37 98 1 SM
37 98 1 SM
1, April 2016 : 1 - 10
ABSTRAK
Jalan angkut memiliki peranan yang sangat penting dalam siklus operasi produksi penambangan. Kualitas jalan angkut akan
menjadi faktor penentu dalam pencapaian target produksi suatu perusahaan. Pencapaian target produksi antara lain dipengaruhi oleh
produktivitas alat. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh perbaikan jalan angkut terhadap produktivitas alat angkut.
Perbaikan yang diterapkan berupa perubahan struktur lapis jalan berdasarkan daya dukung material jalan yang diperoleh
melalui uji lab serta beban maksimum yang diterima jalan. Penentuan rancangan ketebalan struktur lapis jalan mengacu pada nilai
California Bearing Ratio (CBR). Sedangkan beban maksimum dihitung dari alat angkut terbesar dalam keadaan bermuatan penuh yang
melewati jalan. Geometri jalan angkut yang meliputi panjang segmen, lebar jalan, dan kemiringannya merupakan perpaduan hasil
pengukuran langsung dan pengolahan data dari peta jalan angkut. Data waktu edar alat diambil langsung di lapangan sebelum dan
sesudah jalan diperbaiki untuk mengetahui dampaknya terhadap perubahan produktivitas.
Alat angkut terbesar yang melewati jalan berupa Komatsu HD465-7 dengan berat bermuatan 97,875 kg dan distribusi beban
maksimum terletak pada bagian belakang alat angkut sebesar 36,682.5 lbs. Tebal perkerasan di atas subgrade yang sesuai untuk
menahan beban ini adalah setebal 28 inch, dengan minimal lapisan base coarse 8 inch, dan lapisan surface coarse 9 inch. Hasil uji lab
material yang tersedia di lapangan yaitu batulempung dan batulempung pasiran memiliki nilai CBR maksimum masing-masing 43%
dan
48%. Batulempung digunakan sebagai material surface coarse dengan tebal 7 inch. Batulempung pasiran digunakan sebagai material
base coarse dengan tebal 21 inch. Kecepatan rata-rata alat angkut yang sebelumnya 20.65 km/jam naik menjadi 22.19 km/jam setelah
jalan diperbaiki sehingga terjadi peningkatan produktivitas alat angkut yaitu sebesar 2.1 BCM/ jam untuk setiap alat angkut.
Kata-kata kunci: Jalan angkut tambang, perbaikan jalan, produktivitas alat angkut, struktur lapis jalan
1
sehingga lebih padat karena ikatan partikel di dalamnya kepadatan laboratorium yang berbeda, yaitu dengan 10
lebih erat. Karena memiliki sifat seperti itu, batulempung tumbukan, 25 tumbukan dan 56 tumbukan sesuai dengan
akan terasa berat dan susah diolah terutama di musim prosedur standart uji laboratorium. Hal ini bertujuan untuk
penghujan, namun material ini akan menjadi sangat keras memperoleh nilai CBR maksimum pada material.
dan pecah di musim kemarau. Bahkan karena sifatnya itu, Pengujian ini menggunakan metode standart laboratorium
air lebih sulit meresap sehingga mempunyai kemampuan yaitu AASHTO T-193-74 dan SNI Termodifikasi 03 –
untuk menahan air cukup baik. 1743 - 1989. Dari hasil pengujian diperoleh nilai CBR
Material Batulempung pasiran terbentuk dari maksimum masing-masing material yaitu untuk material
sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa oleh batulempung memiliki nilai CBR 43% dan untuk material
aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi batulempung pasiran memiliki nilai CBR 48%.
pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16
hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi,
tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari
batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit
dan bijih besi. Sifat material batulempung pasiran
umumnya memiliki daya dukung yang cukup baik jika
digunakan sebagai material lapis jalan, tetapi jenis
material ini memiliki kekurangan yang sangat krusial,
yaitu berupa kesukaran jenis material ini untuk tetap stabil
pada kondisi yang diinginkan setelah material ini
dipadatkan.
Gambar-1. Batulempung Warna Keputihan Gambar-4. Hasil Uji CBR Material Batulempung Pasiran
Penentuan Beban Jalan dan Waktu Edar Alat Angkut HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengamatan terhadap alat angkut ini
Struktur Lapis Jalan Angkut
dilakukan untuk mengetahui jenis alat angkut apa yang
Jalan angkut pada daerah penelitian memiliki
melewati jalan angkut. Spesifikasi alat angkut yang
struktur lapis jalan tersusun berdasarkan 3 lapisan utama,
melewati jalan angkut tersebut dapat diketahui dengan
dari atas ke bawah yaitu lapisan surface coarse, lapisan
mengetahui jenis alat angkutnya. Spesifikasi alat angkut
base coarse, dan lapisan subgrade.
nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam
Lapisan pondasi atas (surface coarse) merupakan
menentukan perencanaan konstruksi jalan
bagian perkerasan untuk menahan gaya melintang dari
angkut.
beban roda dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
Dari hasil pengamatan di lapangan, diketahui
Fungsi lapisan pondasi atas yaitu sebagai lapis peresapan
bahwa alat angkut terbesar yang digunakan untuk
memindahkan overburden dari front kerja menuju area untuk lapisan di bawahnya dan sebagai bantalan bagi lapis
disposal yaitu berupa alat angkut HD465-7. Alat inilah permukaan. Lapisan surface coarse berfungsi sebagai lapis
yang nantinya akan digunakan sebagai dasar penentuan perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas
ketebalan lapisan struktur jalan angkut. Pada Gambar-5 tinggi untuk menahan roda selama masa pelayanan jalan.
tampak lekukan pada jalan yang terbentuk pada sisi luar Lapisan ini juga dikenal sebagai lapis aus yang artinya
jejak roda ban (undulating), Undulating merupakan lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem
indikasi bahwa beban maksimum yang diterima jalan lebih kendaraan, sehingga mengakibatkan keausan ban, dan
besar dari daya dukungnya. sebagai lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah,
Rangkaian kerja yang diperlukan untuk sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai
menghitung waktu edar dump truck dalam mengangkut daya dukung lebih jelek.
suatu ritasi bermuatan yaitu mulai penempatan posisi Pada lapisan ini digunakan material batulempung
pengisian (spotting), pemuatan (loading), perjalanan yang memiliki nilai CBR sebesar 43% dengan tebal
bermuatan (load travel), penempatan posisi penumpahan, lapisan sebesar 9 inch. Lempung terdiri dari butir – butir
yang sangat kecil dan menunjukkan sifat plastisitas dan
penumpahan (dumping), kembali kosong (empty travel),
kohesi. Kohesi menunjukkan sifat bahwa bagian-bagian
mengantri (queueing, apabila ada), dan penempatan posisi
dari bahan melekat satu sama lain, sedangkan plastisitas
untuk kembali melakukan pengisian. Rangkaian kerja adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dapat
tersebut yang disebut satu waktu edar bagi sebuah alat diubah – ubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke
angkut (cmt). bentuk aslinya dan tidak terjadi retakan-retakan atau
pecah-pecah. Ciri -ciri tanah lempung (clay), dapat dirinci
sebagai berikut :