Anda di halaman 1dari 18

Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa

Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

KAJIAN TENTANG KONSEP KEBERLANJUTAN PADA BEBERAPA


KOTA BARU DAN PERMUKIMAN BERSKALA BESAR

INA HELENA AGUSTINA


Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. UNISBA
Jalan Tamansari No.1 Bandung

ABSTRAKS

Berkelanjutan adalah satu kata yang dipopulerkan oleh Word Commission


on Environment and Development pada laporan yang dikeluarkan pada tahun
1987, “Our Common Future” dan oleh Earth Summit di Rio de Janeiro pada
tahun 1992. Secara sederhana konsep keberlanjutan adalah suatu etik,
seperangkat prinsip dan pandangan yang berorientasi pada masa depan.
Berdasarkan Research Triangle Institute (1996), dalam menciptakan kota yang
berkelanjutan diperlukan lima prinsip dasar yang pada dasarnya merupakan
pengembangan dari tiga matra utama (ekonomi, sosial, dan lingkungan).
Pembangunan kota baru maupun permukiman berskala besar saat ini di
Indonesia menunjukkan kecenderungan yang kurang terarah dan terkendali
pengembangannya. Kondisi ini apabila dibiarkan akan menganggu keseimbangan
sistem kota dan konstelasi regional. Wilayah yang menjadi objek kajian pada
studi ini ada lima, berada di Kabupaten Bandung (dua), di Kota Bandung (satu),
dan di Kota Surabaya (dua). Kelimanya memiliki karakteristik tersendiri yang
dapat merepresentasikan sebagian karakter dari suatu kota baru. Penerapan
prinsip keberlanjutan pada kelima wilayah kajian tersebut menjadi fokus utama
dalam bahasan studi makalah ini. Diharapkan interpretasi penerapan prinsip
keberlanjutan tersebut menjadi informasi yang berguna sebagai masukan arahan
pengendalian pembangunan dan pengembangan permukiman berskala besar
pada umumnya dan kota baru pada khususnya.

1. Latar Belakang mengalami krisis antara tahun 1997-


1998, yang berimbas pada berbagai
Perkembangan kota baru di
sektor pembangunan termasuk
Indonesia dimulai sejak tahun 1950-an,
kemunduran kemajuan pembangunan
yaitu melalui pembangunan kota baru,
kota baru dan permukiman berskala
antara lain Kebayoran Baru (Jakarta,
besar, namun hingga saat ini kota-kota
1949), Plan Cipaganti (1953-1955) dan
baru masih terus berkembang. Hal ini
Cijagra (1968)-keduanya berada di
dapat dilihat misalnya dari adanya Bumi
Bandung, Kota Baru Palangkaraya
Serpong Damai, Kota Baru
(Kalimantan Tengah, 1953) serta
Parahyangan, Batam Center, dan
beberapa kota baru lainnya. Meskipun
sebagainya.
bidang perekonomian Indonesia sempat

38 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

Perwujudan kota baru saat ini tersebut telah terpenuhi maka perlu
sebagian besar merupakan permukiman dipertahankan dan apabila belum, maka
berskala besar yang merupakan respon diperlukan penanganan lebih lanjut untuk
dari pihak swasta dalam memenuhi menanggulangi permasalahan yang ada.
demand hunian atau tempat tinggal, yang
Konsep keberlanjutan merupakan
dilengkapi dengan berbagai sarana dan
salah satu konsep yang mengandung
prasarana penunjangnya. Selain itu,
indikator-indikator sebagai tolok ukur
”Kota Baru” saat ini berkembang menjadi
atau alat yang dapat membantu menilai
landasan pemikiran konsepsual untuk
apakah suatu kota baru/ permukiman
memecahkan masalah perumahan dan
berskala besar telah mencapai kondisi
permukiman kota di berbagai negara
yang ideal ataukah belum.
dunia, termasuk di antaranya Indonesia.
Dari kota baru-kota baru yang ada saat
2. Tujuan dan Sasaran
ini, ada yang berhasil atau dapat
dikatakan layak sebagai suatu kota baru, Tujuan dari kajian ini adalah untuk
namun tidak dapat dipungkiri tidak sedikit mengetahui apakah kota baru /
pula yang perkembangannya permukiman berskala besar pada
berlangsung sangat lambat atau bahkan wilayah kajian yang telah ditetapkan,
berhenti sehingga menjadi suatu sudah memenuhi indikator-indikator
permukiman saja dengan persentase dalam konsep keberlanjutan. Tujuan
tingkat hunian yang rendah. Terlepas studi ini dijabarkan secara lebih rinci ke
dari keberhasilan dan kegagalan dalam sasaran sebagai berikut.
terwujudnya kota baru atau permukiman • Identifikasi konsep keberlanjutan
berskala besar tersebut, dibutuhkan beserta indikator-indikatornya
suatu arahan untuk mengendalikan • Menganalisis penerapan konsep
perkembangan kota baru (termasuk keberlanjutan dengan menggunakan
permukiman berskala besar yang indikator2 konsep keberlanjutan yang
menjadi ”embrio” kota baru) untuk telah disesuaikan sesuai dengan
menjaga keseimbangan sistem kota dan karakteristik wilayah kajian
perkotaan (menghindari misalnya
sentralisasi suatu kota sementara kota 3. Ruang Lingkup
lain mengalami kemunduran). Dalam hal Dalam kajian ini pembahasan materi
ini perlu diketahui apakah kota baru/ difokuskan pada penerapan konsep
permukiman berskala besar yang ada keberlanjutan dalam pembangunan dan
saat ini sudah sesuai dengan konstelasi pengelolaan kota baru dan atau
regional dan mencapai kondisi yang permukiman skala besar. Lokasi yang
ideal, ataukah belum. Apabila kondisi diambil dalam kajian ini adalah :

Jurnal PWK Unisba 39


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

• Kota Baru Parahyangan (Kabupaten memenuhi keperluan hidup manusia


Bandung) masa kini tanpa mengabaikan
• Kota Baru Tegalluar (Kabupaten kemampuan generasi mendatang dalam
Bandung). Untuk kota baru ini, saat memenuhi kebutuhan mereka”.
ini masih berupa rencana dan belum Pengertian awal ini dikembangkan oleh
terrealisasi UNEP menjadi "memperbaiki kualitas
• Pusat Primer Gedebage (Wilayah kehidupan manusia dengan tetap
Bandung Timur dari Kota Bandung) memelihara kemampuan daya dukung
• Perumahan Citraland (Kota sumberdaya alam dan lingkungan hidup
Surabaya) dari ekosistem yang menopangnya."

• Perumahan Darmo Satelit (Kota Sedangkan definisi kota yang


Surabaya) berkelanjutan adalah kota yang dalam
perkembangan dan pembangunannya
4. Metoda Pendekatan mampu memenuhi kebutuhan

Metode yang dilakukan pada studi masyarakat masa kini, mampu

ini adalah melalui studi literatur berbagai berkompetisi dalam ekonomi global

sumber yang berkaitan dengan konsep dengan mempertahankan keserasian

keberlanjutan dan analisis deskriptif lingkungan tanpa mengabaikan

(interpretasi) terhadap penerapan konsep kemampuan generasi mendatang dalam

keberlanjutan pada keempat lokasi yang pemenuhan kebutuhan mereka (dalam

dikaji berdasarkan survey primer maupun Kota Berkelanjutan, hal.27).

wawancara.
5.2 Perumusan Prinsip Dasar Kota
Berkelanjutan
5. Tinjauan Teoritis
5.1 Batasan Pengertian dan Untuk menciptakan kota yang

Perkembangan Konsep berkelanjutan diperlukan lima prinsip

Keberlanjutan dasar yang dikenal dengan Panca E


(Research Triangle Institute, 1996) :
Pembangunan berkelanjutan terdiri
dari tiga matra yaitu : keberlanjutan 1. Environment (ecology)

pertumbuhan ekonomi; keberlanjutan 2. Economy (employment)


sosial budaya; keberlanjutan kehidupan
3. Equity
lingkungan (ekologi) manusia dan segala
eksistensinya. Definisi dasar 4. Engagement

pembangunan berkelanjutan yang 5. Energy


dikemukakan oleh Brundlandt (1987)
adalah “pembangunan yang mampu

40 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

Tabel 1
Prinsip Dasar Kota yang Berkelanjutan
(dikembangkan dari Research Triangle Institute, 1996)

Pendekatan yang Pendekatan yang Lebih


Komponen / Aspek
Kurang Berkelanjutan Berkelanjutan
Ekonomi (kesejahteraan)
Kerjasama strategis,
Kompetisi, industri besar, retensi peningkatan keahlian pekerja,
Pendekatan
bisnis dan ditarget, ekspansi. infrastruktur dasar dan
informasi.
Kerjasama regional, pembagian
Industri, pajak, penanaman Modal, dasar pajak, menciptakan
Alat-alat / Wahana
birokrasi dan regulasi. lingkungan yang indah,
telekomunikasi.
Penanaman modal strategis
Kesenjangan yang bertambah
pada tenaga kerja dan
Hubungan antara antara kaya dan miskin dilihat
kesempatan-kesempatan kerja
Perkembangan Sosial dan sebagai tanggung jawab
dilihat sebagai tanggung jawab
Ekonomi pemerintah, kesempatan kerja
bersama pemerintah, swasta
terbatas.
dan masyarakat.
Ekologi (lingkungan)
Konservasi sumberdaya,
Penggunaan sumberdaya secara
Penggunaan Sumberdaya pencegahan dan
berlebihan
penanggulangan polusi.
Penggunaan tertinggi dan terbaik, Penggunaan lahan campuran;
penggunaan lahan yang tunggal koordinasi dengan sistem
Peraturan Penggunaan
(terpisah), kurang terpadu dengan transportasi, menciptakan
Tanah
sistem transportasi, pemekaran taman, menetapkan batas
kota tanpa kendali. perkembangan/pemekaran kota.
Equity (Pemerataan)
Disparitas yang kurang;
Disparitas yang makin
kesempatan yang seimbang;
Disparitas meningkatkan antar kelompok
macam-macam kesempatan
income dan ras.
yang tersedia.
Jasa yang diintegrasikan bagi
Jasa spesifik untuk klien-klien
Pendekatan Jasa Sosial keluarga-keluarga dan
individual.
komunitas.
Partisipasi Rakyat Diminimalkan Dioptimalkan
kepemimpinan Isolasi dan Fragmentasi Koperatif jurisdiksi silang
Regional Kompetisi Kerjasama Strategis
Kepemerintahan :
Pemerintah :
• Fasilitator, pemberdayaan
• Penyediaan Jasa (Provider)
Peran (Enabler)
• Regulator
Pemerintah • Negosiator
• Komando dan Pusat kontrol dari
• Menyaring masukan dari
atas
bawah
Status Kepemerin- Sentralisasi lebih sedikit otonomi Desentralisasi lebih banyak
tahan daerah otonomi daerah
Pusat – Rasio yang rendah dari pendanaan Rasio yang tinggi dari
Daerah pusat ke daerah pendanaan pusat ke daerah
Strategik, dibuat lebih baik oleh
Komprehensif, teknokratik, sektoral,
partisipasi rakyat yang besar,
Analisis Problem mencerminkan mandat legal
sektor silang, mencerminkan
pemerintah
prioritas rakyat
Input, aktivitas, standar harga Hasil penanaman modal,
Penilaian Penampilan
profesional partisipasi rakyat
Tidak ada atau sektoral digunakan Interdisipliner atau lintas
Indikator dari Keberlanjutan
oleh teknokrat sektoral digunakan oleh rakyat
Energy (Sumberdaya)
Sumber Energi Penguasaan sumber energi Penghematan sumber energi
Mengutamakan Kendaraan pribadi Mengutamakan transportasi
Sistem Transportasi
yang boros energi umum, massal, hemat energi
Menggunakan pencahayaan dan Mendayagunakan pencahayaan
Bangunan
penghawaan artifisial dan penghawaan alami
alternatif Alternatif energi terbatas Alternatif energi meluas
Sumber : Tata Kota Tata Kita, Ahmaddin Ahmad, Jakarta, 2002

Jurnal PWK Unisba 41


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

Oleh karena wilayah-wilayah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel B


kajian memiliki karakteristik tersendiri, berikut. Adapun skema prinsip
maka disusun indikator-indikator baru keberlanjutan di kota baru dengan
yang merupakan penyesuaian dan indikator-indikator baru yang telah
adaptasi dari tabel indikator-indikator disesuaikan tersebut dapat dilihat pada
konsep keberlanjutan diatas, yaitu halaman berikut ini.

Tabel 2
Indikator Prinsip Berkelanjutan
di Kota Baru

NO. SUB KOMPONEN INDIKATOR


ASPEK EKONOMI
1 Pembagian dasar pajak • Perapan subsidi silang
• Pengembangan inovasi untuk mempertahankan kualitas
Mendorong kemajuan bidang ekonomi produksi dan jasa
2
kota baru secara umum • Pengelolaan sektor informal agar mandiri dan sinergis dgn
sektor formal
ASPEK LINGKUNGAN
• Pengendalian penggunaan SDA yang tidak terbaharui
• Lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan yang bisa
diperbaharui
1 Konservasi sumberdaya
• Menjaga kelestarian kawasan lindung (mencegah perubahan
penggunaan kawasan lindung sebagai kawasan budidaya atau
fungsi lainnya yang tidak sesuai)
• Pembuatan sistem cluster dan meniadakan benteng/ batas
kompleks perumahan, untuk menjaga privasi penghuni namun
2 Pertimbangan lingkungan perumahan mengurangi kesan enclave terhadap lingkungan sekitarnya
• Jaringan jalan lokal yang cukup lebar untuk menciptakan
kenyamanan dan mencegah kekumuhan
• Penyediaan air bersih
o Sumber-sumber : mata air, air tanah, sungai, danau,
waduk
o Sistem jaringan : jaringan mandiri/ terkoneksi dgn kota
induk
• Penyediaan pengolahan dan pembuangan limbah
• Penyediaan jaringan drainase dan pengendalian banjir
3 Penyediaan prasarana lingkungan
• Penyediaan fasilitas persampahan (utama), separasi sampah
organik dan non organik serta pengolahan sampah agar
memiliki nilai tambah (bukan utama)
• Penyediaan jaringan jalan sesuai ketentuan teknis dan
pengaturan pembangunan jaringan jalan sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap guna lahan yang
ditetapkan
• Memanfaatkan limbah rumah tangga (sampah organik)
menjadi pupuk kompos
• Proses ulang limbah sesuai dgn ketentuan yang telah
Pencegahan dan penanggulangan ditetapkan
polusi • Mulai menerapkan (kemungkinan) penggunaan transportasi
4
(Pengendalian dampak lingkungan yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan (misal
akibat pembangunan) BBG sebagai pengganti BBM)
• Adanya aturan/ larangan untuk tidak menggunakan
kendaraan/ transportasi yang mengeluarkan gas polutan
berkadar tinggi
• Keseimbangan ekologis wilayah tersebut, yang mengacu
kepada keseluruhan wilayah yang belum terbangun dikurangi
Menetapkan batas perkembangan/
5 kawasan lindung berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990.
pemekaran kota
• Pemekaran kota sebagai langkah penyediaan cadangan
pengembangan lahan terbangun di masa depan

42 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

Tabel 2 (lanjutan)
NO. SUB KOMPONEN INDIKATOR
ASPEK LINGKUNGAN
• Penyediaan ruang terbuka baik ruang terbuka (open space)
publik maupun RTH sebagai :
6 Penyediaan ruang terbuka di dalam kota
- unsur estetika dan keindahan kota
baru
- penyeimbang dalam unsur terbangun di dalam kota
- berperan sebagai penyerap polusi
ASPEK SOSIAL
Penyediaan perumahan murah; • Penerapan konsep hunian berimbang 1:3:6
1 campuran dari alternatif perumahan yang • Penyediaan bantuan pembiayaan berupa KPR bersubsidi
bagus, berimbang bagi masyarakat berpenghasilan rendah dari pemerintah
• Terjangkaunya (accesible & affordable) fasos-fasum di kota
bagi semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat
Peningkatan kesejahteraan untuk semua
2 berpenghasilan rendah (MBR) ; yang diwujudkan melalui
lapisan masyarakat kota
penyediaan fasos fasum yang kuantitasnya proporsional
dengan setiap kelompok pendapatan masyarakat
• Memelihara kawasan/ bangunan bernilai sejarah, yang dapat
dilakukan dengan
3 Pelestarian nilai-nilai sosial budaya
- peremajaan/ urban renewal
- perbaikan kawasan/ up-grading/ improvement)
Penguatan identitas dan citra kota baru
4
yang ditampilkan
ASPEK KETERLIBATAN (ENGAGEMENT)
Melakukan intervensi yang memang perlu dilakukan terkait
dgn pembangunan dan pengelolaan kota baru, maupun
wilayah regional sekitarnya, melalui :
• Kebijakan-kebijakan eksplisit (langsung), seperti “kebijakan
pembangunan kota baru (new towns policy) ”,
“pengembangan pusat-pusat/ kutub-kutub pertumbuhan
1 Pemerintah Pusat
(growth poles dan growth centers)”
• Kebijakan-kebijakan implisit (tidak langsung), seperti
perpajakan, tarif transportasi, investasi yang besar
(pembangunan infrastruktur) dsb, yang dapat mengarahkan
secara tidak langsung bentuk kota baru yang diharapkan
terwujud kelak
• Pemerintah kota dan/ atau pemerintah kabupaten yang
wilayahnya berbatasan langsung dapat membentuk lembaga
bersama untuk mengelola kawasan kota baru
• Pemerintah daerah perlu mengikutsertakan masyarakat dan
2 Pemerintah Daerah pihak swasta sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
dalam pembangunan kota
• Berperan dalam penyediaan prasarana jalan dan utilitas
umum (air bersih, listrik, komunikasi, gas, drainase dan
sanitasi lingkungan)
• Menyampaikan ide dan aspirasi yang berguna bagi
kemajuan dan nilai positif pembangunan serta pengelolaan
kota baru
2 Masyarakat • Dapat perperan sebagai pihak netral/ objektif yang bertindak
sebagai “pengawas dan pengontrol” atas berjalannya
pembangunan dan pengelolaan kota baru serta segala
aspek di dalamnya,agar tidak terjadi penyimpangan
• Berperan sebagai perusahaan yang mengkoordinasikan
atau melaksanakan pembangunan
3 Swasta
• Menyediakan sumber pembiayaan pembangunan dan
pemodalan untuk properti
ASPEK SUMBER DAYA (ENERGY)
• Meningkatkan kualitas transportasi umum dan massal untuk
Mengutamakan transportasi umum,
1 meningkatkan penggunaannya dan mengurangi penggunaan
massal, hemat energi
transportasi pribadi
• Menerapkan sistem pencahayaan alami pada struktur
Dalam mendirikan bangunan,
bangunan (misal : banyak jendela/ kaca)
2 mendayagunakan pencahayaan dan
• Menerapkan sistem sirkulasi udara alami yang baik pada
penghawaan alami
struktur bangunan

Jurnal PWK Unisba 43


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

GAMBAR 1 SKEMA PRINSIP KEBERLANJUTAN DI KOTA BARU

Utamakan
penggunaan
SDAterbaharui
Pengelolaansektor
Menjaga Pengendalian informal agar mandiri &
kelestarian penggunanSDA sinergisdgnsektor formal Pengembanganinovasi u/
kawasanlindung tdkterbaharui mempertahankankualitas
produksi &jasa

Þ Unsur estetika&
Drainase
keindahankota
KEMAJUAN
Jar.jalan Þ Penyeimbangunsur SCRUMUM Penerapan Meningkatkankualitas
Sampah terbangundlmkota subsidi transportasi umum&
Sampah Þ Penyerappolusi silang massal u/ mengurangi
penggunaantransportasi
pribadi Menerapkansistem
Limbah PEMBAGIAN pencahayaanalami pd
Penyediaan Konservasi Penyediaan
ASPEK DASARPAJAK struktur bangunan (banyak
Air bersih prasarana sumber ruangterbukadi EKONOMI jendela/ kaca)

Pengolahanlimbahrumah lingkungan daya dlmkotabaru Utamakan


tangga(sampahorganik) Þ transportasi umum, Menerapkansistem
pupukkompos sirkulasi udaraalami yg
massal, hemat
baikpdstruktur bangunan
Penerapan (kemungkinan)
energi
Pencegahan&
penggunaanbahanbakar
ramahlingkungan(BBG penanggulangan ASPEK ASPEK
pengganti BBM) polusi LINGKUNGAN SUMBERDAYA Mendayagunakan
pencahayaan&
Aturan/ laranganu/
penghawaanalami
penggunaantransportasi yg
memproduksi gaspolutan
PRINSIP dlmmendirikan
kadar tinggi Penetapan KEBERLANJUTAN
Pertimbangan bangunan Menyampaikanide/ aspirasi yg
batas bergunabagi kemajuan &nilai
lingkungan DI KOTABARU (+) pembangunan &
pemekaran
perumahan pengelolaankotabaru
kota
Berperansbgpihaknetral &
Masyarakat objektif ygbertindaksbg
Terkoneksinya Sistemcluster,
“pengawas &pengontrol” agar
jar.jalanlokal non“benteng” & Lahan
tdktjdpenyimpangan
perumahandgjar. menghindari cadangan
jalansekitar kesanenclave ASPEK Menyediakansumber
pembiayaanpembangunan &
Swasta
ASPEKSOSIAL KETERLIBATAN pemodalanu/ properti

Pelestarian Berperansbgperusahaanyg
Pemerintah mengkoordinasikan&
nilai-nilai melaksanakanpembangunan
Peningkatan sosial budaya Pemerintah Daerah
Terjangkaunya Mengikutsertakanmasyarakat
(accesible& kesejahteraan Pusat &pihakswastasbgupaya
affordable) fasos- u/ semua Perumahan Penguatan Memeliharakawasan/ pemberdayaanmasyarakat
fasumbgsemua lapisan bangunanbernilai
lapisanmasyarakat murah& identitas&citra Berperandlm
sejarahdgn: Pemerintahkotadan/ atau
masyarakat berimbang kotabaru ÞPeremajaan/ urban
penyediaan
prasaranajalan& kabupatenygwilayahnya
renewal utilitasumum berbatasanlangsungdpt
ÞPerbaikankawasan/ membentuklembagabersama/
Penerapan up-grading/ BadanPengelolaPembangunan
Penyediaanbantuan
konsephunian improvement u/ mengelolakawasankotabaru
pembiayaanbrpKPRbersubsidi
bgmasy. Berpenghasilan berimbang1:3:6
rendahdr pemerintah Intervensi bilaperluterkait dgn
pembangunan &pengelolaankotabaru
maupunwil. sekitarnyamelalui :
ÞKebijakan-kebijakaneksplisit Þ “new
townspolicy”, “growthpoles &growth
centers”
ÞKebijakan-kebijakanimplisit Þ
perpajakan, tarif transportasi, investasi
besar (pemb. Infrastruktur), dsb

44 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

GAMBAR 2
MODEL SISTEM PERENCANAAN KOTA BARU YANG BERKELANJUTAN

PRINSIP KOTA BARU :


PRINSIP KOTA BARU :
Tipologi/jenis kota baru
Citra/ identitas kota
Konsep kota yang berkelanjutan
PELIBATAN STAKEHOLDER : Keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan dan
1. Pemerintah : sosial dalam kota
- pemerintah pusat
Konsep “Area Development”
- pemerintah daerah
Pengembangan kawasan
- BPN (tingkat kota/
Subsidi silang
kabupaten)
Nilai kearifan lokal (budaya)
- Badan Otorita
2. Swasta :
- REI RTRW Kabupaten/
- asosiasi kontraktor RTRW Kota
3. Masyarakat :
- LSM
- Perguruan Tinggi
4. Lainnya :
- Perum PERUMNAS PERENCANAAN KOTA BARU
(yg mengkorrdinasikan
KONSIDERAN :
suatu konsorsium badan 1. Aspek Tata Ruang secara Umum
usaha swasta) UU no.24/1992 ttg Penataan Ruang
- dinas-dinas tertentu UU no.25/ 2004 ttg Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
PEMBANGUNAN KOTA BARU (secara fisik) : PERMEN DAGRI no.2/1987 ttg Pedoman
SUMBER PEMBIAYAAN : PEMBANGUNAN KOTA BARU (secara fisik) :
Pengadaan lahan (pembebasan lahan dan Penyusunan Rencana Kota
Pemerintah (APBD/ APBN) PERMEN DAGRI no.8/1998 ttg
administrasi
Investor/ developer Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah
Pengembangan lingkungan perumahan
Swadaya masyarakat PERMEN PU no.494/PRT/M/05 ttg
Pengembangan fasilitas sosial
BTN Kebijakan&Strategi Nasional Pengembangan
Pengembangan fasilitas perdagangan & industri
Patungan pemerintah-swasta Perkotaan (KSNPK)
Pengembangan fasilitas angkutan
Dana pinjaman luar negeri/ KEPMEN PU no.640/KPTS/86 ttg
(Loan luar) Pengembangan fasilitas pariwisata
Pembangunan prasarana (jalan dan utilitas umum Perencanaan Tata Ruang Kota
: air bersih, drainase/ sanitasi, persampahan, KEPMEN 327/KPTS/M/2002 ttg Penetapan
PIHAK PENGELOLA : telepon, listrik) Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang
Pemerintah Daerah Pembiayaan dan perawatan infrastruktur Menteri Permukiman&Prasarana Wilayah
Swadaya Masyarakat 2. Aspek Perumahan&Permukiman
Developer Swasta (dgn kontrol UU no.4/1992 ttg Perumahan & Permukiman
pemerintah) PP no.80/1999 ttg KASIBA-LISIBA
Perum PERUMNAS KEPRES no.63/2000 ttg Badan
Badan Otorita Kebijaksanaan&Pengendalian Pembangunan
Perumahan&Permukiman Nasional
KOTA BARU
KEPMEN Permukiman&Prasarana Wil
(sudah menjadi no.217/KPTS/M/2002 ttg Kebijakan&Strategi
kota baru) Nasional Perumahan&Permukiman (KSNPP)
KEPMEN Negara Perumahan&Permukiman
PENGELOLAAN TEKNIS no.04/KPTS/1999 ttg Kebijakan Strategi
(prasarana & sarana kota) Nasional Perumahan&Permukiman
Pemerintah Daerah KEPMEN Negara Perumahan Rakyat no.08/
Badan Otorita KPTS.BKP4N ttg Pedoman Penyelenggaraan
Perum PERUMNAS Pembangunan Perumahan&Permukiman di
Badan Teknis yg dibentuk o/ Daerah
Departemen yg bersangkutan 3. Aspek Pemerintahan
UU no.22/1999 ttg Pemerintah Daerah
UU no.32/2004 ttg Otonomi Daerah
PENGATURAN KEWENANGAN 4. Aspek Pengelolaan Keuangan
PEMERINTAHAN KOTA BARU PP no.23/2005 ttg Pengelolaan Keuangan
(KELEMBAGAAN) : Badan Layanan Umum
Pemda Kabupaten/ Kota
Otorita berkoordinasi dgn kegiatan
usaha yg dikelola pemerintah
(misal instalasi ketenagaan,
kawasan industri) PARAMETER KOTA BARU YANG BERKELANJUTAN :
Konsorsium Perusahaan Swasta 1. Aspek Ekonomi
(dikoordinasikan o/ bdn Penyediaan lapangan kerja yg mampu menyerap tenaga kerja yg menetap di kota; mengurangi para
pemerintah & bertahap dialihkan commuter
ke Pemda) Kawasan sbg penggerak ekonomi kawasan di sekitarnya (spill-over)
Departemen/ Instansi Sektoral Penerapan subsidi silang (insentif, disinsentif)
tertentu (bertahap dialihkan ke 2. Aspek Lingkungan
Pemda) Lingkungan tempat hidup yg dikembangkan di luar kawasan lindung (di kaw. Budidaya)
Badan Gabungan berkoordinasi Mempertimbangkan aspek pengelolaan kaw.lindung (terutama wil. Konservasi) u/ mencegah gangguan
dgn Pemda dgn pembagian : ekosistem (wil.tangkapan air, bantaran sungai, wil.rawan bencana alam, wil.produktif pertanian, dll)
- bidang pemerintah, perencanaan Pengaturan KDB dan KLB
& kesejahteraan masyarakat Bentuk, struktur unsur-unsur kota & pola lansekap sesuai dgn kondisi fisik geografi kawasan
oleh Pemda Bentuk struktur yg terintegrasi dengan wil./kawasan eksternalnya
- bidang operasional & 3. Aspek Sosial
pemeiliharaan teknis oleh Penerapan konsep hunian berimbang dgn integrasi kelompok masyarakat dari segala golongan u /
developer swasta mencegah timbulnya hunian eksklusif (exclusive enclave) & meminimalisir kecemburuan sosial

Jurnal PWK Unisba 45


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

5.3 Analisis Penerapan Konsep Keberlanjutan di Wilayah Kajian


A. Kota Baru Parahyangan

Sub Hasil
No Indikator
Komponen Interpretasi
ASPEK LINGKUNGAN
• Pengendalian penggunaan • Terdapatnya Sumur Artesis/sumber air tanah (Water Treatment
Konservasi
1 SDA yang tidak terbaharui Plan) di setiap cluster.
sumberdaya
(SD Air)
2 Pertimbangan • Pembuatan sistem cluster • Unit lingkungan Perumahan di Kota
lingkungan & meniadakan “benteng”/ Baru Parahyangan berupa cluster dg
perumahan batas kompleks sistem keamanan 24 jam (sdh
perumahan, utk menjaga terbangun 7 cluster dari rencana
privasi penghuni, namun sebanyak 30 cluster/tatar), tapi
mengurangi kesan enclave bersifat enclave/tertutup karena
thd lingkungan sekitarnya terpisah jauh dari perumahan lain
• Terkoneksinya Jaringan disekitarnya.
jalan lokal perumahan dg
jaringan jalan sekitarnya. • Sudah terintegrasinya jaringan jalan
di Kota Baru Parahyangan dgn
jaringan jalan di kawasan sekitarnya,
tapi kemudahan akses pergerakan
dari jalan tsb menimbulkan dampak
negatif yaitu kemacetan lalu lintas di
beberapa titik tertentu.
3 Penyediaan • Penyediaan air bersih • Sumber air bersih di Kota Baru Parahyangan menggunakan
prasarana - Sumber-sumber : mata Sumur Artesis (Water Treatment Plan),
lingkungan air, air tanah, sungai, & sistem jaringan penyediaan air bersih juga masih terkoneksi
danau dg Kota Induk (PDAM Kota Padalarang) Tersedianya instalasi
- Sistem jaringan : jaringan pengolahan air bersih.
mandiri/ terkoneksi dgn • Sistem jaringan drainase di Kota Baru Parahyangan
kota induk menggunakan sistem ”Underground”. Dan aliran airnya
• Penyediaan jaringan diarahkan menuju Danau Saguling.
drainase & pengendalian • Sistem jaringan penyediaan pengolahan air dan pembuangan
banjir limbah (limbah rumah tangga) hasil dari Kota baru Parahyangan
• Penyediaan pengolahan & menggunakan ”BIOFILTER / Sewage Treatment Plan”.
pembuangan limbah Sehingga limbah yang dikeluarkan tidak menimbulkan dampak
• Penyediaan fasilitas negatif bagi lingkungan perumahan di Kota Baru Parahyangan.
persampahan (utama), • Sistem pembuangan sampah dilakukan per unit rumah, dan
separasi sampah organik & terdapat TPS disetiap unit lingkungan. Di Kota Baru
non organik serta Parahyangan tdp program pengolahan sampah menjadi
pengolahan sampah agar ’Kompos’ (frekuensi pembuangan di jalan Utama setiap hari & di
memiliki nilai tambah setiap cluster dilakukan dua hari sekali)
(bukan utama) • Penyediaan jaringan jalan sudah sesuai dgn standar
• Penyediaan jaringan jalan pembangunan jaringan jalan utk kawasan
sesuai ketentuan teknis & perumahan/permukiman. Dan tdk dibangun pada kawasan
shgg tidak menimbulkan lindung sehingga tdk menimbulkan dampak negatif thdp
dampak negatif thd guna penggunaan lahan yang ditetapkan.
lahan yg ditetapkan

4 Menetapkan batas ƒ Keseimbangan ekologis Tidak adanya informasi dari pengembang dalam hal pengembangan
perkembangan/pe wilayah tersebut, yang wilayahnya atau mengenai lahan cadangan
mekaran kota mengacu kepada
keseluruhan wilayah
yang belum terbangun
dikurangi kawasan
lindung berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun
1990.
• Pemekaran kota sebagai
langkah penyediaan
cadangan
pengembangan lahan
terbangun di masa
depan

46 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

Sub Hasil
No Indikator
Komponen Interpretasi
• Penyediaan ruang terbuka • Tersedianya ruang terbuka untuk publik berupa : Water theme
baik ruang terbuka (open Park, Golf Course, Golf Driving Range, Taman Tematik
space) publik maupun Astronomi dan Taman Tematik Transportasi. Tetapi RT seperti
RTH sebagai Lapangan Golf dibuka untuk golongan tertentu saja (masyarakat
- unsur estetika dan berpendapatan tinggi baik dari dalam maupun luar Kota baru
keindahan kota Parahyangan).
Penyediaan ruang - penyeimbang dalam • Di setiap cluster terdapat taman-taman (RTH), sehingga unsur
5 unsur terbangun di estetika dan keindahan kota menjadi faktor penyeimbang
terbuka di dalam
kota baru dalam kota, sekaligus lingkungan/alam.
- berperan sebagai
penyerap polusi

ASPEK SOSIAL
• Jenis rumah didominasi oleh tipe rumah mewah untuk golongan
• Penerapan konsep
menengah ke atas (tipe rumah kecil : tipe 40, tipe 93, tipe 150
Penyediaan hunian berimbang 1:3:6
baru tersedia pada 1 cluster yakni Tatar Banyaksumba)
perumahan • Penyediaan bantuan
murah; campuran pembiayaan berupa KPR
6
dari alternatif bersubsidi bagi
perumahan yang masyarakat
bagus, berimbang berpenghasilan rendah
dari pemerintah
7 Peningkatan • Terjangkaunya (accesible • Secara fisik, keberadaan fasos-fasum di dalam kota Baru
kesejahteraan & affordable) fasos-fasum Parahyangan cukup sulit dijangkau dari kawasan di sekitarnya
untuk semua di kota bagi semua (perlu kendaraan), sehingga masyarakat yang lebih banyak
lapisan lapisan masyarakat menggunakan fasos-fasum tersebut adalah penghuni di Kota
masyarakat kota termasuk masyarakat Baru Parahyangan itu sendiri
berpenghasilan rendah
(MBR)

Sekolah Al-Azhar Rumah Sakit Ruko


ASPEK SUMBER DAYA (ENERGY)
• Meningkatkan kualitas ƒ Adanya bis dengan trayek Parahyangan-Leuwi Panjang yang
transportasi umum dan menunjukkan penyediaan alat transportasi massal. (kerjasama
massal untuk dengan DAMRI)
Mengutamakan meningkatkan ƒ Terdapatnya Shuttle Bus Kota Baru Parahyangan – Bandung
transportasi penggunaannya dan (PP)
9 mengurangi penggunaan
umum, massal,
hemat energi transportasi pribadi

B. Kota Baru Tegalluar

No Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


ASPEK EKONOMI
1 Mendorong • Pengembangan inovasi untuk • Tersedianya pusat perdagangan dan jasa
kemajuan bidang mempertahankan kualitas produksi dan serta komersil.
ekonomi kota baru jasa • Adanya rencana pengembangan industri
secara umum skala besar, menengah dan kecil.
• Pengelolaan sektor informal agar mandiri • -
dan sinergis dgn sektor formal

Jurnal PWK Unisba 47


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

No Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


ASPEK LINGKUNGAN
2 Konservasi • Pengendalian penggunaan SDA yang • Adanya rencana pembangunan danau buatan
sumberdaya tidak terbaharui (SD air) (waduk) utk mengendalikan banjir & sebagai
penyedia cadangan air baku utk kawasan
regional.
3 Pertimbangan • Pembuatan sistem cluster dan • Adanya rencana pembangunan perumahan
lingkungan meniadakan benteng/ batas kompleks real estate & perumahan perdesaan (informasi
perumahan perumahan, untuk menjaga privasi mengenai sistem cluster tdk diketahui)
penghuni namun mengurangi kesan
enclave terhadap lingkungan sekitarnya.
4 Penyediaan • Penyediaan air bersih • Terdapatnya instalasi pengolahan air bersih /
prasarana - Sumber-sumber : mata air, air tanah, air minum (IPAM). Sumber air berasal dari
lingkungan sungai, danau waduk/danau buatan. Dan dapat di
- Sistem jaringan : jaringan mandiri/ kategorikan sebagai sistem jaringan mandiri.
terkoneksi dgn kota induk • Menggunakan instalasi pengolahan air limbah
• Penyediaan pengolahan dan (IPAL)
pembuangan limbah • Terdapatnya jaringan drainase primer dan
• Penyediaan jaringan drainase dan sekunder
pengendalian banjir • Terdapat TPS, tetapi tdk terdapat tempat /
• Penyediaan fasilitas persampahan program pengolahan sampah organik.
(utama), separasi sampah organik dan Sehingga perlu penanganan khusus dari pihak
non organik serta pengolahan sampah pengembang/pengelola dalam hal
agar memiliki nilai tambah (bukan utama) persampahan.
• Penyediaan jaringan jalan sesuai • Adanya rencana pembangunan jaringan jalan
ketentuan teknis dan pengaturan utama/arteri, jalan kolektor, & lahan cadangan
pembangunan jaringan jalan sehingga utk rencana pembangunan jalan tol Gedebage
tidak menimbulkan dampak negatif – Majalaya.
terhadap guna lahan yang ditetapkan
5 Penyediaan ruang • Penyediaan ruang terbuka baik ruang • Adanya rencana pembangunan ruang terbuka
terbuka di dalam terbuka (open space) publik maupun RTH utk publik (Lapangan Golf utk golongan
kota baru sebagai tertentu baik dari dalam maupun luar Kota
- unsur estetika dan keindahan kota Baru Tegalluar), taman (RTH), jalur hijau,
- penyeimbang dalam unsur terbangun di Water Front City.
dalam kota, sekaligus
- berperan sebagai penyerap polusi

ASPEK SOSIAL
6 Peningkatan • Terjangkaunya (accesible & affordable) • Karena rencana belum terealisasi, maka
kesejahteraan fasos-fasum di kota bagi semua lapisan belum dapat diidentifikasi apakah fasos –
untuk semua masyarakat termasuk masyarakat fasum di Kota Baru Tegalluar dapat dijangkau
lapisan berpenghasilan rendah (MBR) ; yang oleh semua lapisan masyarakat.
masyarakat kota diwujudkan melalui penyediaan fasos-
fasum yang kuantitasnya proporsional
dengan untuk setiap kelompok
pendapatan masyarakat
ASPEK SUMBER DAYA (ENERGY)
7 Mengutamakan • Meningkatkan kualitas transportasi umum • Terdapatnya rencana pembangunan terminal
transportasi dan massal untuk meningkatkan umum, dan kemudahan akses dengan
umum, massal, penggunaannya dan mengurangi adanya rencana pembangunan jalan tol
hemat energi penggunaan transportasi pribadi Gedebage – Majalaya.

Kota Baru Tegalluar saat ini masih informasi mengenai rencana-rencana


berupa rencana dan belum sampai pada pembangunan/ pengembangan apa saja
tahap pelaksanaan pembangunan. Oleh yang akan direalisasikan untuk
karena itu interpretasi yang dilakukan mewujudkan Kota Baru Tegalluar
tidak melalui hasil pengamatan dari tersebut.
survey primer tetapi berlandaskan

48 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

C. Pusat Primer Gedebage

No. Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


ASPEK EKONOMI
1. Mendorong • Pengembangan inovasi untuk • Adanya pembangunan terminal peti kemas yang
kemajuan bidang mempertahankan kualitas produksi dan menjadi pemicu perkembangan kawasan
ekonomi kota baru jasa Gedebage.
secara umum • Pengelolaan sektor informal agar • Terdapatnya pusat kegiatan perdagangan dan
mandiri dan sinergis dengan sektor jasa yang menggabungkan niaga tradisional
formal dan modern (pusat grosir makro, beberapa
pertokoan). Dan juga adanya kegiatan industri.
ASPEK LINGKUNGAN
2. Konservasi • Pengendalian penggunaan SDA yang • Adanya upaya normalisasi sungai untuk
sumberdaya tidak terbaharui (SD Air) melancarkan alirn air, sehingga mengurangi
resiko terhambatnya aliran air karena sampah
dan mengalirkan air lebih cepat, sehingga
dapat mengurangi resiko terjadinya banjir.
• Adanya rencana untuk memfungsikan RTH
sebagai tempat resapan/ menyimpan air hujan
3. Pertimbangan • Pembuatan sistem cluster dan • Pola perumahan di kawasan Pusat Primer
lingkungan meniadakan benteng/ batas kompleks Gedebage saat ini terlihat mengelompok, tidak
perumahan perumahan, untuk menjaga privasi hanya satu lapis (linier) sepanjang jalan utama
penghuni namun mengurangi kesan • Pola perumahan developer cenderung
enclave terhadap lingkungan membentuk pola culdesac (dan bersifat ekslusif
sekitarnya dan terpisah dari permukiman sekitarnya) yang
membatasi jalan keluarnya hanya pada satu/
dua jalur jalan yang terhubung dengan jalan
raya/ utama

ASPEK LINGKUNGAN
4. Penyediaan • Penyediaan air bersih • Sumber air bersih di Pusat Primer Gedebage
prasarana - Sumber-sumber : mata air, air menggunakan PDAM, sumber air tanah (sistem
lingkungan tanah, sungai, danau akifer sampai kedalaman 250 m), sumber air
- Sistem jaringan : jaringan mandiri/ permukaan
terkoneksi dgn kota induk
• Penyediaan pengolahan dan • Penanganan air limbah memanfaatkan IPAL
pembuangan limbah Bojongsoang dan membangun IPAL baru di
dalam kawasan
• Penyediaan jaringan drainase dan • Tersedianya jaringan drainase di sepanjang
pengendalian banjir jalan lingkungan, dan jaringan drainase buatan
di sepanjang jalur KA. Kondisi keduanya saat
ini tidak terlalu baik (penuh saat musim hujan,
menimbulkan banjir, dijadikan sebagai tempat
pembuangan sampah.
• Penanggulangan permasalahan diatas
dilakukan pada sisi paling luar sempadan
sungai dengan ketinggian 1,5 m dan
memanfaatkan sempadan sungai sebagai
limpasan air pada saat penghujan dan jalur
hijau serta terdapat pula penanganan di hulu
Sungai Citarum
• Penyediaan fasilitas persampahan • Memanfaatkan TPA yang sudah ada dan hanya
(utama), separasi sampah organik dan membangun TPS serta mempersiapkan sistem
non organik serta pengolahan sampah pengelolaan dalam kawasan, serta
agar memiliki nilai tambah (bukan bekerjasama dengan swasta untuk
utama) membangun incenerator
• Penyediaan jaringan jalan sesuai • Rencana akses pergerakan menuju/ dari
ketentuan teknis dan pengaturan kawasan Pusat Primer Gedebage : akses
pembangunan jaringan jalan sehingga masuk utama berasal dari Jalan Tol
tidak menimbulkan dampak negatif Ujungberung-Majalaya, jalan Cimencrang dan 2
terhadap guna lahan yang ditetapkan akses dari Jalan Gedebage
5. Penyediaan ruang • Penyediaan ruang terbuka baik ruang Adanya rencana pembangunan RTH (termasuk
terbuka di dalam terbuka (open space) publik maupun buffer zone), berupa :
kota baru RTH sebagai • Ruang terbuka fasilitas lingkungan
- unsur estetika dan keindahan kota • Ruang terbuka sempadan sungai
- penyeimbang dalam unsur • Ruang terbuka sempadan jalan tol

Jurnal PWK Unisba 49


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

No. Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


terbangun di dalam kota, sekaligus • Taman kawasan
- berperan sebagai penyerap polusi • Theme Park
ASPEK SOSIAL
6. Penyediaan • Penerapan konsep hunian berimbang
perumahan murah; 1:3:6
campuran dari • Penyediaan bantuan pembiayaan Tidak tersedianya informasi mengenai penyediaan
alternatif berupa KPR bersubsidi bagi perumahan dengan konsep hunian berimbang.
perumahan yang masyarakat berpenghasilan rendah dari
bagus, berimbang pemerintah
7. Peningkatan • Terjangkaunya (accesible & affordable) Fasos-fasum yang direncanakan untuk dibangun di
kesejahteraan fasos-fasum di kota bagi semua lapisan Pusat Primer Gedebage meliputi fasilitas kesehatan
untuk semua masyarakat termasuk masyarakat (RS Tipe B), olahraga dan rekreasi, fasilitas
lapisan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ; yang pendidikan tinggi, fasilitas komersial dan jasa.
kota diwujudkan melalui penyediaan fasos- Meskipun demikian karena rencana belum
fasum yang kuantitasnya proporsional direalisasikan sepenuhnya, maka belum dapat
dengan untuk setiap kelompok diidentifikasi apakah fasos – fasum di Pusat Primer
pendapatan masyarakat Gedebage dapat dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
ASPEK SUMBER DAYA (ENERGY)
8. Mengutamakan • Meningkatkan kualitas transportasi Adanya rencana untuk pembangunan :
transportasi umum, umum dan massal untuk meningkatkan • Terminal terpadu dan fasilitas penunjangnya
massal, hemat penggunaannya dan mengurangi • Stasiun KA dan fasilitas penunjangnya
energi penggunaan transportasi pribadi • Sarana untuk parkir umum

D. Perumahan Citraland

No Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


ASPEK LINGKUNGAN
1 Konservasi • Pengendalian penggunaan • Tdk terdapat sungai/ danau yg melintasi perumahan Citraland shg
sumberdaya SDA yang tidak terbaharui penggunaan sumber Air berasal dari air tanah/artesis.
(SD Air)
2 Pertimbangan • Pembuatan sistem cluster • Unit lingkungan Perumahan Citraland
lingkungan & meniadakan “benteng”/ berupa cluster, namun bersifat enclave /
perumahan batas kompleks tertutup karena terpisah jauh dari
perumahan, utk menjaga perumahan lain disekitarnya.
privasi penghuni, namun
mengurangi kesan enclave
thd lingkungan sekitarnya
• Terkoneksinya Jaringan
jalan lokal perumahan dg • Kurang terintegrasinya jaringan jalan di
jaringan jalan sekitarnya. Perumahan Citraland dgn jaringan jalan
di kawasan sekitarnya (hanya jalan
utama yg terhubung dgn jalan arteri)

3 Penyediaan • Penyediaan air bersih • Tdk memiliki sumber air bersih tersendiri, tapi terhubung langsung
prasarana Sumber-sumber : mata dgn PDAM Kota Inti yakni Kota Surabaya
lingkungan air, air tanah, sungai,
danau
Sistem jaringan : jaringan
mandiri/ terkoneksi dgn
kota induk
• Penyediaan pengolahan • Sistem jaringan penyediaan pengolahan air & pembuangan limbah
& pembuangan limbah (limbah rumah tangga) hasil dari Perumahan Citraland masih
bergantung dgn Kota Induk (Kota Surabaya). Salah satu solusi
dalam mengatasi hal ini pihak pengelola harus membuat sistem
“Biofilter” atau “Sewage Treatment Plan”
• Penyediaan jaringan • Sistem jaringan drainase Perumahan Citraland berupa sistem
drainase & pengendalian ‘Underground” & masih terkoneksi dgn jaringan drainase di Kota Inti
banjir (Kota Surabaya)
• Penyediaan fasilitas • Sistem pembuangan sampah dilakukan per unit rumah, & terdapat
persampahan (utama), TPS disetiap unit lingkungan. Sedangkan TPA masih bergabung dgn
separasi sampah organik & TPA milik Kota inti, sehingga perlu penanganan lebih intensif dari

50 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

No Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


non organik serta pihak pengelola dalam masalah persampahan. Seperti penyediaan
pengolahan sampah agar lokasi TPA khusus untuk kawasan Perumahan Citraland, atau
memiliki nilai tambah adanya program pengolahan kompos dari sampah yg dihasilkan dari
(bukan utama) perumahan tersebut.
• Penyediaan jaringan jalan • Penyediaan jaringan jalan sdh sesuai dgn standar pembangunan
sesuai ketentuan teknis & jaringan jalan utk kawasan perumahan. Dan tdk dibangun pada
pengaturan pembangunan kawasan lindung shgg tdk menimbulkan dampak negatif thd
jaringan jalan shgg tidak penggunaan lahan yg ditetapkan.
menimbulkan dampak
negatif thd guna lahan yg
ditetapkan

ASPEK LINGKUNGAN
4 Menetapkan batas • Keseimbangan ekologis
perkembangan/pe wilayah tersebut, yang
mekaran kota mengacu kepada
keseluruhan wilayah yang
belum terbangun dikurangi
kawasan lindung
Tidak adanya informasi dari pengembang dalam hal pengembangan
berdasarkan Keppres No.
wilayahnya atau mengenai lahan cadangan
32 Tahun 1990.
• Pemekaran kota sebagai
langkah penyediaan
cadangan pengembangan
lahan terbangun di masa
depan
5 Penyediaan ruang • Penyediaan ruang terbuka • Tersedianya ruang terbuka untuk publik (Lapangan Golf tetapi
terbuka di dalam baik ruang terbuka (open hanya dikhususkan untuk golongan berpendapatan tinggi baik dari
kota baru space) publik maupun RTH dalam maupun dari luar perumahan Citraland saja)
sebagai : • Terdapatnya pepohonan di setiap unit-unit lingkungan perumahan
- unsur estetika dan dan di sepanjang pinggiran jalan
keindahan kota
- penyeimbang dalam
unsur terbangun di
dalam kota, sekaligus
- berperan sebagai
penyerap polusi

ASPEK SOSIAL
6 Penyediaan • Penerapan konsep • Tersedianya perumahan dengan konsep hunian 1:3:6, tetapi
perumahan hunian berimbang 1:3:6 hanya dapat dijangkau oleh masyarakat dengan pendapatan
murah; campuran • Penyediaan bantuan menengah ke atas. Hal tersebut dikarenakan lingkungan
dari alternatif pembiayaan berupa KPR perumahan yang bersifat eksklusif, sehingga nilai rumah menjadi
perumahan yang bersubsidi bagi tinggi.
bagus, berimbang masyarakat
berpenghasilan rendah
dari pemerintah
7 Peningkatan • Terjangkaunya (accesible • Secara fisik, keberadaan fasos-fasum di dalam Perumahan
kesejahteraan & affordable) fasos-fasum Ciitraland cukup sulit dijangkau dari kawasan di sekitarnya (perlu
untuk semua di kota bagi semua kendaraan), selain itu kemungkinan tidak semua lapisan
lapisan lapisan masyarakat masyarakat dapat ikut menggunakan fasos-fasum tersebut karena
masyarakat kota termasuk masyarakat ada “barrier psikologis”, karena kesan eksklusif yang dimiliki
berpenghasilan rendah Citraland.
(MBR) ; yang diwujudkan • Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasos-fasum pada
melalui penyediaan perumahan tersebut tidak diperuntukkan bagi seluruh lapisan
fasos-fasum yang masyarakat tetapi hanya untuk penduduk yang menetap di
kuantitasnya proporsional Perumahan Citraland saja.
dengan untuk setiap
kelompok pendapatan
masyarakat penyediaan
fasos-fasum baik 1 : 3 : 6

Universitas Deretan ruko Sekolah SLTP

Jurnal PWK Unisba 51


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

E. Perumahan Darmo Satelit


No. Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi
ASPEK LINGKUNGAN
1 Konservasi • Pengendalian • Tidak terdapat sungai atau danau yang melintasi perumahan
sumberdaya penggunaan SDA yang Citraland sehingga penggunaan sumber Air berasal dari air
tidak terbaharui (SD Air) tanah/artesis.

2 Pertimbangan • Pembuatan sistem cluster ƒ Unit lingkungan Perumahan Darmo Satelit


lingkungan & meniadakan “benteng”/ dibedakan berdasarkan cluster. Namun ada
perumahan batas kompleks beberapa unit rumah yg bersifat enclave /
perumahan, utk menjaga tertutup karena adanya benteng yg
privasi penghuni, namun membatasi unit lingkungan tsb dgn
mengurangi kesan lingkungan lain yg masih termasuk dalam
enclave thd lingkungan unit lingkungan Perumahan Darmo Satelit.
sekitarnya ƒ Terrintegrasinya jaringan jalan di
• Terkoneksinya Jaringan Perumahan Darmo Satelit dengan jaringan
jalan lokal perumahan dg jalan di kawasan sekitarnya (perumahan
jaringan jalan sekitarnya. Darmo Satelit bercampur dengan
perumahan biasa lainnya)

3 Penyediaan • Penyediaan air bersih • Tidak memiliki sumber air bersih tersendiri, tapi terhubung langsung
prasarana - Sumber-sumber : dengan PDAM Kota Surabaya.
lingkungan mata air, air tanah, Sistem jaringan penyediaan air bersih yang terkoneksi dengan Kota
sungai, danau Induk (Kota Surabaya).
- Sistem jaringan :
jaringan mandiri/
terkoneksi dgn kota
induk • Sistem jaringan penyediaan pengolahan air dan pembuangan limbah
• Penyediaan pengolahan (limbah rumah tangga) hasil dari Perumahan Darmo Satelit masih
& pembuangan limbah bergantung dengan Kota Induk (Kota Surabaya)
• Sistem jaringan drainase Perumahan
• Penyediaan jaringan Darmo Satelit perlu adanya pengelolaan yg
drainase & pengendalian sangat serius baik dari pihak pengembang
banjir maupun pemerintah, karena banyaknya
saluran drainase yang tersumbat sehingga
menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan perumahan tersebut
(menimbulkan bau, dan banjir)
• Penyediaan fasilitas • Sistem pembuangan sampah dilakukan per
persampahan (utama), unit rumah, & terdapat TPS disetiap unit
separasi sampah organik lingkungan. Memerlukan penanganan
& non organik serta intensif dari pihak pengelola dalam
pengolahan sampah agar pembuangan sampah ini, karena masih
memiliki nilai tambah banyak terdapat lokasi-lokasi TPS yang
(bukan utama) tidak terawat sehingga sampah/kotoran
bertebaran dimana-mana.

• Penyediaan jaringan jalan • Penyediaan jaringan jalan sudah sesuai


sesuai ketentuan teknis & dengan standar pembangunan jaringan jalan
pengaturan untuk kawasan perumahan/permukiman. Dan
pembangunan jaringan tidak dibangun pada kawasan lindung
jalan shgg tidak sehingga tidak menimbulkan dampak negatif
menimbulkan dampak terhadap penggunaan lahan yang ditetapkan.
negatif thd guna lahan yg Tetapi kondisi jaringan jalan di Perumahan
ditetapkan Darmo satelit banyak yang mengalami
kerusakan sehingga akses menuju ke rumah-
rumah sedikit terhambat.
4 Menetapkan • Keseimbangan ekologis
batas wilayah tersebut, yang
perkembangan/p mengacu kepada
emekaran kota keseluruhan wilayah yang
Tidak adanya informasi dari pengembang dalam hal pengembangan
belum terbangun
wilayahnya atau mengenai lahan cadangan
dikurangi kawasan
lindung berdasarkan
Keppres No. 32 Tahun
1990.

52 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

No. Sub Komponen Indikator Hasil Interpretasi


• Pemekaran kota sebagai
langkah penyediaan
cadangan
pengembangan lahan
terbangun di masa depan
5 Penyediaan • Penyediaan ruang Terdapatnya ruang terbuka publik berupa lapangan golf “Bukit Darmo
ruang terbuka di terbuka baik ruang Golf” yang hanya dikhususkan untuk golongan masyarakat
dalam kota baru terbuka (open space) berpendapatan tinggi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
publik maupun RTH Perumahan Darmo Satelit.
sebagai :
- unsur estetika dan
keindahan kota
- penyeimbang dalam
unsur terbangun di
dalam kota,
sekaligus
- berperan sebagai
penyerap polusi
ASPEK SOSIAL
6 Penyediaan • Penerapan konsep • Dari segi jenis unit rumah, tdp rumah-rumah dgn tipe bervariasi
perumahan hunian berimbang 1:3:6 (sederhana, menengah, & mewah), meskipun demikian dari segi
murah; kuantitas tdk dpt dipastikan apakah jml unit rumah utk ketiga
campuran dari jenis/tipe rumah proporsional, sesuai dgn konsep hunian berimbang
alternatif • Penyediaan bantuan 1:3:6
perumahan yang pembiayaan berupa • -
bagus, KPR bersubsidi bagi
berimbang masyarakat
berpenghasilan rendah
dari pemerintah
7 Peningkatan • Terjangkaunya Dilihat dari segi fisik, fasos-fasum yang terdapat di Perumahan Darmo
kesejahteraan (accesible & affordable) Satelit dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini
untuk semua fasos-fasum di kota disebabkan karena Perumahan Darmo Satelit berikut fasos fasum di
lapisan bagi semua lapisan dalamnya terintegrasi dengan perumahan lokal lainnya yang masih
masyarakat kota masyarakat termasuk berada dalam satu kawasan.
masyarakat
berpenghasilan rendah
(MBR) ; yang
diwujudkan melalui
penyediaan fasos-
fasum yang
kuantitasnya
proporsional dengan Sekolah Rumah Sakit Deretan Ruko
untuk setiap kelompok
pendapatan masyarakat
penyediaan fasos-
fasum baik 1 : 3 : 6

6. Kesimpulan kota terdekatnya. Misalnya jaringan


jalan yang belum terintegrasi dengan
Dari interpretasi diatas, dapat
jaringan jalan regional, sistem
disimpulkan bahwa secara umum
pembuangan sampah wilayah kajian
penerapan prinsip keberlanjutan pada
yang membebani kota inti, dan
keempat wilayah kajian adalah sebagai
sebagainya
berikut.
• Terdapat perumahan yang masih
• Tidak mempertimbangkan koneksitas
bersifat enclave, tidak terintegrasi
infrastruktur dengan kota inti atau
dengan perumahan dan kawasan

Jurnal PWK Unisba 53


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

lain di sekitarnya (dengan demikian • Untuk menghindari perumahan yang


penduduk baru yang merupakan bersifat enclave, hal ini dapat
penghuni perumahan/ kota baru tidak direduksi dengan membangun
”berbaur” dengan penduduk lama perumahan dengan konsep cluster,
yang telah lebih dulu tinggal di sehingga privasi penghuni
kawasan tersebut) perumahan terlindungi, namun
• Keberadaan fasilitas sosial dan perumahan tetap dapat terintegrasi
fasilitas umum meskipun telah cukup dengan perumahan lain di kawasan
lengkap dan baik dari segi kualitas, sekitarnya.
namun dari segi pemanfaatannya
• Keterjangkauan (accesible dan
masih terbatas bagi penghuni
affordable) fasilitas sosial dan
perumahan/ kota baru tersebut saja,
fasilitas umum di kota baru bagi
sedangkan penduduk di kawasan
masyarakat berpenghasilan rendah
sekitarnya terutama bagi masyarakat
dapat diwujudkan melalui
berpenghasilan rendah yang
penyediaan fasos-fasum yang
kesulitan mengakses fasilitas
kuantitasnya proporsional dengan
tersebut karena biaya yang tinggi
banyaknya masyarakat setiap
maupun karena adanya faktor
kelompok pendapatan (perbandingan
pembatas fisik (sulit/jauh dijangkau).
1:3:6).

7. Rekomendasi
8. DAFTAR PUSTAKA
Dari analisis dengan interpretasi
1. Ahmaddin Ahmad, “Tata Kota Tata
terhadap penerapan prinsip
Kita 2020, Jakarta, Kota Kita Press,
keberlanjutan kota baru diatas, maka
2002
dapat diusulkan sejumlah rekomendasi
sebagai berikut. 2. Eko Budiharjo & Joko Sujarto, “Kota
Berkelanjutan” Alumni, Bandung,
• Dalam pembangunan maupun
1999
pengembangan kota baru,
seyogyanya mempertimbangkan 3. Budhi Tjahjati, Sugiarto Soegijoko,

koneksitas infrastruktur antara kota Gita Chendrika Napitupulu & Wahyu

baru dengan kota inti/ kota induknya. Mulyana, “Bunga Rampai

Infrastruktur yang dimaksud meliputi Pembangunan Kota Indonesia

jaringan jalan, jaringan drainase, dalam Abad ke 21 ; Buku V-I

jaringan pengolahan drainase, Konsep & Pendekatan”

jaringan pemyediaan pengolahan air 4. “Pembangunan Perkotaan di


dan pembuangan limbah. Indonesia” Yayasan Sugijanto, URDI

54 Jurnal PWK Unisba


Kajian Tentang Konsep Keberlanjutan Pada Beberapa
Kota Baru Dan Permukiman Berskala Besar

(Urban and Regional Development


Institute), Jakarta, 2005

5. Buku RTRW Kabupaten Bandung,


Bappeda, 2004

6. Buku RTRW Provinsi Jawa Timur,


Bapeda, 2003

Jurnal PWK Unisba 55

Anda mungkin juga menyukai