Anda di halaman 1dari 22

Pemberdayaan Masyarakat melalui kegiatan

Program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata


Wanasari PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya
Yuli Nugraheni, Theresia Intan Putri Hartiana danVanessa Christ
Universitas Katolik Prodi Ilmu Komunikasi Widya Mandala Surabaya
� yulinugraheni2000@gmail.com, theresiaintan2502@gmail.com

Pendahuluan
Pertamina sadar betul bahwa keberadaannya dalam mengambil
hasil bumi dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
lingkungan menjadi tidak seimbang, untuk itu Pertamina menyisihkan
biaya operasional untuk program CSR yang mengedepankan
kepentingan lingkungan dan masyarakat dengan mengkolaborasi
keseimbangan alam melalui Program CSR budidaya mangrove,
keramba kepiting dan pelestarian alam. Tidak hanya mengutamakan
kepentingan lingkungan, namun juga pendidikan dan pengembangan
perekonomian masyarakat sekitar. Program CSR ini sangat strategis
karena beberapa kondisi diantaranya berada di daerah pesisir dataran
rendah yang terdiri dari lahan rawa dan pesisir pantai yang sangat
luas. Hal ini memiliki potensi besar untuk memanfaatkan lahan hutan
mangrove dan pengembangan kepiting bakau lokal, mengingat faktor
pariwisata Bali yang sangat mendukung.
Diantara program CSR lingkungan yang telah dilakukan, program
CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari menjadi menarik
karena merupakan program CSR PT Pertamina (Persero) MOR V
Surabaya yang pertama kalinya meraih penghargaan PROPER Emas
dan menjadi benchmark perusahaan lain. Lokasi Kampoeng Kepiting
ini terletak di Jln. By Pass Ngurah Rai No.1 Tuban Kuta – Bali yang
bersebelahan dengan jalan tol dan Bandara Internasional Ngurah Rai
Bali dan masuk dalam wilayah Ring I DPPU Pertamina Ngurah Rai
Bali. Daerah ini merupakan pesisir dataran rendah yang terdiri dari
lahan rawa dan pesisir pantai yang sangat luas. Hal ini memiliki potensi

79
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

besar untuk memanfaatkan lahan hutan mangrove dan pengembangan


kepiting bakau lokal, mengingat faktor pariwisata Bali yang sangat
mendukung.
Menurut Umar Ibnu Hasan selaku Jr. Officer Community
Development PT Pertamina (Persero) yang diwawancarai pada 28
Desember 2015, perkembangan Kampoeng Kepiting-Ekowisata
Wanasari terbilang sangat berhasil, keberhasilan sebuah program CSR
diukur dari segi ekonomi. Awal sebelum dilakukan program CSR,
keadaan ekonomi nelayan dan masyarakat sekitar tidak menentu dan
terpuruk. Pada tahun 2013 setelah program CSR jalan dengan baik
dan pembangunan restaurant kepiting berjalan maksimal, pendapatan
rata-rata yaitu 50 juta per bulan dan saat ini pendapatan nelayan dan
masyarakat naik pesat hingga 200 juta per bulan. Hal ini merupakan
bentuk keberhasilan program CSR yang berdampak bagi alam dan
kesejahteraan masyarakat.
Melihat fenomena ini PT Pertamina (Persero) berkomitmen
untuk mengembangkan lahan hutan mangrove, dan budidaya keramba
kepiting melalui pemberdayaan masyarakat dan jawab sosial terencana.

Kajian Teoritis
Strategi Public Relations
Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (1992:8)
Public Relations merupakan,
“Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan
semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan spesifik yang
berlandaskan saling pengertian. Dalam hal ini Public Relations harus
menggunakan metode managemen berdasarkan tujuan tertentu.
Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan
yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat Public
Relations merupakan suatu kegiatan yang nyata.” (Jefkins, 1992:9).

Di Inggris, Chartered Institude of Public Relations (CIPR)


menawarkan definisi yang mengenalkan dimensi baru yang berbeda
dikutip oleh Keith Butterick (2011:8),
“Public Relations adalah tentang reputasi – hasil dari apa yang
Anda lakukan, apa yang Anda katakan, dan apa yang orang lain

80
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

katakan tentang Anda. Praktik PR adalah disiplin ilmu yang


bertugas menjaga reputasi – dengan tujuan untuk mendapatkan
pemahaman dan dukungan, serta mempengaruhi opini dan
perilaku. Kegiatan ini merupakan usaha yang terencana dan
berkesinambungan untuk membangun dan mempertahankan
niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
publiknya.”

Definisi diatas menunjukkan bahwa Public Relations memiliki


peran penting dalam sebuah perusahaan lewat perencanaan dan strategi
yang dilakukan. Dalam hal ini Public Relations dari PT Pertamina
(Persero) memiliki komunikasi terencana dalam membangun suatu
hubungan dengan fungsi managerial perusahaan untuk mencapai
suatu tujuan yaitu melalui program CSR dapat memenuhi tanggung
jawab sesuai dengan kebaikan yang telah di lakukan secara terencana
baik melalui internal maupun eksternal.
Menurut Butterick dalam buku Pengantar Public Relations (2011:
153) mendefinisikan mengenai strategi PR yaitu,
“Sebuah strategi PR adalah pendekatan menyeluruh bagi sebuah
kampanye atau program dan penjelasan rasional di belakang
program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan
yang muncul dari analisis penelitian. Inilah dasar terbangunnya
program taktis dan memindahkan perusahaan dari posisi yang
ada sekarang menuju pada posisi yang diinginkan pada akhir
program.” (Butterick, 2011:153)

Teori diatas memiliki pengertian bahwa Public Relations sebuah


perusahaan dalam melakukan perencanaan program perlu didasari
dengan penelitian terlebih dahulu dan pendekatan, melalui pendekatan
ini PR melakukan penyederhanaan masalah untuk dapat menemukan
solusi tersebut. Program taktis yang ditentukan oleh persoalan yang
muncul dibutuhkan adanya keterlibatan terus menerus dan mendalam
dari Public Relations untuk menghasilkan strategi atau rencana kedepan
yang memiliki dampak terhadap kemajuan perusahaan dan tujuan
yang ingin dicapai dari dibentuknya sebuah program.
Untuk dapat bertindak strategis kegiatan PR harus sejalan dengan
visi dan misi perusahaan, untuk itu PR dapat melakukan langkah-
langkah :

81
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

a. Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar didalam maupun


diluar perusahaan. Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping media
masa dalam kurun waktu tertentu, dengan melakukan penelitian
terhadap naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan
perusahaan, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak-pihak
yang berkepentingan atau dianggap penting.
b. Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan
yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan
perubahan sikap perusahaan terhadap publiknya atau sebaliknya.
c. Melakukan analisis SWOT (Strenghts/kekuatan, Weakness/
kelemahan,Opportinities/peluang,Threats/ancaman) Meski tidak
perlu menganalisis hal-hal yang berada di luar jangkauannya.
Seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot
mengenai persepsi dari luar dan dalam perusahaan atas SWOT
yang dimilikinya. Misalnyamenyangkut masa depan industri yang
ditekuninya, citra yang dimiliki perusahaan, kultur yang dimiliki serta
potensi lain yang dimiliki oleh perusahaan (Soemitrat&Ardianto,
2012:91). Soemitrat dan Ardianto dalam bukunya Dasar-dasar
Public Relations (2012:91-92) mengkaji mengenai strategi Public
Relations bahwa, “Komponen Strenghts dan Weakness dikaji dari
unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan. Sedangkan kedua
komponen lainnya Opportunities dan Threats dikaji dari lingkungan
perusahaan berada. Peluang dan ancaman bisa muncul dari unsur-
unsur seperti peraturan pemerintah, larangan masyarakat, nilai
masyarakat, perubahan struktur kependudukan, pandangan yang
tengah beredar dimasyarakat, situasi ekonomi, perubahan politik,
dan tekanan yang muncul dari para envorenmentalist.
Selain berkonotasi „jangka panjang‟ strategi managemen juga
menyandang konotasi „strategi‟. Kata strategi sendiri mempuyai
pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan,
atau daya juang. Artinya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan
yang muncul dari dalam atau dari luar. Kalau dapat, ia akan terus hidup,
kalau tidak, akan mati seketika. Hidup yang dipertaruhkan sendiri
meruakan suatu cakupan waktu yang panjang, bukan sekedar bertahan
lalu mati.” (Soemitrat&Ardianto, 2012:91-92)

82
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

Setiap strategi memiliki taktik yang diimplementasikan untuk


mencapai tujuan perusahaan. Ketika mengidentifikasi strategi apa
yang diikuti oleh perusahaan, perlu adanya pemahaman mengapa
perusahaan melakukan perencanaan tertentu, apakah tujuannya,
kelemahannya, dan kesempatan yang akan diperoleh. Keith Butterick
(2011:151), Analisis SWOT (Strengths Weakness Opportunities Threats)
dan analisis PEST (Political Economic Social and Technological)
PR mempunyai peranan penting dalam mengefektifkan organisasi
dengan membangun hubungan jangka panjang yang strategis. Dalam
buku Dasar-Dasar Public Relations menurut Soleh Soemitrat dan
Elvinaro Ardianto (2012:90) dengan mengutip buku Cutlip & Center,
proses Public Relations sepenuhnya mengacu kepada pendekatan
manajerial. Proses ini terdiri dari fact finding, planning, communicating,
dan evaluations yaitu :
a) Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data
sebelum mencari tindakan. Misalnya PR sebelum melakukan suatu
kegiatan harus terlebih dahulu mengetahui apa yang diperlukan
oleh publik, siapa yang termasuk kedalam publik dan bagaimana
publik dipandang dari berbagai faktor.
b) Planning adalah berdasarkan fakta membuat rencana tentang apa
yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah tersebut.
c) Communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai
hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data tadi,
kemudian dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional.
d) Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan
apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat
dilakukan secara berkelanjutan dan hasil evaluasi ini menjadi dasar
kegiatan PR berikutnya (Soemitrat & Ardianto, 2012:90).
Seperti yang telah di sampaikan oleh Cutlip diatas, peneliti
menggaris bawahi bahwa proses PR sangat penting ketika
perusahaan melakukan suatu kegiatan. Dalam hal ini PT Pertamina
melakukan proses PR yang pertama yaitu fact finding dimana fakta
atau permasalahan yang sedang terjadi yaitu nasib pemberdayaan
masyarakat dan kesejahteraan lingkungan di Indonesia membutuhkan
perhatian secara khusus. Siapa yang akan terkena dampak dan apa saja
yang mempengaruhi permasalahan tersebut.

83
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan


Menurut Bambang Rudito dan Melia Famiola dalam buku Corporate
Social Responsibility (2013:1), “Tanggung jawab sosial perusahaan atau
corporate social responsibility (CSR) pada dasarnya adalah sebuah
kebutuhan bagi korporat untuk dapat berinteraksi dengan komunitas
lokal sebagai bentuk masyarakat secara keseluruhan. Kebutuhan
korporat untuk beradaptasi dan guna mendapatkan keuntungan sosial
dari hubungannya dengan komunitas lokal, sebuah keuntungan sosial
berupa kepercayaan(trust). CSR tentunya sangat berkaitan dengan
kebudayaan perusahaan dan etika bisnis yang harus dimiliki oleh
budaya perusahaan, karena untuk melaksanakan CSR diperlukan suatu
budaya yang didasari oleh etika yang bersifat adaptif.”
Keuntungan yang didapat perusahaan yakni kepercayaan
dari masyarakat dapat meredam konflik sosial antara masyarakat
dan perusahaan yang sedang terjadi. CSR merupakan program
berkesinambungan dan berkelanjutan yang membutuhkan interaksi
dan pendekatan yang harus dilakukan secara terus menerus oleh
perusahaan. CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan
komitmen yang harus dilakukan perusahaan dan berusaha melakukan
sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolahan sumber
daya alam akan berurusan dengan pola yang berbeda dengan kebiasaan
industri itu sendiri. Perusahaan yang ingin berinteraksi dengan
masyarakat tentunya haruslah memahami kebutuhan masyarakat dan
beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat. CSR pada dasarnya bukan
merupakan beban yang harus dilakukan oleh perusahaan, namun
lebih dimaknai sebagai usaha perusahaan untuk beradaptasi dengan
kehidupan sosial msyarakat, menjalin kepercayaan antara perusahaan
dan masyarakat. CSR bukan momok yang menakutkan bagi
perusahaan, CSR merupakan jawaban bagi pembangun kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan dan kebersinambungan ekonomi
masyarakat lokal (Rudito&Famiola, 2011: 19-26). Menurut Suharto
(2010:4-5), pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan
dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple
Bottom Lines (profit, planet, dan people), perusahaan yang baik tidak
hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan

84
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan


kesejahteraan masyarakat (people).
Usaha perusahaan dalam mewujudkan pembangunan
berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan global mulai
nyata. Perusahaan berorientasi profit menjadi sadar dan ingin
terlibat dalam isu lingkungan terjadi karena semakin terbatasnya
sumber daya alam yang pada akhirnya menjadi kendala bisnis dan
kemungkinan besar dapat mengancam keberadaan spesies. Disamping
itu keterbatasan sumber daya alam kemudian menentukan arah pasar
sehingga perusahaan diharapkan pada beragamnya pihak yang peduli
terhadap lingkungan (Suharto, 2010:149-150).
“Konsep 3P (profit, people, and planet) yang sangat mahsyur
di kalangan perusahaan, adalah sebuah gambaran bahwasannya
perusahaan selalu mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan
(planet). Dengan demikian, program-program CSR juga tidak bisa
meninggalkan implementasinya khususnya dalam bidang lingkungan.
Apalagi hal ini dikaitkan dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak
di bidang lingkungan dan eksploitasi hasil bumi.” (Suharto, 2010:150)
Teori diatas sejalan dengan PT Pertamina (Persero), merupakan
perusahaan yang bergerak dibidang sumber daya alam dan hasil bumi
namun tetap mengupayakan tanggung jawabnya menyeimbangkan
alam dengan melestarikan lingkungan melalui tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility.
Sering disebutkan bahwa CSR merupakan Comdev, pengertian
sebenarnya yaitu Comdev merupakan bagian dari CSR. Dalam konsep
besar CSR terdapat Community Development (Comdev) dan juga
Community Relations. Dalam buku CSR dan Comdev yang dipaparkan
oleh Suharto, Community Development (Comdev) atau Pengembangan
Masyarakat harus berpijak pada prinsip pemberdayaan, bukan
sekedar pertolongan. Masyarakat tidak menginginkan pertolongan
yang dalam sekejap datang, namun masyarakat mengharapkan ada
pendamping yang merasakan, dan melihat perjuangan yang kemudian
berjuang bersama membangun kehidupan dan menata kesejahteraan.
Comdev dapat melibatkan interaksi dinamis dan partisipatoris antar
stakeholders, pemerintah, dan warga setempat. Tujuan utama Comdev
adalah memberdayakan individu dan kelompok melalui penguatan

85
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan) yang


diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan masyarakat (Suharto,
2010:65-67).
Lebih lanjut, menurut Iriantara (2004:75) dalam buku Community
Relations: Konsep dan Aplikasinya menjelaskan bahwa, organisasi
yang menanggapi dengan baik perubahan yang terjadi di sekelilingnya
lalu mempersiapkan diri dalam lingkungan kompleksitasnya makin
tinggi, pasti tak akan mengabaikan program atau kegiatan community
relations. Karena program atau kegiatan Community Relations itu
justru dianggap sebagai cara menanggapi perubahan yang terjadi
di lingkungan organisasinya. Community Relations pada dasarnya
adalah kegiatan PR, langkah-langkah yang dilakukan dalam konteks
community relations bisa dipandang sebagai bagian dari langkah
untuk mengatasi permasalahan global. Kegiatan community relations
dipandang sebagai bagian dari wujud tanggung jawab sosial perusahaan
dalam menjalankan peran turut membantu warga masyarakat untuk
mengembangkan dirinya.
Praktek program Corporate Social Responsibility memiliki
hubungan yang kuat dengan citra perusahaan. Melalui tanggung jawab
sosial yang dilakukan, publik dapat menilai baik tidaknya sebuah
perusahaan. Dalam buku CSR & Comdev yang ditulis oleh Edi Suharto
(2010:52) memaparkan bahwa, “Tiga lembaga internasional, Environics
International (Kanada), Conference Board (AS), dan Prince of Wales
Business Leader Forum (Inggris) melakukan survey tentang hubungan
antara CSR dan citra perusahaan. Hasil Survey menunjukkan bahwa
mayoritas responden (60%) menyatakan bahwa CSR seperti etika
bisnis, praktik sehat terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan,
merupakan unsur utama mereka menilai baik atau tidaknya suatu
perusahaan. Sedangkan faktor fundamental bisnis, seperti kinerja
keuangan, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau managemen
hanya dipilih dari 30% responden.”
Salah satu elemen yang membentuk citra perusahaan yaitu
tanggung jawab dengan mendukung tujuan mulia, menunjukkan
tanggung jawab lingkungan dan tanggung jawab sosial. Perusahaan yang
merespon lingkungan eksternalnya dengan baik dan melakukan hal
yang benar akan menumbuhkan citra positif perusahaan. Perusahaan

86
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

yang dihargai dengan baik oleh masyarakat membangun citra dengan


mengembangkan praktik terintegrasi dengan pertimbangan sosial dan
ekonomi kedalam strategi Public Relations. Tidak hanya melakukan
tindakan yang baik, namun juga harus melakukan tindakan yang
benar. Dalam melakukannya perusahaan sebaiknya berlaku dengan
mengawali kebijakan yang mencerminkan nilai-nilai inti yang
mempertimbangkan kesejahteraan bersama dari para investor,
pelanggan, dan karyawan yang mendorong lahirnya kepedulian
terhadap pengembangan masyarakat lokal, yang menjamin kualitas
dan stabilitas lingkungan, barang dan jasa. Untuk membangun citra
yang baik, perusahaan perlu mengambil tindakan yang tepat terhadap
kesejahteraan lingkungan dengan tetap melakukan pemberdayaan
masyarakat lokal (Butterick, 2011:62-63)

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
studi kasus, yang berarti upaya mengumpulkan dan kemudian
menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu yang berkenaan dengan
permasalahan yang menjadi perhatian peneliti, yang kemudian data itu
akan dihubungkan satu dengan yang lainnya.Pendekatan kualitatf dan
proses pengambilan data dengan wawancara dan observasi

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pandangan Pertamina Mengenai Corporate Social Responsibility

Bagan 1 : Dasar Investasi CSR Pertamina

87
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh Pertamina berdasar


dari tiga pilar (profit, people, dan planet) dimana hal ini bukan sembarang
dilakukan, namun berdasar pada prinsip CSR yang digunakan sebagai
standart perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya.
Bagi Pertamina, CSR merupakan suatu bentuk investasi perusahaan,
sebagai dasar bahwa tujuan melakukan investasi melalui CSR yaitu
untuk meningkatkan citra perusahaan, bisnis, keamanan, kekhawatiran
terhadap permasalahan, tuntutan pasar, dan kepedulian sesama. Tujuan
dari pelaksanaan CSR ini akan mendukung kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan yang kondusif. Investasi yang dilakukan oleh Pertamina
merupakan investasi sosial agar bisnis mengambil hasil bumi yang memiliki
dampak buruk terhadap alam dapat berubah menjadi perusahaan yang
peduli terhadap lingkungan. Investasi sosial yang didapat dari pelaksanaan
CSR yaitu kepercayaan masyarakat, meminimalisasi permasalahan sosial
dan citra perusahaan yang positif.
“.....Jadi CSR bagi Pertamina itu kepada timbal balik atau kewajiban
perusahaan yang harus dilakukan oleh Pertamina dengan
mengedepankan wawasan lingkungan. Suatu perusahaan energi
kelas dunia yang dalam menjalankan prosesnya namun tetap
memperhatikan lingkungan dan masyarakat.....” (Ahad Rehadi,
Officer CSR, 3 Mei 2016)
Analisis Social Mapping sebagai Latar Belakang PT Pertamina
(Persero) MOR V Surabaya dalam Merencanakan Program CSR
Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali
Program CSR yang direncanakan berawal dari fakta yang terjadi
di lapangan, diperlukan adanya pengumpulan fakta dan pemetaan
masalah agar program CSR memiliki alasan kuat sehingga dapat
berjalan dengan maksimal dan berkelanjutan. Berdasar dari fakta yang
diperoleh, perusahaan dapat menentukan program CSR yang sesuai
dan memiliki potensi untuk berkembang.
Hal ini dilakukan oleh External Relations PT Pertamina (Persero)
MOR V Surabaya saat merencanakan program CSR Kampoeng
kepiting-Ekowisata Wanasari Bali, dibutuhkan adanya koreksi
mendalam mengenai fakta yang terjadi dilapangan.

88
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

Tabel. Social Mapping kegiatan CSR

Kelemahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program CSR


Kampoeng kepiting-Ekowisata Wanasari Bali yaitu mencari penerima
bantuan CSR yang mampu mengelola program dengan baik.
Kekuatan utama dalam program CSR Kampoeng kepiting-Ekowisata
Wanasari Bali yaitu berada di lokasi pantai pesisir yang dapat ditanami
mangrove dan diwilayah tersebut masyarakat memiliki potensi untuk
diberdayakan. Bibit mangrove yang ditanam secara rutin berpengaruh
bagi ekosistem kepiting bakau yang memiliki nilai jual tinggi.
Tantangan dalam merencanakan program CSR Kampoeng Kepiting-
Ekowisata Wanasari Bali, tidak berbeda jauh dengan kelemahan,
menurut Ahad tantangan saat mensosialisasikan program CSR
Kampoeng kepiting-Ekowisata Wanasari yaitu mencari penerima CSR
yang mampu mengembangkan program dengan baik.
“Peluang Pertama, yang jelas kalo dari kita membuka lapangan
kerja baru buat warga kan karna mungkin dulunya hanya nelayan
sekarang kan ada ekowisatanya mereka kan butuh petugas taruhlah
ticketing, petugas parkir, itu kan lahan-lahan lapangan kerja baru
untuk masyarakat disekitar kampoeng kepiting itu kan, jadi membuka
lapangan kerja. (Ahad Rehadi, Officer CSR, 3 Mei 2016)

89
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Saat menganalisis sebuah perencanaan program melalui Social


mapping, Pertamina melihat peluang lapangan kerja baru untuk
nelayan dan masyarakat sekitar. Misi CSR Pertamina yaitu mewujudkan
kepedulian sosial dan konstribusi perusahaan terhadap pengembangan
masyarakat berkelanjutan. Bahwa tujuan dan visi misi Pertamina betul
diimplementasikan bagi penerima CSR. Nelayan yang pendapatannya
tidak pasti, serta masyarakat sekitar yang belum mendapatkan
pekerjaan, melalui adanya Ekowisata ini dapat meningkatkan dan
membantu perekonomian masyarakat. Selain membuka lapangan
pekerjaan baru untuk petugas parkir dan ticketing, saat melakukan
observasi di Ekowisata mangrove, peneliti melihat banyaknya
warung yang berdiri di area parkir. Peneliti juga melihat hasil olahan
mangrove seperti pia, kerajinan tangan, sirup dan sebagainya yang
dijual untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat dan
menambah penghasilan. Didukung dengan adanya restoran kepiting
yang ramai pengunjung, nelayan setempat juga membuka paket tour
untuk pengunjung sehingga dapat berkeliling area pantai dan melihat
keindahan alam sekitar.
“Yang kedua peluang untuk tadi, daerah destinasi wisata baru,
mungkin dulu orang melihat sekilas ajalah pada saat mau ke
Bandara ada tumbuhan mangrove tapi ga pernah niat untuk
kesana kan emang ada apa sih disana tapi sekarang begitu kita
resmikan yang namanya kampoeng kepiting tadi orang jadi
tahu orang punya keinginan untuk kesana, meningkatkan rasa
ingin tahu, meningkatkan awareness terhadap lokasi itu sendiri
bukan Pertamina dulu, kita ga ngomongin Pertamina, Pertamina
belakangan lah dapet citranya, paling ngga daerah itu terekspose
itu tadi informasi adanya reklamasi, diklarifikasi bahwa kita ga
perlu reklamasi kita perlunya pelestarian lingkungan kayak gini,
itu peluang yang bisa didapetin sih.” (Ahad Rehadi, Officer CSR,
3 Mei 2016)

Peluang kedua yaitu destinasi wisata baru yang ada di Bali, Ekowista
Wanasari menjadi peluang wisata baru yang unik. Disamping
merupakan CSR Pertamina, namun Kampoeng Kepiting merupakan
ekowisata yang dapat mengedukasi, konservasi mangrove dan kepiting,
sekaligus restoran dan juga wisata budaya yang dapat menjadi destinasi
baru di Bali.

90
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

Proses Planning Program CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata


Wanasari Bali
Proses selanjutnya yang dilakukan oleh seorang PR setelah fact
finding yaitu planning atau menetapkan strategi perusahaan melalui
sebuah program terencana. Menurut Soleh Soemitrat dan Elvinaro
Ardianto (2012:90) planning adalah berdasarkan fakta membuat
rencana tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah
tersebut.
Perencanaan program CSR dilakukan melalui beberapa faktor,
lokasi Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali berada dalam
wilayah operasional atau masuk dalam Ring 1 DPPU Ngurah Rai.
Penerapan program CSR disesuaikan dengan karakter masyarakat
dan juga lokasi. Bali dengan destinasi wisata yang tinggi mendukung
perkembangan program konservasi mangrove, budidaya kepiting, dan
juga kuliner yang tersedia.
Perencanaan pada saat program berjalan dilakukan secara
bertahap, Tahapan ini dimulai dengan konservasi hutan mangrove, lalu
budidaya kepiting bakau. Setelah penyuluhan dan pelatihan berjalalan
sesuai rencana maka dilakukan pembangunan restoran kepiting
bertaraf internasional dengan memanggil juru masak bintang lima dari
patra jasa.

Bagan 2. Peta Pengembangan Ekowisata

91
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Proses Communicating pada Pelaksanaan program CSR Kampoeng


Kepiting-Ekowisata Wanasari
Tahap communicating dilakukan setelah mengetahui perencanaan
yang sesuai dengan fakta lokasi dan karakter masyarakat. Menurut
menurut Soleh Soemitrat dan Elvinaro Ardianto (2012:90),
communicating adalah rencana yang disusun dengan baik sebagai hasil
pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data tadi, kemudian
dikomunikasikan atau dilakukan kegiatan operasional.
Pada tahap communicating akan dilakukan pendampingan kepada
masyarakat dan nelayan, berbeda dengan penyuluhan yang dilakukan
pada tahap fact finding dan planning lebih ke arah masif, namun
pendampingan dilakukan setiap waktu. Ada upaya pemantauan yang
dilakukan apabila nelayan merasa kesulitan dalam menjalankan
program CSR, dari awal masyarakat diberikan pengertian secara
matang, karena untuk terus menjalankan program CSR hingga
jangka panjang diperlukan kesiapan dan nelayan harus menguasai
cara pelestarian alam dan organisasi yang benar. Penyuluhan yang
dilakukan merupakan sebagian dari strategi perusahaan dimana
melalui penyuluhan masyarakat dapat terbuka dan menyambut baik
program CSR hingga dapat menjalankan pada tahap berkelanjutan.
Pendampingan dilakukan oleh Local Community Development
Officer dari Universitas dan mitra binaan untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat nelayan di Ekowisata Wanasari. Pihak Public
Relations atau yang dikenal dengan sebutan External Relations PT
Pertamina (Persero) MOR V Surabaya memiliki satu officer CSR
yang ditugaskan ke empat wilayah region di Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Untuk itu dibutuhkan
Local CDO yang mampu melakukan pendampingan selama 24 jam.
External Relations setiap waktu akan terus melakukan monitoring, dan
Local CDO akan setiap waktu memberikan laporan perkembangan di
Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari.
Bentuk saluran komunikasi terbilang penting dalam jalannya
sebuah program CSR. Nelayan memiliki karakter yang keras dan belum
terbuka dengan hal baru, bentuk komunikasi yang dapat membangun
hubungan dengan nelayan dibutuhkan dalam pelaksanaan program

92
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

CSR.
Proses Evaluasi yang Dilakukan Public Relations
Proses Evaluasi pada program CSR Kampoeng Kepiting
Ekowisata Wanasari dilakukan melalui yang pertama yaitu melakukan
perbandingan dengan sebelum dan sesudah program, hal ini dilakukan
untuk mengetahui konstribusi Pertamina melalui CSR kepada nelayan
dan masyarakat Tuban. Kontribusi CSR dapat dilihat melalui perubahan
mindset, lokasi, dan perekonomian warga.
Kedua yaitu melakukan proses evaluasi dengan membagikan
kuisioner kepada masyarakat nelayan Tuban dan juga pengunjung yang
hadir, hal ini dilakukan untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap program CSR Kampoeng kepiting. Kepuasan penerima CSR
setelah program ini berjalan sesuai rencana awal akan menaruh rasa
percaya masyarakat terhadap Pertamina. Membagikan kuisioner juga
dapat mengetahui opini masyarakat tentang citra Pertamina melalui
CSR, perusahaan dapat mengetahui melalui apresiasi masyarakat
luas bahwa Pertamina peduli terhadap pemberdayan masyarakat dan
pelestarian lingkungan.
Ketiga yaitu dengan melihat hasil survei citra perusahaan, berapa
persen konstribusi program CSR untuk citra Pertamina. Hal ini dapat
dilihat melalui angka survei sebelum dan sesudah program. Bahwa
program CSR memiliki pengaruh terhadap citra perusahaan. Evaluasi
dapat dilihat melalui perkembangan sosial media dan publikasi media
tentang Kampoeng kepiting. Perkembangan publikasi melalui sosial
media dan juga berita menjadi proses monitoring yang dilakukan oleh
PR bahwa pengunjung maupun khalayak menaruh respon yang positif
terhadap CSR Kampoeng Kepiting pada tahap berkelanjutan. Publikasi
melalui media menjadi sangat penting terkait dengan citra perusahaan
bahwa CSR Kampoeng Kepiting membawa nama Pertamina.
Hasil evaluasi merupakan tahap dari proses PR dimana suatu
program yang dilaksanakan telah berjalan sesuai dengan rencana atau
diluar dari perencanaan. Menurut Soemitrat dan Ardianto (2012:90)
Evaluation adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan
apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat dilakukan
secara berkelanjutan dan hasil evaluasi ini menjadi dasar kegiatan PR
berikutnya.

93
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Proses Evaluasi yang Dilakukan Public Relations


Proses Evaluasi pada program CSR Kampoeng Kepiting
Ekowisata Wanasari dilakukan melalui yang pertama yaitu melakukan
perbandingan dengan sebelum dan sesudah program, hal ini dilakukan
untuk mengetahui konstribusi Pertamina melalui CSR kepada nelayan
dan masyarakat Tuban. Kontribusi CSR dapat dilihat melalui perubahan
mindset, lokasi, dan perekonomian warga.
Kedua yaitu melakukan proses evaluasi dengan membagikan
kuisioner kepada masyarakat nelayan Tuban dan juga pengunjung yang
hadir, hal ini dilakukan untuk mengetahui Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap program CSR Kampoeng kepiting. Kepuasan penerima CSR
setelah program ini berjalan sesuai rencana awal akan menaruh rasa
percaya masyarakat terhadap Pertamina. Membagikan kuisioner juga
dapat mengetahui opini masyarakat tentang citra Pertamina melalui
CSR, perusahaan dapat mengetahui melalui apresiasi masyarakat
luas bahwa Pertamina peduli terhadap pemberdayan masyarakat dan
pelestarian lingkungan.
Ketiga yaitu dengan melihat hasil survei citra perusahaan, berapa
persen konstribusi program CSR untuk citra Pertamina. Hal ini dapat
dilihat melalui angka survei sebelum dan sesudah program. Bahwa
program CSR memiliki pengaruh terhadap citra perusahaan. Evaluasi
dapat dilihat melalui perkembangan sosial media dan publikasi media
tentang Kampoeng kepiting. Perkembangan publikasi melalui sosial
media dan juga berita menjadi proses monitoring yang dilakukan oleh
PR bahwa pengunjung maupun khalayak menaruh respon yang positif
terhadap CSR Kampoeng Kepiting pada tahap berkelanjutan. Publikasi
melalui media menjadi sangat penting terkait dengan citra perusahaan
bahwa CSR Kampoeng Kepiting membawa nama Pertamina.
Hasil evaluasi merupakan tahap dari proses PR dimana suatu program
yang dilaksanakan telah berjalan sesuai dengan rencana atau diluar dari
perencanaan. Menurut Soemitrat dan Ardianto (2012:90) Evaluation
adalah mengadakan evaluasi tentang suatu kegiatan apakah tujuan sudah
tercapai atau belum. Evaluasi itu dapat dilakukan secara berkelanjutan dan
hasil evaluasi ini menjadi dasar kegiatan PR berikutnya.
Ukuran keberhasilan proram CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata
Wanasari Bali dapat dilihat dari hasil evaluasi dimana program CSR
ini dijadikan contoh dilokasi lainnya. Menurut Ahad apabila sebuah

94
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

program CSR menjadi contoh sebuah pelaksanaan program ditempat


lain, hal ini memiliki nilai lebih bahwa CSR Ekowisata Wanasari
terbilang berhasil. Berdasarkan pengelolaan ekonomi dan letak
demografis, Ekowisata Wanasari layak dicontoh untuk aplikasi program
CSR dilokasi yang berbeda.
Ukuran keberhasilan kedua dari hasil evaluasi yaitu, program CSR
Ekowisata Wanasari meraih penghargaan bergengsi seperti Indonesian
Green Awards dan PROPER Emas. Perusahaan yang melaksanakan
tanggung jawab sosial dan mendapat predikat PROPER Emas,
merupakan perusahaan yang telah melaksanakan CSR dengan baik dan
sesuai dengan aturan. PROPER merupakan program yang diluncurkan
oleh Kementrian lingkungan hidup, PROPER atau Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
menjadi target Pertamina sebagai bagian dari menyeimbangkan kegiatan
usaha dibidang ekonomi, sosial dan lingkungan. PROPER memiliki
nilai strategis terhadap citra perusahaan, ada beberapa peringkat
PROPER yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan yaitu hitam,
merah, biru, hijau dan emas. Perusahaan yang mendapatkan predikat
PROPER emas merupakan perusahaan yang sukses menjalankan
program CSR dengan baik. Sebaliknya, perusahaan yang mendapatkan
predikat PROPER hitam dinilai telah gagal menjalankan program CSR.
Beberapa perusahaan memiliki cara pandang yang berbeda
terhadap kesuksesan pelaksanaan sebuah program. Pertamina memiliki
cara pandang dalam melihat program CSR, cara pandang sebuah
perusahaan menilai program menentukan sejauh mana program
tersebut berdampak positif. Apabila perusahaan cepat puas dan tidak
melihat peluang keberhasilan dari inovasi baru maka sebuah program
akan berada pada posisi yang tetap dan sulit untuk berkembang.
Sebaliknya Pertamina terus belajar dari hasil evaluasi, mau dibawa
kemana selanjutnya perkembangan CSR Kampoeng kepiting, hal-hal
apa saja yang harus diperbaiki untuk jangka panjang.
Strategi Public Relations yang Dilakukan Sehingga Program CSR
Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari dapat Berhasil dan
Memiliki Pengaruh Pada Citra Positif Perusahaan
Praktik PR dalam pemberitaan citra perusahaan, diperlukan
adanya saluran agar publik lebih menaruh rasa percaya. Apabila
perusahaan mempublikasikan dirinya di media, dibandingkan dengan

95
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

media mempublikasikan Pertamina sebagai perusahaan yang peduli


lingkungan dan masyarakat, publik lebih menaruh rasa percaya akan
pemberitaan media dengan adanya fenomena positif. Bicara publikasi
untuk menaikkan citra diperlukan anggaran tidak terhingga seperti
yang dikatakan oleh Ahad dibawah, namun apabila anggaran tersebut
dialihkan untuk program CSR yang dapat meningkatkan kesejahteraan
lingkungan dan masyarakat akan lebih membawa dampak yang positif
bagi berbagai pihak. Menurut Edi Suharto (2010:52) praktek program
Corporate Social Responsibility memiliki hubungan yang kuat dengan
citra perusahaan. Melalui tanggung jawab sosial yang dilakukan, publik
dapat menilai baik tidaknya sebuah perusahaan.
“Pasti, ya ini ga off the record juga sih bahwa kadang-kadang
perusahaan yang melakukan CSR itu biaya publikasinya jauh lebih
besar dari pada biaya program itu sendiri begitu. Karena kalau
kita sudah ngomongin media massa itu pasti mereka kaitannya
dengan image kan, harga image itu kan ga terhingga, kalau kita
ngomongin citra itu kan ga terhingga. Kita mau keliatan baik ya
makin kita sering pasang dimedia makin sering orang terpapar
informasi bahwa kita punya program seperti ini, itu akan semakin
naik nama kita kan. Nah media ini tahu betul bahwa perusahaan
punya kepentingan untuk peningkatan nama baik. Jadi untuk
anggarannya sendiri jauh lebih besar dari anggaran programnya
bukan jauh lah mungkin sama besar lah dengan anggaran
programnya sendiri. Tadi bilang bahwa kalau kita ngasih, kalau
kita ngasih bantuan tangan kanan yang ngasih bantuan tangan
kiri ga boleh tau, ya itu ga boleh dipake di CSR perusahaan.
Saat kita mengeluarkan program, anggaran program kita sudah
punya gambaran yang namanya social invenstment, jadi kalau
kita ngomongin program itu social investment, kita keluar berapa
diprogram itu kita dapat berapa diprogram itu. Dapet berapa itu
dalam artian tadi, reputasi baik, image ramah lingkungan, itu udah
bentuknya social investment dalam jangka panjang. Jadi mungkin
di tahun 2010 itu ga kepikiran kampoeng kepiting yang sekarang
ini akan jadi destinasi wisata, menarik perhatian, bisa masuk ke
media-media massa gitu kan, ga kepikiran mungkin itu awalnya
hanya penghijauan mangrove dan pelestarian garis pantai.
Karena begitu program ini udah komprehensif, udah keseluruhan
lingkungannya ada sumber dayanya ada, terus pelestarian
lingkungan, faunanya ada ini jadi program yang punya nilai yang
tinggi, valuenya itu tinggi, orang perlu tau makanya ini disupport
sama media, ya silakan pemberitaannya dibuat semaksimal

96
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

mungkin dan memang anggarannya ga sedikit, anggarannya


hampir sama dengan anggaran programnya sendiri. .” (Ahad
Rehadi, Officer CSR, 3 Mei 2016)

Program CSR yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) MOR V


Surabaya membawa keuntungan sosial melalui kepercayaan masyarakat,
nilai yang baik dimata publik, citra Pertamina sebagai perusahaan
yang ramah lingkungan menjadi reputasi yang tidak ternilai. Menurut
Butterick (2011:62-63), salah satu elemen yang membentuk citra
perusahaan yaitu tanggung jawab dengan mendukung tujuan mulia,
menunjukkan tanggung jawab lingkungan dan tanggung jawab sosial.
Perusahaan yang merespon lingkungan eksternalnya dengan
baik dan melakukan hal yang benar akan menumbuhkan citra positif
perusahaan. Perusahaan yang dihargai dengan baik oleh masyarakat
membangun citra dengan mengembangkan praktik terintegrasi
dengan pertimbangan sosial dan ekonomi kedalam strategi Public
Relations. Tidak hanya melakukan tindakan yang baik, namun
juga harus melakukan tindakan yang benar. Dalam melakukannya
perusahaan sebaiknya berlaku dengan mengawali kebijakan yang
mencerminkan nilai-nilai inti yang mempertimbangkan kesejahteraan
bersama dari para investor, pelanggan, dan karyawan yang mendorong
lahirnya kepedulian terhadap pengembangan masyarakat lokal, yang
menjamin kualitas dan stabilitas lingkungan, barang dan jasa. Untuk
membangun citra yang baik, perusahaan perlu mengambil tindakan
yang tepat terhadap kesejahteraan lingkungan dengan tetap melakukan
pemberdayaan masyarakat lokal.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi Public Relations
PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam mempertahankan
citra positif perusahaan melalui CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata
Wanasari Bali, dimana analisis ini dilakukan berdasarkan hasil
wawancara, dokumentasi, dan observasi maka didapat kesimpulan
sebagai berikut.
Program CSR dalam pelaksanaannya memiliki strategi dimana
strategi tersebut memiliki empat tahapan yaitu yang pertama adalah
social mapping, planning, communicating, dan evaluation. PT Pertamina

97
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

(Persero) melakukan proses Public Relations berdasar pada konsep


teori, melalui pelaksanaannya Pertamina mengembangkan teori namun
tidak merubah konsep teori tersebut. Pelaksanaan CSR yang dilakukan
berdasar empat proses PR, berhasil memberikan konstribusi kepada
masyarakat dan lingkungan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Pertamina melaksanakan CSR melalui strategi PR untuk
mempertahankan citra positif perusahaan dengan berhasil merubah
masyarakat tuban menjadi mandiri, merubah lokasi Tuban menjadi
ekowisata berkonsep unik sesuai 3P, dan berhasil meraih PROPER
Emas yang memiliki dampak pada citra positif perusahaan. Program
CSR dapat dinilai memiliki implementasi pada citra positif perusahaan
apabila program CSR berjalan baik dan memiliki nilai dimata khalayak
dan media berdasarkan proses pelaksanaannya.
Hasil observasi dan analisis peneliti adalah, perencanaan CSR
melalui divisi External Relations sesuai dengan kondisi riil Kampoeng
Kepiting, bahwa program CSR telah dilakukan sesuai dengan konsep
teori dan visi misi perusahaan. Peneliti dalam penelitian ini memberikan
fungsi kontrol kepada divisi External Relations PT Pertamina (Persero)
MOR V Surabaya mengenai perkembangan Kampoeng Kepiting-
Ekowisiata Wanasari Bali.
Saran
Berdasarkan hasil analisis terhadap strategi Public Relations
PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya dalam mempertahankan
citra positif perusahaan melalui program CSR Kampoeng Kepiting-
Ekowisata Wanasari, terdapat beberapa kekurangan. Tahap pelaksanaan
yang dijalankan oleh PT Pertamina (Persero) MOR V Surabaya kurang
adanya officer CSR yang langsung melakukan pengawasan secara
rutin. Penyampaian komunikasi melalui laporan resmi tertulis sudah
tepat, namun nelayan dan masyarakat membutuhkan kunjungan rutin
walaupun nelayan telah mandiri menjalankan program CSR.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan pendalaman
mengenai kelanjutan program dan inovasi baru yang disosialisasikan
CSR Kampoeng Kepiting-Ekowisata Wanasari Bali dengan penelitian
yang lebih mendalam.

98
Yuli N., Theresia I. P. H. & Vanessa C., Pemberdayaan Masyarakat melalui..

Daftar Pustaka
Buku:
Jefkins, Frank. 1992. Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga
Prajarto, Nunung. 2012. CSR Indonesia Sinergi Pemerintah, Perusahaan,
dan Publik. Yogyakarta: FISIPOL UGM
Soleh Soemitrat & Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-Dasar Public
Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung
Yin, Robert.1996. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT
RajaGrafindo
Butterick, Keith. 2011. Pengantar Public Relations Teori dan Praktik.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Suharto, Edi. 2010. CSR & COMDEV Investasi Kreatif Perusahaan di
Era Globalisasi. Bandung: Penerbit Alfabeta
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Bambang Rudito & Melia Famiola. 2013. Corporate Social Responsibility.
Bandung: Penerbit Rekayasa Sains
Iriantara, Yosal. 2004. Community Relations: Kosep dan Aplikasinya.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit
Alfabeta
Ebook:
Daymond, Christine & Holloway, Immy. 2002. Qualitative Research
Methods in Public Relations and Marketing Communication. New
York: British Library Cataloguing in Publication Data
Online:
http://www.pertamina.com/
http://www.ekowisatabali.com/ (Diakses pada 28 November 2015
pukul 13:17)
http://proper.menlh.go.id/portal/?view=x&desc=0&collps=147
(Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 18:06 WIB)
http://www.suarakarya.id/2015/02/16/edukasi-pertamina.html

99
Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

(Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 19:01 WIB)


http://www.sampoerna.com/id_id/media_center/press_releases/
Pages/hari_ulang_tahun_pt_hm_sampoerna_tbk_ke-99_tahun.
aspx# (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 19:43 WIB)
http://www.chevronindonesia.com/environment/ (Diakses pada 3
Januari 2016 pukul 20:02 WIB)
http://www2.hino.co.id/newsevent.php?c=1 (Diakses pada 3 Januari
2016 pukul 20:29 WIB)
http://www.shell.co.id/id/environment-society/environment-tpkg.
html (Diakses pada 3 Januari 2016 pukul 20:35 WIB) 136
http://www.telkom.co.id/hut-tsel-telkomgroup-dan-wagub-bengkulu-
tanam-mangrove-di-pantai-jenggalu.html (Diakses pada 3
Januari 2016 pukul 20:56 WIB)
http://news.okezone.com/read/2014/10/04/340/1048165/pro-kontra-
reklamasi-teluk-benoa (Diakses pada 28 Mei 2016 pukul 17:42
WIB)
http://travel.kompas.com/read/2016/01/04/173936827/Bali.Pulau.
Terbaik.Kedua.di.Dunia (Diakses pada 28 Mei 2016 pukul 18:34
WIB)
Penelitian:
Christina Yuli Indriarti. 2014. Strategi Public Relations PT Askindo
dalam Mengelola Brand Image melalui Kegiatan Corporate Sosial
Responsibility. Jakarta: Bina Nusantara University
Wawancara:
Ibnu, Umar. (2015, Desember 28). Strategi Public Relations PT
Pertamina. (Vanessa Chris, interviewer)
Rehadi, Ahad. (2016, Mei 03). Strategi Public Relations PT Pertamina.
(Vanessa Chris, interviewer)
Sumasa, Made. (2016, Mei 09).Penerima CSR PT Pertamina (Persero)
MOR V Surabaya. (Vanessa Chris, interviewer)

100

Anda mungkin juga menyukai