Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

“ ASET TETAP “

Dosen Pengampu : Aulia Apriani, SE, M.Ak

DISUSUN OLEH :

HANIFA FAIRUZ 1905113577

ICE ZURMIATI 1905110441

NURSAULINA SIBUEA 1905113865

REDI YUSANRA 1905111152

YUYUN TITASARI 1905124635

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS RIAU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat


Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah kami. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta
salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘Aset Tetap’ bertujuan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Akuntansi Perpajakan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perpajakan, Ibuk Aulia Apriani, SE,
M.Ak yang telah membimbing penyelesaian makalah. Kami juga berterima kasih
kepada para pihak yang mendukung penulisan makalah. Penulis berharap agar
makalah ini mampu memberikan sudut pandang baru bagi pembaca.

Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Pekanbaru, 20 April 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… iv

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………... v

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………….... v

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengakuan Aset Tetap …………………………………………………. 1

2.2 Nilai Perolehan Aset Tetap ……………………………………………. 5

2.3 Penyusutan Aktiva Tetap …………………………………………….... 8

2.4 Pengelompokan Akiva Tetap Untuk Penyusutan Pajak ………………. 11

2.5 Penarikan Atau Pelepasan Aktiva …………………………………….. 20

2.6 Revaluasi Aktiva Tetap ……………………………………………….. 22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 25

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama
lebih dari satu periode. Dalam pembelajaran akuntansi perpajakan baiknya kita
mengetahui tentang apa yang ada didalam ilmu ini. Salah satu yang terdapat
didalamnya adalah tentang Aset Tetap yang akan kami uraikan di dalam
makalah kami ini yang mencakup bahasan Aset Tetap.

Aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan,


kesalahan dalam menilaiaktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan
yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap
relative besar. Mengingat pentingnya akuntansi aktiva tetap dalam laporan
keuangan tersebut, maka perlakuannya harus berdasarkan pada Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK No.16).

Aktiva tetap tersebut dalam penyajiannya pada laporan keuangan


seharusnya membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara konsisten pada
setiap periode dengan menggunakan metode yang dianggap sesuai dengan
standart akuntansi di Indonesia, agardiketahui nilai sisanya pada akhir periode.

Dalam perpajakan perlakuan akuntansi atas aset tetap tidak seluruhnya


sama dengan Pernyatan setandar akuntansi keuangan (PSAK) dikarenakan
dalam perpajakan terdapat undang undang yang lebih mengikat atau memaksa
sehingga alam akuntasi perpajakan tidak dapat mengikuti PSAK secara
keseluruhan. Oleh karena itu kami akan menguraikan mengenai Akuntansi
perpajakan yang ada di Indonesia dengan materi “akuntansi pajak atas aset
tetap”.

iv
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan tersebut di atas maka kita
dapat tarik beberapa permasalahan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengakuan akuntansi aset tetap dalam sistem perpajakan?


2. Bagaimana perlakuan untuk biaya perolehan dalam pengukuran aset tetap
sesuai ketentuan perpajakan?
3. Bagaimana bila terdapat penarikan and pelepasan aset tetap perusahaan
sesuai ketentuan perpajakan?
4. Bagaimana perhitungan dan metode penyusutan aset tetap sesuai ketentuan
perpajakan?
5. Bagaimanakah penentuan pengelompokan aset tetap yang dimiliki
perusahaan sesuai dengan ketentuan perpajakan?
6. Apakah perlakuan akuntansi perpajakan bila terjadi revaluasi aset tetap?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa pengakuan akuntansi aset tetap dalam sistem


perpajakan?
2. Untuk mengetahui apa perlakuan untuk biaya perolehan dalam pengukuran
aset tetap sesuai ketentuan perpajakan?
3. Untuk mengetahui bila terdapat penarikan and pelepasan aset tetap
perusahaan sesuai ketentuan perpajakan?
4. Untuk mengetahui apa perhitungan dan metode penyusutan aset tetap
sesuai ketentuan perpajakan?
5. Untuk mengetahui apa penentuan pengelompokan aset tetap yang
dimiliki perusahaan sesuai dengan ketentuan perpajakan?
6. Untuk mengetahui apa perlakuan akuntansi perpajakan bila terjadi
revaluasi aset tetap?

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGAKUAN ASET TETAP

Pernyataan standar Akntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007)


bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap, agar pengguna
laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas
di asset tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut pernyataan tersebut
tidaklah berlaku untuk hak penambangan dan reservasi tambang seperti
minyak, gas alam, dan sumber daya alam sejenis yang tidak dapat di
perbaharui. Namun demikian pernyataan tersebut tetap berlaku untuk asset
yang di gunakan untuk mengembangkan asset yang terkait dengan hak
penambangan aset yang terkait dengan hak penambangan dan reservasi
tambang tersebut.(waluyo,2011)

Aktiva tetap adalah harta yang dapat digunakan lebih dari satu tahun.
Aktiva tetap terbagi atas:

1. Aktiva yang dapat disusutkan(depreciable assets)


Contoh: Bangunan, mesin dan peralatan yang lain.
2. Aktiva yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable assets)
Contoh: Tanah
Aktiva tidak berwujud adalah hak mutlak perusahaan terhadap sesuatu
yang diperolehnya karena keistimewaan tertentu. Syarat- syarat harta tidak
berwujud :
1. Ada hak mutlak
2. Ada keistimewaan tertentu
3. Ada pengeluaran biaya
Contoh : Hak paten, hak cipta, franchise, hak guna usaha, hak
gunabangunan, goodwill, hak penambangan, hak pengusahaan hutan, trade
mark.

1
Berdasarkan masa manfaatnya, aktiva tidak berwujud terbagi atas :

1. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh undang-


undang.
Misalnya : hak paten, hak cipta, franchise.

2. Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak dibatasi oleh undang-
undang.
Misalnya : goodwill dan merk dagang.

Perusahaan harus segera mengakui setiap aktiva yang dimiliki dan


mengelompokkannya sebagai aktiva tetap, apabila aktiva yang dimaksud
memenuhi pengertian dan memiliki sifat - sifat sebagai aktiva tetap.
Mengenai pengakuan aktiva tetap ini, Ikatan Akuntan Indonesia
memberikan pernyataan dalam PSAK Nomor 16 paragraf 06, yaitu :
(Ikatan Akuntan Indonesia, op. cit. No 16 paragraf 6)

Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan


dikelompokkan sebagai aktiva tetap apabila:

Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan


datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir dalam
perusahaan; untuk dapat menilai apakah manfaat keekonomisan di masa
yang akan datang tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan maka harus
di nilai tingkat kepastian terjadinya aliran manfaat keekonomisan tersebut,
yang juga memerlukan suatu kepastian bahwa perusahaan akan menerima
imbalan dan menerima resiko terkait.

Biaya perolehan aktiva dapat di ukur secara handal; sedangkan


kriteria kedua mengarah kepada bukti-bukti yang diperlukan untuk
mendukungnya. Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan ditekankan pula masalah pengendalian manfaat yang diharapkan
dari suatu aktiva. Agar aktiva yang digunakan dapat memberikan manfaat
yang optimal terhadap kegiatan operasi perusahaan.

2
Dengan demikian satu hal yang penting yang berkaitan pula dengan
pengakuan suatu aktiva adalah perusahaan memiliki kendali atas manfaat
yang diharapkan dari aktiva tersebut.

1. Penggolongan Aktiva Tetap


Aktiva tetap dikelompokkan karena memiliki sifat yang berbeda
dengan aktiva lainnya. Kriteria aktiva tetap terdiri dari berbagai jenis barang
maka dilakukan penggelompokkan lebih lanjut atas aktiva-aktiva tersebut.
Pengelompokkan itu tergantung pada kebijaksanaan akuntansi perusahaan
masing-masing karena umumnya semakin banyak aktiva tetap yang dimiliki
oleh perusahaan maka semakin banyak pula kelompoknya.

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan
bentuk, tergantung pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni perusahaan
tersebut. Aktiva tetap sering merupakan suatu bagian utama dari aktiva
perusahaan, karenanya signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Nilai
yang relatif besar serta jenis dan bentuk yang beragam dari aktiva tetap
menyebabkan perusahaan harus hati-hati dalam menggolongkannya.

Dari macam-macam aktiva tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan


penggolongan sebagai berikut:

a. Aktiva tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak
perusahaan, pertanian dan peternakan.
b. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya
bangunan, mesin, alat-alat, mebel dan lain-lain.
c. Aktiva tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis,
misalnya sumber-sumber alam seperti hasil tambang dan lain-lain.

Selain itu aset tetap juga apat di golongkan dari beberapa sudut pandang
diantaranya:

3
a. Sudut substansi
1) Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung,
dan peralatan.
2) Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti Goodwill,
Patent, Copyright, Hak Cipta, Franchise dan lain-lain.
b. Sudut disusutkan atau tidak:
1) Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti
Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin),
Inventaris, Jalan dan lain-lain.
2) Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva yang tidak dapat
disusutkan, seperti land (Tanah).

Aset tetap juga dapat di golongkan berdasarkan Jenisnya diantaranya


dapat dibagi sebagai berikut:

a. Lahan – Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan


tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila
ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan
pencatatan dari lahan itu sendiri.
b. Bangunan gedung – Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi
ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang
menjadi lokasi gedung.
c. Mesin – Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari
mesin yang bersangkutan.
d. Kendaraan - Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk, grader,
traktor, forklift, mobil, kendaraan bermotor dan lain-lain.
e. Perabot - Dalam jenis ini termasuk perabotan kantor, perabot
laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan
f. Inventaris – Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang
digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik ,
inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.

4
2.2 NILAI PEROLEHAN ASET TETAP
Penentuan harga perolehan aktiva tetap sangat penting karena harga
perolehan menjadi dasar untuk menghitung besarnya biaya penyusutan tiap-
tiap tahun. Adapun ketentuan sesuai dengan pasal 10 UU PPh, penentuan
harga perolehan aktiva tetap sebagai berikut:

1. Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta
yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan atau diterima sedangkan apabila terdapat
hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima.
2. Nilai perolehan atau niai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar
harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar.
3. Nilai perolehan atau nilai pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka
likuidasi, penggabungan, peleburan pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharunya dikeluarkan atau
diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.
4. Dasar penilaian harta yang dialihkan dalam rangka bantuan sumbangan
atau hibah:
a. Yang memenuhi syarat sebagai bukan Objek Pajak bagi yang
meneima pengalihan, sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang
melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan Direktur
Jenderal Pajak.
b. Yang tidak memenuhi syarat sebagai bukan Objek Pajak bagi
yang menerima pengalihan, sama dengan nilai pasar dan harta
tersebut.
5. Dasar penilaian harta yang dialihkan dalam rangka penyetoran modal
bagi badan yang menerima pengalihan, sama dengan nilai pasar dari
harta tesebut.

5
Perolehan Aktiva tetap diakui sebesar harga perolehannya (the
acquisition cost). Sementara itu yang dimaksud dengan harga perolehan
adalah pengeluaran-pengeluaran yang timbul mulai dari peruses pembelian
hingga aktiva tersebut siap beroperasi.Maka harga perolehan dapat
dirumuskan dengan :

Nilai Beli + Pengeluaran yang timbul dari proses pembelian hingga aktiva
tersebut siap operasi

Untuk mendapatkan aset yang di inginkan perusahaan dapat


menggunakan berbagai macam cara, berikut ini merupakan macam-macam
cara untuk memperoleh aktiva tetap, diantaranya (yang paling sering terjadi) :

1. Dibeli tunai (kontan)


2. Dibeli dengan mencicil (kontrak jangka panjang)
3. Dibeli dengan saham
4. Dibangun Sendiri
5. Pertukaran
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi di akui sebagai aset
pada awal harus di ukur sebesar biaya perolehan. Sebagai komponen biaya
perolehan aset tetap tersebut meliputi berikut ini (penerapan paragraf 16
PSAK No. 16 Revisi 2007).

1. Harga Perolehan
Dalam komponen harga perolehan termasuk bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh di kreditkan setelah di kurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat didistribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang di inginkan agar aset siap di gunakan
sesuai dengan keinginan dan manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset.

6
Berikut merupakan macam macam perolehan aset tetap diantaranya:
1. Perolehan aset tetap secara gabungan.
Apabila aset di peroleh secara gabungan, maka harga perolehan
masing-masing aset tetap ditentukan dengan megalokasikan harga
gabungan berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan sebagai contoh harga bangunan termasuk tanah seharga Rp
300.000.000,00 (termasuk biaya notaris, bea balik nama, bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan dan lain – lain ).
Contoh :

Ayat jurnal yang pada saat pembelian tunai sebagai berikut:

2. Perolehan aset tetap secara angsuran


Terhadap aset tetap yang diperoleh secara angsuran perlu di
perhatikan mengenai kontrak pembeliannya. Sebagai contoh aset teap di beli
secara angsuran dalam 24 kali angsuran dengan harga perolehan tunai Rp
120.000.000, dengan bunga 25% per tahun.

7
Jurnal pada saat pembelian aset tetap:

Jurnal pada saat pembayaran:

3. Perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri


Bunga yang dkeluarkan atas pinjaman untuk pembangunan selama
konstruksi akan di kaptalisasi. Hal ini sesuai dengan keentuan apabila bunga
pinjaman apa didistribusikan secara langsung dengan aset tertentu, maka
biaya pinjaman harus di kapitalisasi terhadap aset tertentu, perlakukan
akuntans komersial dapat diikuti oleh akuntasi pajak, sedangkan bunga yang
di kapialisasi akan di bebankan ke penghasilan melalui penyusutan selama
masa manfaat.

4. Perolehan secara Hibah, bantuan, dan sumbangan


Dalam perolehan secara hibah, bantuan dan sumbangan secara
langsung dihubungkan dengan perlakuan akuntansi pajak, karena akuntansi
komersial sedikit mengatur aset yang di peroleh dari sumbangan (donasi).

Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada pasal 10 ayat
(4) undang undang pajak penghasilan, undang undang ini saling berkaitan
dengan Pasal 4 ayat (3) yang mengatur mengenai persyaratan dalam
menerima aset secara atau berupa bantuan, sumbangan, dan hibah.

2.3 PENYUSUTAN AKTIVA TETAP

Penyusutan adalah beban yang diakui atas penurunan nilai aset


akibat penggunaannya. Sehingga pengakuannya baru bias dilakukan ketika
aset sudah mulai digunakan. Penyusutan atau jumlah yang disusutkan
(depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang
disubtitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan di kurangi nilai sisa
.(waluyo,2011)

8
Dalam pengaturan penyusutan tersebut, persyaratan aset yang dapat
disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi :

1. Harta yang dapat di susutkan adalah harta berwujud.


2. Harta tersebut mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.
3. Harta tersebut di gunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.

Terdapat pula aset tetap yang menurut akuntansi dapat disusutkan,


tetapi menurut akuntansi pajak tidak dapat disusutkan,yaitu :

1. Aset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasai dan di bawa


pulang pegawai, termasuk juga yang ada didaerah terpencil.
2. Aset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan didaerah
terpencil yang ditempati pegawai yang tidak diberi tunjangan oleh
perusahaan.

Pada peraturan pajak UU No. 36 tahun 2008, metode Penyusutan


yang diakui dan seharusnya dipergunakan Dalam laporan keuangan adalah
metode garis lurus Dan metode saldo menurun.

1. Metode garis lurus (straight line method)


Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu dari pada aspek
kegunaan metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode
penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama
besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang berproduksi.
Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagai
berikut:
Beban penyusutan : harga perolehan − Nilai sisa
Umur ekonomis
2. Metode saldo menurun (declining balance method)
Metode ini juga merupakan metode penurunan beban Penyusutan
yang menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam persentase)

9
yang merupakan perkalian dari metode garis lurus. Tingkat penyusutan
metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada
setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo
menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam
menghitung nilai yang dapat disusutkan.

beban penyusutan : penyusutan % x harga perolehan - akm


penyusutan Menurut IAI ( 2007 ) dalam PSAK 16, Penyusutan adalah
alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya. Sedangkan jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah
tercatatnya ( baik mengikuti model biaya maupun model revaluasi)
dikurangi dengan nilai residu aset yang bersangkutan.
Contoh:
Penyusutan aktiva tetap menggunakan metode garis lurus :
Harga perolehan tetap : 11.500.000
Nilai residu : 1.500.000
Umur manfaat aktiva tetap : 5 Tahun
Biaya depresiasi pertahun : 11.500.000−1.500.000 / 5
: 2.000.000
Biaya depresiasi perbulan : 2.000.000 ÷ 12 = 166.667
Aktiva tetap yang di susutkan adalah Rp 10.000.000 setelah
dikurangi nilai residu sebesar Rp 1.500.000. Penyusutan pertahunnya
adalah Rp 2.000.000 dari perhitungan estimasi biaya depresiasi di bagi
umur manfaat selama 5 tahun.
Pencatatan transaksi perbulan:

Transaksi penyusutan aktiva tetap pada akhir tahun :

10
2.4 PENGELOMPOKKAN AKTIVA TETAP UNTUK PENYUSUTAN
DALAM PAJAK
Metode penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan
perpajakan sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Pajak
Penghasilan adalah :

1. Metode saldo menurun (decline balance method) untuk aset tetap


berwujud bukan bangunan dan untuk berupa bangunan menggunakan
Metode garis lurus (straight line method).
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud.

Kelompok harta dan tarif penyusutan, penentuan kelompok dan tarif


penyusutan harta berwujud didasarkan pada pasal 11 Undang-Undang Pajak
Penghasilan sebagai berikut:

Tarif Tarif
Penyusutan Penyusutan
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat berdasarkan berdasarkan
Metode Garis Metode Saldo
Lurus Menurun
I. Kelompok

bangunan Kelompok 4 tahun 25 % 50 %

1 Kelompok 2 8 tahun 12, 5 % 25 %

Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12, 5 %

Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %

II. Bangunan

Permanen 20 tahun 5% -

Tidak Permanen 10 tahun 10 % -

11
Untuk lebih memudahkan Wajib Pajak dan memberikan keseragaman
dalam pengelompokan harta tetap berwujud, dikeluarkannya Keputusan
Menteri keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 yang berlaku sejak 1 januari
2009 mengatur tentang pengelompokan jenis- jenis Harta Berwujud,:

1. Jenis-jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok I


No
Jenis Usaha Jenis Harta
Urut
1. Semua jenis usaha Mebel dan peralatan dari kayu atau
rotan termasuk meja, bangku, kursi,
almari dan sejenisnya yang bukan
bagian dari bangunan. Mesin kantor
seperti mesin tik, mesin hitung,
duplikator, mesin fotokopi, mesin
akunting/pembukuan, komputer,
printer, scanner dan sejenisnya.
Perlengkapan lainnya seperti
amplifier, tape/cassette, video
recorder, televisi dan sejenisnya.
Sepeda motor, sepeda dan becak.
Alat perlengkapan khusus (tools)
bagi industri/jasa yang bersangkutan.
Alat dapur untuk memasak, makanan
dan minuman.Dies, jigs, dan mould.

2. Pertanian, perkebunan, Semua alat yang digerakkan bukan


kehutanan, perikanan dengan mesin.

3. Industri makanan dan Mesin ringan yang dapat dipindah-


minuman pindahkan seperti, huller, pemecah
kulit, penyosoh, pengering, pallet,
dan sejenisnya.

12
4. Perhubungan Mobil taksi, bus dan truk yang
pergudangan dan digunakan sebagai angkutan umum.
komunikasi

5. Industri semi konduktor Falsh memory tester, writer machine,


biporar test system, elimination
(PE8-1), pose checker.

2. Jenis-jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok II


No
Jenis Usaha Jenis Harta
Urut
1. Semua jenis Mabel dan peralatan dari logam temasuk
usaha meja, bangku, kursi, almari dan sejenisnya
yang bukan merupakan bagian dari
bangunan. Alat pengatur udara seperti AC,
kipas angin dan sejenisnya. Mobil, bus, truk
speed boat dan sejenisnya. Container dan
sejenisnya.

2. Pertanian, Mesin pertanian / perkebunan seperti traktor


perkebunan, dan mesin bajak, penggaruk, penanaman,
kehutanan, penebar benih dan sejenisnya. Mesin yang
perikanan mengolah atau menghasilkan
ataumemproduksi bahan atau barang
pertanian, kehutanan, perkebunan, dan
perikanan.

3. Industri Mesin yang mengolah produk asal binatang,


makanan dan unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu,
minuman pengalengan ikan . Mesin yang mengolah
produk nabati, misalnya mesin minyak

13
kelapa, magarine, penggilingan kopi,
kembang gula, mesin pengolah biji-bijian
seperti penggilingan beras, gandum, tapioka.
Mesin yang menghasilkan / memproduksi
minuman dan bahan-bahan minuman segala
jenis. Mesin yang menghasilkan /
memproduksi bahan-bahan makanan dan
makanan segala jenis.

4. Industri mesin Mesin yang menghasilkan / memproduksi


mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa
air).

5. Perkayuan Mesin dan peralatan penebangan kayu.

6. Konstruksi Peralatan yang dipergunakan seperti truk


berat, dump truck, crane buldozer dan
sejenisnya.

7. Perhubungan, Truck kerja untuk pengangkutan dan


pergudangan bongkar muat, truck peron, truck
dan komunikasi ngangkang, dan sejenisnya. Kapal
penumpang, kapal barang, kapal khusus
dibuat untuk pengangkutan barang tertentu
(misalnya gandum, batu - batuan, biji
tambang dan sebagainya) termasuk kapal
pendingin, kapal tangki, kapal penangkap
ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat
sampai dengan 100 DWT. Kapal yang
dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal-kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran

14
terapung dan sejenisnya yang mempunyai
berat sampai dengan 100 DWT. Perahu
layar pakai atau tanpa motor yang
mempunyai berat sampai dengan 250 DWT.
Kapal balon.

8. Telekomunikasi Perangkat pesawat telepon. Pesawat telegraf


termasuk pesawat pengiriman dan
penerimaan radio telegraf dan radio telepon.

9. Industri semi Auto frame loader, automatic logic handler,


konduktor baking oven, ball shear tester, bipolar test
handler (automatic), cleaning machine,
coating machine, curing oven, cutting press,
dambar cut machine, dicer, die bonder, die
shear test, dynamic burn-in system oven,
dynamic test handler, eliminator (PGE-01),
full automatic handler, full automatic mark,
hand maker, individual mark, inserter
remover machine, laser marker (FUM A-
01), logic test system, marker (mark),
memory test system, molding, mounter,
MPS automatic, MPS manual, O/S tester
manual, pass oven, pose checker, re-form
machine, SMD stocker, taping machine,
tiebar cut press, trimming/forming machine,
wire bonder, wire pull tester.

3. Jenis-jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok II

15
No
Jenis Usaha Jenis Harta
Urut
1. Pertambangan Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang
selain minyak dan pertambangan, termasuk mesin - mesin
gas yang mengolah produk pelikan.

2. Permintalan, Mesin yang mengolah / menghasilkan


pertenunan dan produk-produk tekstil (misalnya kain
pencelupan katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan
bulu hewan lainnya, lena rami,
permadani, kain-kain bulu, tule). Mesin
untuk yang preparation, bleaching,
dyeing, printing, finishing, texturing,
packaging dan sejenisnya.

3. Perkayuan Mesin yang mengolah / menghasilkan


produk - produk kayu, barang-barang dari
jerami, rumput dan bahan anyaman
lainnya. Mesin dan peralatan
penggergajian kayu.

4. Industri kimia Mesin peralatan yang mengolah /


menghasilkan produk industri kimia dan
industri yang ada hubungannya dengan
industri kimia (misalnya bahan kimia
anorganis, persenyawaan organis dan
anorganis dan logam mulia, elemen radio
aktif, isotop, bahan kimia organis, produk
farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna,
cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-
resinonida wangi-wangian, obat
kecantikan dan obat rias, sabun, detergent

16
dan bahan organis pembersih lainnya, zat
albumina, perekat, bahan peledak, produk
pirotehnik, korek api, alloy piroforis,
barang fotografi dan sinematografi.
Mesin yang mengolah / menghasilkan
produk industri lainnya (misalnya damar
tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari
selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit
samak, jangat dan kulit mentah).

5. Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi


mesin menengah dan berat (misalnya
mesin mobil, mesin kapal).

6. Perhubungan dan Kapal penumpang, kapal barang, kapal


komunikasi khusus dibuat untuk pengangkutan
barang-barang tertentu (misalnya
gandum, batu-batuan, biji tambang dan
sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan
kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan
sejenisnya, yang mempunyai berat di atas
100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.
Kapal dibuat khusus untuk mengela atau
mendorong kapal, kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran
terapung dan sejenisnya, yang
mempunyai berat di atas 100 DWT
sampai dengan 1.000 DWT.

Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan


7.
kendali jarak jauh.

17
4. Jenis-jenis Harta Berwujud Yang Termasuk dalam Kelompok IV
No
Jenis Usaha Jenis Harta
Urut
1. Kontruksi Mesin berat untuk konstruksi
Semua alat yang digerakkan bukan
dengan mesin.

2. Perhubungan dan - Lokomotif uap dan tender atas rel.


komunikasi - Lokomotif listrik atas rel, dijalankan
. dengan batere atau dengan tenaga listrik
dari sumber luar.Lokomotif atas rel
lainnya. Kereta, gerbong penumpang dan
barang, termasuk kontainer khusus dibuat
dan diperlengkapi untuk ditarik dengan
satu alat atau beberapa alat
pengangkutan.
- Kapal penumpang, kapal barang, kapal
khusus dibuat untuk pengangkutan
barang-barang tertentu (misalnya
gandum, batu-batuan, biji tambang dan
sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan
kapal tangki, kapal penangkap ikan dan
sejenisnya, yang mempunyai berat di atas
1.000 DWT.
-Kapal dibuat khusus untuk menghela
atau mendorong kapal, kapal suar, kapal
pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-
keran terapung dan sebagainya, yang
mempunyai berat di atas 1.000 DWT.
-Dok-dok terapung.

18
Sedangkan dalam PSAK no 16 :

1. Aktiva tetap dapat disusutkan berdasarkan kebijakan manajemen


aktiva dalam menentukan umur manfaatnya.
2. Tanah dan bagunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah
untuk tujuan akuntansi ,walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah
biasanya memiliki usia tak terbatas , oleh karena itu tidak disusutkan.
Sedangkan bangunan memiliki usia terbatas sehingga harus
disusutkan .

Untuk metode penyusutan yang diatur dalam PSAK No 17 dalam


laporan keuangan perusahaan , Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai
metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut :

1. Berdasarkan kriteria waktu :


a. Metode garis lurus :
Penyusuan = 𝐻𝑎𝑟g𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 −𝑁i𝑙𝑎i 𝑅𝑒𝑠i𝑑𝑢
Umur ekonomis
Nilai residu adalah nilai sisa (yang telah digunakan
b. Metode pembebanan yang menurun :
1) Metode jumlah angka tahun
Penyusutan = 𝑝𝑒𝑚𝑏i𝑙𝑎𝑛g (𝑢𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠 )
Jumlah umur ekonomis

Jika masa tahun umur manfaatnya 4 tahun maka :

1 + 2 + 3 + 4 = 10 maka ditahun pertama 4/10 x (Harga


perolehan – Nilai residu)

2) metode saldo-menurun/saldo menurun ganda, dalam metode


ini tidak mengenal istilah nilai residu
Penyusutan = ( Harga perolehan : Umur ekonomis ) x 2

19
2. Berdasarkan penggunaan :
a. Metode jam jasa :
Penyusutan = 𝐻𝑎𝑟g𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 −𝑁i𝑙𝑎i 𝑅𝑒𝑠i𝑑𝑢
Estimasi service life
Metode penyusutan ini menggunakan jumlah jam kerja sebagai dasar
pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode
Contoh :
Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga Rp. 700.000.000.
Diperkirakan akan memberikan jasa penerbangan 1.000 jasa jam
terbang. Pada tahun 2014 diperkirakan digunakan selama 300 jam
terbang. Maka penyusutan selama tahun 2014 dihitung:
Penyusutan per jam = Rp. 700.000.000,-/1.000 = Rp. 700.000
Penyusutan tahun 2014 = Rp. 700.000 x 300 = Rp. 210.000.000
a) Metode unit produksi
Menentukan unit produksinya terlebih dahulu
Tarif Penyusutan per unit = Harga perolehan – Nilai residu
Kapasitas produksi
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan per unit x unit diproduksi
3. Berdasarkan kriteria lainnya
Biaya penyusutan dapat dihitung dengan dasar jenis dan
kelompok. Dengan sistem metode garis lurus tanpa mengenal nilai
residu.
Biaya Penyusutan = Harga perolehan : Umur ekonomis
Tarif penyusutan = Jumlah biaya penyusutan x 100%
Jumlah harga perolehan

2.5 PENARIKAN DAN ATAU PELEPASAN AKTIVA


Aktiva tetap yang tidak bermanfaat lagi, dapat di lepas dengan cara:
1. Pembuangan Aktiva Tetap (Discarding of Plant Assets)
Aktiva tetap yang sudah habis masa guna atau umur ekonomisnya
atau mungkin mengalami kerusakan karena proses produksi, dan tidak

20
dapat diperbaiki lagi, perusahaan dapat mengambil keputusan untuk
membuang aktiva tetap tersebut.
2. Penjualan Aktiva Tetap (Selling of Plant Assets)
Aktiva yang tidak terpakai lagi jika masih laku, maka perusahaan
dapat menjual aktiva tersebut.
3. Pertukaran Aktiva Tetap (Exchange of Plant Assets )
Aktiva yang sudah tidak terpakai, selain dibuang dan dijual, dapat
ditukar dengan aktiva tetap yang lain, baik dengan perusahaan lain,
maupun ditukar yang baru dengan menambah uang /pembayaran. Aktiva
tersebut dapat ditukar dengan aktiva sejenis maupun aktiva lain.

Contoh :

1) Penarikan dan atau Pelepasan Harta Karena Dijual Menurut Fiskal


Sebuah mesin dengan nilai perolehan Rp 40.000.000 dengan
akumulasi penyusutan Rp31.000.000 dijual dengan harga Rp 16.000.000.
Biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan sebesar Rp
1.500.000

Diketahui :

21
Keuntungan sebesar Rp 5.500.000 merupakan penghasilan
yang menjadi objek pajak PPh. Apabila transaksi ini dicatat maka ayat
jurnal adalah sbb:
 Penerimaan kas Rp 16.000.000
Akumulasi penyusutan Rp 31.000.000
Mesin Rp 40.000.000
Hutang Biaya Rp 1.500.000
Laba Rp 5.500.000

2.6 REVALUASI AKTIVA TETAP


Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap
perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut
dipasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan
perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai
aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
(Waluyo, 2011).

Pada dasarnya penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan


nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut pada saat penilaian dengan
menggunakan metode peneliian yang lazim berlaku di Indonesia dan
dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui oleh Pemerintah.
Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka
Direktur Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar
asset yang bersangkutan (Keputusan Menteri keuangan Nomor
79/PMK.03/2009)
Alasan Wajib Pajak Melakukan Revaluasi:
 Meningkatkan nilai perusahaan (mark-up) sehingga memudahkan
perusahaan dalam proses pencarian dana, baik melalui pinjaman
bank maupun pinjaman saham (go public).
 Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap dimasa datang

22
sehingga deductibie expense dimasa datang semakin besar dan
beban pajak semakin kecil.
 Meningkatkan keakuratan perhitungan penghasilan maupun biaya
sehingga mencerminkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya
dalam menghasilkan laba.
 Agar neraca perusahaan menunjukan posisi kekayaan perusahaan
yang sebenarnya.
Contoh :
PT. Pola Petra memiliki daftar aktiva per tanggal 31 Desember 2012
yaitu sebagai berikut :

Pada tahun 2013, perusahaan berniat melakukan revaluasi atas aktiva


tetap yang dimilikinya. Untuk itu perusahaan menggunakan jasa penilai
yang diakui untuk menilai aktiva tetapnya. Dari hasil penilaian diketahui
nilai pasar wajar dan sisa manfaat aktiva per tanggal 15 Januari 2013
sebagai berikut :

23
Hitunglah PPh final Revaluasi dan tentukan nilai yang harus disajikan
dalam neraca.
Jawab :

Jurnal :

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya mengenai akuntansi pajak atas


aset tetap dapat kita tarik berapa kesimpulan diantaranya ialah:

1. Pengakuan akuntansi atas aset tetap telah di atur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No 16 tetapi tidak berlaku atas pertambangan dan
reservasi pertambangan.
2. Dalam perolehan aset tetap biaya perolehan merupakan setara dengan nilai
tunainya dan diakui pada saat terjadinya, dan dalam perolehan terdapat
banyak cara diantaranya secara gabungan, secara angsuran, dengan
pertukaran, membangun sendiri dan sumbangan.
3. Untuk penarikan atau pelepasan perlakuan akuntansinya sama dengan
komersial baik pembuangan penjualan dan pertukaran aset yang di miliki
oleh perusahaan atau dapa dilihat alam PSAK 16.
4. Untuk metode penyusutan aset tetap bagi akuntansi pajak hanya mengakui
2 metoe saja yaitu garus lurus dan saldo menurun, walaupun secara
komersial lebih dari 2 metode yang ada di standart akuntansi keuangan di
Indonesia khususnya.
5. Untuk pengelompokan aset perusahaan apakah iu masuk kedalam
kelompok 1, 2, 3, dan atau 4 dapat di lihat dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 96/PMK.03/2009 yang berlaku sejak anggal 1 januari 2009.
6. Untuk akuntansi pajak mengenai revaluasi aset tetap dapat di lihat dalam
Keputusan Menteri Keuangan No 79/PMK.03/2008 tahun 2008, yang
minimal melakukan revaluasi adalah 5 tahun perusahaan baru dapat
melakukan revaluasi kembali.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://pelayanan-pajak.blogspot.com/2009/03/jenis-harta-berwujud-kelompok-
aktiva.html

https://www.academia.edu/35864630/AKUNTANSI_PAJAK_ASET_TETAP

https://id.scribd.com/doc/314763004/Akuntansi-pajak-aset-tetap-doc

26

Anda mungkin juga menyukai