Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS DENGAN ARDS

Adult Respiratory Distress Syndrome


Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis Dosen Pengampu
Ns. Amrih Widiati, M.Kep,

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Diah Hasri Nahayu (1703001)


2. Alief Panggiring (1703002)
3. Amelia Indra (1703004)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN KELAS B SEMESTER 6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ARDS (Adult Respiratory Respiratory Distress Syndrome)
merupakan bentuk gagal napas yang berbeda ditandai hipoksemia
berat yang resisten terhadap pengobatan konvensional
(Nurarif.2015). ARDS mengakibatk an terjadinya gangguan
paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang
berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru. ARDS
(juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat,
sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien
tiap tahun, dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang
mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi
pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi
tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolik toksik,
pankreatitis, eklamsia dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara
khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik.
Oleh karena itu, penanganan ARDS sangat memerlukan tindakan
khusus dari perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan
klien. Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami ARDS dalam
kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien.
B . Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari ARDS ini ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Daruratnya ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari ADRS mulai dari pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi, dan penatalaksanaan
medisnya.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat daruratnya mulai dari
kasus triger, pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
ARDS merupakan bentuk gagal napas yang berbeda ditandai
dengan hipoksemia berat yang resisten terhadap pengobatan
konvensional. ARDS terjadi setelah berbagai penyakit (sepsis, aspirasi
isi lambung, trauma serius), yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan edema paru non kardiogenik yang berat. (Price.
2015)
2. Penyebab/faktor predisposisi
Menurut Sudoyo.2010. ARDS berkembang sebagai akibat
kerusakan pada epitel alveolar dan endotel mikrovaskuler yang
diakibatkan trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak
langsung. Faktor resiko penyakit yang berhubungan dengan ARDS
yaitu :
a. Trauma langsung pada paru

1. Emboli karena ada 6. Obstruksi saluran nafas


pembekuan darah atas
2. Aspirasi asam lambung 7. asap rokok yang
3. Terhisap gas beracun mengandung kokain
4. TBC milliar 8. Trauma paru, keracunan
5. Radang paru difus oksigen,
9. Ekspose radiasi
(SARS)
b. Trauma tidak langsung
6. Bedah Cardiobaypass yang
1. Sepsis , Shock lama
2. DIC (Dissemineted 7. Tranfusi berulang
Intravaskuler
Coagulation) 8. Peningkatan TIK
3. Pankreatitis
9. Luka bakar dan luka berat
4. Uremia
5. Overdosis Obat 10. Terapi Radiasi
3. Tanda & Gejala
a. Pirau intrapulmonal yang nyata
b. Hhipoksemia
c. Keregangan paru yang berkurang secara progresif yang berakibat
bertambahnya kerja pernapasan.
d. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia.
e. Ronki basah
f. Kapasitas residu berkurang
g. Peningkatan P(A-a)O2, penurunan PaO2, penurunan PaCO2.
h. Sinar-X dada menunjukkan paru yang putih (keputihan) dengan
atelektsis kongesif yang difus.
i. Gambaran klinis lengkap dapat bermanifestasi 1 sampai 2 hari
setelah cidera.
4. Pathofisiologi/Pathway

Timbul serangan

Trauma Trauma type II Penurunan surfactan


endothellium paru pneumocytes
dan epitelium
aleveolar
Ateleksis
Peningkatan Kerusakan jaringan
permeabilitas paru
Abnormalitas
ventilasi perfusi
Penurunan
pengembangan paru
Gangguan
Edema pulmonal pertukaran gas

Ketidakefektifan Hipotensi
Alveoli terendam pola nafas
Hipoksemia Ketidakefektifan
Ansietas jaringan perfusi
Defisiensi Peningkatan
Pengetahuan produksi sekret
5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nurarif. 2015. Walaupun tidak ada terapi yang spesifik
untuk menghentikan proses inflamasi, penanganan ADRS difokuskan
pada 3 hal penting yaitu :
a. Mencegah lesi pada paru secara latrogenik
b. Mengurangi cairan didalam, paru
c. Mempertahankan oksigenasi jaringan
Terapi Umum :
1. Sedapat mungkin hilangkan penyebab dengan cara antara lain
drainase pus, antibiotika, fiksasi bila ada fraktur tulang panjang.
2. Sedasi dengan kombinasi opiat benzodiasepin, oleh karena
penderita akan memerlukan bantuan ventilasi mekanik dalam
jangka lama. Berikan dosis minimal.
3. Memperbaiki hemodinamik untuk meningkatkan oksigenasi
dengan memberi cairan, obat-obatan vasodilator/konstriktor,
inotropik, atau diuretikum.
Terapi Ventilasi :
1. Ventilasi mekanik dengan intubasi endotrakheal merupakan terapi
yang mendasar pada penderita ARDS bila ditemukan laju nafas
>30x/min atau terjadi peningkatan kebutuhan FiO2 > 60% (dengan
menggunakan masker wajah) untuk mempertahankan PO2 sekitar
70mmHg atau lebih dalam beberapa jam.
2. Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio I:E
terbalik disertai dengan PEEP untuk membantu mengembalikan
cairan yang membanjiri alveolus dan memperbaiki atelektasis
sehingga memperbaiki ventilasi dan perfusi (V/Q).
3. Tergantung tingkat keparahannya, maka penderita dapat diberi non
invasive ventilation seperti CPAP, BIPAP atau positive Pressure
Ventilation. Walaupun demikian metode ini tidak
direkomendasikan bagi penderita dengan penurunan kesadaran
atau dijumpai adanya peningkatan kerja otot pernapasan disertai
peningkatan laju nafas dan PCO2 darah arteri.
4. Pemberian volume tidal 10-15 ml/kg dapat mengakibatkan
kerusakan bagian paru yang masih normal sehingga terjadi
robekan alveolus, deplesi surfaktan dan lesi alveolar –capiller
interface. Untuk menghindar dipergunakan volume tidal 6-7 ml/kg
dengan tekanan puncak inspirasi <35cmH2O, plateu inspiratory
pressure yaitu < 30 mmH2O dan pemberian positive end
expiratory pressure (PEEP) antara 8 sampai 14 cmH2O untuk
mencegah Atelektase dan kolaps dari alveolus.
5. Penggunaan PEEPdan FiO2 tidak ada ketentuan mengenai batas
maksimal.

B. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat


1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas  pasien
Nama : Ny. D
Umur : 27 tahun.
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa          
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
bantuan pelayanan kesehatan adalah adanya gejala neurologis
yaitu:
a. Distres pernafasan akut ; takipnea, dispnea , pernafsan
menggunakan otot aksesoris pernafasan dan sianosis sentral.
b. Batuk kering (-), demam (-) hanya sumer sumer
c. Riwayat Keluhan Utama
P  : Sesak napas
Q : hilang-timbul
R : dada
S : 4 (0-5)
T : saat beraktivitas
3. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang
sama sebelumnya
5. Riwayat pemakaian obat-obatan

PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway ( Jalan Napas)
a. Jalan nafas tidak normal
b. Terdengar adanya bunyi nafas ronchi
c. Tidak ada jejas badan daerah dada
2. Breathing
a. Peningkatan frekuensi nafas
b. Nafas dangkal dan cepat
c. Kelemahan otot pernafasan
d. Kesulitan bernafas (sianosis)
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung: Gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit Kepala
c. Pingsan
d. Berkeringat banyak
e. Pusing
f. Mata berkunang-kunang
g. Berkeringat banyak
4. Disability
a. Dapat terjadi penurunan kesabaran
b. Treage (Merah)
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Pengkajian fisik
a. B1 (Breath): sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, batuk
kering, ronkhi basah, krekel halus di seluruh bidang paru,
stridor, wheezing.
b. B2 (Blood): pucat, sianosis (stadium lanjut), tekanan darah
bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut(shock), takikardi
biasa terjadi, bunyi jantung normal tanpa murmur
ataugallop.
c. B3 (Brain): kesadaran menurun (seperti bingung dan atau
agitasi), tremor.
d. B4 (Bowel): -
e. B5 (Bladder): -
f. B6 (Bone): kemerahan pada kulit punggung setelah
beberapa hari dirawat.
2. Pengelompokan data
a. Data subjektif
1) Klien mengeluh mudah lelah
2) Klien mengatakan kurang mampu melakukan
aktivitas
3) Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakit
4) Klien mengatakan takut akan kondisinya
5) Klien mengatakan kesulitan untuk bernafas
6) Klien mengatakan merasa sesak
b. Data Objektif
1) Peningkatan kerja nafas (penggunaan otot pernafasan)
2) Bunyi nafas mungkin ronchi dan suara nafas
bronchial
3) Nafas cepat
4) Penurunan dan tidak seimbangnya ekspansi darah
5) Adanya sputum encer, berbusa
6) Sianosis
7) Ketakutan akan kematian
8) Hipoksemia
9) Hipotensi pada stadium lanjut
10) Takikardi
11) Kulit membrane mukosa mungkin pucat atau dingin
12) Klien Nampak gelisah
13) Kelemahan otot
14) Mudah lelah saat beraktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan pertukaran gas b.d membran kapiler alveoli
B. Ketidak efektifan pola nafas b.d kelemahan otot-otot pernafasan
C. Ketidak efektifan bersihan jalan nafar b.d mukus berlebih
3. Rencana Tindakan

NO DIAGNOSA NOC NIC


TGL KEPERAWATAN Nursing outcomes Nursing intervention
clasification classification
1 Diagnosa : gangguan Setelah dilakukan asuhan          bantuan
pertukaran gas berhubungan keperawatan selama 2 hari. ventilasi: meningkatkan
dengan membran kapiler Diharapkan klien dapat pola pernafasan spontan
alveoli ( 00030) merasakan kenyamanan. yang optimal dalam
Label: domain 3 eliminasi Dengan KH : memaksimalkan
dan pertukaran status pertukaran O2 dan CO2 
Kelas: 4 fungsi pernafasan pernafasan : pertukaran dalam paru
Definisi kelebihan atau gas: pertukaran  O2 dan C
kekurangan oksigenasi atau O2 di alveoli untuk
eliminasi karbondioksida di mempertahankan
membran kapiler alveolar konsentrasi gas darah
Batasan karakteristik: alveoli
DS : Dispnea
DO : sianosis, hipoksia, hipok
semia
2 Diagnosa : ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan
pola nafas berhubungan keperawatan selama 2 hari nafas
dengan kelemahan otot-otot Diharapkan klien dapat          mefasilitasi kepatenan
pernafasan  (00032) merasakan kenyamanan. jalan udara
Label: domain 4 Dengan KH:          Pengisapan jalan napas
Aktivitas/istirahat      Status pernafasan : : mengeluarkan secret
Kelas: 4 respons kepatenan jalan jalan napas dengan cara 
kardiovaskular/pulmonal nafas : jalan nafas memasukan kateter pen
Definisi : inspirasi dan/ atau trakeobronkial bersih dan gisap ke dalam jalan na
ekspirasi  yang tidak memberi terbuka untuk pas oral
ventilasi yang adekuat. pertukaran  gas atau trakea pasien
Batasan karakteristik :      Status respirasi :          Bantuan ventilasi: men
DS : Dispnea ventilasi: pergerakan udara ingkatkan pola pernafas
DO : Takipnea, Penurunan kedalam dan keluar paru an spontan yang
tekanan, inspirasi dan optimal
ekspirasi sehingga memaksimalk
an pertukaran  O2 dan C
O2 di dalam paru

3 Diagnosa : Ketidak efektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan


bersihan jalan nafas keperawatan selama 2 hari nafas
berhubungan dengan mukus Diharapkan klien dapat  Mefasilitasi
berlebih (00031) merasakan kenyamanan. kepatenan jalan udara
Label: domain Dengan KH:  Pengaturan
11 keamanan /perlindungan.  Pengisapan jalan posisi: posisi pasien
Kelas: 2. Cedera fisik . cedera nafas mengeluarkan sekret atau bagian tubuh
atau bahaya pada tubuh dari jalan nafas dengan pasien secara sengaja
Definisi : ketidakmampuan memasukan kateter untuk memfasilitasi
untuk membersihkan sekret pengisap jalan nafas oral kesejatraan fisiologi
atau obstruksi saluran dan atau trakea . dan psikologis.
pernafasan guna  Pencegahan  Bantuan ventilas
mempertahankan jalan nafas aspirasi : tindakan personal i: meningkatkan pola
yang bersih untuk mencegah masuknya nafas spontan yang
Batasan karakteristik: cairan dan partikel padat optimal , yang
DS : Dispnea kedalam paru memaksimalkan
DO : Sputum berlebih  Status pernafasan pertukaran O2 dan CO2 
ventilasi: pergerakan udara dalam paru
masuk dan keluar paru.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adult respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan
dari gagal napas akut yang ditandai dengan: hipoksemia, penurunan fungsi paru-
paru, dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang
menyebar. Selain itu, ARDS dikenal juga dengan nama ‘noncardiogenic
pulmonary edema’, ‘shock pulmonary’, dan lain-lain.
Faktor penyebab yang dapat berperan padagangguan ini menyebabkan
ARDS tidak disebut paru dan menyebabkan fibrosis. ARDS terjadi sebagai  akibat
cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan
kebocoran cairan kedalamruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-
jaringkapiler, terdapat ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat
akibatkerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu, Tressa, dkk. 2017. Perbandingan Mortalitas Pasien Anak dengan Acute
Respiratory Distress Syndrome yang Menggunakan Delta Pressure
Tinggi dan Rendah. Dalam Jurnal Sari Pediatri, Vol. 19. Diunduh
Senin, 15 Maret 2020.
Nurarif,dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Tarwoto. 2018. Anatomi Dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


CV. Trans Info Media
Widyaningsih, Putu Dyah. 2016. Seorang Perempuan Terinfeksi Tuberkulosis
dengan Manifestasi Sindroma Distres Napas Akut (ARDS). Dalam
jurnal Respirasi diunduh Senin, 15 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai