Anda di halaman 1dari 12

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No.

bidang
TEKNIK

STUDI KOMPARASI ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION


PADA APLIKASI FILTER ADAPTIVE NOISE CANCELLATION
TRI RAHAJOENINGROEM
MUHAMMAD ARIA

Jurusan Teknik Elektro– FTIK


Universitas Komputer Indonesia
Adaptive Noise Cancellation (ANC) adalah aplikasi filter adaptif yang digunakan
untuk mengatasi sinyal yang terdistorsi dengan noise. Menggunakan ANC
diharapkan dapat direkonstruksi ulang sinyal asli dengan noise yang minimal.
Filter adaptif adalah filter yang dapat menyesuaikan koefisien-koefisiennya
terhadap perubahan sistem. Pada penelitian ini akan diuji penerapan beberapa
algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) pada algoritma filter adaptif.
Algoritma PSO yang akan dibandingkan adalah Original PSO, Local PSO,
Canonical PSO, Decreasing Inertia Weight PSO, Increasing Inertia Weight PSO,
Stochastic Inertia Weight PSO, Fully Informed PSO, Self-Organizing Hierarchical
PSO with Time-Varying Acceleration Coefficients, Hierarchical PSO, Adaptive
Hierarchical PSO dan Estimation of Distribution PSO. Untuk mengukur kinerja
dari filter adaptif tersebut maka akan digunakan mean square error (MSE).
Algoritma PSO yang menghasilkan rata-rata MSE terbaik adalah Estimation of
Distribution PSO dengan MSE sebesar 3,87 x 10-2.

Kata kunci – Adaptive Noise Cancellation, Algoritma Particle Swarm Optimiza-


tion, Filter Adaptif, Mean Square Error

(error) yang terjadi. Pada aplikasi ANC, filter


PENDAHULUAN adaptif bertujuan untuk menghilangkan
Dalam beberapa sistem telekomunikasi, noise sehingga akan mendapatkan error
suatu sinyal yang diterima dapat dirusak yang terkecil dari sinyal berdasarkan
oleh noise (gangguan) seperti suara pengukuran Mean Square Error (MSE) dan
manusia yang terlemahkan oleh suara Signal to Noise Ratio (SNR). Salah satu
percakapan orang lain. Sehingga sinyal metode algoritma filter adaptif yang sering
yang diterima adalah sinyal asli yang telah digunakan adalah algoritma Least Mean
tercampur dengan noise. Penggunaan filter Square (LMS).
tapis bawah (lowpass filter), filter tapis atas Particle Swarm Optimization (PSO) adalah
(highpass filter) maupun filter tapis tengah salah satu algoritma optimasi berbasis
(bandpass filter) memang dapat digunakan kecerdasan buatan terdistribusi yang
walaupun terkadang hasil yang diperoleh diinspirasikan oleh kecerdasan kumpulan
tidak maksimal. Maka pada penelitian ini burung dan ikan. PSO pertama kali
akan diterapkan metode alternatif diperkenalkan oleh Kennedy dan Eberhart
menggunakan filter Adaptive Noise [1]. Selain PSO, algoritma kecerdasan
Cancellation (ANC). buatan terdistribusi lainnya adalah Genetic
Filter adaptif adalah filter dapat Algorithm (GA) dan Bee Colony Optimization
mengubah bobot koefisiennya secara (BCO). Telah banyak peneliti yang mencoba
otomatis, menyesuaikan dengan kesalahan mengimplementasikan algoritma

H a l a ma n 135
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1 Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria

Gambar 1. Diagram blok ANC

kecerdasan buatan terdistribusi ini pada TEORI DASAR


kasus Adaptive Noise Cancellation.
Karaboga [2] mengimplementasikan BCO Adaptive Noise Cancellation (ANC)
pada ANC, Renaldi [3]
mengimplementasikan GA pada ANC dan ANC pertama kali diperkenalkan oleh
Ben Arfia [4] mengimplementasikan PSO Bernard Widrow [5] pada tahun 1975.
pada Filter adaptif. Tetapi sepanjang yang Aplikasi dari ANC ditunjukkan pada blok
penulis ketahui, belum ada penelitian yang diagram seperti Gambar 1 berikut. Tujuan
membandingkan beberapa algoritma PSO dari ANC adalah membuang noise m(n) dari
untuk diimplementasikan pada kasus ANC sinyal primer d(n) sehingga akan diperoleh
ini. kembali rekonstruksi dari sinyal informasi b
Pada penelitian ini akan diuji penerapan (n).
beberapa algoritma Particle Swarm ANC memerlukan dua input, yaitu :
Optimization (PSO) pada algoritma filter 1. Input primer, d(n) adalah sinyal
adaptif. Algoritma PSO yang akan pembawa informasi b(n) yang terdistorsi
dibandingkan adalah Original PSO, Local dengan sinyal noise m(n). Sinyal b(n) dan
PSO, Canonical PSO, Decreasing Inertia m(n) tidak berkorelasi antara satu
Weight PSO, Increasing Inertia Weight PSO, dengan lainnya
Stochastic Inertia Weight PSO, Fully 2. Input referensi adalah sebuah sinyal
Informed PSO, Self-Organizing Hierarchical noise u(n) yang berkorelasi dengan m(n)
PSO with Time-Varying Acceleration tetapi tidak berkorelasi dengan b(n).
Coefficients, Hierarchical PSO, Adaptive Perlu ditekankan bahwa jika u(n) tidak
Hierarchical PSO dan Estimation of berkorelasi dengan m(n) maka tidak
Distribution PSO. Sebagai ukuran kinerja, mungkin mengoptimasi b(n)
akan digunakan mean square error (MSE). Sinyal referensi u(n) diolah oleh filter
Susunan makalah ini yaitu pada bagian 2, adaptif melalui persamaan
dijelaskan mengenai teori Adaptive Noise
Cancellation (ANC). Pada bagian 3, dibahas
algoritma-algoritma Particle Swarm Optimi- (1)
zation yang digunakan. Bagian 4 menyaji-
kan hasil implementasi dan pengujian data,
dan bagian 5 adalah kesimpulan. Dimana wk(n) adalah koefisien filter yang
dapat diatur. Sinyal primer d(n) akan
dikurangkan dengan keluaran filter y(n)

H a l a m a n 136
Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

sehingga menjadi respon yang diinginkan Tabel 1.


untuk filter adaptif. Sinyal error didefinisikan Beberapa algoritma PSO yang diteliti
sebagai :

Algoritma Sumber pustaka


e(n) = d(n) – y(n) (2)
J. Kennedy, et al.
Original PSO
(1995)
Karena d(n) = b(n) + m(n), maka : R. Eberhart, et al.
Local PSO
(1995)
e(n) = b(n) + m(n) – y(n) M. Clerc, et al.
(3) Canonical PSO
(2002)
Decreasing Inertia
Y. Shi, et al. (1999)
Sinyal error e(n) akan digunakan untuk Weight PSO
menyesuaikan nilai koefisien filter. Filter Increasing Inertia Y.L. Zheng, et al.
adaptif akan berusaha untuk meminimalkan Weight PSO (2003)
nilai kuadrat rata-rata dari sinyal error e(n). Stochastic Inertia R. Eberhart, et al.
Weight PSO (2001)
Particle Swarm Optimization (PSO) R. Mendes, et. Al.
Fully Informed PSO
(2004)
Particle Swarm Optimization (PSO) Self-Organizing
adalah salah satu algoritma optimasi Hierarchical PSO
berbasis kecerdasan buatan terdistribusi A. Ratnaweera, et al.
with Time-Varying
yang diinspirasikan oleh kecerdasan (2004)
Acceleration
kumpulan burung dan ikan. Pergerakan Coefficients
partikel akan ditentukan oleh nilai posisi
saat ini dan nilai kecepatan. Nilai posisi dari Hierarchical PSO C.-C. Chen (2009)
partikel akan merepresentasikan solusi Adaptive S. Janson, et al.
yang mungkin pada kasus optimasi, Hierarchical PSO (2005)
sedangkan nilai kecepatan digunakan untuk Estimation of
M. Iqbal, et al
merubah posisi partikel. Terdapat beberapa Ditribution PSO
algoritma PSO yang dikembangkan oleh
para peneliti. Algoritma-algoritma yang akan
diteliti pada penelitian ini ditunjukkan pada
Tabel 1 . kecepatan . Setiap particle juga akan
mencatat posisi terbaik yang pernah
The Original Particle Swarm Optimization dicapainya. Variabel yang digunakan untuk
Algorithm (Original PSO) mencatat posisi terbaik yang pernah dicapai
oleh suatu partikel biasanya menggunakan
Algoritma Original PSO diperkenalkan oleh vektor . Nilai dari vektor ini akan
J. Kennedy [6] pada tahun 1995. Algoritma diperbaharui setiap kali partikel yang
Original PSI dimulai dengan inisialisasi bersangkutan memperoleh solusi yang lebih
populasi solusi (disebut particle) yang
dibangkitkan secara acak. Nilai dari fungsi baik. Adapun vektor
objektif partikel-partikel tersebut akan merepresentasikan posisi terbaik yang
mendeskripsikan kualitas dari posisi pernah dicapai oleh suatu partikel dari
partikel atau alternatif solusi tersebut. seluruh populasi.
Algoritma PSO akan beriterasi
Setiap particel pada waktu t akan
memperbaharui nilai posisi dan kecepatan
memiliki vektor posisi dan vektor partikel higga kondisi berhenti tercapai.

H a l a ma n 137
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1 Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria

Persamaan update rule yang digunakan


adalah : (6)

(4)

Dimana adalah posisi terbaik yang


pernah dicapai oleh tetangga-tetangga dari
suatu partikel. Mohais [8] melaporkan
(5) bahwa pemilihan ketertetanggaan partikel
secara acak menghasilkan performansi
yang sama atau terkadang lebih baik
daripada pemilihan ketertetanggaan partikel
Dimana dan adalah dua nilai menggunakan topologi.
konstan yang disebut cognitive dan social

acceleration coefficients, dan Canonical Particle Swarm Optimizer

adalah vektor dua dimensi yang Clerc dan Kennedy [9] pada tahun 2002
memiliki nilai acak yang terdistribusi merata memperkenalkan penggunaan constriction
yang dibangkitkan setiap kali iterasi dimana factor pada update rule kecepatan. Tujuan
nilainya akan berada diantara rentang nilai penggunaan constriction factor adalah
0 dan 1. Sedangkan * adalah operator mencegah penambahan kecepatan partikel
perkalian vektor elemen per elemen. menuju nilai yang terlalu besar dan juga
Pada algoritma original PSO, setiap untuk mengendalikan konvergensi dari
partikel memiliki dua penarik pergerakan partikel.
Variabel constriction factor ini
yaitu dan . Tetapi ditambahkan pada persamaan (4) sehingga
berdasarkan beberapa penelitian menjadi
menunjukkan bahwa penarikan yang terlalu
kuat ke posisi akan mengakibatkan (7)
konvergensi yang terlalu cepat. Maka
diusulkanlah variasi dari original PSO yang
disebut sebagai local PSO.

Local Particle Swarm Optimizer (Local PSO)


dengan
Algoritma local PSO diperkenalkan oleh R.
Eberhart [7] pada tahun 1995. Prinsipnya
adalah bahwa suatu partikel tidak (8)
mengalami percepatan yang diakibatkan
oleh , tetapi akan mengalami Dengan , dan .
percepatan yang diakibatkan oleh posisi
terbaik yang pernah dicapai oleh partikel- Time-Varying Decreasing Inertia Weight
partikel yang menjadi tetangga partikel Particle Swarm Optimizer (Decreasing
bersangkutan (bukan posisi terbaik dari Inertia Weight PSO
seluruh partikel). Maka, persamaan (4) akan
menjadi Shi dan Eberhart [10] pada tahun 1999
memperkenalkan ide penambahan

H a l a m a n 138
Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

pengontrol yang disebut sebagai inertia Fully Informed Particle Swarm Optimizer
weight untuk mengontrol diversifikasi dari (Fully Informed PSO)
original PSO. Maka persamaan (4) akan
menjadi Mendes [13] pada tahun 2004
mengusulkan algoritma yang bernama Fully
(9) Informed PSO, dimana suatu partikel akan
menggunakan informasi mengenai posisi
terbaik yang pernah dicapai oleh setiap
partikel.
Maka update rule yang digunakan adalah
dengan w(t) adalah inertia weight yang
biasanya memiliki nilai yang tergantung
(12)
dengan iterasi. Biasanya dan diset
bernilai 2.
Persamaan inertia weight yang digunakan
adalah

(10) dimana adalah tetangga dari partikel i,


adalah fungsi pembobotan.

dimana tmax adalah waktu saat nilai w(t) = Tujuannya dari adalah
wmin. Variabel wmax dan wmin adalah nilai memberikan informasi mengenai kualitas
maksimum dan minimum dari inertia weight pengaruh .
yang dikehendaki.
Self Organizing Hierarchical Particle Swarm
Time-Varying Increasing Inertia Weight Optimizer with Time-varying Acceleration
Particle Swarm Optimizer (Increasing Inertia Coefficients (HPSOTYAC)
Weight PSO
HPSOTVAC diusulkan oleh Ratnaweera
Zheng [11] pada tahun 2003 meneliti [14] pada tahun 2004. Jika komponen
bahwa efek penambahan nilai inertia kecepatan suatu partikel menjadi nol, maka
weight, pada beberapa kasus, menjadikan kecepatannya akan diset ulang menjadi
hasil konvergensi yang lebih baik. Maka kecepatan maksimalnya. Nilai koefisien
persamaan inertia weight yang digunakan percepatan juga akan diadaptasikan sesuai
adalah dengan iterasi. Cognitive coefficient akan
berkurang dari nilai 2,5 menuju 0,5
(11) sedangkan nilai social coefficient akan
bertambah dari 0,5 menuju 2,5.
Nilai kecepatan maksimal pada
HPSOTVAC juga akan diadaptasikan dari
Time-Varying Stochastic Inertia Weight Parti- Vmax menjadi 0,1Vmax.
cle Swarm Optimizer (Stochastic Inertia
Weight PSO) Hierarchical Particle Swarm Optimizer
(Hierarchical PSO)
Eberhart dan Shi [12] pada tahun 2001
mengajukan variasi lainnya dari H-PSO diusulkan oleh Chen [15] pada
penggunaan inertia weight yaitu dengan tahun 2009. Pada H-PSO seluruh partikel
cara penentuan nilai inertia weight tersebut akan disusun berdasarkan suatu hirarki.
sacara acak dalam rentang 0.5 dan 10. Setiap partikel akan bertetangga dengan

H a l a ma n 139
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1 Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria

partikel yang berada pada hierarki diatasnya IMPLEMENTASI DAN ANALISA DATA
(disebut parent).
Hirarki partikel akan didefinisikan oleh Untuk pengujian, akan digunakan
height h, branching degree d, jumlah parameter-parameter PSO seperti yang
maksimum children pada setiap node dan ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
jumlah node m yang akan ada pada hirarki.
Pada HPSO digunakan hirarki yang memiliki Table 2. Seting parameter PSO yang
jumlah children yang sama untuk setiap digunakan
node-nya. Hanya node-node terbawah saja
yang boleh memiliki jumlah children yang Algoritma Seting
lebih sedikit.
Posisi baru dari suatu partikel akan Original
Cognitive component =
ditentukan berdasarkan posisi terbaik dari 2.05
PSO
partikel tersebut dan posisi terbaik dari
Social component = 2.05
parent. Jika suatu partikel mencapai nilai
yang lebih baik dari parent, maka partikel Cognitive component =
dan parent partikel tersebut akan bertukar 2.05
Local PSO
posisi pada hirarki.
Social component = 2.05
Adaptive Hierarchical Particle Swarm Opti- Number of Neighborhood = 3
mizer (AH-PSO) Cognitive component =
2.05
Diusulkan oleh Jansen dan Middendorf Canonical
[16] pada tahun 2005. Pada AH-PSO, PSO Social component = 2.05
branching degree dari hirarki akan Constriction factor = 0.729
dikurangkan sedikit demi sedikit selama Number of Neighborhood = 3
iterasi berlangsung. Branching degree akan
dikurangkan berdasarkan variabel kadapt Cognitive component =
sehingga nilai minimum dmin tercapai. Decreasin
2.05
Pengurangan akan dilakukan setiap fadapt. g Inertia Social component = 2.05
Weight Initial inertia weight = 0.9
Estimation of Distribution Particle Swarm Final inertia weight = 0.4
Optimizer (EDPSO) Number of Neighborhood = 3

Diusulkan oleh Iqbal [17], EDPSO Cognitive component =


meminjam beberapa ide dari Continues 2.05
Increasing
ACO. EDPSO akan bekerja seperti Caconical Inertia Social component = 2.05
PSO dengan beberapa modifikasi. Setiap Weight Final inertia weight = 0.9
kali update rule dieksekusi, maka EDPSO Initial inertia weight = 0.4
akan memilih suatu fungsi Gaussian. Number of Neighborhood = 3
Kemudian dari fungsi Gaussian tersebut
akan dievaluasi kemungkinan partikel untuk Cognitive component =
pindah ke posisi baru tersebut. Jika aturan 2.05
Stochastic
perpindahan partikel terpenuhi, maka Inertia Social component = 2.05
partikel akan berpindah seperti biasa, tetapi Weight Minimum inertia weight = 0.4
jika aturan perpindahan tidak terpenuhi, Maximum inertia weight = 0.9
maka akan dilakukan sampling dari fungsi Number of Neighborhood = 3
Gaussian tersebut seperti pada Continues
ACO.

H a l a m a n 140
Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

Table 2. Seting parameter PSO yang


digunakan (Lanjutan)

Algoritma Seting

Fully Sum of the acc. coeff. = 4.1


Informed
PSO Constriction factor = 0.729
Number of Neighborhood = 3

Initial value of = 2.5


Self
Organizing Final value of = 0.5
Hierarchica
l PSO Initial value of = 0.5

Final value of = 0.5


Number of Neighborhood = 3 Gambar 2. Sinyal informasi b(n)

Cognitive component =2

Hierarchica Social component =2


l PSO w = 0.9 Sinyal gangguan u(n) dibangkitkan secara
r = 0.95 acak seperti pada Gambar 3 berikut.
height of the tree (h) = 3
branching degree (d) = 4

Cognitive component = 2.05

Adaptive Social component = 2.05


Hierarchica
l PSO Constriction factor = 0.729
Initial Branching factor = 20
d min = 2, f adapt/m = 10
k adapt = 3

Estimation Cognitive component = 2.05


of
Distributio Social component = 2.05
n PSO
Constriction factor = 0.729
q = 0.1, epsilone = 0.85

Gambar 3. Sinyal gangguan u(n)


Sinyal informasi b(n) menggunakan
gelombang sinusoidal seperti pada Gambar
2 berikut
Korelasi u(n) dengan m(n) adalah sebagai
berikut.

(13)

H a l a ma n 141
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1 Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria

Sehingga sinyal gangguan m(n) yang


diperoleh adalah seperti Gambar 4 berikut.

Gambar 6. Hasil implementasi PSO pada


ANC menggunakan algoritma Original PSO
Gambar 4. Sinyal gangguan m(n)

Sinyal pengukuran d(n) adalah hasil


interferensi sinyal b(n) dan m(n) yang Adapun hasil pengujian lengkap dari setiap
ditunjukkan pada Gambar 5 berikut. algoritma PSO ditunjukkan pada Tabel 3
berikut

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil implementasi, dapat


diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Beberapa pengembangan algoritma
PSO, yaitu Original PSO, Local PSO,
Canonical PSO, Decreasing Inertia
Weight PSO, Increasing Inertia
Weight PSO, Stochastic Inertia
Weight PSO, Fully Informed PSO, Self
-Organizing Hierarchical PSO with
Time-Varying Acceleration
Coefficients, Hierarchical PSO,
Adaptive Hierarchical PSO dan
Gambar 5. Sinyal informasi dan noise Estimation of Distribution PSO telah
berhasil diimplementasikan pada
kasus Adaptive Noise Cancellation.
Tujuan dari ANC adalah memperoleh 2. Algoritma PSO yang menghasilkan
kembali sinyal b(n), seperti yang ditunjukkan rata-rata MSE terbaik adalah
pada Gambar 2, dari sinyal pengukuran d Estimation of Distribution PSO
(n), seperti yang ditunjukkan pada Gambar dengan MSE sebesar 3,87 x 10-2.
5. Salah satu contoh hasil implementasi
PSO pada ANC menggunakan algoritma
Original PSO ditunjukkan pada Gambar 6
berikut.

H a l a m a n 142
Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

Tabel 3 Hasil pengujian implementasi beberapa algoritma PSO pada kasus ANC

Algoritma MSE
Mean 6,60 x 10-2
Original PSO Min 2,04 x 10-2
Max 1,60 x 10-1
Mean 6,05 x 10-2
Local PSO Min 2,03 x 10-2
Max 2,28 x 10-1
Mean 1,13 x 10-1
Canonical PSO Min 2,03 x 10-2
Max 3,57 x 10-1
Mean 6,55 x 10-2
Decreasing Inertia
Min 2,04 x 10-2
Weight
Max 2,47 x 10-1
Mean 4,28 x 10-2
Increasing Inertia
Min 2,15 x 10-2
Weight
Max 1,08 x 10-1
Mean 5,37 x 10-2
Stochastic Inertia
Min 2,03 x 10‑2
Weight
Max 1,24 x 10-1
Mean 7,09 x 10-2
Fully Informed PSO Min 2,03 x 10-2
Max 1,87 x 10-1
Mean 9,17 x 10-2
Self Organizaing
Min 2,07 x 10-2
Hierarchical PSO
Max 2,81 x 10-1
Mean 5,15 x 10-2
Hierarchical PSO Min 4,11 x 10-2
Max 9,41 x 10-2
Mean 7,93 x 10-2
Adaptive Hierarchical
Min 2,07 x 10-2
PSO
Max 3,39 x 10-1
Mean 3,87 x 10-2
Estimation of
Min 2,05 x 10-2
Distribution PSO
Max 1,04 x 10-1

H a l a ma n 143
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1 Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria

DAFTAR PUSTAKA Congress on Evolutionary Computation,


Piscatawaym, NJ, IEEE Press, pp 1945
J. Kennedy and R. Eberhart (1995). “Particle – 1950
Swarm Optimization”, Proc. IEE Int. Y. L.. Zheng, L.H. Ma, L.Y. Zhang, J.X. Qian,
Conf Neural Networks (ICNN’95), vol. (2003) “Empirical study of particle
IV, Perth, Australia, pp 1942 – 1948 swarm optimizer with an increasing
Nurhan Karaboga, (2011), “A Novel and inertia weight”, In: Proceedings of the
Efficient Algorithm for Adaptive 2003 IEEE Congress on Evolutionary
Filtering : Artificial Bee Colony Computation, Piscataway, NJ, IEEE
Algorithm”, Turk J Elec Eng & Comp Sci, Press, pp 221 - 226
Vol. 19, No. 1, 2011, pp 175 – 190 R. Eberhart, Y. Shi (2001), “Tracking and
Renaldi B., Sumardi, Sudjadi, Perbandingan optimizing dynamic systems with
Kinerja Algoritma LMS dan Algoritma particle swarms”, In proceedings of the
Genetik Untuk Filter Adaptif Penghilang 2001 IEEE Congress on Evolutionary
Noise Computation, Pisctaway, NJ, IEEE
Faten Ben Arfia, (2009), “Nonlinear Press, pp 94 - 100
Adaptive Filters Based on Particle R. Mendes, J. Kennedy, J. Neves, (2004),
Swarm Optimization”, Leonardo “The Fully Informed Particle Swarm :
Journal of Sciences, Issues 14, January Simpler, maybe better”, IEEE
– June 2009, pp 244 – 251 Transactions on Evolutionary
Bernard Widrow, et all, Adaptive Noise Computation, vol 8, no. 3, pp 204 - 210
Cancelling : Principles and A. Ratnaweera, S.K. Halgamuge, and H.C.
Applications, Proceedings of The IEEE, Watson (2004), “Self-Organizing
Vol. 63, No. 12, December 1975, pp Hierarchical Particle Swarm Optimizer
1692 - 1707 With Time-Varying Acceleration
J. Kennedy and R. Eberhart (1995). “Particle Coefficients”, IEEE Transactions on
Swarm Optimization”, Proc. IEE Int. Evolutionary Computation, Vol. 8, No.
Conf Neural Networks (ICNN’95), vol. 3, pp 240 – 255
IV, Perth, Australia, pp 1942 – 1948 C.-C. Chen, (2009), “Hierarchical Particle
R. Eberhart and J. Kennedy (1995), “A new Swarm Optimization for Optimization
optimizer using particle swarm theory” Problems”, Tamkang Journal of Science
In Proceedings of the 6th International and Engineering, Vol. 12, No. 3, pp.
Symposium on Micro Machine and 289 – 298
Human Science, Piscataway, NJ, IEEE S. Janson, M. Middendorf, (2005), “A
Press, pp 39 -43 Hierarchical Particle Swarm Optimizer
A. Mohais, R. Mendes, C. Ward, and C. and Its Adaptive Variant”, IEEE
Postoff, (2005), “Neighborhood Transactions on Systems, Man and
restructuring in particle swarm Cybernetics, Vol. 35, No 6, pp 1272 –
optimization”, Proceedings of the 18th 1282
Australian Joint Conference on Artificial M. Iqbal, Marco A. Montes, “An Estimation of
Intelligence, Berlin, pp 776 – 785. Distribution Particle Swarm
M. Clerc and J. Kennedy (2002), “The Optimization Algorithm”
Particle Swarm-Explosion, Stability and Ferdi S., Achmad R., Iwan I., Reduksi Suara
Convergence in a Multidimensional Jantung dari Rekaman Suara Paru-
Complex Space”, IEEE Transactions on Paru Menggunakan Filter Adaptif
Evolutionary Computation, vol 6, num. Dengan Algoritma Recursive Least
1, pp 58 - 73 Square, Prosiding SENTIA 2009,
Y. Shi, R. Eberhart (1999), “Empirical study Politeknik Negeri Malang, 2009
of particle swarm optimization”, In: Sumardi, Syahid, Simulasi Penekanan
Proceedings of the 1999 IEEE Derau dengan Metode Finite Impulse

H a l a m a n 144
Tri Rahajoeningroem & Muhammad Aria Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

Respone (FIR) secara Adaptif


Menggunakan Algoritma Least Mean
Square (LMS), Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Anita N., SariSukojo S., Adaptive Noise
Canceling Menggunakan Algoritma
Least Mean Square (LMS), Jurnal
Teknik Elektro Vol. 3, No. 1 Januari –
Juni 2011
Uma R., EHW Architecture for Design of FIR
Filters for Adaptive Noise Cancellation,
IJCSNS International Journal of
Computer Science and Network
Security, Vol. 9, No. 1, Januari 2009,
pp 41 - 49
Puja Pramudya, Aplikasi Kriptografi Untuk
Keamanan Pelaporan Pemungutan
Suara Pada Pemilihan Umum Presiden
Berbasiskan Layanan Pesan Pendek di
Indonesia
Supriyono, Pengujian Sistem Enkripsi-
Dekripsi Dengan Metoda RSA Untuk
Pengamanan Dokumen, JFN, Vol 2, No.
2, November 2008

H a l a ma n 145
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.11 No. 1

H a l a m a n 146

Anda mungkin juga menyukai