Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRO DAN KONTRA TENTANG SISWA TINGGAL

KELAS

OLEH:
KELOMPOK VII
KELAS IB

MASTANG

ROSMIATI

PROGRAM PASCASARJANA

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kecuali rasa syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa hingga sampai saat ini kami diberikan kesempatan untuk dapat membuat makalah

ini, hanya karena rahmat yang diberikannya penulis dapat merangkai makalah ini hingga

selesai. Apapun yang kami sajikan semoga selalu bermamfaat bagi para pembacanya.

Pada makalah ini, penulis dapat sampaikan tentang penyebab, dampak, cara

mengatasi, dan pro dan kontra peserta didik yang tinggal kelak. Oleh karena itu makalah ini

penulis beri judul “Pro dan Kontra tentang Peserta Didik Tinggal Kelas”.

Penulis sangat menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun

teknik penulisan, oleh sebab itu, kritik, saran, dan pendapat dari pembaca sangat penulis

harapkan.

Makassar, 06 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ...... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ...... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... ...... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... ...... 1

C. Tujuan................................................................................................. ...... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Penyebab Peserta Didik Tinggal Kelas............................................................... 3

B. Dampak Bagi Peserta Didik yang Tinggal Kelas............................. ................. 5

C. Cara Mengatasi Agar Peserta Didik tidak Tinggal Kelas................ ................. 6

D. Pro dan Konta............................................................................ ................. 6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan........................................................................................... ................. 9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan hal mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Dengan
berkembangnya zaman menuntut manusia agar mampu meningkatkan mutu pendidikan dikarenakan
kebutuhan manusia yang selalu mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini
pemerintah ikut berpartisipasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan bangsa.
Belajar juga merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar
membawa suatu perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya mengenai
jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi
seseorang. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses
belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik, karena dalam menjalankan proses
belajar mengajar seseorang akan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang dapat
membawa pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh positif yang diharapkan akan mendorong siswa untuk belajar dengan baik guna
mencapai pendidikan. Sedangkan pengaruh negatif akan menjadi penghambat bagi siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar.
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam proses belajarnya untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga dibutuhkan usaha yang lebih giat untuk mengatasinya.
Kesulitan belajar secara operasional dapat dilihat dari kenyataan empirik adanya siswa yang
tinggal kelas, atau siswa yang memperoleh nilai kurang baik dalam beberapa mata pelajaran yang
diikutinya (Djamarah, 2008). Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menunjuk pada sejumlah
kelainan yang berpengaruh pada pemerolehan, pengorganisasian, penyimpanan, pemahaman, dan
penggunaan informasi secara verbal dan non-verbal. Akibat dari kesultan belajar maka individu yang
mengalami kesulitan dalam mengoperasikan pikiran karena kondisi yang berkaitan dengan kesulitan
belajar mempengaruhi operasi fungsi intelektual secara umum (Jamaris, 2014).
Setiap kesulitan belajar peserta didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu tertentu
muncul kasus kesulitan belajar peserta didik yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan setiap
minggu, tidak jarang ditemukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Masalah yang
mengganggu keberhasilan belajar peserta didik ini sangat menjadi beban oleh guru maupun peserta
didik. Dengan berbagai strategi dan pendekatan oleh guru dapat membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar. Pada dasarnya, kesulitan belajar yang dialami siswa tidak selalu
disebabkan oleh rendahnya tingkat kecerdasan siswa. Namun demikian, kesulitan belajar dapat
disebabkan juga oleh banyak faktor.
Kesulitan belajar yang dialami siswa bisa berasal dari dalam diri siswa (faktor intern) dan dari
luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor yang berasal dari dalam (faktor intern) kesulitan belajar siswa
yaitu (1) faktor biologis yang terdiri dari kesehatan dan cacat badan ; (2) faktor psikologis yang terdiri
dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan emosi. Sedangkan faktor yang berasal dari luar (faktor
ekstern) kesulitan belajar siswa yaitu (1) lingkungan keluarga yang terdiri dari faktor orang tua, faktor
suasana 3 rumah, faktor ekonomi keluarga; (2) lingkungan sekolah yang terdiri dari cara penyajian
pelajaran yang kurang baik, hubungan guru dan murid yang kurang harmonis, hubungan antar murid
yang kurang baik, bahan pelajaran yang sulit dimengerti oleh anak, dan alat-alat pelajaran yang
kurang lengkap; (3) lingkungan masyarakat yang terdiri dari media massa, teman bergaul, dan corak
kehidupan tetangga (Aqib, 2010).
Uraian di atas menunjukkan bahwa Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi peserta didik
tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam
proses belajarnya dan beberapa faktor intern dan ekstern untuk mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga dibutuhkan usaha yang lebih giat untuk mengatasinya. Hasil belajar yang optimal dapat
diraih setiap siswa jika siswa tersebut dapat menikmati dan berkonsentrasi dalam proses belajar yang
dialaminya, serta terhindar dari berbagai hambatan dan gangguan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab peserta didik dapat tinggal kelas ?
2. Apakah dampak bagi peserta didik yang tinggal kelas ?
3. Bagaimana cara mengatasi agar peserta didik tidak tinggal kelas ?
4. Bagaimana pro dan kontra tentang siswa tinggal kelas ?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang penyebab, dampak, cara mengatasi,
dan pro dan kontra peserta didik yang tinggal kelas.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyebab Peserta Didik Tinggal Kelas


Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan
nasional dan dijadikan sebagai andalan utama yang berfungsi semaksimal mungkin dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup.
Imam Syafi’i pernah berkata, “Ta’allam falaisal mar’u yuuladu ‘aaliman." Artinya
adalah: "Belajarlah karena tidak ada orang yang terlahir dalam keadaan berilmu."
Sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci Al-quran surah Al- Mujadalah ayat 11 :

ٍ ‫ِين أُو ُتوا ْالع ِْل َم دَ َر َجا‬


‫ت‬ َ ‫َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذ‬
Artinya: … niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu


bersaing di masa mendatang. Proses pendidikan di sekolah merupakan suatu kegiatan yang
paling pokok, ini berarti berhasil tidaknya pencapain tujuan pendidikan, bergantung pada
bagaimana proses belajar yang dijalani oleh siswa di sekolah (Dalyono, 2005: 210).
Menurut Djamarah (2002: 12) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Selain itu ada berbagai faktor yang mempengaruhi masalah belajar peserta didik. Faktor
tersebut dapat berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa faktor jasmaniah
dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal berupa faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat, yang secara langsung mempengaruhi prestasi belajar peserta didik
sehingga peserta didik jadi tinggal kelas.
Menurut hamzah dan Satria Koni (2012: 210) peserta didik dinyatakan tinggal kelas
apabila:
a) Memperoleh nilai kurang dari kategori, baik pada kelompok mata pelajaran Agama
dan Akhlak mulia,
b) Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih standar kompetensi dan
kompetensi dasar lebih dari tiga mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran
sampai pada batas akhir tahun pelajaran.
1. Faktor Internal
Faktor internal yang menyebabkan peserta didik tinggal kelas di SMP N 1 Sungai Aur
Pasaman Barat adalah sebagai berikut :
a. Faktor Jasmaniah/ Kesehatan
Kondisi kesehatan peserta didik sering terganggu pada saat belajar, hal ini terlihat
ketika belajar kepala dan badan anak sering sakit, kemudian anak sering mengantuk
ketika guru menerangkan sehingga anakkurang konsentrasi dan kurang memahami
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
b. Faktor Psikologis
1) Kurangnya Perhatian Peserta Didik Dalam Belajar
Perhatian peserta didik dalam belajar kurang, sering mengantuk disaat guru
menerangkan pelajaran kalau tidak ada yang dimengerti tidak mau bertanya
kepada guru, mengerjakan pekerjaan rumah sering di sekolah itu pun meminjam
buku temannya, nilai ulangan atau ujian peserta didik tidak pernah tinggi
sehingga menyebabkan peserta didik tinggal kelas.
2) Kurangnya minat siswa dalam belajar
Kurangnya minat peserta didik dalam belajar hal ini disebabkan oleh rasa tidak
senangnya siswa tersebut terhadap guru yang mengajar sehingga menimbulkan
adanya rasa malas dari siswa untuk mengikuti pelajaran yang disertai dengan
hilangnya minat untuk mengikuti pelajaran sehingga siswa pun lebih memilih
mencari kenyamanan diluar kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3) Kurangnya Kematangan Peserta Didik Dalam Belajar
Kurangnya kematangan peserta didik dalam belajar, hal ini terlihat siswa tersebut
tidak dapat menjawab pertanyaan guru karena siswa tersebut tidak ada membaca
dan mengulang pelajaran dirumah, kemudian kalau ada pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru kerjakan di sekolah dengan meminjam punya teman.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal peserta didik tinggal kelas ( faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik) diantaranya:
a. Faktor Keluarga
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya dalam belajar hal ini di sebabkan
oleh orang tua kurang memperhatikan masalah sekolah anaknya, orang tua juga sibuk
bekerja di luar rumah dan fasilitas untuk belajar dirumah juga kurang lengkap
sehingga anak malas untuk belajar.

7
b. Faktor Sekolah
1) Metode Dalam Belajar yang kurang menarik
Metode mengajar yang digunakan oleh guru kurang efektif dalam proses
pembelajaran di kelas. Guru yang mengajar sering menggunakan metode
ceramah, sehingga siswa kurang memahami yang dijelaskan oleh guru dan oleh
karena itu siswa menjadi kurang betah dan sedikit bosan untuk belajar.
2) Media/ Sarana Dan Prasarana Dalam Belajar Yang Kurang Lengkap
Fasilitas/peralatan di sekolah dalam belajar semuanya kurang lengkap,
peralatan/fasilitas yang digunakan dalam belajar hanya menggunakan papan tulis
dan kertas cat sebagai medianya hal ini disebabkan masih kurang dan terbatasnya
peralatan di sekolah sehingga guru dalam mengajar tidak menggunakan media
seperti infokus.
3) Faktor masyarakat
Anak sering melalaikan waktunya untuk belajar, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah yang diberikan oleh gurunya dan asyik bermain-main dengan teman-
temannya dari pada mengulang pelajarannya.

B. Dampak Bagi Peserta Didik yang Tinggal Kelas


1. Dampak Positif Peserta Didik Tinggal Kelas
Meningkatnya motivasi peserta didik dalam belajar. Sejak anak tinggal kelas dia
sudah merubah cara belajarnya dari sebelumnya, dia semakin rajin untuk belajar,
rajin hadir, dan selalu mengerjakan pekerjaan rumah tepat waktu sehingga hasil
belajarnya semakin bagus.
2. Dampak Negatif Peserta Didik Tinggal Kelas
Peserta didik merasa malu, minder, rendah diri, merasa bodoh, dan merasa dikucilkan
oleh teman-temannya yang naik kelas sampai anak pindah ke sekolah lain atau tidak
mau bersekolah lagi (putus sekolah). Peserta didik yang tinggal kelas lebih banyak
berdampak buruk terhadap kesehatan mental, baik saat ini maupun masa depan. Anak
yang tinggal kelas juga sering dicap sebagai ‘anak yang bodoh’ atau ‘anak yang
bandel’ sehingga berdampak buruk terutama mengenai konsep dirinya. Dengan
demikian hal tersebut dapat menunjukkan bahwa anak yang tinggal kelas memiliki
harga diri yang lebih rendah, semakin sering bolos masuk sekolah, dan pada akhirnya
menyebabkan mereka putus sekolah.
C. Cara Mengatasi Agar Peserta Didik tidak Tinggal Kelas
Peserta didik yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar
masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan
peserta didik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru adalah pengajaran perbaikan,
kegiatan pengayaan, peningkatan keterampilan belajar, peningkatan motivasi belajar, dan
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah seperti yang disarankan
oleh Sudarwan Danim (2007:56), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
1. Kepemimpinan Kepala sekolah: kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja
secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi,
tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja
yang kuat,
2. Siswa: pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga
kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir
kekuatan yang ada pada siswa,
3. Guru: pelibatan guru secara maksimal , dengan meningkatkan kompetensi dan profesi
kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari
kegiatan tersebut diterapkan disekolah,
4. Kurikulum: adanya kurikulum yang ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan
dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai
secara maksimal,
5. Jaringan Kerjasama: jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah
dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti
perusahaan atau instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja.

D. Pro dan Kontra


Kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini sebenarnya
dikhususkan pada siswa sekolah dasar (SD), dimaksudkan agar siswa bisa berkembang sesuai
potensinya masing-masing. Kebijakan ini, seperti kebijakan-kebijakan sebelumnya, menuai
pro dan kontra.
Kebijakan dengan Model pendidikan seperti ini awalnya diperkenalkan Bobbi De
Porter dalam bukunya “Quantum Learning”. De Porter mengharuskan dalam setiap aktivitas
belajar-mengajar guru melakukannya dengan cara yang menyenangkan dan kreatif. Guru pun
harus betul-betul memahami dan mendalami karakter dan potensi siswa. Untuk kebijakan

9
tiada siswa tinggal kelas ini pun guru dituntut melakukannya, harus lebih intensif
memperhatikan siswa dan memperhatikan pemahaman siswa. Jadi, tidak ada lagi guru yang
acuh tak acuh terhadap hasil belajar siswa, entah siswa itu mengerti atau tidak yang penting ia
menjalankan tugasnya sebagai pengajar.
Kenapa siswa tidak boleh ada yang tinggal kelas? Sebab, di masa SD yang paling baik
bekerja di otaknya adalah longterm memori. Pada fase ini anak akan mengingat dengan jelas
apa yang terjadi padanya, termasuk ketika ia harus tinggal kelas. Hal itu akan menjadi beban
pikirannya dan menimbulkan dampak psikologis berkepanjangan hingga dewasa.
Semakin Berat dengan adanya kebijakan ini sepertinya menjadi guru itu semakin
berat. Selain mengajari bidang ilmu tertentu, guru juga harus mendidik dan membangun
karakter anak ke arah yang baik dan harus pula memastikan tidak ada anak yang mengalami
ketertinggalan pelajaran.
Tentu ini menjadi beban dan tanggung jawab guru sebagai ujung tombak dunia
pendidikan di tengah kondisi kesejahteraan yang masih timpang di antara profesi profesional
lain. Dengan demikian keikhlasan guru sebagai penyala pelita dalam kegelapan benar-benar
diuji. Belum lagi bila terjadi hal tidak diinginkan seperti tawuran siswa, pembajakan bus,
video seks siswa sekolah, seantero negeri seolah menyalahkan guru karena dianggap tidak
becus mendidik siswa-siswanya.
Sejatinya tugas mendidik dan membimbing anak di sekolah sudah dilakukan oleh
guru, namun elemen pendidikan karakter tidak hanya guru. Keluarga dan lingkungan juga
harus bertanggung jawab atas perkembangan anak. Kita tentu prihatin atas beberapa
kenakalan remaja yang belakangan ini marak terjadi, tapi bukan berarti kita harus pula
mengkambinghitamkan guru. Masih mending guru tidak mogok mengajar, sebab jika hal ini
terjadi tentu akan semakin memperburuk keadaan.
Apabila kebijakan ini dianggap mendesak untuk disosialisasikan, maka seperti biasa,
pelatihan guru instan pasti menjadi pilihan pemerintah. Pelatihan, model demikian tidak
memberikan hasil signfikan terhadap peningkatan kualitas guru. Seharusnya pelatihan guru
diadakan rutin oleh sekolah dan pemerintah membantu hal ini. Beberapa sekolah swasta yang
terbilang mapan sudah melakukannya dan ke depan semua sekolah harusnya melaksanakan
pelatihan seperti ini.
Sebagaimana dinyatakan oleh hadits,

ٍّ ‫ فَ َم ْن أَ َخ َذهُ أَخَ َذ بِ َح‬،‫ َولَ ِك ْن َو َّرثُوْ ا ْال ِع ْل َم‬،‫اَ ْل ُعلَ َما ُء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء َوإِ َّن اأْل َ ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوْ ا ِد ْينَارًا َواَل ِدرْ هَا ًما‬
‫ظ َوافِ ٍر‬
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan
dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia
telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing di masa mendatang, ada 2 faktor yang menyebabkan peserta didik tinggal kjelas
yaitu, faktor internal dan eksternal. Dan hal tersebut memiliki dampak Positif yaitu,
meningkatnya motivasi peserta didik dalam belajar. Sejak anak tinggal kelas dia sudah
merubah cara belajarnya dari sebelumnya, dia semakin rajin untuk belajar, rajin hadir, dan
selalu mengerjakan pekerjaan rumah tepat waktu sehingga hasil belajarnya semakin bagus
dan dampak negatif yang dimana peserta didik merasa malu, minder, rendah diri, merasa
bodoh, dan merasa dikucilkan oleh teman-temannya yang naik kelas sampai anak pindah ke
sekolah lain atau tidak mau bersekolah lagi (putus sekolah). Oleh karena itu Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan dikhususkan pada siswa sekolah dasar
(SD), dimaksudkan agar siswa bisa berkembang sesuai potensinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Dalyono, 2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah. 2008. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

__________ 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar Prespekif, Asesmen, dan Penanggulangannya.


Bogor: Ghalia Indonesia.

Website

Akmal Nur. 2018. Artikel : Siswa SD tidak boleh Tinggal Kelas. [Online] Available at:
https://mdn.biz.id/n/88186/ [Diakses 5 Januari 2021].

Website. 2013. Anak Tinggal Kelas tidaklah Boleh. [Online] Available at:
https://www.kompasiana.com [Diakses 5 Januari 2021].

Website. 2020. Tausyiah Ramadhan; Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan. [Online]


Available at: http://www.iainpare.ac.id [Diakses 6 Januari 2021].

Website. 2020. Hadist Menuntut Ilmu, Perintah dan Keutamaannya bagi Umat Islam.
[Online] Available at: https://kumparan.com [Diakses 6 Januari 2021].

13

Anda mungkin juga menyukai