Anda di halaman 1dari 14

Teori Belajar Kontruktivisme dan Teori Belajar Humanistik*

Irvan Nur Rizki, Okta Tiara, Shilvi Aggraini**

Ket :

*) Judul

**) Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sriwijaya 2021.

ABSTRAK

Kontruktivisme menjadi pendekatan yang populer dan berkembang dalam


praktik pembelajaran saat ini. Hal tersebut tidak lepas dari teori-teori mendasarinya.
Teori utama pendekatan ini digagas oleh psikolog-psikolog yang dianggap besar.
Selain teori Kontruktivitisme teori humanistik untuk saat ini juga sangat penting.
Permasalahan yang berkaitan dengan degredasi karakter anak bangsa menjadi topik
yang memerlukan perhatian lenih dari seluruh elemen bangsa. Banyak penelitian
yang telah dilakukan sebagai upaya mengembangkan karakter peserta didik, namun
sebagian besar masih berlandaskan pada teori kognitif dalam penyusunan strategi.
Berdasarkan kajian teoritis, teori belajar yang dekat dengan perilaku peserta didik dan
memberikan peluang lebih banyak untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal ialah teori Humanistik. Artikel ini mengulas sejarah, ilmuan-ilmuan
serta teori-teorinya yang melandasi berkembangnya konstruktivisme dan humanistik.
Selain itu prinsip-prinsip dan penerapan pendekatan konstruktivisme dan humanistik
dalam pembelajaran akan dibahas dalam artikel ini. Tidak hanya banyak memiliki
keunggulan ketika menerapkan pendekatan konstruktivisme dan humanistik dalam
proses pembelajaran di kelas, akan tetapi terdapat dilema-dilema dalam pendekatan
mempraktikan pendekatan ini.

Kata kunci : kontruktivisme, Humanistik, pembelajaran


PENDAHULUAN

Belajar dan pembelajaran adalah dua hal yang saling berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan edukatif. Belajar dan pembelajaran dikatakan
sebuah bentuk edukasi yang menjadikan adanya suatu interaksi antara guru dengan
siswa. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dalam hal ini diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru
merupakan pihak yang membimbing siswa agar mencapai tujuan pembelajaran dan
secara sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya untuk kepentingan dalam pengajaran.

Pada makalah ini menjelaskan tentang teori belajar kontruktivisme dan teori
belajar humanistik, dimana pada Teori pembelajaran ini memandang manusia sebagai
subyek yang bebas, merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Sehingga
memberikan pembelajaran pengetahuan sains sedemikian rupa agar mereka tidak
hanya memahami konsep dan prinsip sains, tetapi juga signifikansi dari pembelajaran
sains.

Dalam pembelajaran ini posisi guru hanya sebatas fasilitator dan keterlibatan
aktif siswa dalam konstruksi makna dan pengetahuan . Pada proses belajar dianggap
berhasil jika si siswa dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri sehingga
menghasilkan pengetahuan dan membentuk makna berdasarkan pengalaman mereka.

Jadi dalam kedua teori pembelajaran tersebut dapt ditarik kesimpulan bahwa
manusia sebagai subjek yang bebas,merdeka dalam menentukan arah hidupnya.

METODELOGI

Metode yang digunakan dalam penulisan yaitu kajian pustaka. Kajian pustaka
yang dikaji adalah buku dan jurnal-jurnal yang ada. Buku yang dikaji terkait dengan
belajar dan pembelajaran, strategi belajar dan pembelajaran, dan komponen
pembelajaran. Artikel penulisan yang dikaji adalah artikel terkait dengan perbedaan
konsep belajar dan pengajaran, pemahaman konsep, serta mengetahui komponen
yang terdapat pada aktivitas pengajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Kontruktivisme.


1. Pengertian Teori Kontruktivisme.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat


generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan
konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:

 Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang


sudah ada.
 Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya mampu membina
pengetahuan mereka secara mandiri.
 Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri
melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu
dengan pembelajaran terbaru.
 Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru
dengan pemahamannya yang sudah ada.
 Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang
utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-
gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
 Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
2. Prinsip Teori Kontruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan
dalam belajar mengajar adalah:
 Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
 Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
 Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
 Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
 Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
 Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
 Mencari dan menilai pendapat siswa.
 Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

3. Tokoh – Tokoh Teori Kotruktivisme.


1. Jerome Bruner
Jerome Bruner merupakan pelopor aliran psikologi belajar kognitif.
Bruner sangat mendorong agar pendidikan mengutamakan pada
pengembangan berpikir.
Menurut Bruner, di dalam belajar haruslah melibatkan tiga proses
yang terjadi hampir selalu bersamaan.Ketiga proses belajar tersebut, yaitu
: (1) Memperoleh informasi baru; (2) Transformasi informasi; dan (3)
Menguji relevansi informasi dengan ketepatan pengetahuan
2. John Dewey

John Dewey berpandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan


kehidupan masyarakat secara lebih besar dan kelas adalah laboratorium
untuk memecahkan masalah kehidupan nyata.

Ajaran Dewey menganjurkan agar guru mendorong siswa untuk


terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi pada masalah. Guru
juga diharapkan dapat membantu mereka menyelidiki masalah-masalah
intelektual dan sosial.

3. Lev Vygotsky

Menurut Vygotsky, perkembangan intelektual dapat ditinjau dari


konteks historis dan budaya pengalaman anak.

Selain itu, perkembangan intelektual juga tergantung pada sistem-


sistem isyarat yang mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan untuk
membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah.

Di dalam proses pembelajaran, Vygotsky menekankan pada


perancahan (scaffolding), sehingga semakin lama siswa akan semakin
dapat mengambil tanggung jawabn untuk pembelajarannya sendiri.

4. Jean Piaget

Jean Piaget dikenal sebagai tokoh konstruktivisme yang pertama.


Piaget menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme adalah pada
proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari
realita.
Peran guru dalam pembelajaran menurut Piaget adalah sebagai
fasilitator atau moderator. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan
dibangun dalam pikiran anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi
sesuai skemata yang dimilikinya.

Proses mengkontruksi pengetahuan menurut Piaget, meliputi skemata,


asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.

Skemata adalah sekumpulan konsep yang digunakan ketika seseorang


berinteraksi dengan lingkungan.

Asimilasi merupakan proses kognitif dimana seseorang


mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.

Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan


rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada, sehingga
cocok dengan rangsangan tersebut.

Sedangkan keseimbangan atau ekuilibrasi terjadi antara asimilasi dan


akomodasi. Keseimbangan dapat membuat seseorang menyatukan
pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kontruktivisme


1. Kelebihan teori kontruktivisme.
 Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru,
membantu siswa untuk mencari ide, menyelesaikan masalah, dan
membuat keputusan
 Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung
dalam membina pengetahuan baru
 Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep
 Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah
berinteraksi dengan teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru
 Oleh klarena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan
paham, ingat, yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat
dalam belajar dan membina pengetahuan baru.

2. Kekurangan Teori Kontruktivisme.


 Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing,
oleh karena itu pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli
 Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk
siswa yang malas
 Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam
membangun pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.

B. Teori Belajar Humanistik.


1. Pengertian Teori Humanistik.
Setelah beberapa ahli mengutarakan pendapatnya tentang konsep
pembelajaran atau aktivitas belajar, lantas kita mungkin berpikir, apa itu Teori
Belajar Humanistik atau Teori Humanistik?
Pada dasarnya, teori humanistik adalah teori belajar yang memanusiakan
manusia. Pembelajaran dipusatkan pada pribadi seseorang. Teori ini tidak
lepas dari pendidikan yang berfokus pada bagaimana menghasilkan sesuatu
yang efektif, bagaimana belajar yang bisa meningkatkan kreativitas dan
memanfaatkan potensi yang ada pada seseorang. Teori humanistik ini muncul
sebagai perlawanan terhadap teori belajar sebelumnya, yaitu Teori
Behaviouristik, yang dianggap terlalu kaku, pasif, bahkan penurut ketika
menggambarkan manusia.

Dalam pengertian teori humanistik, proses pembelajaran cenderung lebih


abstrak. Bidang kajian yang mendekati teori ini adalah Filsafat, Teori
Kepribadian, dan Psikoterapi. Teori ini lebih condong untuk mementingkan
konten pembelajaran dibandingkan bagaimana proses belajar berjalan.
Keberhasilan suatu pembelajaran menurut teori ini adalah ketika ada
keinginan dari dalam diri seseorang untuk belajar, mengetahui informasi baru,
sehingga terjadi asimilasi dalam struktur kognitinya.

Teori ini juga mengungkapkan bahwa sejatinya semua teori belajar bisa
dimanfaatkan hanya jika tujuan dari pembelajaran tersebut adalah
memanusiakan individu yang belajar. Bagaimana memanusiakannya? Yaitu
ketika mereka bisa mencapai aktualisasi diri, bisa memahami dirinya sendiri,
serta mampu merealisasikan diri sebagai orang yang sedang belajar.

2. Prinsip dalam Teori Humanistik

Berdasarkan pengertian dan pandangan-pandangan dari para ahli, kita


bisa mengerti adanya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Teori
Humanistik ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

 Manusia memiliki kemampuan belajar yang alami.


 Pembelajaran menjadi hal yang signifikan ketika materi atau konten
pembelajaran tersebut dianggap memiliki relevansi dengan maksud
tertentu oleh indiviidu yang belajar.
 Belajar adalah aktivitas yang menyangkut adanya perubahan dalam
persepsi seseorang.
 Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan ketika
ancaman itu relatif kecil.
 Orang yang belajar memiliki cara untuk belajar dengan pembelajaran
yang memiliki ancaman rendah.
 Belajar menjadi aktivitas yang bermakna ketika orang yang belajar benar-
benar mau melakukannya atau mempraktikkannya.
 Keterlibatan orang yang belajar dalam proses pembelajaran membuat
proses itu berjalan lancar.
 Pembelajaran dengan melibatkan orang yang belajar bisa membuat
mereka mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih mendalam. Perlu
adanya penumbuhan terhadap rasa percaya diri dari orang yang belajar
guna membuatnya menjadi pribadi yang mawas diri. Pembelajaran sosial
adalah belajar proses belajar.

3. Tokoh Penganut Teori Humanistik.


Ada beberapa ahli yang terkenal sebagai penganut dari teori ini. Para ahli
ini memiliki pandangan yang mengarah pada teori humanistik dan
memberikan pendapat terkait dengan tahapan pembelajaran, golongan orang
yang belajar, tipe belajar, dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Beberapa
ahli beserta pendapatannya mengenai pembelajaran dari sudut padang Teori
Humanistik tersebut adalah:

1. David Kolb – Experiental Learning Theory


David Kolb yang berorientasi pada Teori Humanistik ini menelurkan
satu teori hasil pemikirannya, bahwa belajar merupakan sebuah proses saat
pengetahuan diciptakan melalui perubahan atau transformasi pengalaman.
Pengetahuan adalah kombinasi dari kemampuan untuk memahami dan
mentransformasikan pengalaman. Kolb terkenal dengan Teori
Pembelajaran Eksperiental atau Experiental Learning Theory
2. Honey dan Mumford
Pandangan Kolb sedikit banyak memengaruhi pandangan dari Honey
dan Mumford yang memiliki teori tersendiri mengenai pembelajaran dan
berkiblat pada teori humanistik. Menurut mereka, ada beberapa golongan
orang belajar, yaitu: Kelompok Aktivis, Kelompok Reflektor, Kelompok
Teroris, Kelompok Pragmatis.
3. Habermas
Habermas memiliki pendapat bahwa jika belajar baru akan terjadi
ketika seseorang melakukan interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan
belajar yang dimaksud Haberman adalah lingkungan alam dan lingkungan
sosial. Keduanya merupakan lingkungan yang tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan manusia.
Jika Honey dan Mumford menyatakan adanya kelompok-kelompok
belajar dalam teori pembelajaran mereka, lain halnya dengan pandangan
teori belajar dari Habermas yang menelurkan hasil pemikiran berupa
klasifikasi tipe belajar seseorang, yaitu: Technical Learning, Practival
Learning, Emancipatory Learning
4. Bloom dan Krathwohl
Pendapat hasil pemikiran mengenai aktivitas belajar juga ditelurkan
oleh Bloom dan Krathwohl yang menyatakan bahwa individu perlu
menguasai suatu hal setelah belajar melalui peristiwa-peristiwa
belajar. Berorientasi pada tujuan belajar, Bloom dan Krathwohl
mengklasifikasikan beberapa tujuan belajar tersebut, yaitu: Domain
Kognitif, Domain Psikomotorik, Domain Afektif.
4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik.
Penggunaan teori sesuai pada fungsinya memiliki manfaat yang lebih
terasa besar. Aplikasi dari teori belajar ini memiliki dua sisi efek, yaitu
kelebihan (keuntungan) dan kekurangan (kerugian). Daftar kelebihan dan
kekurangan dari penggunaan teori belajar ini akan disampaikan secara ringkas
berikut.
1. Kelebihan Teori Humanistik
 Aplikasi teori ini bisa memunculkan kreativitas peserta didik atau
orang yang belajar. Hal ini terjadi karena teori ini berpusat pada orang
yang belajar, bukan pada materi yang harus dijejalkan pada peserta
didik.
 Perkembangan teknologi yang pesar ekuivalen dengan perkembangan
belajar.
 Tenaga pendidik justru memiliki tugas yang lebih ringan, tidak terpaku
untuk menyelesaikan materi tetapi lebih fokus pada pengembangan
setiap individu yang belajar. Teori humanistik cenderung mampu
merekatkan hubungan sosial antara peserta didik. Tidak ada persaingan
dalam pembelajaran karena semua orang berhak untuk
mengoptimalkan kemampuan diirnya, sesuai pada tingkatan masing-
masing.
 Teori belajar humanistik adalah pilihan kiblat yang cocok terutama
untuk pendidikan yang bersifat membentuk karakter, mengubah sikap,
atau menganalisis fenomena sosial.
 Indikator dari keberhasilan penerapan teori humanistik adalah perasaan
senang dan tidak ada tekanan yang dialami peserta didik. Mereka
bahkan memiliki inisiatif tersendiri untuk belajar. Pola pikir, perilaku,
dan sikap mengikuti kemauan sendiri alias tidak terpaksa atau kaku.
 Melatih peserta didik sebagai pribadi yang bebas dan tidak terikat
dengan pendapat orang lain. Peserta didik diarahkan untuk bisa
bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
2. Kekurangan Teori Humanistik
 Aplikasi teori ini memungkinkan peserta didik untuk sulit memahamai
potensi dirinya sendiri. Ini terjadi karena tenaga pendidik yang terlalu
‘melepaskan’ peserta didik dalam mengeksplorasi dirinya sendiir.
 Peserta didik yang tidak berminat untuk mengikuti proses belajar akan
tertinggal dengan peserta didik lain yang sudah memiliki niatan untuk
belajar dan memperbaiki diri.
 Jika peserta didik tidak rajin untuk mengikuti proses pembelajaran,
besar kemungkinan ia akan kesulitan mengikuti proses belajar
selanjutnya karena masih tertinggal di tahap-tahap awal.
 Apabila peserta didik mengalami ketidak tahuan atau kurang paham
atas konten pembelajaran dan tidak segera ditangani oleh tenaga
pendidik, proses pembelajaran oleh peserta didik tersebut bisa
terhambat.
 Peserta didik memiliki potensi untuk menyalahgunakan kebebasan
yang diberikan.
 Peserta didik yang belum mampu berpikir untuk bertanggung jawab
atas dirinya sendiri cenderung sulit untuk melakukan pemusatan
pikiran.
 Pada konteks atau praktisnya, teori ini kurang mungkin untuk
diterapkan pada sistem pembelajaran sekolah saat ini.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini bahwa model konstruktivisme dalam pembelajaran
adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental,
membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya.
Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan
tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa
mengorganisasi pengalaman mereka.
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara
optimal. Teori humanistik cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat
memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.

Beberapa tokoh penganut aliran humanistik diantaranya adalah :

1. Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap belajar, yaitu pengalaman konkret,
pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
2. Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4, yaitu aktifis, reflektor,
teoris, dan pragmatis.
3. Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar, yaitu belajar teknis, belajar
praktis, dan belajar emansipatoris.
4. Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar, yaitu kognitif,
psikomotor, dan efektf.

Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong


siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman
dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Aikenhead, Glen. 2004. The Humanistik and Cultural Aspects of Science &
Technology Education. Paper disajikan pada Simposium IOSTE ke 11, Lublin,
Polandia, Juli 25-30 2004.
Azzamroni. (2011). Tabula Rasa Versus Konstruktivisme. Dari
https://azamroni.wordpress.com/2011/03/16/tabula-rasa-versus-
konstruktivisme/
Epstein, Marcia. 2004. Teaching a “Humanistik” Science: Reflections on
Interdisciplinary Course Design at the Post-Secondary Level. Dalam
http://cie.ed.asu.edu/volume7/number3/index.html.
Prawat, R. S. (1996). Constructivisms, modern and postmodern. Educational
Psychologist
Supardan, Dadang ( 2016 ). Teori dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Dari https://www.neliti.com/publications/271653/teori-dan-
praktik-pendekatan-konstruktivisme-dalam-pembelajaran.
Supardan, Dadang (2004) Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Multikulturalisme, Makalah Seminar Nasional di UIN Jakarta Tanggal 20
Mei 2004 di Gedung Auditorium
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai