Anda di halaman 1dari 16

PEMBELAJARAN IPA

DALAM SEKOLAH DASAR

NAMA KELOMPOK :

1. Ketut Melly Veronica Serliani (2011031027)


2. Luh Putu Tania Maharani (2011031034)
3. Luh Sukma Wardani (2011031035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU


PROGRAM GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAHN) NEGERI
MPU KUTURAN SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR

Om, Swastyastu

Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis membuat makalah ini yang berjudul “Pembelajaran IPA SD”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, tidak lupa pula
bapak /Ibu yang mendidik dan mengajar penulis.
Namun demikian penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki se-
hingga kemungkinan adanya kekurangan – kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna me-
nyempurnakan makalah ini untuk sebagai pedoman dalam penulisan dan penyusu-
nan makalah selanjutnya. Sebagai akhir kata dengan harapan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om

Singaraja , 17 maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan..........................................................................3
B. Konsep Ipa............................................................................................3
- IPA sebagai Metode Khusus...........................................................4
- IPA sebagai Metode Ilmiah............................................................4
C. Karakteristik Ipa...................................................................................5
D. Kedudukan IPA sebagai Proses, Produk dan Sikap Ilmiah..................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Materi kajian dalam Bab 1 ini terkait erat dengan materi kajian pada
materi-materi berikutnya. Kompetensi yang kita capai dari Bab 1 ini digunakan
untuk menelaah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam
Kurikulum IPA SD/MI. Misal, jika kita hendak mengidentifikasi fakta, konsep
atau prinsip dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, maka kita
memerlukan pengetahuan tentang karakteristik IPA sebagai proses, produk, dan
sikap.
Pencapaian kompetensi yang dijabarkan dalam Bab 1 ini bermanfaat bagi
calon guru maupun guru sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas sebagai
perancang dan pelaksana kegiatan pembelajaran IPA di kelas. Tanpa adanya
pemahaman yang mendalam terhadap materi kajian Bab 1 ini, niscaya guru tidak
dapat membelajarkan IPA kepada siswanya secara profesional. Oleh karena itu,
pelajarilah baik-baik materi Bab 1 ini, karena pemahaman anda pada Hakikat IPA
dan Hakikat Pembelajaran IPA akan memberikan kontribusi dalam profesi anda
sebagai guru.
Bab 1 ini dibagi dalam beberapa bagian. Pertama tentang karakteristik
IPA, kedua tentang kedudukan IPA sebagai proses, produk, serta sikap, dan ketiga
tentang belajar dan pembelajaran IPA terhadap pembelajaran IPA SD.
Pada Bab 1 ini akan mengajak kita untuk mengkaji hakikat IPA, baik
melalui membaca, mengamati simulasi fenomena IPA, maupun kegiatan diskusi.
Bahan kajian ini terkait erat dengan bahan kajian berikutnya, utamanya terkait
dengan bahan kajian model-model pembelajaran IPA SD/MI, karena model-
model pembelajaran IPA SD/MI selalu menitik beratkan pada pengalaman
langsung melalui penggunaan berbagai keterampilan proses IPA. Tanpa
pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik IPA, sulit kiranya untuk dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang berfilosofi konstruktivistik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa pengertian pendidikan?
2. Menjelaskan apa konsep IPA?
3. Menjelaskan apa karakteristik IPA?
4. Menjelaskan apa karakteristik belajar IPA?
5. Menjelaskan apa Kedudukan IPA Sebagai Proses, Produk dan Sikap
Ilmiah?

1.3 Tujuan
1. Dapat Menjelaskan apa pengertian pendidikan
2. Dapat Menjelaskan apa konsep IPA
3. Dapat Menjelaskan apa karakteristik IPA
4. Dapat Menjelaskan apa karakteristik belajar IPA
5. Dapat Menjelaskan apa Kedudukan IPA Sebagai Proses, Produk dan Sikap
Ilmiah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan


Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses sepanjang
hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan
segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk social, serta sebagai makhluk Tuhan”.
Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu
usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku
manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu
proses sadar dan terencana dari setiap individu maupun kelompok untuk
membentuk pribadi yang baik dan mengembangkan potensi yang ada dalam upaya
mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diharapkan, dan dapat pula dikatakan
bahwa pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola pikir
saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri
seseorang. Jadi pendidikan menyangkut semua aspek pada kepribadian seseorang
untuk membuat seseorang tersebut menjadi lebih baik.

2.2 Konsep Pembelajaran IPA


Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural
science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam
(IPA).

3
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai:
systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based
mainly on observation and induction (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan
alam didefinisikan sebagai: pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan
menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada
hasil pengamatan dan induksi).
Sumber lain menyatakan bahwa natural science didefinisikan sebagai a
piece of theoretical knowledge atau sejenis pengetahuan teoritis. IPA merupakan
cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai
sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari
hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-
gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip
dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam
metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi
IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode
ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.
Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund, 1973:2).
Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun
dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas
gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan
sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan,
tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.
2.2.1 IPA sebagai Metode Khusus

4
Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah
seorang ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang
diperoleh melalui hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan
kalau tidak sesuai dengan hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat
berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil pengamatan. Dengan
demikian, IPA juga merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh
dengan metode khusus (Nokes, 1941).
Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan secara teoritis jika
sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan
dalam lintasan planet lainya. Atau dapat dikatakan bahwa Planet Neptunus
tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi melainkan melalui
perhitungan-perhitungan. Demikian halnya dengan pembuktian teori
Einstein yang secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein.

2.2.2 IPA sebagai Metode Ilmiah


Jika IPA merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang
diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa
observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan teori,
observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal dengan metode
ilmiah (scientific method).

2.3 Karakteristik IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.
Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural
science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam
(IPA).

5
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai
systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and based
mainly on observation and induction yang diartikan bahwa “ ilmu pengetahuan
alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan
menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada
hasil pengamatan dan induksi ”. Sumber lain menyatakan bahwa natural science
didefinisikan sebagai a pieces of theoritical knowledge atau seje-nis pengetahuan
teoritis.
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena
alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-
gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip
dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam
metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi
IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode
ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.
Science is both of knowledge and a process.
Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.
Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran
manusia atas gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat
memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu
percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi. Pembuktian
teori Einstein secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein. Planet Neptunus
pada awalnya tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi tetapi melalui

6
perhitungan-perhitungan. Dengan demikian, IPA juga merupakan pengetahuan
teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang
ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui
hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan
hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu
didasari oleh hasil pengamatan. Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan
secara teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu
keanehan dalam lintasan planet lainya. Jika IPA merupakan suatu jenis
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut
dapat berupa observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan
teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal
dengan metode ilmiah (scientific method).
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri
sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri
umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu
ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang
menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun
secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga
mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi.
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat
dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan
prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai
ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang
mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah
tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan
atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-

7
gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode
ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja
ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific
attitudes).
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan
bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan
observasi lebih lanjut.
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan
atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan
metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk
hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

2.4 Kedudukan Ipa Sebagai Proses, Produk Dan Sikap Ilmiah


2.4.1 IPA Sebagai Proses
Mari kita telusuri materi kajian IPA sebagai proses dari sajian
berikut ini. IPA sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan
bertindak untuk menghadapi atau merespons masalah-masalah yang ada di
lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja
untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai

8
proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan temuan-
temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses ilmiah ini berupa kegiatan
ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah. Secara sederhana
Nyoman (1985-1986: 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai usaha
mencari pengetahuan dan kebenaran.
Sejumlah proses IPA yang dikembangkan para ilmuwan dalam
mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang kemudian disebut
sebagai keterampilan proses IPA. Iskandar (1997:5) mengartikan
keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para
ilmuwan. Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya,
keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
keterampilan:
 Proses Dasar (Basic Skills) dan
 Keterampilan Proses Terintegrasi

2.4.2 IPA Sebagai Produk


Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan
kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad.
Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari
benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, tempat.
Pudyo (1991: 2) menyebutkan bentuk-bentuk produk IPA meliputi
istilah, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
Contoh:
• malaria (sebutan)
• lamda (simbol untuk panjang gelombang)
• matahari (nama benda)
• angin puting beliung (gejala alam)
• Newton (nama orang)
• Galapagos (nama tempat).
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-
pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-
peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif.

9
Sementara itu Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan
tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya
suatu benda atau kejadian. Sifat yang dimaksud dapat berupa wujud,
bentuk, bangun, ukuran, warna, bau, rasa dan yang lainnya. Contoh:

 Fakta mengenai sifat : Air Jeruk Rasanya Asam.


 Fakta mengenai waktu: Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
 Fakta mengenai tempat : Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula
satu)
 Fakta mengenai orang : Mukibat (adalah orang Indonesia penemu
teknik menyambung singkong)

2.4.3 IPA Sebagai Sikap Ilmiah


Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan
oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997:
11). Sikap-sikap ilmiah meliputi :
a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu
tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
Contoh : Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda
0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal
seharusnya 0,005m3.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu.
Contoh : Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu
burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera
mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-
datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan
orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya
sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang

10
mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak
temuannya sendiri.

c. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.


Contoh : Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2
cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain
mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat
pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
d. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam
bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak
ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk
di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-
fakta pendukung yang benar-benar akurat.
e. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada
umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.
Contoh : Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda
jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu.
Beliau berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk
istirahat di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan
menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya
hukum Gravitasi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
IPA memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan bidang
ilmu lain. Karakteristik IPA tersebut yaitu;
1. IPA mempunyai nilai ilmiah, artinya kebenaran-kebenaran IPA
dapat dibuktikan kembali oleh semua orang dengan melakukan
prosedur yang sama seperti yang dilakukan penemunya;
2. IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis tentang yang berkaitan dengan gejala-gejala alam;
3. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus yaitu denga melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimen, observasi demikian seterusnya sehingga saling terkait
satu sama lain;
4. IPA meliputi 4 unsur yaitu proses, produk, aplikasi, dan sikap.
Karakteristik belajar IPA meliputi 1) melibatkan hampir semua
indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai gerakan otot; 2)
Belajar IPA memerlukan berbagai teknik (cara),

12
3.2 Saran
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan, agar anda tahu persis apa
yang menjadi alasan penulis menulis makalah ini.
2. Baca sesecara sepintas pembahasan isi, agar anda memperoleh
gambaran secara keseluruhan.
3. Lanjutkan dengan membaca bagian demi bagian, tandai bagian-bagian
yang penting dengan stabilo atau garis tebal bawahnya.
4. Semoga makalah yang kami susun bermanfaat bagi kita semuanya.

DAFTAR PUSTAKA

http://aadesanjaya.blogspot.com/2010/10/hakikat-pembelajaran-ipa.html diakses
pada 31 Oktober 2017
http://anwarholil.blogspot.com/2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html diakses
pada 31 November 2017
Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press 
Djohar.(1990).Pendidikan Sains.Yogyakarta:FMIPA UNY
Masnur Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta:PT Bumi Aksara
Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar
Kompetensi

13

Anda mungkin juga menyukai