Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN

A. RURAL SETTLEMENTS VS URBAN SETTLEMENTS


Settlement atau permukiman adalah kelompok satuan‐satuan tempat tinggal atau
kediaman manusia, mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan, dan
fasilitas lain yang digunakan sebagai sarana pelayanan manusia tersebut [ CITATION Fin57 \l
14345 ]. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

a. PEMUKIMAN PEDESAAN
Definisi pemukiman pedesaan tergantung pada negaranya. Di beberapa negara,
pemukiman pedesaan adalah pemukiman di daerah yang ditetapkan sebagai pedesaan
oleh kantor pemerintah, misalnya oleh biro sensus nasional. Ini bahkan mungkin
termasuk kota-kota pedesaan. Di beberapa tempat lain, permukiman pedesaan secara
tradisional tidak mencakup kota. Jenis permukiman pedesaan yang umum adalah desa,
dusun, dan pertanian. Secara tradisional, pemukiman pedesaan dikaitkan dengan
pertanian. Di zaman modern, jenis komunitas pedesaan lainnya telah dikembangkan.
Tipe pola pemukian desa di dunia sangat dipengaruhi oleh berbagai kondisi
terutama fisiografis wilayahnya. Saat dunia semakin berkembang pesat, para penghuni
desa mulai meninggalkan daerahnya menuju desa. Akan tetapi beberap orang memilih
tinggal di desa dengan tujuan masing-masing. Pemukiman di desa menawarkan suasana
kesejukan, udara segar dan kehidupan yang serasi dengan alam. Ada banyak jenis pola
pemukiman atau keruangan desa. Berikut ini contohnya :
1. Clustered Rural Settlements
Pola pemukiman desa ini cenderung berkelompok dimana sejumlah
keluarga tinggal berdekatan satu sama lain dengan area di sekitarnya berupa
lahan pertanian. Biasanya pola pemukiman memusat ada di daerah dataran
rendah subur dengan sumber air yang baik atau lembah, contohnya Kampung
Naga di Neglasari Tasikmalaya. Pemukiman desa model ini biasanya akan
dijumpai rumah, lumbung padi, gudang perkakas, tempat ibadah hingga
sekolah. Setiap penduduk yang hidup disana akan diberikan sebidang lahan
atau menyewa lahan untuk diusahakan. Saat populasi tumbuh semakin pesat
maka pemukiman baru akan dibangun di dekat rumah yang sudah ada. Pola
pemukiman seperti ini membuat kekerabatan diantara penduduk sangat erat
karena jarak yang berdekatan.
2. Circular Rural Settlements
Pola pemukiman ini membentuk lingkaran dengan ruang terbuka di
tengah-tengah pemukiman. Pemukiman dibangun mengikuti garis lingkaran
dari pusat daerah terbuka. Pengaturan bangunan biasanya akan dilakukan
sesuai kesepakatan atau hukum adat. Model ini menyerupai pola ruang Von
Thunen karena strukturnya melingkar dengan titik pusat di tengahnya.
3. Linier Rural Settlements
Pola pemukiman ini berbentuk memanjang mengikuti suatu
kenampakan seperti sungai, rel kereta atau jalan raya. Transportasi utama
mengandalkan sungai atau jalanan sempit jika diantara rel kereta atau jalan
raya. Banjarmasin menjadi salah satu daerah dengan banyak pemukiman
memanjang di pinggir sungai sehingga menghasilkan budaya sungai.
4. Dispersed Rural Settlements
Pola pemukiman ini tersebar tidak merata di berbagai titik dan
biasanya berada di wilayah seperti pegunungan karst dan perbukitan. Para
penduduk cenderung terisolasi satu sama lain dengan kondisi transportasi
yang sulit.

b. PERMUKIMAN PERKOTAAN
Permukiman perkotaan adalah kawasan padat penduduk yang sebagian besar
terdiri dari bangunan buatan manusia yang berisi semua fungsi administratif, budaya,
pemukiman, dan agama masyarakat. Permukiman adalah tempat dimana manusia hidup
dan berinteraksi melalui kegiatan seperti pertanian, perdagangan dan hiburan.
Permukiman secara geografi membantu kita untuk memahami hubungan manusia dengan
lingkungannya. Permukiman perkotaan terutama terlibat dalam kegiatan sekunder dan
tersier seperti pemrosesan makanan dan perbankan. Seringkali ada korelasi antara fungsi,
ukuran populasi dan kepadatan populasi. Permukiman perkotaan seringkali memiliki
ukuran populasi yang besar dan kepadatan populasi yang tinggi.
Proporsi penduduk yang tinggal di permukiman perkotaan adalah indeks paling
signifikan dari urbanisasi (dan seringkali industrialisasi) suatu negara atau wilayah. Di
sejumlah negara, satu-satunya kriteria untuk mempertimbangkan daerah berpenduduk
sebagai permukiman perkotaan adalah penduduk atau peran administratifnya. Berarti
Permukiman perkotaan umumnya padat dan berukuran lebih besar dan terlibat dalam
berbagai fungsi non pertanian, ekonomi dan administrasi Seperti disebutkan sebelumnya,
kota secara fungsional terhubung dengan daerah pedesaan di sekitarnya. Dengan
demikian, pertukaran barang dan jasa terkadang dilakukan secara langsung dan
terkadang melalui serangkaian kota dan kota pasar. Dengan demikian, kota-kota
terhubung secara langsung maupun tidak langsung dengan desa-desa dan juga dengan
satu sama lain.

Fungsi Permukiman Perkotaan:

Kota-kota paling awal adalah pusat administrasi, perdagangan, industri,


pertahanan dan kepentingan agama. Signifikansi pertahanan dan agama sebagai fungsi
pembeda telah menurun secara umum, tetapi fungsi lain telah masuk dalam daftar. Saat
ini, beberapa fungsi baru, seperti, rekreasi, perumahan, transportasi, pertambangan,
manufaktur, dan aktivitas terbaru yang berkaitan dengan teknologi informasi dijalankan
di kota-kota khusus.
Beberapa fungsi ini tidak selalu mengharuskan pusat kota untuk memiliki
hubungan mendasar dengan daerah pedesaan tetangganya. Meskipun kota-kota
menjalankan banyak fungsi, kami mengacu pada fungsi dominannya.
1) Kota Administratif: Ibukota negara, yang menampung kantor administrasi
pemerintah pusat, seperti New Delhi, Canberra, Beijing, Addis Ababa, Washington
D.C., dan London, dll. Disebut kota administratif. Kota provinsi (sub-nasional) juga
dapat memiliki fungsi administratif, misalnya, Victoria (British Columbia), Albany
(New York), dan Chennai (Tamil Nadu).
2) Kota Perdagangan dan Komersial: Kota pasar pertanian, seperti, kota Winnipeg dan
Kansas; pusat perbankan dan keuangan seperti Frankfurt dan Amsterdam; pusat
pedalaman yang besar seperti Manchester dan St. Louis; dan simpul transportasi
seperti, Lahore, Baghdad dan Agra telah menjadi pusat perdagangan yang penting.
3) Kota Budaya: Tempat ziarah, seperti Yerusalem, Mekah, Jagannath Puri dan Varanasi
dll. Dianggap sebagai kota budaya. Pusat-pusat kota ini sangat penting secara religius.
Fungsi tambahan yang dilakukan kota adalah kesehatan dan rekreasi (Miami dan
Panaji), industri (Pittsburgh dan Jamshedpur), pertambangan dan penggalian (Broken
Hill dan Dhanbad) dan transportasi (Singapura dan Mughal Sarai).
Secara umum pedesaan mengacu pada pedesaan dan perkotaan mengacu pada
kota dan kota. Masyarakat yang tinggal di pemukiman pedesaan sebagian besar terlibat
dalam kegiatan utama seperti pertanian, penebangan kayu dan pertambangan. Di sisi lain,
komunitas urban terutama terlibat dalam kegiatan sekunder dan tersier seperti konstruksi,
pengolahan makanan, penelitian perbankan, dan lain-lain. Permukiman pedesaan dan
perkotaan sering dibandingkan juga dalam hal fungsi, ukuran populasi dan kepadatan
penduduk. Permukiman pedesaan cenderung memiliki populasi kecil dan kepadatan
penduduk rendah. Permukiman perkotaan seringkali memiliki ukuran populasi yang
besar dan kepadatan populasi yang tinggi.

B. THE FACTOR WHICH INFLUENCE THE LOCATION OF RURAL


Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi pemukiman pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Penyedian air
Umumnya pemukiman pedesaan sering ditemukan di dekat atau di sekitar badan air
seperti danau, kolam dan sungai karena persediaan air mudah di dapat.
2. Tanah
tanah yang subur dan ketersediaan air yang cukup, hal ini berkaitan dengan lahan
pertanian karena memerlukan kesuburan tanah yang baik dan sistem irigasi yang
terpenuhi ketersediaan airnya. 
3. Daerah dataran tinggi
Penduduk desa biasanya banyak memilih didaerah dataran tinggi karena di desa lahan
kosong masih banyak tersedia dimana saat bermungkim di daerah dataran tinggi maka
akan terhindar dari bencana seperti bencana banjir
4. Bahan hunian
Untuk pengembangan pemukiman manusia ketersedian bahan hunian juga merupakan
faktor yang bagus. Tempat –tempat di mana bahan bangunan seperti batu, kayu
mudah didapat di daerah pedesaan.
5. Pertahanan
Pertahanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi lokasi pemukiman pedesaan.
Kestabilan politik atau konflik perang mempengaruhi lokasi [ CITATION Bai18 \l 1057 ].

Faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi pemukiman perkotaan adalah sebagai berikut:


Faktor Lokasi Perkotaan
Meskipun kota-kota secara historis membutuhkan basis pertanian untuk mendukung mereka,
pengembangan sistem transportasi mekanis menggarisbawahi tiga faktor yang saling
bergantung yang memainkan peran penting dalam lokasi kota.
 Banyak kota menyediakan konektivitas ke berbagai sistem sirkulasi, peran yang telah
bertahan sepanjang sejarah dengan kota-kota pelabuhan, tetapi menjadi lazim dengan
pertumbuhan perdagangan internasional sejak abad ke-19. Lokasi pelabuhan yang
baik dapat menjadi kota penting yang mendistribusikan material dan barang serta
mendukung aglomerasi aktivitas komersial, industri, dan keuangan. Lokasi pelabuhan
peti kemas terbesar di dunia mencerminkan konektivitas yang dibutuhkan wilayah
metropolitan untuk bertindak sebagai gerbang.

 The distribusi sumber daya juga merupakan faktor yang menghasut kota untuk


mencari di kedekatan. Kebutuhan untuk mengumpulkan, mengubah, dan
mendistribusikan sumber daya melalui pengelompokan kegiatan terkait merupakan
faktor lokasi dan urbanisasi. Lahan pertanian secara historis merupakan faktor lokasi
utama. Namun, dengan revolusi industri, kota-kota industri muncul di lokasi yang
dekat dengan input seperti energi dan bahan mentah, yang dapat dilihat
sebagai pembobotan input yang berat untuk manufaktur.

 Karena kota menyediakan barang dan jasa untuk basis populasi,


tingkat aksesibilitas ke basis ini menjadi faktor lokasi. Teori tempat-tempat
sentral berfokus pada aspek ini dalam menjelaskan distribusi kota, termasuk
ukurannya, di suatu wilayah[ CITATION Mar20 \l 1057 ]

C. THE FACTOR WHICH INFLUENCE THE LOCATION OF URBAN

a. Perkembangan Kota
Kota adalah kawasan permukiman yang jumlah dan kepadatan penduduk yang
relatif tinggi, memiliki luas areal terbatas, pada umumnya bersifat non agraris, tempat
sekelompok orang-orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal bersama dalam
suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis dan
individualistis (Kamus Tata Ruang, 1997: 52).
Menurut Budihardjo (1996:11) kota merupakan hasil cipta, karsa dan karya
manusia yang paling rumit dan muskil sepanjang sejarah Dari definisi tersebut dapat
dipahami bahwa begitu banyak masalah bermunculan silih berganti di perkotaan, akibat
pertarungan kepentingan berbagai pihak yang latar belakang visi, misi dan motivasinya
berbeda satu sama lain. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan
permanen, dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya (Daljoeni, 1998: 28).
Secara teoritis terdapat tiga cara perkembangan kota, (Zahnd, 1994:24) yairu :
1. Perkembangan horisontal, artinya daerah bertambah sedangkan ketinggian
bangunan dan intensitas lahan terbangun (coverage) tetap sama.
2. Perkembangan vertikal, artinya daerah pembangunan dan kualitas lahan
terbangun sama, sedangkan ketinggian bertambah.
3. Perkembangan interstial, artinya  daerah dan ketinggian bangunan-bangunan
rata tetap sama, sedangkan kuantitas lahan terbangun (coverage) bertambah.

Perkembangan kota pada umumnya terdiri dari dua faktor yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan suatu kekuatan yang terbentuk akibat
kedudukan kota dalam kontelasi regional atau wilayah yang lebih luas, sehingga
memiliki kemampuan untuk menarik perkembangan dari daerah sekitarnya yang
selanjutnya diakomodasikan dalam kekuatan ekonomi kota. Faktor internal adalah
kekuatan suatu kota untuk berrkembang dan ditentukan oleh keuntungan geografis, letak,
fungsi kota. (Branch, 1996:40).
Daldjoeni (1998:203) juga mengemukakan bahwa proses berekspansinya kota
dan berubahnya struktur tata guna lahan sebagian besar disebabkan oleh adanya daya
sentrifugal dan data sentripetal pada kota. Yang pertama mendorong gerak ke luar dari
penduduk dan berbagai usahanya, lalu terjadi dispersi kegiatan manusia dan relokasi
sektor-sektor dan zone-zone kota, yang kedua mendorong gerak ke dalam dari penduduk
dan berbagai usahanya sehingga terjadilah pemusatan (konsentrasi) kegiatan manusia.
Sujarto (1996:81), mengatakan bahwa perkembangan kota dan pertumbuhan kota
sangat dipengaruhi oleh faktor manusia, faktor kegiatan manusia dan faktor pola
pergerakan manusia antar pusat kegiatan.
Kota merupakan pusat perkembangan dalam suatu wilayah dimana pusat kota
tumbuh dan berkembang lebih pesat dibandingkan dengan daerah sekelilingnya. (Edger,
M. Hoover, 1977:85). Pada umumnya suatu kota tumbuh dan berkembang karena
kegiatan penduduknya, perkembangan kota dapat ditinjau dari beberapa aspek yang
dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan suatu kota, yaitu :
 Perkembangan penduduk perkotaan menunjukan pertumbuhan dan intensitas
kegiatan kota.
 Kelengakapan fasilitas yang disediakan oleh kota dapat menunjukan adanya
tingkat pelayanan bagi masyarakatnya.
 Tingkat investasi kota dimana hasilnya dapat menunjukan tingkat
pertumbuhan kota yang dapat tercapai dengan tingkat ekonomi yang tinggi.
Perkembangan kota juga dapat ditinjau dari peningkatan aktivitas kegiatan sosial
ekonomi dan pergerakan arus mobilitas penduduk kota yang pada gilirannya menuntut
kebutuhan ruang bagi permukima, karena dalam lingkungan perkotaan, perumahan
menempati presentasi penggunaan lahan terbesar dibandingkan dengan penggunaan
lainnya, sehingga merupakan komponen utama dalam pembentukan struktur suatu kota.
Menurut Horton dan Reynold dalam Bourne (1982:159), perkembangan kota
selain dilihat dari perkembangan geografis, dapat juga dilihat dari sisi “Behavior
approach” artinya melihat dari sisi pengambil keputusan, yang dimaksud dalam
permasalahan ini adalah pengembang. Dalam hal memilih lokasi untuk perumahannya
pengembang  lebih menekankan pada unsur mencari keuntungan, tanpa memikirkan
akibat yang terjadi di kemudian, sehingga perkembangan kota dapat saja mengikuti
kemauan pengembang.

b. Penentuan Lokasi Perumahan


Persepsi perumahan lebih banyak dikaitkan dengan tingkat pendapatan dan lokasi
perumahan menurut masyarakat. Menurut teori struktur internal perkotaan dari Burgess,
dijelaskan bahwa faktor lokasi sangat penting bagi tingkat penghasilan. Pilihan lokasi
akan hunian umumnya akan berusaha mendekati lokasi aktivitasnya, namun dalam
perkembangan penggunaan lahan di perkotan lebih dititik beratkan pada segi ekonomis
lahan.
Karena semakin dekat dengan pusat aktivitas maka semakin tinggi tingkat
aksesibilitas lokasi, guna lahan yang berkembang diatasnya juga akan semakin intensif,
yang akibatnya sangat mempengaruhi peruntukan lahan bagi perumahan.
Setiap kegiatan manusia memerlukan ruang tertentu, seseorang yang ingin
memiliki lahan yang baik dan kondisi lingkungan yang baik serta dekat dengan tempat
yang lain untuk kepentingan tertentu, sangat bergantung kepada harga lahan, harga lahan
menentukan permintaan atas lahan serta mempengaruhi intensitas persaingan untuk
mendapatkan lahan.

c. Aktor Pembangunan Perumahan


Selama ini yang dianggap sebagai pemeran utaama pembangunan perumahan
adalah tiga besar, yaitu pemerintah swasta dan masyarakat. Menurut Menurut Budihardjo
(1998:45), pembangunan perumahan dilaksanakan oleh dua sektor yaitu sektor formal
dalam hal ini pemerintah, swasta dan hibrida, dan sektor informal yaitu masyarakat dan
hibrida, sedangkan aktor-aktor yang terkait dalam pembangunan perumahan adalah
seperti tabel dibawah ini

Dari tabel diatas terlihat bahwa sektor swasta kurang banyak terlibat dalam
pembangunan perumaahan untuk kelompok berpenghasilan rendah dan sangat rendah,
namun pembangunan perumahan telah dilakukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perumahan seluruh lapisan masyarakat dari kelas atas sampai kelas paling rendah.
Sampai saat ini belum jelas apa kriteria dan persyaratan pembangunan perumahan
oleh real estate, dalam praktek begitu banyak kejanggalan seolah-olah real estate hanya
memberi prioritas bagi warga yang berduit, memberi keuntungan berlipat ganda bagi
para spekulan tanah secara langsung dan tidak langsung “menggusur rakyat kecil dari
permukiman semula (Marbun, 1990:80),  sedangkan menurut Gallion (1992-153) bahwa
dalam prakteknya,  real estate menganggap tanah sebagai suatu komoditi untuk dibeli
dengan harga rendah dan dijual dengan harga tinggi.
Menurut Budihardjo (1997:24), bila lahan dibiarkan sebagai komoditi ekonomi
yang ditarungkan secara bebas, maka mayoritas masyarakat berpenghasilan rendah di
perkotaan akan semakin terpuruk dan semakin tidak mampu menjangkau atau memiliki
rumah yang layak, yang dibangun oleh pihak swasta, dan jika hal tersebut dibiarkan
maka pembangunan perumahan dan permukiman dalam skala besar di perkotaan selalu
dihadapkan pada masalah tanah yang makin mahal dan langka serta perlu dikendalikan.
(Lukita, 1992)
Dalam pemilihan tempat untuk lokasi perumahan, developer/pengembang akan
mencari lokasi bangunan yang sesuai dengan cara menyeleksi beberapa tempat. Dari
banyak kriteria yang mempengaruhi pemilihan tempat, menurut Catanese (1996:296)
yang paling utama adalah :
 Hukum dan lingkungan, akankah hukum yang berlaku mengijinkan
didirikannya gedung dengan ukuran tertentu, persyaratan tempat parkir, tinggi
maksimum gedung, batasan-batasan kemunduran dan berbagai kendala lain
yang berkaitan.
 Sarana, suatu proyek membutuhkan pemasangan air, gas, listrik, telepon, tanda
bahaya (alaram), jaringan drainase.
 Faktor teknis, artinya bagaimana keadaan tanah, topografi dan drainase yang
mempengaruhi desain tempat atau desain bangunan.
 Lokasi, yang dipertimbangkan adalah pemasarannya, aksesibilitas, dilewati
kendaraan umum dan dilewati banyak pejalan kaki.
 Estetika, yang dipertimbangkan adalah view yang menarik.
 Masyarakat, yang dipertimbangkan adalah dampak pembangunan real estate
tersebut terhadap masyarakat sekitar, kemacetan lalu lintas dan  kebisingan..
 Fasilitas pelayanan, yang dipertimbangkan adalah aparat kepolisian, pemadam
kebakaran, pembuangan sampah, dan sekolah.
 Biaya, yang dimaksud dengan biaya adalah harga tanah yang murah.
Dengan banyaknya dan beragam kriteria yang ada, maka terjadilah persaingan
antara pengembang dalam memilih lokasi untuk membangun perumahannya, hal ini
menunjukan bahwa menentukan lokasi untuk perumahan bukan hal yang mudah.
D. CLASSIFICATION OF URBAN

a. KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUKNYA:


1) Kota Kecil: antara 20.000-100.000 jiwa
2) Kota Sedang: antara 100.000-500.000 jiwa
3) Kota Besar: antara 500.000-1.000.000 jiwa
4) Metropolitan: antara 1.000.000-5.000.000
5) Megapolitan: lebih dari 5.000.000
Contoh Kota: Jakarta (9.607.787 jiwa), Bandung (2.394.873 jiwa), Tangerang
(1.798.601 jiwa)

b. KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN TINGKAT


PERKEMBANGANNYA:
1) Tingkat Eopolis: suatu wilayah yang berkembang menjadi kota baru.
2) Tingkat Polis: suatu kota yang masih memiliki sifat agraris.
3) Tingkat Metropolis: suatu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah
ke industri.
4) Tingkat Megapolis: suatu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa
metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan
yang sangat besar.
5) Tingkat Tryanopolis: suatu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi dengan
kerawanan sosial,seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang
tinggi,
6) Tingkat Nekropolis: suatu kota yang berkembang menuju keruntuhan, Contoh
Kota: Jakarta, Singapore, Hongkong

c. KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN FUNGSINYA:


1) Kota Pusat Produksi: kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau
pemasok,baik yang berupa bahan mentah,barang setengah jadi maupun barang
jadi. Contoh kota: Surabaya, Gresik, Bontang.
2) Kota Pusat Perdagangan (Centre of Trade and Commerce): kota yang memiliki
fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun Internasional,
Contoh kota: Hongkong, Jakarta, Singapore.
3) Kota Pusat Pemerintahan (Political Capital): kota yang memiliki fungsi
sebagai pusat pemerintahan atau sebagai Ibu Kota Negara.
4) Kota Pusat Kebudayaan (Cultural Centre): kota yang memiliki fungsi sebagai
pusat kebudayaan. Contoh kota: Yogyakarta dan Surakarta.

d. KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN SEJARAH


PERTUMBUHANNYA;
1) Kota yang berawal dari pusat Pertambangan, contoh kota: Balik Papan,
Bontang, Cepu dan Tembangapura.
2) Kota yang berawal dari pusat Perkebunan, contoh kota: Bogor, Bandung,
Subang.
3) Kota yang berawal dari pusat administrasi atau kerajaan, contoh kota:
Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Cirebon

e. BERDASARKAN PERANAN DAN FUNGSI PELAYANAN DALAM


MENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL, KOTA
DIKLASIFIKASIKAN MENJADI BERIKUT INI.
1) Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional adalah kota atau daerah
perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan nasional. Kota tersebut
merupakan tempat keluar masuknya arus barang dan jasa, produksi dan
distribusi, transportasi untuk mencapai beberapa kawasan provinsi. Contoh
kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan kota adalah kota metropolitan.
2) Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah adalah kota atau daerah
perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan kabupaten;
merupakan pusat pelayanan beberapa kawasan kabupaten; merupakan pusat
pelayanan jasa, produksi dan distribusi, transportasi antarkawasan kabupaten.
Contoh kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah adalah kota besar.
3) Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal adalah kota atau daerah
perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam
kabupaten. Contoh kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal adalah
kota sedang dan kota kecil.
4) Kota yang mempunyai fungsi khusus adalah kota atau daerah per- kotaan yang
mempunyai tugas pelayanan khusus dalam menunjang pengembangan sektor
strategis, sektor ekonomis tertentu, menunjang pengembangan wilayah baru,
dan berfungsi sebagai daerah penyangga pertumbuhan pusat kegiatan yang
sudah ada.
Lokasi pusat kegiatan dapat digolongkan menjadi dua, sebagai berikut.
a) Pusat kota (intikota), yaitu pusat kegiatan dari kota itu. Kegiatan-kegiatan
tersebut, misalnya sebagai berikut:
 kegiatan ekonomi, yaitu dengan adanya pasar, toko, pusat-pusat
perbelanjaan, dan sebagainya;
 kegiatan politik, yaitu dengan adanya gedung-gedung pemerintahan,
misalnya kantor DPR, kantor DPRD, gubernuran, dan sejenisnya
dengan segala kegiatannya tentang pemerintahan;
 kegiatan kebudayaan, yaitu adanya gedung-gedung pertunjukan
budaya dengan segala fasilitasnya;
 kegiatan pendidikan,yaitu sekolah dari tingkat TK sampai dengan
Perguruan Tinggi, maupun dalam segala macam kursus
keterampilan
 kegiatan hiburan dan rekreasi, tempat-tempat hiburan, misalnya
bioskop dan taman-taman kota untuk rekreasi.
b) Selaput intikota, yaitu lokasi pusat kegiatan yang berada di pinggir (luar)
intikota yang merupakan perluasan atau pemekaran kota. Selaput intikota
terjadi karena di dalam kota itu, kegiatan tersebut tidak dapat
dilaksanakan. Selaput intikota meliputi suburban, suburban fringe, dan
urban fringe

f. TATA RUANG KOTA


Secara keseluruhan, wilayah daerah kekotaan dapat digambarkan sebagai berikut.

Penjelasan wilayah kekotaan adalah sebagai berikut.


1) Urban, yaitu suatu area yang dicirikan dengan adanya penghidupan modern.
2) Suburban, ialah suatu area dekat intikota yang mencakup dareah penglaju yang
penduduknya bekerja di kota pada pagi hari dan sorenya kembali ke tempat
tinggalnya.
3) Suburban fringe, yaitu suatu daerah peralihan antara kota dan desa. Dalam
rencana pengembangan kota, daerah ini biasanya akan diubah menjadi
kompleks perhotelan dan jalan-jalan utama yang menghubungkan kota dengan
daerah di luarnya.
4) Urban fringe, yaitu daerah-daerah batas luar kota yang mempunyai sifat mirip
kota.
5) Rural urban fringe, yaitu daerah yang terletak antara kota dan desa dengan ciri
adanya penggunaan tanah campuran. Misalnya, penggunaan tanah ada yang
diusahakan untuk pertanian, di samping itu ada pabrik.
6) Rural (daerah pedesaan), yaitu suatu daerah yang memiliki suasana kehidupan
desa, yaitu kehidupan yang bersifat agraris.

g. CIRI FISIK KOTA
1) Memiliki alun – alun;
2) Memiliki daerah terbuka yang digunakan sebagai paru – paru kota (open
space);
3) Memiliki gedung – gedung pemerintahan;
4) Memiliki gedung – gedung perkantoran dan hiburan;
5) Memiliki sarana olahraga;
6) Memiliki lahan parkir kendaraan;
7) Memiliki kompleks perumahan penduduk terdiri atas permukiman kumuh
(slums area), permukiman masyarakat dengan ekonomi lemah, permukiman
masyarakat dengan ekonomi sedang, serta permukiman masyarakat elite.

h. CIRI MASYARAKAT KOTA
1) Memiliki segregasi keruangan. Segregasi merupakan pemisahan yang bisa
menimbulkan kelompok ataupun kompleks tertentu.
2) Hubungan sosial yang bersifat gesselschaft. Ini berarti hubungan sosial antar
anggota masyarakat sangat terbatas pada bidang bidang tertentu tidak
didasarkan pada sifat kekeluargaan ataupun gotong royong. Namun, lebih
didasarkan pada hubungan fungsional.
3) Norma keagamaan tidak terlalu ketat, dimana masyarakat kota kurang dalam
memperhatikan masalah norma agama.
4) Penduduk memiliki sikap individualis serta bersifat egois. Kebanyakan
penduduk kota memiliki kecenderungan memikirkan diri sendiri tanpa
mempedulikan anggota masyarakat lain. Sikap tersebut terjadi karena adanya
persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari antar sesama
masyarakat sangat tinggi.
5) Heterogenitas sosial, dimana masyarakat yang tinggal di perkotaan sangat
beragam.
6) Masyarakat kota memiliki pandangan hidup lebih rasional jika dibanding
masyarakat desa. Hal tersebut dikarenakan masyarakat kota lebih terbuka
terhadap budaya baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di kota
juga lebih cepat diterima masyarakat.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Settlement atau permukiman adalah kelompok satuan‐satuan tempat tinggal atau
kediaman manusia, mencakup fasilitasnya seperti bangunan rumah, serta jalur jalan, dan
fasilitas lain yang digunakan sebagai sarana pelayanan manusia. Pemukiman pedesaan adalah
pemukiman di daerah yang ditetapkan sebagai pedesaan oleh kantor pemerintah. Sedangkan
Permukiman perkotaan adalah kawasan padat penduduk yang sebagian besar terdiri dari
bangunan buatan manusia yang berisi semua fungsi administratif, budaya, pemukiman, dan
agama masyarakat. Dalam objek permukiman desa dan kota memiliki faktor-faktor dan
klasifikasi yang sesuai dengan karakteristik dari pemukiman desa dan kota, seperti di
pemukiman pedesaan dikaitkan dengan pertanian dan pemukiman di desa menawarkan
suasana kesejukan, udara segar dan kehidupan yang serasi dengan alam dan permukiman
perkotaan terutama terlibat dalam kegiatan sekunder dan tersier dan seringkali memiliki
ukuran populasi yang besar dan kepadatan populasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai