Makala H
Makala H
Dosen Pengampu :
Laras Putri Wigati, S.TP., M.Si
Disusun oleh :
Fahrur Rozi
NIM : 07.16.19.004
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Keterangan :
Dosen Pengampu
Puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan nikmat-Nya, yang
berlimpah sehingga penyusunan Makalah Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Mahasiswa
Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia dapat diselesaikan dengan baik.
Ada kebahagiaan tersendiri dari kegiatan praktikum di rumah bisa selesai dengan baik.
Dengan keterbatasan, penulis dalam membuat Makalah, terdapat hambatan yang ditemui penulis
pada saat pelaksanaan dan penyusunan Makalah ini, tentu tidak lepas dari arahan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Maka penulis ucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Pihak-pihak yang terkait itu diantaranya sebagai berikut :
1. Laras Putri Wigati, S.TP., M.Si Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian
2. Orang Tua yang selalu memberikan dukungan, do’a, serta semangat.
3. Teman-teman yang telah membantu dengan tulus dalam penyusunan Makalah Mata
Kuliah Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian.
Selain itu penulis juga sadar bahwa Makalah ini terdapat banyak kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menanti kritik dan saran untuk kemudian mendapat
revisi, dan penulis akan memperbaiki dimasa selanjutnya.
Dan semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisahkan dari sekam.
Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati, serta
mengandung vitamin, mineral, protein, dan air. Beras terdiri dari berbagai macam
varietas, dan semua varietas ini agar menjadi beras yang dapat dikonsumsi,
tentunya harus melalui penggilingan. Teknologi penggilingan padi dapat dilakukan
secara bertahap yaitu sistem penggilingan proses gabah menjadi beras pecah kulit
hingga beras sosoh. Salah satu penyebab tingginya persentase beras patah ialah
saat penggilingan dan penyosohan di RMU yang umumnya belum menerapkan
sistem jaminan mutu, bahkan sebagian besar belum mengetahui standar mutu eras,
sehingga beras yang dihasilkan bermutu rendah (Handayani et al, 2013).
Penggilingan padi dapat menentukan mutu beras dan mutu giling dapat mencakup
berbagai ciri dari beras giling yaitu : rendemen beras giling, persentase beras pecah,
dan derajat sosoh, selain itu mutu beras pula akan berubah lebih cepat jika terjadi
peningkatan suhu dan kadar air. Hasil beras giling ini kadang mutunya baik dan
mutu ini akan baik jika dilakukan penanganan yang baik dan untuk meningkatkan
mutu beras agar dapat dierima dipasaran nasional maupun internasional maka
pemerintah telah menyusun SNI ( standar nasional Indonesia ). Hasil olahan beras
berupa nasi yang dimakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia sebagai
sumber karbohidrat utama pada menu makanan sehari-hari yang bertujuan untuk
sumber pemberi energi.Respons konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi.
Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran maka dalam
perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras. Beras harus
diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu beras giling
pada laboratorium uji yang terakreditasi dan dibuktikan berdasarkan sertifikat hasil
uji(Suismono,2002).
Tujuan pengujian mutu beras adalah untuk melakukan pengukuran atau identifikasi
secara kuantitatif terhadap karakter fisik beras dan menentukan klasifikasi mutu
beras yang diinginkan pasar dan konsumen (Soerjandoko,2010).
1.2 Tujuan
Dilakukannya praktikum ini bertujuan untuk mengetahui mutu beras yang ada di
rumah serta memberikan pengetahuan mengenai perbandingan hasil pengujian
(praktikum) dengan pengujian mutu beras berdasarkan SNI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padi
Padi ( baras ) adalah tanaman pangan yang sangat penting dalam kehidupan.
Salah satu usaha dari peningkatan produksi beras adalah introduksi kultivar – kultivar
dari lembaga penelitian internasional ( suwandi, 1985 )
2.2 Beras
Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang
menjadi dedak kasar (Sediotama, 1989). Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah
dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling
serta alat penyosoh (Astawan, 2004).
Selain kandungan amilosa dan protein, sifat fisikokimia beras yang berkaitan
dengan mutu beras adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan karena pemanasan
dengan air, yaitu suhu gelatinasi padi, pengembangan volume, penyerapan air, viskositas
pasta dan konsistensi gel pati. Sifat-sifat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan bekerja
sama dan saling berpengaruh menentukan mutu beras, mutu tanak, dan mutu rasa nasi
(Haryadi, 2006).
2.9 Klasifikasi
1. Klasifikasi beras berdasarkan proses budidaya
a. Organik
b. Non organik
2. Klasifikasi beras berdasarkan warna
a. Beras putih
b. Beras merah
c. Beras hitam
3. Klasifikasi beras berdasarkan proses penggilingan padi
a. Beras pecah kulit
b. Beras sosoh
3.1 Syarat mutu
Beras harus memenuhi persyaratan mutu umum dan mutu khusus
1. Syarat umum
a. Bebas hama dan penyakit;
b. Bebas bau apak, asam atau bau asing lainnya;
c. Bebas dari campuran dedak dan bekatul, untuk beras sosoh;
d. Derajat sosoh minimal 95 %, untuk beras sosoh;
e. Kadar air maksimal 14 %;
f. Bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan merugikan, serta aman
bagi konsumen mengacu pada ketentuan peraturan yang berlaku.
CATATAN 1 Beras tidak melebihi batas maksimum cemaran logam berat dalam
pangan, batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian, dan batas
maksimum kandungan mikotoksin dalam pangan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
CATATAN 2 Untuk beras organik mengacu pada SNI Sistem pertanian organik.
2. Syarat khusus
Tabel 1 Syarat mutu beras non organik dan organik
Medium Medium
Komponen mutu Satuan Premium
1 2
Butir kepala (minimal) % 85,00 80,00 75,00
Butir patah (maksimal) % 14,50 18,00 22,00
Butir menir (maksimal) % 0,50 2,00 3,00
Butir meraha/putihb/hitamc % 0,50 2,00 3,00
(maksimal)
Butir rusak (maksimal) % 0,50 2,00 3,00
Butir kapur (maksimal) % 0,50 2,00 3,00
Benda asing (maksimal) % 0,01 0,02 0,03
Butir gabah (maksimal) (butir/100 g) 1,00 2,00 3,00
a untuk beras putih atau beras ketan (beras ketan hitam dan beras ketan putih)
b untuk beras merah dan beras hitam
c untuk beras merah
2. Penentuan adanya butir merah, butir rusak dan butir kapur dilakukan pada 100 gram
contoh beras yang di analisis dengan memisahkan secara visual dengan
menggunakan pinset dan kaca pembesar.
a. Timbang 100 gram contoh beras;
b. Kemudian pisahkan secara visual menggunakan pinset atau jari tangan dan kaca
pembesar jika diperlukan;
c. Perhitungan bobot butir merah
berat butir merah
Bobot butir merah ( % )= x 100 %
berat contoh beras
d. Perhitungan bobot butir rusak
berat butir rusak
Bobot butir rusak ( % ) = x 100 %
berat contoh beras
e. Perhitungan bobot butir kapur
berat butir kapur
Bobot butir kapur ( % )= x 100 %
berat contoh beras
3. Penentuan adanya benda asing dan butir gabah dilakukan pada contoh beras
sebanyak 100 gram yang dianalisis secara visual dengan bantuan pinset.
a. Timbang 100 gram contoh beras;
b. Kemudian pisahkan secara visual menggunakan pinset atau jari tangan dan kaca
pembesar jika diperlukan;
c. Perhitungan bobot benda asing;
berat benda asing
Bobot benda asing ( % )= x 100 %
berat contoh beras