Latar Belakang
HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS
adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. Acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem
kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penelitian
sebelumnya telah dilakukan oleh evina yang membahas pemodelan matematika pada
penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) transmisi vertikal berkaitan dengan
pembuatan model SEIA.
Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan obat suntik, ibu ke
anak-anak dan lain-lain [8]. Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi
pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat
dan vaksin pencegahan penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimtomatik
(tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan
pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena).
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat
meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara penularan tersebut,
masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh karena itu, penularan
HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami perlambatan. HIV tidak dapat
disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS.
Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya.
Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat memperlambat
kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan menunda awal
terjadinya AIDS.
Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari sejumlah unsur yang berbeda, yang
meliputi konseling dan test mandiri (VCT), dukungan bagi pencegahan penularan HIV,
konseling tidak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan
efek nutrisi, pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obat
antiretroviral. Obat antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini
bekerja melawan infeksi itu sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh.
II. Tujuan
Meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai upaya preventif dalam mencegah
terjadinya kasus HIV-AIDS. Dan mengetahui adanya deteksi dini oleh individu,
keluarga, maupun masyarakat dalam upaya mencegah kegawatan dan keterlambatan
penanganan kasus HIV-AIDS.
1) Edukasi pasien
2) Penunjukan PMO
3) Memberikan informasi cara minum obat yang baik dan benar,
dan gejala yang timbul akibat efek samping obat.
4) Memberikan obat kepada pasien
5) Menuliskan pencatatan di form-form sesuai dengan aturan
yang berlaku
6) Memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan pemeriksaan
4
TB.
b. Rawat Inap diantaranya:
1) Pasien baru dilakukan penatalaksanaan yang sama dengan
pasien rawat jalan.
2) Obat-obatan HIV dan IO pasien baru menggunakan resep dokter
3) Jika pasien lama mengevaluasi ketaatan minum obat serta meanamnesa
IO yang mnyertai
4) Memotivasi pasien untuk bersedia dilakukan
pemeriksaan HIV.
5) Menuliskan pencatatan di form-form sesuai aturan yang berlaku
6) Melaporkan kepada petugas HIVdi poliklinik.
IV. Sasaran
1. 100 % dokter Penanggung Jawab menegakkan diagnosis dengan disertakan hasil
Laboraturium
2. 100% dokter Penanggung Jawab yang terlatih memberikan terapi FDC sesuai dengan
regimen sesuai yang didapatkan dari Dinas Kesehatan
3. 100% pasien HIV dapat tercatat dan terlaporkan melalui SIHA
4. Semua pasien di berikan edukasi.
8
V. Jadwal Pelaksanaan
JADWAL KEGIATAN TB DOTS RSUD PURUK CAHU
NO. KEGIATAN PJ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Meningkatkan Pelayanan TB DOTS RS
Pelatihan TB DOTS, TB RO X Dinkes Kabupaten/Provinsi
Pelatihan internal pencatatan dan pelaporan pasien TB X X Team
\
Komitmen dokter spesialis untuk menggunakan paket TB X X X X X X X X X X X X Team
DOTS
Sosialisasi kebijakan TB X X X X X X Letus Tarung
6
Grafik 1
30
25
20
15
10
0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
7
ditemukan, Jumlah Pasien yang dikonseling setiap bulan, dan Jumlah
pasien dengan hasil Positif HIV serta pencapaian jumlah Pasien HIV yang
menggunakan Obat FDc meningkat dibulan februari serta kepatuhan
menggunakan obat pasien di RSUD dr. Soemarno Sosroatmodjo
mengalami peningkatan dan penurunan setiap bulannya
IX. Penutup
Demikian laporan evaluasi terhadap pelaksanaan program HIV semester
pertama di RSUD dr. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, semoga
dapat di jadikan bahan acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan HIV di
pada khususnya dan memberi kontribusi bagi suksesnya program HIV di
Kabupaten Kapus dan Propinsi Kalimantan Tengah pada umumnya.
Mengetahui,
Direktur RSUD dr. Soemarno Sosroatmodjo Dokter Penanggung Jawab TIM HIV
Kuala Kapuas,
8
Dr. AGUS WALUYO, MM Dr. FITRI NINGRUM INTANI
NIP. 19710821 200012 1 002 Nip.19711116 200212 2 001