Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TA4116 - GEOFISIKA PASIF PERTAMBANGAN

MODUL D

PENGOLAHAN DATA EKSPLORASI RADIOAKTIF

Oleh :

Hans Julian Chyller Makabori


12115027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
PENDAHULUAN

Metoda Radioaktif, yaitu mengukur sifat radioaktif bebatuan, terutama pada eksplorasi
mineral yang mengandung radioaktif. Metode ini pada dasarnya ialah menentukan
besarnya/banyaknya berkas gelombang Gamma yang dihasilkan oleh batuan sebagai efek
terjadinya proses pembelahan/peluruhan atom yang terjadi pada batuan itu sendiri.
Peralatan digunakan yakni geigercounter ataupun scillometer untuk mengukur besarnya
radiasi persatuan waktu. Ekplorasi dengan metode radioaktif biasanya akan mengukur
radiasi gamma alami dari uranium, torium dan potasium di bebatuan dan tanah. Hal ini
karena ketiga unsur radioaktif tersebut adalah yang paling melimpah dalam mineral
dibanding dengan unsur radioaktif yang lain.

Meski ada paling sedikit 20 unsur radioaktif yang diketahui secara alami, salah satunya
yang penting dalam Prospeksi geofisika adalah uranium (U), thorium (Th) dan isotop
potassium (40K). Satu yang lain adalah rubidium, berguna dalam menentukan umur
batuan, tapi selebihnya sangat lemah, langka, atau keduanya, dan yang tidak signifikan
dalam penerapan geofisika. Dua unsur uranium dan thorium penting sebagai sumber
bahan bakar untuk menghasilkan panas dan tenaga pada reaktor nuklir. Sebagian besar
dunia telah disurvei di lapangan dan terutama dari udara, di cari uranium.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan pada percobaan kali ini yaitu untuk menentukan daerah anomali berdasarkan hasil
pengukuran radioaktif menganalisis hubungan anomali yang diperoleh dari pengukuran
radioaktif dalam hubungannya dengan kondisi geologi dan daerah pengukuran.
DASAR TEORI

Radiasi

Radiasi dari unsur radioaktif yang terjadi secara alami terdiri dari tiga perbedaan Jenis:
radiasi alpha (α), beta (β) dan gamma (γ) Semua ketiga jenis sinar dapat memproduksi
kilau (sintilasi) dalam mineral dan senyawa kimia tertentu. Radiasi alpha adalah fluks
partikel alpha bermuatan positif dari massa yang relatif besar (2 proton + 2 neutron).
Radiasi alpha menunjukkan ionisasi tinggi. Kisaran penetrasinya rendah; di udara kurang
dari 10-1 m. Radiasi beta adalah fluks elektron. Kisaran penetrasi sekitar 8 m di udara
dan 1 cm di bebatuan. Radiasi gamma adalah elektromagnetik. Efek fotolistrik, hamburan
Compton dan produksi pasangan adalah proses utama di mana sinar gamma berinteraksi
dengan atom materi. Jarak tempuh dengan sinar gamma yang dipancarkan dari
radionuklida alam sekitar 700 m di udara dan 0,5 m di bebatuan.

Definisi radioaktivitas

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi
dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom
yang tak-stabil disebut radionuklida. Materi yang mengandung radionuklida disebut zat
radioaktif. Peluruhan ialah perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom yang
lain, atau berubahnya suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain.
Radioaktivitas ditemukan oleh H. Becquerel pada tahun 1896. Becquerel menamakan
radiasi dengan uranium. Dua tahun setelah itu, Marie Curie meneliti radiasi uranium
dengan menggunakan alat yang dibuat oleh Pierre Curie, yaitu pengukur
listrik piezo (lempengan kristal yang biasanya digunakan untuk pengukuran arus listrik
lemah), dan Marie Curie berhasil membuktikan bahwa kekuatan radiasi uranium
sebanding dengan jumlah kadar uranium yang dikandung dalam campuran senyawa
uranium. Disamping itu, Marie Curie juga menemukan bahwa peristiwa peluruhan
tersebut tidak dipengaruhi oleh suhu atau tekanan, dan radiasi uranium dipancarkan
secara spontan dan terus menerus tanpa bisa dikendalikan. Marie Curie juga meneliti
campuran senyawa lain, dan menemukan bahwa campuran senyawa thorium juga
memancarkan radiasi yang sama dengan campuran senyawa uranium, dan sifat
pemancaran radiasi seperti ini diberi nama radioaktivitas.
Pada tahun 1898, ia menemukan unsur baru yang sifatnya mirip dengan bismut. Unsur
baru ini dinamakan polonium diambil dari nama negara asal Marie Curie, yaitu Polandia.
Setelah itu H. Becquerel dan Marie Curie melanjutkan penelitiannya dengan
menganalisis pitch blend (bijih uranium). Mereka berpendapat bahwa di dalam pitch
blend terdapat unsur yang radioaktivitasnya lebih kuat daripada uranium atau polonium.
Pada tahun yang sama mereka mengumumkan bahwa ada unsur radioaktif yang sifatnya
mirip dengan barium. Unsur baru ini dinamakan radium (Ra), yang artinya benda yang
memancarkan radiasi. Detail dari penemuan ini dapat dilihat pada pokok bahasan tentang
Penemuan Radioaktivitas Alam.

Waktu Paro

Waktu paro (t½) adalah waktu yang diperlukan oleh suatu radionuklida untuk meluruh
sehingga jumlahnya tinggal setengahnya. Radiasi radionuklida mempunyai sifat yang
khas (unik) untuk masing-masing inti. Peristiwa pemancaran radiasi suatu radionuklida
sulit untuk ditentukan, tetapi untuk sekumpulan inti yang sama, kebolehjadian
peluruhannya dapat diperkirakan. Waktu paro bersifat khas terhadap setiap jenis inti.

Laju pancaran radiasi dalam satuan waktu disebut konstanta peluruhan (l) dan secara
matematik hubungan antara l dan t½ dinyatakan dengan

l = 0,693/ t½

Radioaktivitas alam dan buatan

Berdasarkan asalnya, radioaktivitas dikelompokkan menjadi radioaktivitas alam, dan


radioaktivitas buatan, yaitu hasil kegiatan yang dilakukan manusia. Dalam radioaktivitas
alam, ada yang berasal dari alam dan dari radiasi kosmik. Radioaktivitas buatan
dipancarkan oleh radioisotop yang sengaja dibuat manusia, dan berbagai jenis
radionuklida dibuat sesuai dengan penggunaannya.

1. Radioaktivitas Alam
1.1 Radioaktivitas Primordial
Pada litosfer, banyak terdapat inti radioaktif yang sudah ada bersamaan dengan
terjadinya bumi, yang tersebar secara luas yang disebut radionuklida alam.
Radionuklida alam banyak terkandung dalam berbagai macam materi dalam
lingkungan, misalnya dalam air, tumbuhan, kayu, bebatuan, dan bahan bangunan.
Radionuklida primordial dapat ditemukan juga di dalam tubuh mausia. Terutama
radioisotop yang terkandung dalam kalium alam.

1.2 Radioaktivitas yang berasal dari Radiasi Kosmik


Pada saat radiasi kosmik masuk ke dalam atmosfer bumi, terjadi interaksi dengan
inti atom yang ada di udara menghasilkan berbagai macam radionuklida. Yang
paling banyak dihasilkan adalah H-3 dan C-14. Kecepatan peluruhan dan kecepatan
pembentukan radionuklida seimbang, sehingga secara teoritis jumlahnya di alam
adalah tetap. Berdasarkan fenomena tersebut, maka dengan mengukur kelimpahan
C-14 yang ada dalam suatu benda, dapat ditentukan umur dari benda tersebut dan
metode penentuan umur ini dinamakan penanggalan karbon (Carbon Dating).

2. Radioaktivitas Buatan
2.1 Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga nuklir
Energi yang dihasilkan oleh proses peluruhan dapat digunakan sebagai pembangkit
listrik tenaga nuklir. Dalam instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir, faktor
keselamatan radiasi menjadi prioritas yang utama, dan dengan
berkembangnya teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir, maka tingkat
keselamatan radiasinya pun semakin tinggi.

2.2 Radioaktivitas akibat percobaan senjata nuklir


Radioaktivitas yang berasal dari jatuhan radioaktif akibat percobaan senjata nuklir
disebut fall out. Tingkat radioaktivitas dari fall out yang paling tinggi terjadi pada
tahun 1963 dan setelah itu jumlahnya terus menurun. Hal itu disebabkan pada tahun
1962 Amerika dan Rusia mengakhiri percobaan senjata nuklir di udara.

2.3 Radioaktivitas dalam kedokteran


Radioaktivitas yang berasal dari radioisotop dalam bidang kedokteran digunakan
misalnya untuk diagnosis, terapi, dan sterilisasi alat kedokteran. Uraian lengkap
dari penggunaan radioaktivitas di bidang kedokteran dapat dibaca pada pokok
bahasan penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran.
2.4 Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi
Penggunaan radiasi dalam bidang pengukuran (gauging), analisis struktur materi,
pengembangan bahan-bahan baru, dan sebagai sumber energi dibahas dalam pokok
bahasan penggunaan radiasi dalam rekayasa teknologi.

2.5 Radioaktivitas dalam bidang pertanian


Penggunaannya dalam bioteknologi, pembasmian serangga atau penyimpanan
bahan pangan, dan teknologi pelestarian lingkungan dibahas dalam pokok bahasan
penggunaan radiasi dalam produksi pertanian, kehutanan dan laut.

PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:


 Mencetak peta kontur nilai radioaktif hasil pengukuran lapangan pada kertas plastik
transparan
 Mencetak peta geologi daerah penyelidikan dengan menggunakan skala yang sama
dengan peta kontur nilai radioaktif pada kertas hvs biasa
 Melakukan overlay kedua peta tersebut (peta geologi dan peta kontur nilai
radioaktif daerah penyelidikan)
 Menandai daerah yang memiliki anomali nilai radioaktif
 Melakukan analisis pada area yang telah ditandai untuk mengetahui hubungan
anomali radioaktif dengan kondisi geologi daerah penyelidikan
PENGOLAHAN DATA

I. Data Awal
Data awal yang diperoleh adalah Peta Kontur Radioaktif dan Peta Geologi Daerah
Pengukuran Radioaktif.
II. Pengolahan Data
Hasil overlay dan menandai daerah yang memiliki anomali nilai radioaktif.

Masing-masing garis dengan


warna tertentu menyatakan nilai
radioaktif untuk daerah geologi:
III. Hasil Pengolahan Data
Dari overlay Peta Kontur Radioaktif dan Peta Geologi Daerah Pengukuran
Radioaktif serta penandaan daerah yang memiliki anomaly radioaktif, didapatkan:

Nilai Radioaktif
NO Jenis Batuan Posisi
(counts/second)
Porfiritik, Biotit, Barat Laut 1000
1
Granit. Utara 1500-1750
Timur Laut 1500-1750
2 Granit Tenggara 1000-2500
Barat Daya 750-1000
Selatan 750-1000
3 Gabro Tengah 1000-1250
Barat Laut 1000
4 Syenit Tengah 1250-2000
Merata pada sela-sela
5 Gneis dan Sekis 750-1750
intrusi
Batuan Sedimen
6 Tenggara 750
dan Vulkanik
ANALISIS

Daerah intrusi granit pada bagian timur-laut memiliki nilai anomali radioaktif yang
lebih besar dibandingkan dengan daerah barat-daya dan daerah tenggara
(tenggara > barat-daya), nilai anomali di daerah timur-laut bernilai tinggi karena
terdapat intrusi granit yang sangat besar di sekeliling gneiss dan sekis wilayah
tersebut.

Endapan gabro di bagian utara memiliki rentang nilai anomali radioaktif dari nilai
rendah ke cukup tinggi. Namun, endapan gabro di sekitar barat-laut memiliki nilai
rentang anomaly radioaktif yang lebih rendah.

Endapan gabro dan syenit yang terletak di tengah dapat pula di identifikasi oleh
survey radioaktif, karena nilai dari anomaly syenit di bagian sayap memiliki angka
yang cukup besar dibandingkan endapan lain di sekitarnya.

Variasi nilai anomaly yang didapat dari respon beberapa zona granit dapat di
asumsikan berbeda dari tipe granit yang terbentuk pada zona tersebut. Karena granit
memiliki mineral-mineral akseroris berupa mineral radioaktif yang menyusun
batuan tersebut, mineralnya antara lain disusun oleh unsur thorium dan uranium.
Sehingga, pembentukan magma dan materi penyusun granit juga sangat
berpengaruh dalam komposisi mineral aksesorisnya yang mengandung unsur-unsur
radioaktif.

Urutan nilai anomali batuan dari tinggi ke rendah adalah sebagai berikut:

 Granit
 Syenit
 Porfiritik, Biotit, Granit.
 Gabro
 Gneiss dan Sekis
 Batuan Sedimen dan Vulkanik
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai
radioktifitas tertinggi terdapat pada batuan granit. Dengan kata lain, di dalam batuan
granit banyak terdapat unsur radioaktif. Batuan metamorf schist & gneiss, serta
batuan sedimen dan vulkanik memiliki nilai radioaktifitas terendah. Dalam batuan
tersebut jumlah unsur radioaktif yang terkandung sangat terbatas (sedikit).

DAFTAR PUSTAKA

Sulistijo, Budi, Darmawan Sumardi, M. Nur Heriawan, Yana Rahmat Riyanto. 2002.
Catatan Kuliah TA 415 Geofisika Cebakan Mineral II. Bandung: Penerbit ITB.

Telford, M.W., et al. 1976. Applied Geophysic Second Edition. Cambridge University
Press.

Anda mungkin juga menyukai