prostesa (tipe dan ukuran),
jaringan yang diangkat, status isolasi dan klasifikasi luka. Dokumentasi ini juga meliputi kondisi
pasien ketika akan keluar dari kamar operasi, keadaan sirkulasi. Keadaan insisi nama anggota tim
pembedahandan lain-lain.

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh :
memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau
membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar
kesimetrisan tubuh.

Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program Proregristation Education
Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing . Dalam pembedahan perawat disebut
scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan
pemeliharaan sterilitas daerah pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan
ahli bedah untuk terlaksananya pembedahan yang direncanakan.

a) Perlindungan terhadap injury

Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat
di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah – masalah fisik yang
mengganggu pasien. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik
fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi, namun juga harus
berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan
menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.

b) Monitoring pasien

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal, yaitu:

1. Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama prosedur pembedahan.
Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah

Pengaturan posisi pasien

Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada klien dan memudahkan
pembedahan. Perawat perioperatif mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan
perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan pada posisi tertentu.

Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi karena posisi
yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :

· Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

· Umur dan ukuran tubuh pasien.

· Tipe anaesthesia yang digunakan.

· Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman dan
sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.

2. Monitoring Fisiologis

Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal – hal sebagai berikut :

Melakukan balance cairan

Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Pemenuhan
balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek
pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi.
Misalnya dengan pemberian cairan infus.

Memantau kondisi cardiopulmonal

Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinue untuk melihat apakah kondisi
pasien normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan
darah, saturasi oksigen, perdarahan dan lain – lain.

Pemantauan terhadap perubahan vital sign

Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam batas
normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.

3. Monitoring Psikologis

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan psikologis yang dilakukan
oleh perawat pada pasien antara lain :

a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.

b. Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur

pemberian induksi .
c. Mengkaji status emosional klien.

d. Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan (jika ada

perubahan).

e. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care

Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara lain :

a. Memanage keamanan fisik pasien.

b. Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori
kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

· Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah, Scrub Nurse /
Perawat Instrumen

· Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi, perawat sirkulasi dan
anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

Dokumentasi perawatan pascaoperatif

Dokumentasi pada perawatan pascaoperatif meliputi pengkajian tentang fungsi respirasi, status
kardiovaskuler, pengembalian kesadaran, memantau tanda komplikasi, respons psikososial,
pengkajian lanjutan, dan diagnosa keperawatan. Selain itu dicatat pula rencana keperawatan
intervensi, evaluasi serta tindakan untuk mencegah bahaya pascaoperasi, rasa aman dan nyaman,
keseimbangan cairan, serta pencegahan infeksi dan tingkat aktivitas.

Keperwatan Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan intra operatif
yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir
sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.

Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode
ini.Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta
mencegah komplikasi.Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah.

Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :

· Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room)

Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan
vaskuler dan pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat
drain dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang pemulihan
pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan diberikan pengikatan diatas lutut
dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses transportasi ini
merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter
anastesi yang bertanggung jawab.

· Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi

Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar
(recovery room : RR) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai
kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan
ke ruang perawatan (bangsal perawatan).

PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk
mempermudah akses bagi pasien untuk :

Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)

Ahli anastesi dan ahli bedah

Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

(http://keperawatanperioperatif.blogspot.co.id/)

a. Tindakan Post operatif

Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di pindahkan keruang
perawatan, maka hal – hal yang harus perawat lakukan, yaitu :

Monitor tanda – tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube/selang, dan komplikasi.
Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan
pemmeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.

Manajemen Luka

Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan
luka sampai dengan pengangkatan jahitan.

Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting
untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat
berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien
seperti sedia kala.

Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.

Ada 2 macam discharge planning :

1. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan kepada klien (sebagai
dokumentasi)

2. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih detail

2.2 Konsep Dasar Sistem Pencatatan

a. Format Naratif

Format naratif meruopakan format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke
hari dalam bentuk narasi, yang mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian.

· Keuntungan : meningkatkan dokumentasi yang kronologis sehingga membantu


mengintrepestasikan kejadian pada pasien secara berurutan. Memberikan kebebasan kepada
perawat untuk memilih bagaimana informasi yang akan dicatat. Formatnya sederhana dalam
mendokumentasikan masalah pasien atau kejadian terhadap perubahan dari respon pasien.

· Kerugian : memungkinkan terjadinya fragmentasi kata kata yang berlebihan, kata yang tidak
berarti, kadang kadang sulit mencari informasi kembali, pesan mudah terlupakan, pengulangan
dibutuhankan dari setiap sumber, membutuhkan waktu yang panjang, urutan kronologis akan lebih
sulit sebab hubungan informasi yang didokumentasikan pada tempat yang sama.

Pedoman dalam penulisan format naratif:

§ Gunakan batasan – batasan standar

§ Ikuti langkah langkah keperawatan

§ Tulis, revisi, dan pertahankan rencana perawatan

§ Buat suatu periode waktu tentang kapan perawat melakukan tindakan

§ Catat pernyataan evaluasi pada waktu khusus

b. Format SOAP

Format ini digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah (problem oriented
medical record) yang mencerminkan masalah yang di identifikasi oleh semua anggota tim
perawatan.

· Keuntungan : perawat dapat menghubungkan setiap pencatatan SOAP dengan diagnose


keperawatan yang telah ditulis pada rencana asuhan keperawatan dan mudah mencatat klien
kearah pemecahan masalah.

· Kerugian : catatan SOAP tidak dapat memperlihatkan urutan kejadian. Penulisan format SOAP
(IER) adalah sebagai berikut :
S : data subyektif

Masalah yang diutarakan pasien dan pandangannya terhadap masalah, jika afasia data penulisan
adalah 0/S.

O : Data obyektif

Tanda – tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose perawatan meliputi data fisiologi
dan informasi dari pemeriksaan. Informasi berasal dari keluarga atau orang yang terdekat.

A : Pengkajian

Analisis dari data subyektif dan data obyektif dalam menentukan pasien. Jika data berubah diagnose
akan berubah atau kemungkinan bisa tetap.

P : Perencanaan

Pengembangan perencana segera/ untuk yang akan datang dari intervensi/tindakan untuk mencapai
status kesehatan yang optimal.

I : Intervensi

Data subyektif, obyektif berubah atau tidak bergantung pada data yang ada sedangkan intervensi
mengikuti diagnose yang ada.

E : Evaluasi

Merupakan analisis respon pasien terhadap intervensi yang diberikan.

R : Revisi

Revisi data – data pasien yang mengalami perubahan respon pasien yang akan direvisi untuk
rencana keperawatan.

c. Format FOKUS

Semua masalah pasien atau diagnose keperawatan di indentifikasi dalam catatan perawatan dan
terlihat pada renacana keperawatan. Kolom FOKUS dapat berisi masalah klien, diagnose
keperawatan, dan kejadian penting. Tetapi, diagnosa keperawatan lebih ditekankan. Catatan
perawatannya berisi data, action (tindakan), dan respons (DAR).

d. Format DAE

Format DAE merupakan system dokumentasi inti dengan konstruksi data, tindakan, dan evaluasi
dimana setiap diagnose keperawatan yang di identifikasi dalam catatan keperawatan, terikat pada
rencana keperawatan atau daftar masalah. Setiap catatan perawat dimulai dengan suatu diagnose
keperawatan selebihnya berhubungan dengan diagnosa keperawatan.

BAB III

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA. MAMMAE

I. Pengkajian
A. Identitas Diri :

a. Nama (Inisial) : Ny. S

b. Tanggal Lahir / Umur : 2 Agustus 1970/ 46th

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : SD

f. Tanggal masuk : 08 November 2015

g. Tanggal pengkajian : 09 November 2015

h. Diagnose medis : Ca Mammae

B. Data Fokus

a. Data subyektif :

§ klien mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri

§ klien mengatakan nyeri berasa antara 5-8 menit seperti tertusuk tusuk

§ klien mengatakan sangat khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi sesuatu yg
membahayakan

§ klie mengatakan malu dengan keadaan dirinya, merasa tidak berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya

b. Data Objektif :

§ Klien tampak cemas,

§ Klien tampak bingung

§ Klien tampak menunduk sambil menangis

§ Skala nyeri 5

§ jaringannya mulai menyebar hampir di sekeliling payudara kanan

§ Hasil pemeriksaan TTV : TD 140/80mmHg, RR 24x/mnt, N 86x/mnt

( http://mudiarsa.blogspot.co.id/2012/06/ca-mammae-kanker-payudara.html )

II. Analisa data

Tanggal

Data

(Data subyektif dan data obyektif)

Etiologi

Masalah
DS : klien mengatakan nyeri pada payudara sebelah kiri, nyeri berasa 5-8 menit seperti tertusuk
tusuk, nyeri tetap

DO : jaringannya mulai menyebar hampir di sekeliling payudara kanan, skala nyeri 5, N 86x/mnt, RR
24x/mnt, TD 140/80 mmHg

Agen injuri : kimia (proses tumor)

Nyeri akut

DS : Klien menatakan sangat khawatir tentang penyakitnya dan takut apabila terjadi yang
membahayakan.

DO : klien tampak cemas, bingung, menunduk sambil menangis

Status kesehatan

cemas

DS : klien merasa malu dengan keadaan dirinya, merasa tidak berguna karena keadaannya dan
perubahan pada dirinya

DO : bingung, tampak cemas, tampak malu

Kerusakan fungsional

Harga diri rendah kronis

III. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut b.d agen injuri kimia (proses tumor)

Cemas b.d status kesehatan

Harga diri rendah b.d kerusakan fungsional

IV. Intervensi Keperawatan

No.

Hari/

tgl/jam

Diagnosa Keperawatan

NOC

NIC
1

Nyeri akut b.d agen injuri kimia (proses tumor)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan

1) Melaporkan nyeri

sudah terkontrol

2) Menggunakan

analgetik sesuai

dengan kebutuhan

3) Menggunakan

metode non

analgetik untuk

mengurangi nyeri

4) Melaporkan nyeri

sudah terkontrol

5) Mengenali gejala

gejala nyeri

1) Menejemen nyeri

2) Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

3) Ajarkan tentang

teknik non

farmakologi

4) Berikan analgetik

untuk mengurangi

nyeri

5) Tingkatkan

istirahat

6) Kurangi factor
prespitasi.

2.

Cemas b.d status kesehatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien menunjukkan:

1) Monitor intensitas

kecemasan

2) Menggunakan

strategi koping

efektif

3) Menggunakan teknik

relaksasi untuk

menurunkan

kecemasan

4) Mempertahankan

penampilan peran

5) Menggunakan sport

sosial yang

memungkinkan

Pengurangan cemas

1) Gunakan

pendekatan yang

menenangkan

2) Pahami perspektif

pasien terhadap

situasi setres

3) Temani pasien
untuk memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

4) Identifikasi tingkat

kecemasan

5) Instruksikan pasien

menggunakan teknik

relaksasi

Harga diri rendah b.d kerusakan fungsional

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukkan

1) Body image

2) Sensory function

3) Memelihara kontak

dengan sumber

komunitas yang tepat

4) Mengenal kejadian

5) Kemampuan untuk

memvalidasi diri

6) Penilaian diri yang

akurat

Berbicara dengan pasien dengan lambat dan suara yang jelas.

1) Memberikan

reinforcementpositif

kepada pasien

2) Instruksikan keluarga
untuk mensport pasien

3) Memberikan arti hidup

dan berguna bagi

pasien.

(Huda, Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagonosa Medis & Nanda Nic-
Noc, Edisi : 3. Jogjakarta : MediAction.)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung, yang
mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat
dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien sembuh,
pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan – kebutuhannya.

Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri,
supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat seperti sediakala.

DAFTAR PUSTAKA

[ Anonim ]. 2013. Keperawatan Perioperatif.

http://keperawatanperioperatif.blogspot.co.id/, Diakses pada tanggal 28 November 2015

Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC

Huda, Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Diagonosa Medis & Nanda Nic-
Noc, Edisi : 3. Jogjakarta : MediAction.

Isma. 2009. Konsep Dasar Keperawatan Perioperatif

https://oknurse.wordpress.com/2009/08/01/konsep-dasar-keperawatan-perioperatif/,

Diakses pada tanggal 29 November 2015

Iyer, Patricia W. & Nancy H. Camp. 1995. Nursing Documentation : A Nursing Process

Approach. Ed 2.St. Louis : Mosby-Year Book. Inc.


Mudiarsa. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Kanker Payudara.

http://mudiarsa.blogspot.co.id/2012/06/ca-mammae-kanker-payudara.html, Diakses pada

tanggal 29 November 2015

Potter A. Patricia and Perry Anne Griffin. 2009. Fundamentals of Nursing, 7th Edition.

America : Mosby Elsevier

Reza. 2013. Asuhan Keperawatan Perioperatif.

http://nersrezasyahbandi.blogspot.co.id/2013/11/askep-perioperatif.html, Diakses pada

tanggal 30 November 2015

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :

Brunner Suddarth, Vol. 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai