Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ica Putri Utami

Nim : C0218336
Kelas : Akuntansi C

Jawaban Tugas Mid Teori Akuntansi

1.
2. Pendekatan ini menganggap tujuan dasar akuntansi adalah membantu proses pengambilan
keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat. Pendekatan ini
berpendapat bahwa semua pemakai memiliki kebutuhan yang sama terhadap data akuntansi.
Teori normatif didasarkan pada ekonomi klasik tentang laba dan kemakmuran atau konsep
ekonomi pengambilan keputusan rasional. Konsep ini juga didasarkan pada penyesuaian rekening
karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. 
3.
4.
5.
6. Perbedaan standar akuntansi berbasis aturan dan berbasis prinsip adalah pada standar akuntansi
berbasis aturan, akuntan dapat memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga
mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara
mekanis. Sementara akuntansi berbasis prinsip, akuntan akan membuat sejumlah estimasi yang
harus dia pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak keputusan profesional.
7. Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akuntansi yang terstruktur (belkaoui, 1993),
karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akuntansi yang didasarkan pada
proses penalaran logis yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki beberapa
tingkatan. Kerangka konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam proses penyusunan standar.
Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan perselisihan yang meningkat
selama proses penyusunan standar.
8.
9. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain:

 Beberapa Pengukuran Bersifat Perkiraan

Pada dasarnya akuntansi adalah alat ukur yang harusnya mengukur secara akurat kondisi
keuangan sesuai dengan keadaannya. Namun dalam aplikasinya, secara teknis terdapat hal-hal
yang tidak bisa diukur secara akurat. Disinilah perkiraan dibutuhkan.

Sebagai contoh adalah ketika perusahaan harus mengukur dan mengakui besar kerugian piutang
tak tertagih (terbayar) untuk suatu periode. Dalam hal ini, perusahaan mengalami kendala dalam
mengukur apakah sebenarnya pelanggan tersebut masih mampu membayar atau benar-benar tidak
mampu membayar. Akibatnya perusahaan juga mengalami kesulitan untuk mengukur besar
kerugian atas piutang yang tak tertagih (terbayar) tersebut. Sehingga, perkiraan akan hal ini
diperlukan.

 Membutuhkan Ukuran Materialitas


Di dalam proses pengukuran, perusahaan bakal menjumpai traksaksi dengan nilai yang beragam.
Disini perusahaan perlu menetapkan apakah nilai transaksi tersebut memiliki pengaruh yang
cukup terhadap perusahaan. Suatu transaksi yang nilainya memiliki pengaruh yang cukup
terhadap perusahaan disebut material. Dan batasan akan hal tersebut disebut ukuran materialitas.

 Membutuhkan Konsistensi

Dalam proses pengukuran, terdapat beberapa metode perhitungan yang bisa digunakan, seperti
dalam pengukuran beban pokok dari persediaan. Disini perusahaan dapat memilih menggunakan
metode perhitungan yang mana. Namun, metode yang diterapkan haruslah sama (konsisten) dari
satu periode ke periode lainnya. Hal ini dikarenakan hasil dari pengukurannya menjadi tidak
akurat saat berubah-rubah metode.Disini perusahaan harus menghadapi kendala dalam
menetapkan metode perhitungan yang seperti apa yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
Terkadang kondisi ekonomi dan tren konsumen yang selalu berubah menjadi dasar kendala yang
terjadi dalam menentukan kendala metode perhitungan akuntansi pada bisnis.

 Keharusan untuk mempertahankan keandalan

Kendala yang terakhir adalah keharusan mempertahankan keandalan dari suatu laporan keuangan.
Jika laporan keuangan tidak andal atau tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya, maka laporan tersebut hampir bisa dipastikan tidak bermanfaat lagi.

10. Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka dapat diterapkan pada


benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel
apapun. Seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat
diukur.

Pengukuran fundamental terjadi ketika angka-angka (pengukuran) dapat ditetapkan pada


sifat/kemampuan/objek dan tidak bergantung pada pengukuran variabel lain. Seperti panjang,
daya listrik, dan volume. Skala rasio dapat dihitung untuk setiap sifat yang berhubungan dengan
ukuran yang berbeda atas sifaat yang telah diberikan. Interprestasi dari angka tersebut bergantung
pada teori empiris yang telah dikonfirmasi berpengaruh pada operasi pengukuran. Misalnya:
pengukuran asset dan utang menggunakan pengukuran yang sama atau bersifat additive (bisa
dijumlahkan atau dikurangkan) dengan menggunakan satuan yang sama.

11.
12. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat
mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan
yang berkaitan dengan objek tersebut.

Adapun skala-skalanya antara lain sebagai berikut:

a. Skala Nominal
Angka hanya digunakan sebagia label yang menujukkan kemampuan dari objel. Togerson
menyatakan pengukuran mengacu pada sifat objek, sedangkan pada skla nominal, angka tersebut
kadang menunjukkan objek itu sendiri digunakan hanya sebagai label. Contohnya adalah
penomoran pemain sepak bola. Sifat utama dari angka tersebut adalah untuk mengidentifikasi
pemain atau objek itu sendiri. Dalam akuntansi contoh dari penggunaan skala nominal adalah
klasifikasi asset dan kewajiban ke dalam kelas yang berbeda.
b. Skala Ordinal
Skala ordinal menunjukkan rangking pengukuran objek dari beberapa alternative, dari yang
terendah ke tertinggi atau sebaliknya, sesuai dengan kemampuan/sifat yang diberikan. Skala ini
diciptakan ketika sebuah operasi peringkat objek-objek dipertanyakan berkaitan dengan sifat yang
diberikan. Sebagai contoh seorang investor memiliki 3 kemungkinan kesempatan ntuk
berinvestasi sebesar uang yang akan diinvestasikan. Kemudian mereka merangking kesempatan
investasi tersebut pada urutan 1,2,dan 3 berdasarkan NPV (Net Present Value) yang akan didapat,
dengan rangking 1 sebagai NPV tertinggi dan rangking 3 sebagai NPV terendah. Opereasi
perhitungan NPV tersebut yang kemudian menimbulkan skala ordinal, yaitu kumpulan angka
yang mengacu pada alternative investasi tersebut. Kelemahan dari skala ini adlah interval antar
angka (1 ke 2, 2 ke 3, dst) tidak bisa menunjukkan mengenai perbedaan kuantitas atas
sifat/kemampuann yang ditampilkan. Kelemahan lainnya adalah angka pada skala tersebut tidak
merinci “berapa banyak” atribut yang di milki objek.

c. Skala Interval
Skala interval lebih banyak memberikan nformasi daripada skala ordinal. Tidak hanya
merangking objek berdasarkan sifat yang dimilikinya, namun jarak antar interval pada sklala itu
sama (equal) dan dapat diketahui. Terdapat titik nol dalam skala ini. Contohnya adalah skala
Celcius/Fahrenheit pad temperature. Interval yang sama ditandai dengan penambahan volume
yang sama dari titik nol. Temperatur yang berbeda dibagi antara titik beku dan titik didih, dengan
titik beku ditetapkan sebesar 0˚(Nol derajat). Jika temperature dari dua ruangan yang berbeda
diukur dengan thermometer Celcius dan didapat angka 22˚ dan 30˚, maka kita bisa katakana
bahwa ruangan kedua lebih panas, tetapi juga kita bisa katakana 8˚ lebih panas. Kelemahan dari
skala ini adalah titik nol ditetapkan secara sewenang-wenangnya.

d. Skala Rasio
Sebuah skala rasio adalah suatu dimana :
·         Urutan rangking dari objek atau peristiwa yang berkaitan dengan sifat yang dimiliki,
diketahui.
·         Interval antara objek adalah sama dan diketahui besarannya.
·         Asalnya unik, titik nolnya natural. Dimana jarak antara titik nol tersebut dengan setidaknya
satu objek diketahui

Skala rasio ini lebih banyak menyapaikan suatu informasi yang lengkap, meliputi ketiga
informasi skala sebelumnya. Salah satu contoh dari penerapan skala rasio adaah pada pengukuran
panjang (length). Misal ada 2 buah kayu, dimana kayu A memiliki panjagn 10 meter dan kayu B
memiliki panjang 20 meter. Dari sini dapat dikatakan bahwa kayu B 10 meter lebih panjang dari
kayu A, bisa juga dikatakan kayu B 2x(kali) lebih pajang dari kayu A. Rasio dari angka dapat
diinterpretasikann secara langsung sebagai rasio dari kuantitas sifat yang diukur. Sehingga masuk
akal jika kita mengatakan bahwa kayu A panjangnya setaengah dari kayu B, atau kayu B
panjangnya 2x kayu A. Contoh penggunaan skala rasio pada akuntansi adalah penggunaan dollar
untuk menunjukkan cost dan value. Misal jika asset A memiliki cost $10.000 dan asset B
$20.000, kita bisa menyatakan besarnya cost B 2x nya cost A. Titik nol terjadi, karena 0(nol)
menyatakan ketiadaan cost atau value, sama halnya seperti 0 untuk panjang yang berarti tidak
memiliki panjang.

13. Nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang
memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Bukan
nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi
yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan.

14. Principal based accounting  ini merupakan konsep yang meletakkan tujuan kuncidalam
pelaporan keuangan, kemudian menyedikan landasan untuk menjelaskan tujuantersebut. Jika
timbul keraguan-keraguan mengenai sebuah aturan, pembaca diarahkan kembali kelandasan
prinsip tersebut.· Kelemahan dari principle-based accounting  ini adalah dalam kondisi
tidakadanya petunjuk dapat menyebabkan ketidakakuratan dan ketidakkonsistenan informasi.·
Sedangkan, rule based accounting  merupakan konsep yang memberikan daftaraturan yang harus
diikuti dalam menyiapkan pelaporan keuangan. Dengan memiiki aturanyang jelas, dapat
meningkatkan akurasi dan mengurangi keragu-raguan yang dapat memicu pelaporan yang agresif
dari manajemen.· Kekurangan dari rule based accounting  ini adalah dapat
menyebabkankompleksitas yang tidak dibutuhkan dalam menyiapkan pelaporan keuangan.
Tambahan lagi, persyaratan atau aturan yang ketat dapat memaksa manajer untuk
memanipulasi laporan agardapat memenuhi kewajibannya.

15. Historical Cost merupakan rupiah kesepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam

sistem pembukuan. Prinsip historical cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam

mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Maksud dari harga perolehan adalah harga pertukaran

yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam tranksaksi. Harga perolehan ini

harus terjadi pada seluruh traksaksi diantara kedua belah pihak yang bebas. Harga pertukaran ini

dapat terjadi pada seluruh tranksaksi dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang,

modal dan transaksi lainnya.

Current Cost adalah sistem akuntansi dimana aset dinilai berdasarkan harga pasar saat membeli

dan laba ditentukan oleh alokasi berdasarkan pada biaya saat ini. Tujuan dari Current cost adalah

kebutuhan akan informasi oleh manajer untuk pengambilan keputusan dalam menjalankan bisnis.

Kita asumsikan bahwa manajer dari suatu perusahaan ingin mengetahui bagaimana mereka harus

mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan.

Exit price merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur

posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan.Menurut Edwards and Bell (1961) exit

value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan

biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net

relizable value) dari aset).


Soal:
1 Des 2015 Tuan Anar dan Tuan Nyasat, masing-masing menyetor uang Rp. 75.000.000 sebagai 
modal awal CV DMSK.
Tgl 2 Des 2015, dilakukan pembelian 120 unit produk TV merk Somny, seharga Rp. 1.000.000
(lihat table) transaksi dan data selanjutnya adalah sebagai berikut:

    2 Des
2015             16 Des 2015            31 Des 2015
Uraian Unit Rp/Unit Unit Rp/Unit Unit Rp/Unit
Persediaan Awal 0 120 45
Beli 120 1.000.000 0 1.200.000 0 1.300.000
Jual 0 1.500.000 45 1.750.000 0 1.900.000
Persediaan Akhir 120 75 45
Index 100 115 120

a.       Buat Laporan laba rugi dan Neraca untuk Periode yang berakhir 31 Des 2015, dengan
menggunakan konsep penilaian Historical Cost, Current Cost Exit Price
b.      Jelaskan kelebihan informasi konsep tersebut dalam kaitannya dengan informasi yang
diinginkan oleh para pemakai

Jawaban:

Historical Cost
Penjual ( 75 x 1.750.000 )                                                                                                             
Rp. 131.250.000
HPP
                Persediaan Awal                                                               Rp.                    0
                Pembelian ( 120x1.000.000 )                                       Rp. 120.000.000
Barang Siap Jual                                                                                                Rp. 120.000.000
Persediaan Akhir ( 45 x 1.000.000)                                             (Rp.45.000.000)
HPP                                                                                                                                                      
  (Rp. 75.000.000)
                Laba Kotor                                                                                                                         
Rp. 56.000.000  
                Biaya Lain-
lain                                                                                                                    Rp.                  0
                Laba Bersih                                                                                                                        
Rp. 56.250.000

Exit Price

Penjual ( 75 x 1.750.000 )                                                                                                             


Rp. 131.250.000
HPP
                Persediaan Awal                                                               Rp.                    0
                Pembelian ( 120x1.000.000 )                                       Rp. 120.000.000
Barang Siap Jual                                                                                                Rp. 120.000.000
Persediaan Akhir ( 45 x 1.200.000)                                             (Rp.54.000.000)
HPP                                                                                                                                                      
  (Rp. 66.000.000)
                Laba Kotor                                                                                                                         
Rp. 65.250.000  
                Biaya & Pendapatan Lain-Lain                                                                                    
Rp.                  0
                Kenaikan & Penurunan Nilai Persediaan
                (Rp. 1.200.000 – Rp. 1.000.000) x 45                                                                        (Rp.
9.000.000) 
                Laba Bersih                                                                                                                        
Rp. 56.250.000

Current Cost

Penjual ( 75 x 1.750.000 )                                                                                                             


Rp. 131.250.000
HPP
                Persediaan Awal                                                               Rp.                    0
                Pembelian ( 120x1.000.000 )                                       Rp. 120.000.000
Barang Siap Jual                                                                                                Rp. 120.000.000
Persediaan Akhir ( 45 x 1.300.000)                                             (Rp.58.500.000)
HPP                                                                                                                                                      
  (Rp. 61.500.000)
                Laba Kotor                                                                                                                         
Rp. 69.750.000  
                Biaya & Pendapatan Lain-Lain                                                                                    
Rp.                  0
                Kenaikan & Penurunan Nilai Persediaan
                (Rp. 1.300.000 – Rp. 1.000.000) x 45                                                                        (Rp.
13.500.000)
                Laba Bersih                                                                                                                        
Rp. 56.250.000

Anda mungkin juga menyukai