Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ARDS (Adult Respiratory Respiratory Distress Syndrome)
merupakan bentuk gagal napas yang berbeda ditandai hipoksemia
berat yang resisten terhadap pengobatan konvensional
(Nurarif.2015). ARDS mengakibatk an terjadinya gangguan
paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang
berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru. ARDS
(juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat,
sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien
tiap tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang
mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi
pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi
tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolik toksik,
pankreatitis, eklamsia dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara
khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik.
Oleh karena itu, penanganan ARDS sangat memerlukan tindakan
khusus dari perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan
klien. Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami ARDS dalam
kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien.
B . Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari ARDS ini ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Daruratnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari ADRS mulai dari pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, dan penatalaksanaan
medisnya.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat daruratnya mulai dari
kasus triger, pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
ARDS merupakan bentuk gagal napas yang berbeda ditandai
dengan hipoksemia berat yang resisten terhadap pengobatan
konvensional. ARDS terjadi setelah berbagai penyakit (sepsis, aspirasi
isi lambung, trauma serius), yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan edema paru non kardiogenik yang berat. (Price.
2015)
2. Penyebab/faktor predisposisi
Menurut Sudoyo.2010. ARDS berkembang sebagai akibat
kerusakan pada epitel alveolar dan endotel mikrovaskuler yang
diakibatkan trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor resiko penyakit yang berhubungan dengan ARDS
yaitu :
a. Trauma langsung pada paru
Timbul serangan
Ketidakefektifan Hipotensi
Alveoli terendam pola nafas
Hipoksemia Ketidakefektifan
Ansietas jaringan perfusi
Defisiensi Peningkatan
Pengetahuan produksi sekret
5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif. 2015. Walaupun tidak ada terapi yang spesifik
untuk menghentikan proses inflamasi, penanganan ADRS difokuskan
pada 3 hal penting yaitu :
a. Mencegah lesi pada paru secara latrogenik
b. Mengurangi cairan didalam, paru
c. Mempertahankan oksigenasi jaringan
Terapi Umum :
1. Sedapat mungkin hilangkan penyebab dengan cara antara lain
drainase pus, antibiotika, fiksasi bila ada fraktur tulang panjang.
2. Sedasi dengan kombinasi opiat benzodiasepin, oleh karena
penderita akan memerlukan bantuan ventilasi mekanik dalam
jangka lama. Berikan dosis minimal.
3. Memperbaiki hemodinamik untuk meningkatkan oksigenasi
dengan memberi cairan, obat-obatan vasodilator/konstriktor,
inotropik, atau diuretikum.
Terapi Ventilasi :
1. Ventilasi mekanik dengan intubasi endotrakheal merupakan terapi
yang mendasar pada penderita ARDS bila ditemukan laju nafas
>30x/min atau terjadi peningkatan kebutuhan FiO2 > 60% (dengan
menggunakan masker wajah) untuk mempertahankan PO2 sekitar
70mmHg atau lebih dalam beberapa jam.
2. Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio I:E
terbalik disertai dengan PEEP untuk membantu mengembalikan
cairan yang membanjiri alveolus dan memperbaiki atelektasis
sehingga memperbaiki ventilasi dan perfusi (V/Q).
3. Tergantung tingkat keparahannya, maka penderita dapat diberi non
invasive ventilation seperti CPAP, BIPAP atau positive Pressure
Ventilation. Walaupun demikian metode ini tidak
direkomendasikan bagi penderita dengan penurunan kesadaran
atau dijumpai adanya peningkatan kerja otot pernapasan disertai
peningkatan laju nafas dan PCO2 darah arteri.
4. Pemberian volume tidal 10-15 ml/kg dapat mengakibatkan
kerusakan bagian paru yang masih normal sehingga terjadi
robekan alveolus, deplesi surfaktan dan lesi alveolar –capiller
interface. Untuk menghindar dipergunakan volume tidal 6-7 ml/kg
dengan tekanan puncak inspirasi <35cmH2O, plateu inspiratory
pressure yaitu < 30 mmH2O dan pemberian positive end
expiratory pressure (PEEP) antara 8 sampai 14 cmH2O untuk
mencegah Atelektase dan kolaps dari alveolus.
5. Penggunaan PEEPdan FiO2 tidak ada ketentuan mengenai batas
maksimal.
PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway ( Jalan Napas)
a. Jalan nafas tidak normal
b. Terdengar adanya bunyi nafas ronchi
c. Tidak ada jejas badan daerah dada
2. Breathing
a. Peningkatan frekuensi nafas
b. Nafas dangkal dan cepat
c. Kelemahan otot pernafasan
d. Kesulitan bernafas (sianosis)
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung: Gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit Kepala
c. Pingsan
d. Berkeringat banyak
e. Pusing
f. Mata berkunang-kunang
g. Berkeringat banyak
4. Disability
a. Dapat terjadi penurunan kesabaran
b. Treage (Merah)
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pengkajian fisik
a. B1 (Breath): sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, batuk
kering, ronkhi basah, krekel halus di seluruh bidang paru,
stridor, wheezing.
b. B2 (Blood): pucat, sianosis (stadium lanjut), tekanan darah
bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut(shock), takikardi
biasa terjadi, bunyi jantung normal tanpa murmur
ataugallop.
c. B3 (Brain): kesadaran menurun (seperti bingung dan atau
agitasi), tremor.
d. B4 (Bowel): -
e. B5 (Bladder): -
f. B6 (Bone): kemerahan pada kulit punggung setelah
beberapa hari dirawat.
2. Pengelompokan data
a. Data subjektif
1) Klien mengeluh mudah lelah
2) Klien mengatakan kurang mampu melakukan
aktivitas
3) Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakit
4) Klien mengatakan takut akan kondisinya
5) Klien mengatakan kesulitan untuk bernafas
6) Klien mengatakan merasa sesak
b. Data Objektif
1) Peningkatan kerja nafas (penggunaan otot pernafasan)
2) Bunyi nafas mungkin ronchi dan suara nafas
bronchial
3) Nafas cepat
4) Penurunan dan tidak seimbangnya ekspansi darah
5) Adanya sputum encer, berbusa
6) Sianosis
7) Ketakutan akan kematian
8) Hipoksemia
9) Hipotensi pada stadium lanjut
10) Takikardi
11) Kulit membrane mukosa mungkin pucat atau dingin
12) Klien Nampak gelisah
13) Kelemahan otot
14) Mudah lelah saat beraktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan pertukaran gas b.d membran kapiler alveoli
B. Ketidak efektifan pola nafas b.d kelemahan otot-otot pernafasan
C. Ketidak efektifan bersihan jalan nafar b.d mukus berlebih
3. Rencana Tindakan
Bayu, Tressa, dkk. 2017. Perbandingan Mortalitas Pasien Anak dengan Acute
Respiratory Distress Syndrome yang Menggunakan Delta Pressure
Tinggi dan Rendah. Dalam Jurnal Sari Pediatri, Vol. 19. Diunduh
Senin, 15 Maret 2020.
Nurarif,dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing.