Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dian Pusvitahati

NIM : 030642098
DISKUSI 2
Jelaskan perbedaan antara Kos (Cost), Biaya (Expenses), Aset-aset (Assets), dan Rugi (Loss)
disertai dengan contoh?
Jawab :
Dalam membahas konsep dasar kos perlu kita bedakan antara kos (cost), biaya (expenses),
aset-aset (assests), dan rugi (loss). Selama ini, sudah lazim tapi salah kaprah, cost diterjemahkan
menjadi biaya. Suwarjono (2005:228) menyerap kata cost menjadi kos sebagai bahan olah
akuntansi. Kos bukanlah terjemahan, melainkan serapan. Penggunaan kata serapan kos ini
sangat penting mengingat kata cost di Indonesia sering diterjemahkan menjadi berbagai istilah
yang memiliki banyak arti (secara lebih mendalam baca Suwardjono, 2005, bab 5, 6, 9).
Sebenarnya pun istilah kos sebagai padan kata cost telah tertera sejak tahun 1984 dalam buku
Norma Pemeriksaan Akuntan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Kos adalah nilai kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa,
yang diharapkan memberi manfaat bagi organisasi di masa yang akan datang. Setara kas yang
dimaksud adalah hal lain yang ekuivalen dengan kas. ‘Setara Kas’ turut dimasukkan ke dalam
definisi karena tidak semua barang dan jasa diperoleh dengan mengeluarkan kas, tetapi juga
dengan mengeluarkan aktiva lain selain kas.
Selanjutnya, untuk expense diterjemahkan menjadi beban. Selama ini, expense diterjemahkan
menjadi beban, padahal dalam kamus tidak ada penjelasan yang mengartikan expense sebagai
beban. Beban adalah burden atau load. Memang benar bahwa biaya (expense) akan menjadi
pengurang yang membebani pendapatan. Jadi biaya (expense) adalah beban bagi pendapatan
(Suwardjono, 2005: 397).
Kos terjadi untuk memperoleh manfaat di masa mendatang. Dalam suatu perusahaan yang
berorientasi laba, yang dimaksud dengan ‘manfaat di masa mendatang’ adalah pendapatan.
Kos akan selalu timbul agar perusahaan memiliki barang dan jasa yang mana akan
dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan. Kos yang telah habis (expired) akan disebut
biaya (expense).
Sehingga dengan demikian, jelas bahwa hampir seluruh kos akan menjadi biaya. Namun, tetap
diingat bahwa tidak semua kos adalah biaya. Kos yang telah expired (dengan catatan bahwa
memberikan manfaat bagi perusahaan) disebut biaya. Sedangkan kos yang masih belum
expired disebut aset. Disebut aset karena ia masih menyimpan manfaat di masa depan untuk
perusahaan.
Pada praktiknya, beberapa kos dapat segera menjadi biaya pada saat yang sama ketika kos
terjadi maka saat itulah kita dapat menggunakan istilah kos dan biaya secara bergiliran.
Misalnya, perusahaan membeli bahan habis pakai hanya ketika dibutuhkan dan langsung
menggunakan bahan habis pakai tersebut untuk menghasilkan pendapatan maka aset yang
digunakan untuk memperoleh bahan pakai tersebut dapat langsung disebut biaya. Sebaliknya,
apabila kondisi tersebut berbeda misalkan bahan habis pakai dibeli oleh perusahaan untuk
digunakan selama beberapa waktu di masa mendatang sehingga penggunanya adalah masih
sebagian maka aset yang digunakan untuk memperoleh bahan habis pakai tersebut disebut kos.
Hanya ketika bahan habis pakai baru digunakan untuk menghasilkan pendapatan maka kos tadi
menjadi biaya.
Apabila aset yang diberikan ternyata tidak menghasilkan manfaat apa pun, ia tidak dapat
digolongkan baik sebagai kos maupun biaya. Ia akan langsung diklasifikasikan sebagai rugi
(loss). Sebagai contoh, apabila bahan habis pakai yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan menjadi rusak karena katakanlah terendam air sehingga tidak dapat digunakan,
maka itu merupakan rugi atas kerusakan bahan habis pakai.
Sebagai contoh : katakanlah pada tanggal 2 Januari 2017 Toko Abadi membeli sepuluh produk X
dengan harga per unit Rp 1.000,-. Selanjutnya, pada tanggal 31 Januari 2017, diketahui bahwa
delapan produk X tersebut sudah terjual dengan harga Rp. 1.500,- per unit. Penjurnalan yang
dicatat oleh Toko Abadi pada tanggal 31 Januari 2017 atas transaksi pembelian produk sebesar
Rp 1.000,- tersebut akan (sementara) dicatat sebagai persediaan yang merupakan aset yang
muncul di neraca Toko Abadi. Kos yang dikeluarkan atas pembelian persediaan tersebut akan
memberikan manfaat di masa mendatang dan masih belum daluwarsa, sehingga dicatat
sebagai aset (persediaan barang dagang). Lalu mengapa sementara? Karena nantinya
persediaan tersebut akan dijual oleh Toko Abadi sehingga nantinya manfaat akan daluwarsa
dan dicatat sebagai biaya. Sehingga dengan demikian, dari tanggal 2 Januari 2017 hingga 31
Januari 2017, kos sejumlah Rp 8.000,- (8 x 1.000) berubah menjadi biaya. Manfaat yang
diperoleh yakni penghasilan (dari penjualan) yang diperoleh dari biaya tersebut adalah Rp
12.000,- (8 x 1.500). Kos sebesar Rp 2.000 (2 x 1.000) yang merupakan produk yang belum
terjual pada tanggal 31 Januari 2017 masih dicatat sebagai aset (persediaan barang dagang).
Selanjutnya misalkan pada tanggal 2 Februari 2017 sisa barang dagang yang belum terjual
tersebut tidak sengaja terbakar, maka kos persediaan tersebut akan langsung dicatat sebagai
kerugian (loss) karena ia tidak mendatangkan manfaat (penghasilan) bagi Toko Abadi.
Dengan demikian, kita memperoleh gambaran bagaimana pengaruh dari masing-masing kos,
biaya, dan rugi terhadap laporan keuangan. Jumlah atas aset yang dipertukarkan dengan aset
lain yang merupakan kos, akan tercermin dalam neraca (contoh: bisa berupa persediaan
maupun aset lain). Biaya akan masuk ke dalam laporan laba rugi bagian operasional karena
telah dikeluarkan dalam rangka untuk memperoleh pendapatan. Sedangkan rugi akan masuk ke
dalam laporan laba rugi bagian non operasional.
Sumber : Narsa, I Made. 2019. BMP EKMA4314 Akuntansi Manajemen. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai