Anda di halaman 1dari 14

HADITS MAUDHU’

DOSEN PENGAMPU :

Syarifuddin, M.Ag

OLEH :

Aldiansyah Pramudia Hasibuan

11950115003

TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata
kuliah studi hadits.  Pada makalah ini akan dibahas mengenai hadits maudhu’.
Dengan demikian, harapan penulis dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca.

Terlepas dari semua itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 10 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA......................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3

2.1 Pengertian Hadits Maudhu’..........................................................................................3


2.2 Sejarah Kemunculan Hadits Maudhu’..........................................................................5
2.3 Faktor-Faktor penyebab muculnya hadits maudhu’.....................................................6
2.4 Status Hadits Maudhu’.................................................................................................8
2.5 Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’.......................................................................8
2.6 Upaya Penyelamatan Hadits.........................................................................................9
2.7 Golongan-Golongan yang Membuat Hadits Palsu.......................................................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................10

3.1 Simpulan.....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan sumber hukum islam paling pokok.akan tetapi tampa hadits
umat islam tidak akan mampu menangkap dan merealisasikan hukum-hukum yang
terkandung didalam AL-Qur’ sacaran mendalam.ini menunjukkan hadits menduduki
posisi yang sangat penting juga didalam sumber hukum islam.Dan sesungguhnya pun
hadits mempunyai fungsi dan kedudukan beitu besar ,namun hadits tidak seperti AL-
Qur’an yang secara resmi telah di tulis di zaman nabi dan dibukukan pada masa
khalifah Abu Bakar AL-Shiddiq.Hadits baru di tulis dan dibukukan pada masa
khalifah umar ibn’Abd AL-Aziz (Abad ke-2).

Hadits maudu’ ini tidak layak untuk di nyatakan sebuah hadits,karena sudah jelas
bukan hadits yang di sandarkan pada nabi SAW.Berbeda dengan hadts dha’if yang
diperkirakan masih ada kemungkinan isstishal pada nabi.Hadts maudu’ sudah ada
kejelasan akan kepalsuannya sedangkan hadist dha’if belum jelas (samar-samar).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian hadits maudhu’ ?


2. Bagaimana sejarah kemunculan hadits maudhu’ ?
3. Apa faktor-faktor penyebab munculnya hadits maudhu’ ?
4. Apa status hadits maudhu’ ?
5. Apa hukum meriwayatkan hadits maudhu’ ?
6. Bagaimana upaya penyelematan hadits ?
7. Siapa golongan-golongan yang membuat hadits palsu ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian hadits maudhu’.


2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah kemunculan hadits maudhu’.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab munculnya hadits maudhu’.
4. Untuk mengetahui status hadits maudhu’.
5. Untuk mengetahui hukum meriwayatkan hadits maudhu’.
6. Untuk mengetahui upaya penyelamatan hadits.
7. Untuk mengetahui golongan-golongan yang membuat hadits palsu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadits Maudhu’

Secara bahasa, Al-Maudhu’ adalah isim maf’ul dari wa-dha-‘a, ya-dha-‘u,


wadh-‘an, yang mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau menyimpan); al-iftira’ wa
al-ikhtilaq (mengada-ada atau membuat-buat); dan al-tarku (ditinggal).

Kata al-maudhu’ secara kebahasaan memiliki beberapa konotasi makna yang


berbeda-beda, tetapi mengarah pada satu pengertian yang sama. Beberapa konotasi
makna itu di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Bermakna al-Hiththah, yang mempunyai arti menurunkan atau merendahkan


derajat.
b. Bermakna al-Isqah, yang mempunyai konotasi arti menggugurkan.
c. Bermakna al-Ikhtilaq, yang berarti membuat-buat.
d. Bermakna al-Islaq, yang berarti meletakkan

Beberapa contoh bentukan kata tersebut di atas menunjukkan bahwa kata al-
maudhu’u mempunyai padanan dengan kata al-munhithu, al-musqithu, al-mukhtaliqu,
dan al-mulshiqu. Sehingga kata al-maudhu’u bisa mempunyai pengertian
menurunkan atau merendahkan derajat, menggugurkan, membuat-buat, dan
meletakkan sesuatu yang bersifat tiruan pada sesuatu yang aslinya.

Menurut istilah, hadis maudhu’ adalah:

‫صل َي ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم اِ ْختِالَ قًا َو َك ْذ بًا ِم َّما لَ ْم يَقُ ْلهُ أَوْ يَ ْف َع ْلهُ أوْ يُقِ ُرهُ َوقَا َل بَ ْع ُدهُ ْم ه َُو‬
َ ِ‫ب اِلَي َر سُوْ ِل هللا‬ َ ‫َمانُ ِس‬
ُ َ‫ْال ُم ْختَل‬
ُ ْ‫ق ال َمصْ نُو‬
‫ع‬

“Hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW. secara dibuat-buat dan dusta,
padahal beliau tidak mengatakan, berbuat maupun menetapkannya.”

Sebagian, mereka mengatakan bahwa yang dimaksud hadis maudhu’ ialah:

3
ً ‫ك َع ْمدًا اَوْ خَ طَأ‬
َ ِ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم زَ وْ رًا َوبُ ْهتَانًا َس َوا ٌء َكا نَ َذل‬
َ ُ‫ع ال َم ْنسُوْ بُ إِلَي َرسُوْ ِل هللا‬
ُ ْ‫هُ َو ال ُم ْختَلَ ُع ال َمصْ نُو‬

“Hadis yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan
kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak.”

Beberapa unsur penting dalam bacaan definisi al-maudhu’ adalah sebagai


berikut:

a. Unsur al-wadh’u (pembuatan) atau (dibuat-buat)


b. Unsur al-kadzibu (dusta) atau (penipu)
c. Unsur al-amdu (sengaja) dan al-khata’u (tidak sengaja)

Dari ketiga unsur tersebut, unsur yang paling dominan dalam menentukan
perwujudan hadis maudhu’ adalah dusta (kidzib). Sehingga nabi sangat berpesan agar
menghindari dusta dalam meriwayatkan hadis.

Pengertian hadis maudhu’ secara kebahasaan dan keistilahan mempunyai


hubungan kesinambungan cakupan makna dan sasaran antara pengertian keadaannya.

a. Al-hiththah berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang terbuang dan
terlempar dari kebahasaan yang tidak memiliki dasar sama sekali untuk
diangkat sebagai landasan hujjah.
b. Al-isqath berarti bahwa hadis maudhu adalah hadis yang gugur, tidak boleh
diangkat sebagai dasar istidal.
c. Al-islaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang ditempelkan
(diklaimkan) kepada Nabi Muhammad agar dianggap berasal dari Nabi,
padahal bukan berasal dari Nabi.
d. Al-ikhtilaq berarti bahwa hadis maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat
sebagai ucapan, perbuatan atau ketetapan yang berasal dari Nabi, padahal
bukan berasal dari Nabi.

Jadi hadis maudhu’ itu adalah bukan hadis yang bersumber dari Rasul, akan tetapi
suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan suatu

4
alasan kemudian dinisbatkan kepada Rasul. Untuk hadis palsu, ulama biasanya
menyebutnya dengan istilah hadis maudhu', hadis munkar, hadis bathil, dan yang
semacamnya. Tidak boleh meriwayatkan sesuatu hadis yang kenyataannya palsu bagi
mereka yang sudah mengetahui akan kepalsuan hadis itu. Kecuali apabila sesudah ia
meriwayatkan hadis itu kemudian dia memberi penjelasan bahwa hadis itu adalah
palsu, guna menyelamatkan mereka yang mendengar atau menerima hadis itu dari
padanya.Tujuan pembuatan hadis palsu adalah untuk kepentigan dakwah dan zuhud.

2.2 Sejarah Kemunculan Hadits Maudhu’

Jumhur ulama berpendapat bahwa pemalsuan hadis mulai muncul pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib ( sekitar tahun 35-40 H) yaitu setelah terjadinya
pertentangan antara pendukung Ali dan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan tentang masalah
jabatan khalifah. Betapa mengerikan pertentangan yang terjadi antara pengikut
saidina ali dan golongan mu’awiyah sehingga meledak menjadi perang terbuka yang
telah memakan banyak korban manusia.

Setelah timbul perselisihan tersebut diatas mayoritas kaum muslimin ternyata


berpihak kepada ali. Disamping itu ada golongan khawarij yang tidak memihak
bahkan tidak menyukai keduanya.

Oleh karenanya ada beberapa orang dari golongan tersebut yang menta’wilkan al-
qur’an tidak menurut hakikatnya dan membawa nash-nash hadis pada makna yang
tidak dikandungannya. Lebih dari itu, untuk menguatkan pendirian masing-masing,
mereka tidak mungkin mengubah Al-qur’an karena telah dibukukan dan dihafal orang
banyak. Karenanya mereka mengubah hadist, menambah-nambah, mengurangi, dan
bahkan membuat hadis palsu.

Hadis palsu yang mula-mula dibuat ialah hadis yang berkenaan dengan
pengkultusan pribadi . hadis palsu dibuat dalam rangka mengangkat kedudukan
pemimpin ataupun imam mereka .

5
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Hadits Maudhu’

Berdasarkan data sejarah yang ada, pemalsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh
orang-orang islam saja, tetapi juga telah dilakukan orang-orang yang non muslim.
Orang-orang muslim membuat hadis palsu karena didorong oleh keinginan
meruntuhkan islam dari dalam. Sementara orang-orang islam tertentu membuat hadis
palsu karena didorong oleh berbagai tujuan. Tujuan yang menonjol orang-orang islam
melakukan pemalsuan hadis ialah untuk:

a. Membela kepentingan politik


b. Membela aliran teologi
c. Membela mazhab fiqh
d. Memikat hati orang yang mendengarkan kisah yang dikemukakannya
e. Menjadikan orang lain lebih zahid
f. Menjadikan orang lain lebih rajin mengamalkan suatu ibadah tertentu
g. Menerangkan keutamaan surat qur’an tertentu
h. Memperoleh perhatian dan atau pujian dari penguasa
i. Mendapatkan hadiah uang dari orang yang digembirakan hatinya
j. Memberikan pengobatan kepada seseorang dengan cara memakan sesuatu
k. Menerangkan keutamaan suku bangsa tertentu.

Selain itu adapun faktor-faktor penyebab munculnya hadis-hadis palsu antara lain
adalah sebagai berikut :

a. Pertentangan politik dalam soal khalifah

Perpecahan umat Islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa
kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib besar sekali pengaruhnya terhadap perpecahan umat
kedalam beberapa golongan dan kemunculan hadis palsu. Masing-masing golongan
berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang dengan membawa-
bawa Al-Qur’an dan sunnah. Konflik-konflik politik juga menyeret permasalahan
keagamaan masuk kedalam arena perpolitikan dan membawa pengaruh juga pada

6
madzhab-madzhab keagamaan. Pada akhirnya masing-masing kelompok mencari
dalilnya kedalam Al-Qur’an dan sunnah, dalam rangka mengunggulkan kelompok
atau madzhabnya masing-masing.

b. Usaha kaum zindik untuk merusak daan mengeruhkan agama islam

Kaum zindiq adalah golongan yang membenci islam, baik sebagai agama maupun
sebagai dasar pemerintahan.Mereka merasa tidak dapat melampiaskan kebencian
melalui konfrontasi dan pemalsuan Al-Qur’an sehingga menggunakan cara yang
paling tepat dan memungkinkan, yaitu pemalsuan hadits untuk menghancurkn agama
islam dari dalam

c. Ashabiyah yakni fanatik terhadap bangsa, suku, negeri, bahasa, dan pimpinan

Mereka membuat hadis palsu karena didaorong oleh sikap ego dan fanatik buta
serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, atau yang lain.

d. Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasehat

Mereka memalsukan hadis karena untuk memperoleh simpati dari pendengarnya


dan agar pendengarnya kagum akan kemampuannya. Biasanya hadisnya terlalu
berlebih-lebihan dan tidak masuk akal.

e. Perselisihan madzhab dan ilmu kalam

Munculnya hadis palsu dalam masalah fiqh dan ilmu kalam ini berasal dari para
pengikut mazhab. Hal ini karena ingin menguatkan mazhabnya masing-masing.
Contohnya : “siapa ynag mengangkat kedua tangannya dalam shalat, maka shalatnya
tidak sah.”

f. Membangkitkan gairah beribadat, tanpa mengertia apa yang dilakukan

Banyak di antara para ulama yang membuat hadis palsu dan mengira usahanya itu
benardan merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah, serta menjunjung tinggi

7
agama-Nya. Mereka mengatakan “kami berdosa semata-mata untuk menjunjung
tinggi nama Rasulullah dan bukan sebaliknya”

g. Menjilat penguasa

Untuk memperoleh penghargaan dari para pembesar, terutama dari Khalifah,


ulama su’ (ulama yang buruk) membuat hadis untuk membaikan sesuatu perbuatan
penguasa. Contoh : Ghiyas bin Ibrahim pada suatu hari masuk ke istana Al-Mahdy
yang sedang menyabung burung merpati.

2.4 Status Hadits Maudhu’

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan status hadis maudhu, apakah
merupakan bagian dari hadis atau bukan. Dalam hal ini, terdapat dua pandangan
yaitu:

Kelompok pertama yang diwakili oleh Ibnu Shalah dan diikuti jumhur
muhadditsin, berpendapat bahwa hadis maudhu merupakan bagian dari hadis dhaif
yang paling jelek dan jahat.

Kelompok kedua diwakili oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, yang berpendapat bahwa
hadis maudhu bukan termasuk hadis Nabi, baik berupa ucapan, perbuatan ataupun
ketetapan.

2.5 Hukum Meriwayatkan Hadits-Hadits Maudhu’

Secara muthlaq, meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi


mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu adalah palsu.

Bagi mereka yang meriwayatkannya dengan tujuan untuk memberi tahu pada
orang bahwa hadits ini adalah palsu, (menerangkan kepada mereka sesudah
meriwayatkan atau membacakannya) maka tidak ada dosa atasnya.

Mereka tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka


mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak ada dosa atasnya.

8
2.6 Upaya Penyelamatan Hadits

Untuk menyelamatkan hadits Nabi SAW di tengah-tengah gencarnya pembuatan


hadits palsu, ulama hadis menyusun berbagai kaidah penelitian hadits. Langkah-
langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1. Meneliti sistem penyandaran hadits.


2. Memilih perawi-perawi hadits yang terpercaya.
3. Studi kritik rawi, yang tampaknya lebih dikonsentrasikan pada sifat
kejujuran atau kebohongannya.
4. Menyusun kaidah-kaidah umum untuk meneliti hadits-hadits tersebut.
5. Meningkatkan perlawatan mencari hadits.
6. Mengambil tindakan kepada para pemalsu hadits.
7. Menjelaskan tingkah laku rawi- rawinya.
8. Membuat ketentuan- ketentuan untuk mengetahui ciri- ciri hadis maudhu'

2.7 Golongan - golongan yang Membuat Hadits Palsu

Dengan memperhatikan uraian diatas, bahwa golongan - golongan yang membuat


hadits palsu itu ada sembilan golongan yaitu:

1. Zanadiqah (orang-orang zindiq).


2. Penganut- penganut bid'ah.
3. Oarang- orang yang dipengaruhi fanatik kepartaian.
4. Orang- orang yang ta'ashshub kepada kebangsaan, kenegerian dan
keimanan.
5. Orang- orang yang dipengaruhi ta'ashshub madzhab.
6. Para qushshash (ahli riwayat dongeng).
7. Para ahli tasawuf zuhhad yang keliru.
8. Orang- orang yang mencari penghargaan pembesar negeri.
9. Orang- orang yang ingin memegahkan dirinya dengan dapat
meriwayatkan hadis- hadis yang tidak diperoleh orang lain.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai
berikut:

1. Hadits maudhu’ adalah bukan hadits yang bersumber dari Rasullulah atau
dengan kata lain bukan hadits Rasul, akan tetapi suatu paerkataan atau
perbuatan seseorang atau pihak tertentu dengan suatu alasan kemudian
dinisbatkan kepada Rasul.
2. Jumhur ulama berpendapat bahwa pemalsuan hadis mulai muncul pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib ( sekitar tahun 35-40 H) yaitu setelah
terjadinya pertentangan antara pendukung Ali dan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan
tentang masalah jabatan khalifah.

3. Adapun faktor-faktor penyebab munculnya hadis-hadis palsu antara lain:

1) Pertentangan politik dalam soal khalifah

2) Usaha kaum zindik untuk merusak daan mengeruhkan agama islam.

3) Ashabiyah yakni fanatik terhadap bangsa, suku, negeri, bahasa, dan


pimpinan.

4) Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasehat.

5) Perselisihan madzhab dan ilmu kalam.

6) Membangkitkan gairah beribadat, tanpa mengertia apa yang dilakukan.

7) Menjilat penguasa

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. 2009. Hadits Lemah dan Palsu yang
Populer di Indonesia. Gresik :  Pustaka AL FURQAN.

Ahmad zuhri dan Fatimah zahara. 2015. Ulumul hadist. Medan: CV. Manhaji dan
fakultas syariah.

ltr Nurrudin. 2002. Ulumul Hadits, Jakarta: Raja Garfindo Persada.

Munizer Suparta. 2003. Ilmu Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai