Anda di halaman 1dari 11

TATA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

A. Pengertian Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)


Good governance adalah “mantra” yang diucapkan oleh banyak orang di
Indonesia sejak 1993. Kata governance mewakili suatu etika baru yang terdengar
rasional, profesional, dan demokratis, tidak soal apakah diucapkan di kantor Bank
Dunia di Washington, AS atau di kantor LSM yang kumuh di pinggiran Jakarta.
Dengan kata itu pula wakil dari berbagai golongan profesi seolah disatukan oleh
“koor seruan” kepada pemerintah yang korup di negara berkembang. “Good
governance, bad men!” terkepung oleh seruan dari berbagai pihak, kalangan pejabat
pemerintah pun lantas juga fasih menyebut konsep ini, meski dengan arti dan maksud
yang berbeda.
Proses pemahaman umum mengenai governance atau tata pemerintahan
mulai mengemuka di Indonesia sejak tahun 1990-an, dan mulai semakin bergulir pada
tahun 1996, seiring dengan interaksi pemerintah Indonesia dengan negara luar sebagai
negara-negara pemberi bantuan yang banyak menyoroti kondisi obyektif
perkembangan ekonomi dan politik Indonesia. Istilah ini seringkali disangkutpautkan
dengan kebijaksanaan pemberian bantuan dari negara donor, dengan menjadikan
masalah isu tata pemerintahan sebagai salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam
pemberian bantuan, baik berupa pinjaman maupun hibah.
Kata governance sering dirancukan dengan government. Akibatnya, negara
dan pemerintah menjadi korban utama dari seruan kolektif ini, bahwa mereka adalah
sasaran nomor satu untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Badan-badan keuangan
internasional mengambil prioritas untuk memperbaiki birokrasi pemerintahan di
Dunia Ketiga dalam skema good governance mereka. Aktivitis dan kaum oposan,
dengan bersemangat, ikut juga dalam aktivitas ini dengan menambahkan
prinsip-prinsip kebebasan politik sebagai bagian yang tak terelakkan dari usaha
perbaikan institusi negara. Good governance bahkan berhasil mendekatkan hubungan
antara badan-badan keuangan multilateral dengan para aktivis politik, yang
sebelumnya bersikap sinis pada hubungan antara pemerintah negara berkembang
dengan badan-badan ini. Maka, jadilah suatu sintesa antara tujuan ekonomi dengan
politik.

1
Tetapi, sebagaimana layaknya suatu mantra, para pengucap tidak dapat menerangkan
sebab akibat dari suatu kejadian, Mereka hanya mengetahui sebagian, yaitu bahwa
sesuatu yang invisible hand menyukai mantra yang mereka ucapkan. Pada kasus good
governance, para pengucap hanya mengetahui sedikit hal yaitu bahwa sesuatu yang
tidak terbuka dan tidak terkontrol akan mengundang penyalahgunaan, bahwa program
ekonomi tidak akan berhasil tanpa legitimasi, ketertiban sosial, dan efisiensi
institusional.
Satu faktor yang sering dilupakan adalah, bahwa kekuatan konsep ini justru
terletak pada keaktifan sektor negara, masyarakat dan pasar untuk berinteraksi.
Karena itu, good governance, sebagai suatu proyek sosial, harus melihat kondisi
sektor-sektor di luar negara.
Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan, adalah
penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola
urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh
mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi
kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Definisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan
sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sector negara dan sector
non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Definisi ini mengasumsikan banyak aktor
yang terlibat dimana tidak ada yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor
lain. Pesan pertama dari terminologi governance membantah pemahaman formal
tentang bekerjanya institusi-institusi negara. Governance mengakui bahwa didalam
masyarakat terdapat banyak pusat pengambilan keputusan yang bekerja pada tingkat
yang berbeda.
Meskipun mengakui ada banyak aktor yang terlibat dalam proses sosial,
governance bukanlah sesuatu yang terjadi secara chaotic, random atau tidak terduga.
Ada aturan-aturan main yang diikuti oleh berbagai aktor yang berbeda. Salah satu
aturan main yang penting adalah adanya wewenang yang dijalankan oleh negara.
Tetapi harus diingat, dalam konsep governance, wewenang diasumsikan tidak
diterapkan secara sepihak, melainkan melalui semacam konsensus dari pelaku-pelaku
yang berbeda. Oleh sebab itu, karena melibatkan banyak pihak dan tidak bekerja
berdasarkan dominasi pemerintah, maka pelaku-pelaku diluar pemerintah harus

2
memiliki kompetensi untuk ikut membentuk, mengontrol, dan mematuhi wewenang
yang dibentuk secara kolektif.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa dalam konteks pembangunan, definisi
governance adalah “mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial untuk
tujuan pembangunan”, sehingga good governance, dengan demikian, “adalah
mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang substansial dan
penerapannya untuk menunjang pembangunan yang stabil dengan syarat utama
efisien) dan (relatif) merata.”
Menurut dokumen United Nations Development Program (UNDP), tata
pemerintahan adalah “penggunaan wewenang ekonomi politik dan administrasi guna
mengelola urusan-urusan negra pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup
seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan
hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan diantara
mereka.
Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan
masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik kebaikan dari suatu
governance lebih banyak berkaitan dengan kinerja pemerintah. Pemerintah
berkewajiban melakukan investasi untuk mempromosikan tujuan ekonomi jangka
panjang seperti pendidikan kesehatan dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi
negara, suatu masyarakat warga yang kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya
sistem demokrasi, rule of law, hak asasi manusia, dan dihargainya pluralisme. Good
governance sangat terkait dengan dua hal yaitu (1) good governance tidak dapat
dibatasi hanya pada tujuan ekonomi ; n (2) tujuan ekonomi pun tidak dapat dicapai
tanpa prasyarat politik tertentu.

Good governance adalah tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada
nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah
publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian.
Indikator pemerintahan yang baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil
dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas
maupun dalam daya belinya, kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan
indikator rasa aman, tenang dan bahagia serta sense of nationality yang baik.

3
B. Membangun Good Governance
Membangun good governance adalah mengubah cara kerja state, membuat
pemerintah accountable, dan membangun pelaku-pelaku di luar negara cakap untuk
ikut berperan membuat sistem baru yang bermanfaat secara umum. Dalam konteks
ini, tidak ada satu tujuan pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya
dengan mengubah karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah. Harus
kita ingat, untuk mengakomodasi keragaman, good governance juga harus
menjangkau berbagai tingkat wilayah politik. Karena itu, membangun good
governance adalah proyek sosial yang besar. Agar realistis, usaha tersebut harus
dilakukan secara bertahap. Untuk Indonesia, fleksibilitas dalam memahami konsep ini
diperlukan agar dapat menangani realitas yang ada.

C. Prinsip-prinsip Good Governance


UNDP merekomendasikan beberapa karakteristik good governance, yaitu legitimasi
politik, kerjasama dengan institusi masyarakat sipil, kebebasan berasosiasi dan
berpartisipasi, akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial), manajemen sektor
publik yang efisien, kebebasan informasi dan ekspresi, sistem yudisial yang adil dan
dapat dipercaya. Sedangkan World Bank mengungkapkan sejumlah karakteristik good
governance adalah masyarakat sispil yang kuat dan partisipatoris, terbuka, pembuatan
kebijakan yang dapat diprediksi, eksekutif yang bertanggung jawab, birokrasi yang
profesional dan aturan hukum. Sementara itu Masyarakat Transparansi Indonesia
menyebutkan sejumlah indikator seperti : transparansi, akuntabilitas, kewajaran dan
kesetaraan, serta kesinambungan.
Di lain pihak Asian Development Bank sendiri menegaskan adanya konsensus
umum bahwa good governance dilandasi oleh empat pilar yaitu (1) accountability, (2)
transparency, (3) predictability, dan (4) participation. Jelas bahwa jumlah komponen
atau pun prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari
satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun paling tidak
ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi
good governance, yaitu : (1) akuntabilitas ; (2) transparansi, dan (3) partisipasi
masyarakat.

Secara lebih rinci prinsip-prinsip Good Governance, sebagaimana paparan


berikut ini :

4
1. Partisipasi (participation) adalah semua warga berhak terlibat dalam pengambilan
keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah untuk
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara konstruktif.

2. Penegakan Hukum (rule of law) adalah partisipasi masyarakat dalam proses


politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan
aturan-aturan hukum. Tanpa diimbangi oleh sebuah hukum dan penegakkannya
yang kuat, partisipasi akan berubah menjadi proses politik yang anarkis. Adapun
karakter dalam menegakkan rule of law adalah : (1) supremasi hukum (the
supremacy of law); (2) kepastian hukum (legal certainty); (3) hukum yang
responsif ; (4) penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminasi; (5)
independensi peradilan ; dan (6) transparansi

3. Transparansi. Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa Orde Baru
adalah merebaknya kasus-kasus korupsi yang berkembang sejak awal masa rezim
kekuasaannya. Salah satu yang dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak
kegiatan korupsi adalah manajemen pemerintahan yang tidak transparan.
Sehubungan dengan itu, maka aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus
dilakukan secara transparan, setidaknya ada delapan aspek yaitu : (1) penetapan
posisi, jabatan atau kedudukan ; (2) kekayaan pejabat publik ; (3) pemberian
penghargaan ; (4) penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan
kehidupan ; (5) kesehatan ; (6) moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan
publik ; (7) keamanan dan ketertiban ; dan (8) kebijakan strategis untuk
pencerahan kehidupan masyarakat.

4. Responsif (responsiveness). Pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap


persoalan-persoalan masyarakat.

5. Orientasi Kesepakatan (consencus orientation).Pengambilan putusan melalui


proses musyawarah dan semaksimal mungkin berdasar kesepakatan bersama.

6. Keadilan (equity). Kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan.

7. Efektifitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency). Agar pemerintahan efektif


dan efisisen, maka para pejabat perancang dan pelaksana tugas-tugas

5
pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai
dengan kebutuhan nyata dari masyarakat, secara rasional dan terukur.

8. Akuntabilitas (accountability). Pertanggungjawaban pejabat publik terhadap


masyarakat yang memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi
berbagai urusan dan kepentingan mereka, setiap pejabat publik dituntut untuk
mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas
sikapnya terhadap masyarakat.

9. Visi Strategis (strategic vision). Pandangan-pandangan strategis untuk


menghadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam
kerangka perwujudan good governance, karena perubahan dunia dengan
kemajuan teknologinya yang begitu cepat.

Selanjutnya terkait dengan bagaimana langkah-langkah perwujudan good


governance mencakup beberapa hal berikut : (1) penguatan fungsi dan peran lembaga
perwakilan ; (2) kemandirian lembaga peradilan ; (3) aparatur pemerintahan yang
profesional dan penuh integritas ; (4) masyarakat madani (civil society) yang kuat dan
partisipatif ; dan (5) penguatan upaya otonomi daerah.

D. Sistem Pemerintahan.
Istilah sistem pemerintahan berasal dari dua kata, yakni sistem dan
pemerintahan. Sistem dapat disebut sebagai susunan, tatanan, dan jaringan yang
mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian maupun hubungan fungsional
terhadap keseluruhan bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja
dengan baik maka akan mempengaruhi keseluruh tatanan tersebut. Sedangkan
menurut Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, sistem adalah sekelompok
bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan sesuatu maksud. Sedangkan
pemerintahan berarti perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif di suatu negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan negara.
Adapun pengertian sistem pemerintahan adalah sistem yang terdiri dari
berbagai macam komponen di mana tiap-tiap komponen menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, menjadi satu tatanan yang utuh. Masing-masing komponen
menjalin kerja sama yang kuat, memiliki keterikatan satu sama lain yang pada
pokoknya mempunyai satu tujuan dan satu fungsi dari pemerintahan.

6
Menurut Moh. Mahfud MD, sistem pemerintahan negara adalah mekanisme
kerja dan koordinasi atau hubungan antara ketiga cabang kekuasaan yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sistem pemerintah
adalah hubungan dan susunan antar lembaga-lembaga negara yang saling terkait dan
berkesinambungan dalam satu kesatuan dalam rangka penyelenggaraan negara.
Sistem pemerintahan suatu negara pada umumnya akan memiliki satu sistem
dan tujuan pokok yang sudah pasti, yaitu menjaga kestabilan negara yang
bersangkutan. Sistem pemerintahan ini harus mempunyai suatu landasan yang kokoh,
tidak bisa digoyahkan oleh suatu apapun. Sistem pemerintahan dari suatu negara
harus dijauhkan dari sifat statis. Karena nantinya sistem pemerintahan yang statis ini
akan mengakibatkan kerugian tersendiri bagi pemerintahan tersebut, terlebih lagi jika
tidak hanya statis melainkan juga absolut. Nantinya akan ada protes dari masyarakat
karena pemerintahannya akan dianggap memberatkan kaum minoritas alias rakyat
kecil.
Poin penting sistem pemerintahan kestabilan masyarakat. Menjaga kestabilan
ini cakupannya luas sekali. Antara lain menjaga tingkah laku kaum minoritas dan
mayoritas, menjaga kekuatan politik, ekonomi, keamanan dan pertahanan. Kalau
sudah tercipta suatu kestabilan negara, maka pembangunan diharapkan bisa berjalan
dengan lancar. Pemerintahan di dalam suatu negara memiliki sistem yang
berbeda-beda. Sistem pemerintahan antara negara yang satu dengan negara yang
satunya lagi bisa jadi akan sama, bisa juga tidak. Semuanya tergantung dari
bagaimana situasi dan kondisi dari negara yang bersangkutan. Berikut di bawah ini
diuraikan mengenai macam-macam sistem pemerintahan yang ada di seluruh dunia :

1. Sistem Pemerintahan Presidensial.


Negara republik menganut sistem ini. Sistem yang memilih kekuasaan eksekutif lewat
pemilihan umum. Pada sistem ini rakyatlah yang memilih siapa presidennya.
Nantinya presiden akan menjalankan perannya sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Memiliki kewenangan memilih dan mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan. Presiden juga mendapatkan jaminan konstitusi sehubungan
kewenangannya dalam bidang legislatif. Negara Indonesia menganut sistem ini.

2. Sistem Pemerintahan Parlementer.


Di sistem ini parlemennya memegang peranan yang sangat penting. Perdana menteri
dipilih dan diangkat oleh parlementer. Demikian pula sebaliknya parlemen bisa

7
memberhentikannya dengan cara memberikan statement “mosi tidak percaya”. Di
dalam sistem parlemen dimungkinkan ada perdana menteri dan presiden. Hanya saja
dalam sistem in, presiden hanya bertindak selaku kepala negara. Negara Jepang,
Malaysia, Belanda adalah negara-negara yang memegang sistem ini.

3. Sistem pemerintahan Semi Presidensial.


Merupakan gabungan dari sistem Presidensial dan Parlementer. Karena presidennya
dipilih oekh rakyat menjadikannya memiliki kekuasaan yang luas dan kuat.
Bersama-sama dengan perdana menteri presiden menjalankan kekuasaannya. Yang
menganut sistem ini adalah negara Perancis.

4. Sistem Pemerintahan Komunis.


Dalam sistem komunis semua sistem pemerintahan dikendalikan penuh oleh partai
komunis. Partai komunis ini bertindak anti kapitalis. Kekuasaan akan berlangsung
secara penuh, tidak mengakui kepemilikan akumulasi modal pada individu.

5. Sistem pemerintahan Demokrasi Liberal.


Kebebasan individu sangat ditonjolkan dalam sistem ini. Demokrasi liberal disebut
juga dengan demokrasi konstitusional. Individu akan dilindungi hak-haknya oleh
undang-undang atau konstitusi. Apapun keputusan yang diambil oleh pemerintah
jangan sampai melanggar kebebasan individu. Amerika Serikat dan negara-negara
persemakmuran menjalankan sistem ini.

6. Sistem Pemerintahan Liberal.


Liberal di sini maksudnya bebas. Kebebasan dalam segala hal, persamaan hak-hak
dan berpolitik. Sistem liberal sangat menentang keras adanya pembatasan yang
dilakukan oleh pemerintah dan agama.

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu


kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan
rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat di mana tidak bisa diubah
dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang
statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan
kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi

8
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi di mana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan
itu secara menyeluruh. Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana
kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara
dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal
dari rakyatnya itu sendiri.
Sistem pemerintahan berbeda dengan bentuk pemerintahan, juga tidak sama
dengan bentuk negara. Bentuk pemerintahan ada dua, republik dan kerajaan.
Sedangkan bentuk negara ada tiga, yaitu kesatuan, federal, dan konfederasi. Meski
berbeda, sistem pemerintahan mempunyai korelasi kuat dengan bentuk pemerintahan.
Bentuk pemerintahan republik mempunyai sistem pemerintahan presidensial.
Sedangkan bentuk pemerintahan kerajaan, sistem pernerintahannya adalah monarki.
Korelasi yang serupa tidak terjadi pada sistem pemerintahan dengan bentuk negara.

E. Sistem Pemerintahan Indonesia.


Kalau ditanya tentang sistem pemerintahan di Indonesia selama ini maka
yang akan muncul adalah jawaban yang beraneka ragam. Maksudnya adalah bahwa
negara Indonesia sudah mengalami beberapa sistem pemerintahan, dari sejak jaman
negara ini berdiri. Sistem pemerintahan yang ada dalam perjalanan sejarah Negara
Indonesia berubah-ubah dari waktu ke waktu diakibatkan oleh adanya perubahan
jaman. Indonesia merupakan negara yang dari waktu ke waktu selalu mengalami
perubahan. Perubahan yang disertai dengan perkembangan dan pertumbuhannya.
Berdasarkan perkembangan sejarah ketatanegaraan, negara Indonesia terhitung sudah
melakukan perubahan sistem permerintahan beberapa kali. Di bawah ini diuraikan
secara singkat bagaimana sejarahnya sistem pemerintahan yang ada di negara
Indonesia :

1. Sistem Pemerintahan Indonesia (1945-1949).


Bentuk negara pada periode ini adalah kesatuan, sistem pemerintahannya presidensial,
bentuk pemerintahannya ialah republik sedangkan konsitusinya adalah UUD 1945.

9
2. Sistem Pemerintahan Indonesia (1949-1950).
Federasi adalah bentuk negaranya, republik adalah bentuk pemerintahannya, sistem
pemerintahannya adalah parlementer semu, konstitusinya UUD RIS.

3. Sistem Pemerintahan Indonesia (1950-1959).


Kesatuan adalah bentuk negaranya, bentuk pemerintahannya adalah republik, sistem
pemerintahannya parlementer, konsitusinya UUDS 1950.

4. Sistem Pemerintahan Indonesia (1959-1966).


Bentuk negaranya adalah kesatuan, republik adalah bentuk pemerintahannya,
presidensial adalah sistem pemerintahannya, UUD 1945 adalah konstitusinya.

5. Sistem Pemerintahan Indonesia 1966–1998).


Sama seperti nomor empat, tidak ada yang berubah.

6. Sistem pemerintahan Indonesia (1998 sampai dengan saat ini).


Dimulainya sistem pemerintahan yang ini secara pastinya tanggal 21 Mei 1998, tepat
pada saat runtuhnya pemerintahan orde baru. Bentuk negaranya adalah kesatuan,
republik adalah bentuk pemerintahannya sedangkan sistem pemerintahannya tetap
menganut sistem presidensial. UUD 1945 masih merupakan landasan yang dipegang
dengan kokoh.
Sistem presidensial adalah sistem negara yang dipimpin oleh presiden.
Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemelihan umum (pemilu).
Sistem pemerintahan merupakan suatu sistem sebagai alat untuk mengatur jalannya
pemerintahan sesuai pada kondisi negara dengan tujuan menjaga kestabilan negara.
Sistem tersebut terdiri dari berbagai macam komponen dan menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Masing-masing komponen menjalin kerja sama yang
kuat, memiliki keterikatan satu sama lain yang memiliki satu tujuan dan satu fungsi
dari pemerintahan.
Presiden berhak mengangkat dan memberhentikan para menteri. Para menteri
atau disebut sebagai kabinet bertanggung jawab terhadap presiden. Presiden dalam
menjalankan pemerintahanya diawasi oleh parlemen. Parleman di Indonesia ada dua,
yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Anggota DPR dan DPD dipilih secara langsung oleh rakyat melalui sistem pemilu.
Anggota DPD berasal dari partai politik, sementara anggota DPD berasal dari calon

10
perseorangan dengan syarat-syarat dukungan tertentu yang mewakili wilayah
administrasi tingkat 1 atau provinsi. Anggota DPR dan DPD merupakan anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR merupakan lembaga tinggi negara yan
berwenang untuk mengubah dan menetapkan undang-undang dasar (UUD).
MPR adalah lembaga tinggi negara yang melantik presiden dan wakil
presiden. MPR juga dapat memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam
jabatannnya menurut UUD. Bentuk pemerintahan Indonesia merupakan republik.
Bentuk pemerintahan tersebut merupakan pemerintahan yang mandat kekuasaannya
berasal dari rakyat, melalui mekanisme pemilu dan biasanya dipimpin oleh presiden.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, yakni : Presiden sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dipilih langsung oleh rakyat lewat
proses pemilu bukan parlemen. Presiden mengangkat menteri dalam kabinet dalam
menjalankan tugas pemerintahannya. Presiden juga bisa memberhentikan menteri.
Para menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Indonesia adalah negara berbentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi
daerah yang luas. Negara kesatuan adalah bentuk negara berdaulat yang
diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal. Negara kesatuan menempatkan
pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi sedangkan wilayah-wilayah administratif
di bawahnya hanya menjalankan kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan. Wilayah administratif di dalam negara Indonesia saat ini terbagi
menjadi 34 provinsi. Setiap negara selain mempunyai bentuk negara dan bentuk
pemerintahan, juga mempunyai sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan
merupakan suatu sistem sebagai alat untuk mengatur jalannya pemerintahan sesuai
pada kondisi negara dengan tujuan menjaga kestabilan negara.

11

Anda mungkin juga menyukai