Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN

SURAT PAKSA TERHADAP PEMBAYARAN TUNGGAKAN PAJAK

(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Periode 2016-2020)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan kepada Fakultas Bisnis Universitas Mitra Indonesia untuk Memenuhi


sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntasi

Disusun Oleh :

ANGGI PARAMITA ( 175080020 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada hakikatnya adalah proses pembaruan berkesinambungan untuk

mencapai suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Bagi pemerintah indonesia tujuan

pembangunan adalah tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum pada pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional itu, bangsa

Indonesia giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan itu sendiri

diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan, mengembangkan dan memanfaatkan sumber

daya yang tersedia, baik yang berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia,

yang hasilnya ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Pembangunan dilaksanakan melalui rangkaian investasi yang hanya dapat

dilaksanakan dengan dukungan dana yang besar. Dana pembangunan itu dapat diperoleh

dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta, baik dari dalam negeri maupun manca

negara. Salah satu sumber dana tersebut berasal dari pajak.

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat diharapkan ikut

berperan aktif memberikan kontribusinya bagi peningkatan pendapatan negara, sesuai

dengan kemampuannya. Peranan pajak semakin besar dan signifikan dalam menyumbang

penerimaan negara, hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya pendapatan pemerintah

dari pajak dalam APBN, yang selanjutnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pembangunan maupun untuk biaya rutin negara. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan

kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam membayar pajak. (Chairil Anwar Pohan,

2013).

Pada awalnya sistem perpajakan di Indonesia adalah official assement, yaitu setiap

tahun pemerintah (Direktorat Jenderal Pajak) akan menerbitkan ketetapan pajak terhadap

wajib pajak. Dengan demikian wajib pajak baru terutang pajak setelah ditetapkan pajaknya.

Keadaan tersebut menjadi sangat tidak efektif mengingat jumlah wajib pajak yang semakin

bertambah sementara aparat pajak jumlahnya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan

banyaknya keluhan wajib pajak yang menunggu besarnya ketetapan pajak terutang pada

tahun pajak terdahulu karena belum ditetapkan.

Setelah awal 1984 berdasarkan Undang-Undang No. 6 tahun 1983 tentang

ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU KUP) sistem perpajakan di Indonesia

berganti menjadi self assessment, yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk

menghitung, membayar, menyetor, dan melaporkan kepada Direktorat Jenderal Pajak

jumlah pajak terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan laporan kinerja DJP tahun 2019, capaian pencairan piutang pajak dari

tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami penurunan dari 187,95% di tahun 2017 menjadi

156,61% di tahun 2018. Sementara itu, capaian pencairan piutang mengalami penurunan

dari 156,61% di tahun 2018 menjadi 126,45% di tahun 2019.

Tabel 1.1 Perkembangan Capaian IKU Persentase Pencairan Piutang Pajak

PencairanPiutangPajak
  2017 2018 2019
Target 35% 66% 75%
Realisa 103,36
si 65,78% % 98,84%
Capaia 187,95 156,61 126,45
n % % %

Pencapaian pencairan piutang pajak yang terjadi selama kurun waktu 2017 hingga 2019

menunjukkan bahwa capaian kinerja jurusita pajak melalui tindakan penagihan yang telah

dilaksanakan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan penagihan yang selama ini

dilakukan diharapkan dapat memberikan different effect bagi wajib pajak untuk lebih patuh

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Hambatan yang terjadi dalam pencapaian IKU pencairan piutang pajak adalah

belum optimalnya kualitas tindakan penagihan . tindakan penagihan pajak didesain dengan

tujuan agar wajib pajak melunasi utang pajaknya, yang dimulai sejak penerbitan surrat

teguran, pemberitahuan surat paksa, penerbitan surat perintah melakukan penyitaan,

pemblokiran, lelang, pencegahan hingga penyanderaan. Dalam rangka meningkatkan

pencairan piutang pajak, jurusita harus meningkatkan kualitas tindakan penagihan

pajaknya seoptimal mungkin sesuai alur tindakan penagihan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat

Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak”.

Anda mungkin juga menyukai