Oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan.
Pendidikan juga merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya
sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat .
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari kajian
tentang struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyerupai
perubahan tersebut. Hakikat ilmu kimia mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan
kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri
atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi
keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan kimia.
Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta
didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang
dilakukan selama kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun peserta
didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2013) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi, tindakan
belajar dan tindakan mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, adalah faktor internal dan faktor eksternal. Aspek fisiologi
dan psikologi adalah factor internal yang perlu diperhatikan pendidik dalam pelaksanaan
pembelajarannya. Sedangkan faktor lingkungan social dan non social serta pendekatan
pembelajaran merupakan faktor eksternak yang juga mempengaruhi hasil belajar
(Budiati,2020).
Meskipun ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat penting, tapi mata pelajaran
kimia masih dianggap oleh sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit dan
bahkan dianggap sebagai beban, bukan sebagai kebutuhan. Hal ini terbukti berdasarkan
hasil penyebaran angket oleh peneliti pada 20 februari 2021 terhadap siswa kelas X IPA 1
dan IPA 2 MAS.PP.Ar-Raudlatul Hasanah diketahui sebanyak 70,5% menganggap bahwa
mata pelajaran kimia adalah sulit. Sumber belajar yang digunakan selama proses
pembelajaran kimia adalah LKS dan papan tulis adalah media yang sering digunakan
selama proses pembelajaran kimia berlangsung sehingga siswa sering merasa bosan pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan wawancara yang diperoleh peneliti dengan guru bidang studi kimia pada
tanggal 20 Februari 2021 tahun ajaran 2020/2021 di sekolah MAS.PP.Ar-Raudlatul
Hasanah, diketahui dalam belajar kimia belum banyak siswa yang aktif berpartisipasi
dalam diskusi kelompok. Siswa yang mau bertanya dan menjawab pertanyaan guru
maupun teman-teman hanya beberapa orang, akibatnya peran siswa dalam proses
pembelajaran berkurang. Selain itu, pada saat siswa kurang fokus dan kurang berminat
dalam menerima pelajaran mereka lebih memilih berbicara dengan teman sebangku
ataupun tidur. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam materi yang diajarkan. Sebagai
akibat keadaan di atas, hasil belajar siswa belum memuaskan. Rendahnya hasil belajar dan
belum tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu sebesar 70% disebabkan
oleh siswa yang belum berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Trianto (2007) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas untuk mencapai
tujuan belajar.Model pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa yang nantinya
dapat berpengaruh pada prestasi belajar siswa.Model pembelajaran yang sesuai merupakan
suatu alternatif unruk mengatasi masalah kegiatan belajar mengajar.
Dari masalah yang didapatkan disekolah tersebut, permasalahan dapat diatasi dengan
menerapkan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.
Model yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dapat ditemukan di dalam model
Kooperatif Tipe Talking Chips dan model KooperatifTipe Snowball Throwing. Model ini
secara sistematis dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna. Guru mengajar
siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat
membangkitkan rasa percaya diri siswa, di mana siswa dapat bekerja sama dengan orang
lain dalam bentuk kelompok dan dapat melatih siswa berbicara dan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga membuat siswa lebih aktif.
Teknik talking chips dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Kegiatan
pembelajaran dengan teknik talking chips menjadikan siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Pada teknik ini semua siswa dibimbing dan dituntun untuk mempunyai
kesempatan yang sama dalam kelompok untuk bertanya, menjawab pertanyaan guru,
mengeluarkan pendapat, mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota kelompok lain.
Teknik talking chips menggunakan kartu berwarna yang membuat siswa lebih aktif dalam
mengutarakan pendapat dan bertanya, karena siswa tidak memiliki beban dalam berbicara
(Bayharti dkk,2017).
Menurut Komalasari (2010) dinyatakan bahwa model pembelajaran snowball
throwing adalah model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam
kelompok dan ketrampilan membuat – menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui
permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Secara garis besar Komalasari
menyampaikan urutan model pembelajaran snowball throwing : menyampaikan materi
pelajaran, membentuk kelompok, ketua kelompok menjelaskan ulang materi yang sudah
disampaikan,kertas dibentuk seperti bola, kertas dilempar ke anggota kelompok
lain,setelah 5-10 menit guru menunjuk siswa untuk menjawab soal dalam bola yang
didapatnya (Budiati,2020).
a. Pada penelitian tindakan kelas ini akan digunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Tipe Talking Chips dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Aktif :
Dimana pada proses pembelajaran kimia yang dilakukan akan digunakan model
pembelajaran pada materi ikatan kimia. Selama proses pembelajaran berlangsung,
siswa diharapkan dapat terlibat aktif dalam membangun pemikirannya sendiri tentang
materi yang disampaikan melalui pengamatan langsung.
Siswa mampu belajar aktif dan memposisikan dirinya dengan baik dan tepat dimana
ia telah mempunyai bekal pengetahuan sendiri dan penguasaan tertentu terhadap
suatu konsep (bukan hanya bersumber pada guru).
Kemampuan siswa untuk mendefinisikan, mendeskripsikan dan menggambarkan
ilustrasi dari konsep materi yang telah disampaikan.
Kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam mendiskripsikan dan memecahkan
masalah.
1. Untuk siswa
Menarik minat siswa terhadap pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Dapat mengeksplorasi pemikiran dan mendiskripsikan suatu konsep materi berdasarkan
hasil pengamatan melalui model pembelajaran yang digunakan.
Siswa dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Untuk Guru
Meningkatkan kemampuan Guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran agar
diperoleh hasil belajar siswa yang optimal.
Meningkatkan kemampuan Guru dalam pemanfaatan media komputasi.
Mengeksplorasi kemampuan Guru untuk melakukan penelitian tindakan terhadap segala
permasalahan yang kemungkinan terjadi dalam proses belajar-mengajar di ruang kelas.
Diperoleh output pembelajaran (dalam hal ini siswa) yang bukan hanya sebagai
penerima ilmu, tetapi juga sebagai pencari ilmu sehingga dapat menguasai konsep ilmu
yang hendak dicapai dengan mudah dan terekam lama dalam memorinya.
Sebagai salah satu informasi bagi guru tentang salah satu strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif Tipe Talking Chips dan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dalam meningkatkan minat belajar
siswa terhadap pembelajaran kimia.