Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan : 4 LEMBAR KERJA 2 SKS : 2

KETERAMPILAN DASAR Kode :


Dosen : Dr. Naeklan
Simbolon, M.Pd PENDIDIKAN SD
Hari/Tanggal : Selasa / Prodi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Waktu :
29 September 2020 Fakultas Ilmu Pendidikan - Unimed Paraf Dosen
Nama Mahasiswa : Lutfiah Aini ( 1201111024) Nilai :
Soal :
1. Meringkas isi buku yang berjudul “Landasan-Landasan Pendidikan Dasar, Latar Belakang
dan Arah Pendidikan Dasar”
2. Uraikan salah satu landasan pendidikan dasar dan bagaimana implementasinya dalam
pembelajaran.
3. Buatlah 3 soal pilihan berganda dan kuci jawaban dari materi di atas.
Jawaban :
1. C. Landasan-Landasan Pendidikan Dasar
a. Landasan Filosofis pendidikan di Indonesia
Landasan filosofis merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam pelaksanaan
pendidikan. Landasan ini berkenaan dengan sistem nilai. Sistem nilai merupakan pandangan
seseorang tentang sesuatu terutama berkenaan dengan arti kehidupan. Pandangan lahir dari
kajian seseorang terhadap sesuatu masalah atau norma-norma agama dan sosial yang
dianutnya. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia atau falsafah Negara
Republik Indonesia. Pancasila merupakan norma tertinggi dalam Negara kita. Dengan
demikian Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup yang menjiwai
sistem kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia. Dasar kedua dari pendidikan nasional
adalah Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 bahwa "Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, Hamdani (2011:64).
Mengapa Pancasila dijadikan sebagai pandangan dan cara hidup bangsa Indonesia? Pancasila
sebagai filsafat Negara Republik Indonesia diangkat dari realitas sosial budaya dan tata nilai
dasar masyarakat Indonesia. Nilai nilai dasar ini telah menjiwai dan merupakan perwujudan
kepribadian bangsa. Adapun nilai-nilai dasar didalam sosial budaya Indonesia yang
berkembang sejak awal peradaban terutama meliputi: (a) Adanya kesadaran ke-Tuhanan dan
kesadaran keagamaan, (b) musyawarah mufakat dalam menentukan dan memecahkan
masalah bersama, (d) Kesadaran gotong royong atau tolong menolong, dan (e) Kesadaran
tenggang rasa dan tepa selera, Nilai-nilai diatas tumbuh dan berkembang didalam kehidupan
awal sosial budaya kita, sepanjang sejarah bangsa. Pandangan hidup adalah pandangan
tentang nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh suatu bangsa. Jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia pada hakikatnya bersifat religius, suka damai, menjunjung tinggi asas
musyawarah dan mufakat, kekeluargaan, gotong- royong dan keadilan sosial.
Sistem nilai atau pandangan hidup yang dikandung filsafat pendidikan seseorang atau suatu
negara akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan dan tujuan pendidikan suatu negara
dapat kita amati dari contoh-contoh yang dikemukakan Arbi & Syahrun (2011: 36-37) yaitu:
I) Di Sparta (Yunani Kuno) Sparta adalah Negara yang banyak mengalami peperangan.
Tujuan pendidikan ialah pembentukan warga negara yang kuat fisiknya. Pendidikan yang
utama diberikan ialah untuk membentuk jasmani yang sehat, karena pada tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat.
2) Di Eropa Barat Sebelum dan pada abad kesembilan belas, pengaruh reasionalisme sangat
kuat. Pandangan ini menyatakan manusia adalah makhluk berpikir atau berakal (Homo
Sapiens). Orang sangat menjunjung tinggi akal, akal teoritis maupun akal praktis. Akal adalah
alat untuk berpikir dan menimbang buruk baiknya. Akal manusia menghasilkan pengetahuan.
Dengan pengetahuan manusia dapat berbuat baik dalam pengertian sempurna. Pandangan ini
berpendapat, bahwa akal dan pengetahuan maha kuasa. Implikasi pandangan ialah, bahwa
pendidikan sangat menjunjung tinggi pengaruh pengetahuan dan peranan akal. Nilai ini
merupakan norma bagi pelaksanaan pendidikan.
3) John Dewey dari Amerika Serikat Terkenal dengan pragmatisme, suatu filsafat Pendidikan
yang mengutamakan pengalaman. Pandangan ini mempunyai norma, bahwa kebenaran
terletak pada kenyataan praktis. Apa yang benar ialah apa yang berguna bagi kehidupan dan
sesuai dengan praktek. Metode enkuiri dan memberi latihan adalah metode yang tepat
digunakan, pengalaman adalah yang utama. Pandangan inilah yang mendasari pendidikannya.
b. Landasan Psikologis Pendidikan
Istilah psikologi dialih bahasakan dari psyche dan logos. P'syche dapat diartikan sebagai
jiwa, roh, mental. Logos, berarti studi atau kajian ilmiah atau ilmu. Dengan demikian
psikologi adalah kajian ilmiah atau ilmu tentang jiwa, roh atau mental. Menurut Arbi dan
Syahrun (1991:51-52), Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan
kepada murid, maka proses dan hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai
sebagaimana mestinya. Bila prinsip-prinsip itu tidak dijadikan landasan usaha dalam
penyampaian pesan kepada murid, maka proses dan hasil belajar yang diharapkan tidak akan
tercapai sebagaimana mestinya. Sebagai contoh dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila si
penyampai pesan (guru) menyamaratakan semua muridnya dalam hal kecerdasan umum
(intelegensi) seperti halnya dalam sistem klasikal, maka akan ada dua kelompok murid yang
akan merugi. Selanjutnya, bila prinsip-prinsip belajar tidak dijadikan landasan dalam
membelajarkan murid, maka proses dan hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai.
Sebagai contoh, bila pesan (materi pelajaran) terus menerus disajikan sesuai dengan jadwal
(program), tanpa mengecek apakah pelajaran sebelumnya sudah dikuasai oleh anak, maka
usaha ini akan banyak mengalami kegagalan. Kegagalan itu ialah tidak utuhnya bangunan
pesan yang disampaikan kepada murid, yaitu bila pengetahuan baru (pelajaran baru).
c. Landasan Sosial Budaya
Pendidik disini yang dimaksud adalah orang dewasa yang bertugas atau bekerja di
dalam dunia pendidikan. Memurut Arbi dan syahrun (1991: 66) Interaksi antara guru
(pendidik) dengan murid (peserta didik) disekolah berlangsung dalam suatu proses yang
disebut proses belajar-mengajar. Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan pada
dasarnya juga merupakan salah satu institusi sosial karena ia merupakan masyarakat kecil
diantara system sosial lainnya. Sebagai masyarakat kecil sekolah pun mempunyai kebudayaan
(kultural) tertentu. Kebudayaan sekolah dan system interaksi individu di dalamnya akan
melahirkan suasana (iklim) sosial yang akan mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut.
Proses belajar mengajar disekolah, juga mendapat pengaruh dari institusi lain di luarnya,
seperti teman sebaya, keluarga dan masyarakat dalam arti yang luas. Sosiobudaya dari
institusi-institusi ini akan mempengaruhi sosiokultural yang ada disekolah. Tetapi juga
sebaliknya, sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap institusi sosial di luarnya.
Sekolah berfungsi sebagai pewarisan, pemeliharaan dan pembaharuan kebudayaan dari
generasi terdahulu kepada generasi sekarang dan penerus. Jadi, antara sekolah dengan
institusi sosial diluarnya mempunyai hubungan timbal balik.
d. Landasan Hukum
Pendidik dalam hal ini adalah seorang guru, sebagai orang yang bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pendidikan, perlu memahami landasan hukum penyelenggaraan
pendidikan. Dengan memahami landasan hukum tersebut, guru lebih siap menerima
penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan dan kemungkinan dapat diadakan inovasi
dalam bidang pendidikan. Pancasila seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
merupakan kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu acuan
yang harus menjadi dasar landasan hukum sistem pendidikan nasional adalah Pancasila.
Kebijaksanaan pemerintah berupa ketentuan- ketentuan itu baik bersifat umum maupun
khusus tidak hanya tersirat didalam kebiasaan dan adat istiadat. Akan tetapi dituangkan
berupa Surat Keputusan, Ketetapan Peraturan Pemerintah, dan Undang-Undang Menurut
Arbi & Syahrun (1991: 82) guru sebagai pelaksana pendidikan seyogyanya menaruh
perhatian lebih pada kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah tersebut. Oleh karena itu tugas
guru baik langsung maupun tidak langsung harus menunjang semua kebijaksanaan
pemerintah, yakni mempersiapkan manusia Indonesia bagi kehidupan di masa depan. Untuk
itu guru harus mampu mengikuti perkembangan dan perubahan kebijaksanaan pemerintah.
Dengan memahami berbagai ketentuan yang mengandung kebijaksanaan pemerintah sesuai
dengan tugasnya, disamping guru dapat mewujudkan kegiatan pendidikan secara tepat, juga
memungkinkan mereka melakukan inovasi dalam pendidikan, seperti mencobakan berbagai
metode mengajar sehingga mereka menemukan kelemahan dan kekuatan dari masing-masing
metode itu. Kebijaksanaan pemerintah dituangkan dalam berbagai bentuk ketetapan,
merupakan landasan hukum bagi para guru dalam mewujudkan tugasnya. Guru tidak hanya
terbatas memahami ketentuan berupa undang- undang pokok di bidang pendidikan melainkan
juga ketentuan lain seperti UUD, Tap MPR, Kepres, PP, bahkan kurikulum yang ditetapkan
dengan keputusan Menteri dan kode etik guru yang ditetapkan melalui suatu kongres.
Ketentuan-ketentuan itulah yang merupakan landasan hukum atau perundang- undangan
untuk mewujudkan kegiatan pendidikan. Hukum sebagai norma mengatur kehidupan dalam
suatu masyarakat, karena didalamnya terdapat batas-batas baik dan buruk yang menjadi
ukuran tetap benar atau tidak benar.
D. Latar Belakang Dan Arah Pendidikan Dasar
Menurut Sani (2013) Pendidikan yang gagal membentuk moral pendidik akan
menghasilkan peserta didik yang kurang menghargai orang lain, menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan, dan hanya mementingkan kebutuhan individu. Pendidikan yang gagal
dalam mengahasilkan lulusan yang kompeten akan membuat mereka tidak mampu bekerja
secara efisien dan efektif, serta tidak memiliki daya saing. Guru yang merupakan ujung
tombak pendidikan seharusnya selalu berupaya melaksanakan yang terbaik dalam mendidik
anak bangsa dengan ikhlas dan menguasai pembelajaran yang efektif dalam melaksanakan
tugas mulia tersebut. Untuk itu kita akan membahas apa sebenarnya faktor-faktor yang
menyebabkan diperlukannya pendidikan bagi manusia yang dapat kita lihat dari sejarah
kehidupan manusia itu sendiri. Irianto (2011:190-192) mengatakan pada zaman berburu
diawali dengan penemuan kapak dan peralatan purba, Dilanjutkan dengan era beternak dan
bercocok tanam, mereka membuat alat-alat pertahanan peternakannya dan alat-alat pertanian.
Di zaman perdagangan, mereka mengembara lebih jauh untuk menemukan pasar baru yang
lebih luas dengan ditandai penemuan banyak benua dan tanah baru. Lalu revolusi industri
menggilas segalanya, yang terkenal dengan capital intensive yang mengganti konsep labor
intensive. Perubahan sosial masyarakat berubah total dari kekerabatan menjadi
individualisme secara radikal.
Perang dunia menjadikan penemuan teknologi mengalami percepatan yang tak
terbayangkan sebelumnya. Lalu lahirlah era teknologi informasi dengan kemunculan internet
yang jauh lebih dahsyat pengaruhnya dewasa ini. Komunikasi tidak lagi harus bertatap muka
langsung, karena dengan computer mereka dapat berbicara dengan saling melihat video
masing-masing, iPod, YouTube, widget, Google, blogging merupakan Istiian baru yang
menguasai dunia anak muda saat ini. Celakanya, konsumen yang potensial namun kritis
adalah anak muda, terutama dari kalangan generasi yang tadinya luput dari antisipasi
penjajahan dunia maya.
Pendidikan dewasa ini merupakan era baru yaitu era yang lebih dahsyat, yaknı era
INDUSTRI KREATIF. Industri kreatif adalah sebuah iklim dunia bisnis yang potensi
ekonomisnya berada di tangan para personal yang kreatif, nyeni, inovatif, dan dahulu belum/
tidak diperhitungkan sebagai industri arus utama (mainstream). Industri ini tidak perlu
memiliki karyawan yang banyak, tetapi produktif dan efisien kinerjanya. Dunia kreatif bukan
lah komoditas yang menyediakan kebutuhan primer manusia, namun justru lebih cenderung
memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier. Bourne
dalam Irianto (2011) mengatakan bahwa untuk membuat generasi muda agar berhasil untuk
masa depannya perlu perubahan sikap dan perilakunya untuk mengahadapi dunia kini yang
penuh dengan perubahan. Sikap dan perilaku ini sangat penting sebagaimana vang
dikemukakan Nelson Mandela : "A vision without action is just a dream; an action without
vision just passes time, a vision with an action change the world". (Untuk itu mari kita
berbuat dengan dasar visi sebagai contoh terhadap anak didik kita agar dikemudian hari dapat
mengembangkan bakat dan minatnya untuk mengubah dunia dan mendapatkan manfaat dari
perubahan itu). Pertanyaan yang mendasar untuk bahan diskusi ialah: Benarkah sekolah
memberikan masa depan yang lebih baik? Bukankah banyak pengangguran intelektual di
negara kita ini? Untuk apa sekolah kalau nanti menganggur juga. Bahkan banyak orang
bekerja yang tidak sesuai dengan jenjang dan jurusan atau program studi yang telah mereka
tempuh. Fakta ini menunjukkan bahwa sertifikat atau ijazah yang diterima lulusan masih
banyak yang tidak dihargai di dunia kerja. Kembali kemasalah semula, banyak orang
menganggap pendidikan sebagai gerbang emas untuk perbaikan nasib di masa depan, hal ini
hanyalah masalah persepsi. Jika semua orang menganggap demikian, jadilah ia sebuah
kebenaran. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Pendidikan tidak berkorelasi secara langsung
dengan masa depan yang lebih. Untuk kasus Indonesia, masih ada faktor lain yang harus
diperhatikan. Faktor ini antara lain kepemilikan modal (dari orang tua atau keluarga besar),
relasi, usaha keras dan tentu sają nasib baik.

2. Landasan Filosofis Pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam
rangka studi dan praktek pendidikan. Di dalam pendidikan mesti terdapat momen studi
pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan antara lain kita akan
memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik
tolak praktek pendidikan. Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi
pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat
filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.
Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah
metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat
pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana
ragamnya aliran filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme,
landasan filsofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut Realisme antara lain
berpendapat bahwa "pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui pengalaman dria".
Implikasinya, penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung
(misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau pengalaman tidak langsung (misal: melalui
membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb). Selain tersajikan berdasarkan aliran-
alirannya, landasan filosofis pendidikan dapat pula disajikan berdasarkan tema-tema tertentu.
Misalnya dalam tema: "Manusia sebagai Animal Educandum" (M.J. Langeveld, 1980), Man
and Education" (Frost, Jr., 1957), dll. Demikian pula, aliran-aliran pendidikan yang
dipengaruhi oleh filsafat, telah menjadi filsafat pendidikan dan atau menjadi teori pendidikan
tertentu. Ada beberapa teori pendidikan yang sampai dewasa ini mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap praktek pendidikan, misalnya aliran empirisme, naturalisme, nativisme, dan
aliran konvergensi dalam pendidikan.

( Suyitno. 2009. landasan filosofis pendidikan. Makalah )

Implementasi landasan filosofis pendidikan dalam pembelajaran adalah


 Progresivisme, yaitu proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa.
 Konstruktivisme, anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
 Humanisme, melihat siswa dari segi potensi, dan dimilikinya. keunikan/kekhasannya,
motivasi yang Secara filosofis bahwa anak didik mempunyai untuk kemampuan
melakukan perubahan secara signifikan dalam kehidupannya walaupun bersifat
evolusionis, karena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia yang
(becoming) berproses evolusionis pula.

( Firdaus Herman. 2015. Landasan Pendidikan Anak Sd. Makalah )

3. 1. Landasan yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan adalah …
a. Landasan Ilmiah Pendidikan
b. Landasan Psikologis Pendidikan
c. Landasan Filosofis Pendidikan
d. Landasan Antropologis Pendidikan
Kuci Jawaban : C
2. Demikian pula, aliran-aliran pendidikan yang dipengaruhi oleh filsafat, telah menjadi
filsafat pendidikan dan atau menjadi teori pendidikan tertent. Ada beberapa teori pendidikan
yang sampai dewasa ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap praktek pendidikan yaitu

a. Aliran empirisme, naturalisme, nativisme, dan aliran konvergensi.
b. Aliran idealisme, realisme, perenialisme, dan essensialisme.
c. Aliran strukturalisme, fungsionalisme, dan behaviorisme.
d. Aliran empirisme, realisme dan behaviorisme.
Kunci Jawaban : A
3. Anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan …
a. Obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
b. Benda, cahaya dan suara.
c. Benda, pengalaman, dan cuaca.
d. Obyek, fenomena, dan cahaya.
Kunci Jawaban : A

Anda mungkin juga menyukai